"Someone said life is for the taking
Here I am with my hand out waiting for a ride
I've been living on my great expectations
What good is it when I'm stranded here
And the world just passes by
Where are the signs to help me get out of this place
If I should stumble on my moment in time,
How will I know?
If the story's written on my face, does it show?
Am I strong enough to walk on water
Smart enough to come in out of the rain?
Or am I a fool going where the wind blows (wind blows)?
Here I sit halfway to somewhere
Thinking about what's in front of me and what I left behind
On my own, supposed to be so easy
Is this what I've been after
Or have I lD3ost my mind?
MaybSeee this is my chance and it's coming to take me away, yeah
If I should stumble on my moment in time,
How will I know?
If the story's written on my face, does it show?
Am I strong enough to walk on water
Smart enough to come in out of the rain?
Or am I a fool going where the wind blows (wind blows)?
Here I am walking naked through the world
Taking up space, society's child
Make room for me, make room for me,
make room for me
Am I strong enough to walk on water?
Smart enough to come in out of the rain?
Or am I a fool
Going where the wind blows (where the wind blows),
Going where the wind blows?"
Lagu dari Mr. Big ini membangungkan Adrian dari tidurnya. Ia bersiap berangkat bersama Bapaknya karena hari ini penerimaan raport kenaikan kelas.
Adrian agak terkejut melihat kedatangan Bu Kartika bersama Fajar di sekolahan. Bu Kartika sama sekali tidak meliriknya.
Dia teringat beberapa minggu yang lalu sesaat setelah Bu Kartika mengantarkannya mengambil motor di sanggar senam.
"Ibu suka dengan permainan sex mu sayang, Ibu ketagihan dengan kontol mu, jika Ibu masih muda, Ibu akan dengan senang hati menerima mu sebagai kekasih Ibu, kamu pandai menyenangkan hati wanita, terutama sikap after sek mu, tidak banyak cowok mampu melakukan seperti yang kamu lakukan. Tapi, Ibu harus melepasmu. Sepertinya hari ini menjadi akhir dari petualangan sex Ibu dengan mu. Ibu tidak akan pernah melupakannya sayang. Jika kamu merindukan Ibu, mainlah ke tempat Mbak Anis.
Adrian saat itu hanya diam, kepalanya menjadi pusing dan pikirannya menjadi ruwet.
"Kenapa harus berhenti??"
"Apa hubungannya dengan Bu Anis??"
"Apakah Bu Kartika ingin ketemuan ini terjadi di rumah temannya??"
Pertanyaaan itu timbul dan muncul setelah Bu Kartika meninggalkannya.
Saat ini pun dia ingin bertanya tetapi enggan karena ada Fajar bersama Bu Kartika. Sepertinya sekarang ini dia harus juga mampu melepaskan nafsu dan perasaannya kepada Bu Kartika. Tapi dia harus mendatangi Bu Anis untuk mendapatkan kejelasan mengenai masalah ini.
Adrian,remaja bau kencur dipaksa dewasa sebelum waktunya karena perasaannya kepada seorang wanita paruh baya yang mengajarinya kenikmatan dan kepuasan seksual dibalik penolakan cintanya.
Rasa penasaran membuatnya mendatangi sebuah rumah yang terletak dipinggiran jalan raya. Rumah dengan bangunan minimalis itu terlihat asri dengan adanya sebuah pohon mangga di pojokan taman di pekarangannya. Siang yang terik seakan tidak mampu mengendurkan tekadnya untuk menuntaskan rasa penasaran di dalam hatinya. Ia sudah bisa menerima penolakan cintanya tapi belum mampu menerima penghindaran Bu Kartika atas dirinya.
"Ting..tong..ting..tong.""
Suara bel itu berbunyi bersamaan dengan pencetan jemari adrian di saklar yang terletak di tembok sebelah pagar besi rumah itu.
Pintu rumah terbuka dan munculah sesosok wanita berdaster merah, terlihat mencolok karena kulitnya yang putih. Bu Anis berjalan menuju pagar.
"Eh..Adrian..akhirnya mampir juga ke rumah ku..nggak bawa gitar mu?" Tanya Bu Anis sambil membuka pagar.
"Maaf Bu kalau saya mengganggu, saya kesini hanya mau sedikit bertanya, bukan untuk mengajari gitar." Jawab Adrian
"Masukin motor mu, tutup lagi pagarnya,jangan lupa gemboknya di kuncikan." katanya sambil berjalan menuju ke gazebo yang terletak dibawah pohon mangga.
"Di sini aja yang agak sejuk, di ruang tamu panas karena nggak ada kipas anginnya." Kata Bu Anis
Mereka duduk berhadapan, terhalang meja kecil yang berfungsi sebagai payung. Adrian hanya menunduk, tanpa sengaja melihat kaki jenjang yang putih mulus, dadanya berdegup kencang.
"Kamu mau tanya soal Kartika?" Tanya Bu Anis to the point.
Adrian memandang Bu Anis lalu menganguk. Kali ini dia tidak menunduk,matanya mengarah ke belahan payudara mulus yang sedikit basah oleh butiran keringat.
"Kartika benar-benar berhasil membuat mu menjadi lelaki di usia mu yang belum seharusnya, hehehe." Ujar Bu Anis.
"Maksud Ibu?" Tanya Adrian heran.
"Ibu ambilkan minum sebentar ya." ujar Bu Anis cuek dengan pertanyaan Adrian.
Mata Adrian jalang menatap bokong semok Bu Anis dari belakang. Nafsunya mulai naik.
"Ini, diminum." kata Bu Anis sambil meletakkan 2 gelas es teh di meja kecil itu.
Adrian hanya menatap Bu Anis, matanya seakan menunggu jawaban.
"Kamu kira Ibu nggak tau bagaimana matamu memandang Ibu saat di sanggar senam, saat makan dan barusan saja??" Ucap Bu Anis mengejutkan Adrian.
"Ibu ini wanita dewasa Rian, pengalaman ibu menghadapi remaja-remaja dan lelaki sudah banyak, mata kalian itu selalu liar memandang wanita dewasa alih-alih melihat cewek-cewek seksi seumuran kalian."
"Dari tadi kamu menatap belahan tete ku, kamu kira Ibu nggak tau??" Kata Bu Anis semakin menyudutkan Adrian yang hanya menundukkan muka.
"Kartika sudah banyak bercerita soal hubungan mu dengannya, apakah kamu benar-benar mencintai Kartika? Apa yang membuat mu mencintai wanita yang usianya mungkin seusia ibu mu??" Tanya Bu Anis dengan tekanan.
"Ibu hanya heran kenapa Kartika begitu menyukai bercinta dengan mu, badan dan wajah mu biasa saja padahal Kartika wanita yang istimewa" ejekan itu terdengar mengentengkan.
Adrian mengangkat wajah dan menatap Bu Anis.
"Apakah ibu selalu menanggapi remaja-remaja mesum itu?" Tanya Rian sedikit emosi
"Rian!!!! Kamu kira Ibu ini jalang, hah!!!!" Bentak Bu Anis sambil berdiri.
"Saya hanya bertanya Bu,kenapa Ibu tersinggung??" Jawab Adrian santai, ia berhasil menenangkan emosi dan mulai mengambil alih pembicaraan.
"Kalau pun iya tidak menjadi masalah bagi saya. Saya ke sini karena pesan dari Bu Kartika sendiri untuk mendatangi Ibu. Apakah Bu Kartika salah mempercayai orang??" Sindiran telak Adrian membuat muka Bu Anis memerah.
"Soal hubungan kami itu adalah urusan kami, maaf jika ini merepotkan Ibu" Kata Adrian tegas.
Matanya tajam memandang mata Bu Anis yang memerah.
Bu Anis kembali duduk, meneguk minumannya lalu mendesah.
"Heehhh, Kartika benar-benar sukses mendidik mu" ujar Bu Anis pelan.
"Kartika tidak suka dengan mata mu yang selalu memandang mesum wanita-wanita dewasa, dia tahu dan takut kamu menjadi predator. Kartika tidak ingin mengatakan ini sendiri, jadi dia menyerahkan tugas ini kepada Ibu"
"Kartika merasa bersalah karena membiarkan mu jatuh cinta kepadanya dan membuat mu tenggelam dalam lautan nafsu, dia paham kamu berpotensi untuk menjadi seorang petualang."
Adrian hanya diam menyimak tuturan Bu Anis, matanya tidak pernah bisa beralih dari belahan payudara yang naik turun mengikuti tarikan nafas Bu Anis.
"Ck, ck, ck."
"Ibu bicara soal Kartika pun mata mu tidak pernah lepas dari belahan tete Ibu, seperti nggak pernah lihat aja." Sindir Bu Anis
"Bagus untuk kesehatan mata Bu, kalau tete ibu baru sekali ini,lagian ibu sudah terbiasa dengan mata mesum gini kan?" Balas Adrian.
"Hmmmm..kau benar Tika." Gumam Bu Anis seperti berbisik.
"Hanya itu yang bisa Ibu katakan Rian, Kartika telah pergi dari hidupmu." Kata Bu Anis.
Adrian terdiam cukup lama, beberapa kali meneguk es teh hingga tinggal sedikit.
"Kenapa Ibu ingin belajar gitar?" Tanya Adrian mengalihkan pembicaraan.
"Ibu hanya menggoda kalian saja waktu itu, jangan anggap serius ucapan Ibu." jawab Bu Anis.
"Saya dulu selalu bertanya-tanya kenapa saya bernafsu dengan wanita dewasa Bu, tapi sekarang sudah tidak lagi." kata Adrian
"Tadinya saya mau bertanya mengenai itu sama Bu Kartika tapi karena sudah tidak bisa,saya ingin bertanya ke Ibu, tapi setelah ibu berbicara soal remaja-remaja tadi saya merasa tidak sendirian, terima kasih Bu Anis" ujar Adrian.
"Maaf, tete ibu lebih besar dari Bu Kartika, tp soal kekenyalannya saya nggak tau karena belum pernah merasakannya, itulah yang ada dipikiran saya tadi saat melihat belahan payudara ibu" ucap Adrian jujur.
"Hei!!! Jaga mulut mu Rian!!!" Bu Anis terlihat murka.
"Maaf Bu, saya permisi."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Liburan sekolah selama sebulan dimanfaatkan Adrian untuk menenangkan diri, rasa kecewa dan kehilangan Bu Kartika semakin lenyap dari hati dan pikirannya. Adrian tetaplah remaja secara fisik, tapi tatapan tajam mata Adrian menunjukkan kematangan.
Sore itu Adrian dan Hermawan asyik makan di warung mie ayam langganan mereka, tempat yang luas dan rasanya yang enak sesuai dengan nama warungnya, MIE AYAM PUAS. Saat sedang makan mereka dikejutkan dengan gaduhnya suara serombongan ibu-ibu yang masuk ke warung dengan canda tawa mereka. Hermawan cuek, tapi tidak dengan Adrian. Mata tajam nan mesumnya melirik mengamati lekuk tubuh ke 6 orang ibu itu.
"Lirikan mesum mu berbahaya." bisikan di telinganya membuatnya otomatis menoleh,
"Hahahaha." Bu Anis berlalu dengan ketawanya.
"Siapa itu Ndes?" Tanya Adrian sambil menggigit kerupuk.
"Teman Ibu ku." kata Adrian berbohong.
Adrian mendongkol dengan godaan Bu Anis barusan. Ia dan Hermawan segera membayar lalu pergi.
Ia menoleh ke arah rombongan ibu-ibu senam itu, matanya bertemu dengan mata Bu Anis. Senyum Bu Anis terlihat entah menggoda entah mengejek yang pasti Adrian sebal dengan senyuman itu.
Adrian mencoba melupakan kejadian di warung tadi dengan berkeliling-keliling kota berboncengan dengan Hermawan. Suasana sejuk Kota Semarang ditambah guyonan mereka berdua berhasil mengalihkan kesebalan Adrian. Mereka hanya berputar di Simpang Lima,memarkirkan motor lalu nongkrong di lapangan Pancasila. Suasana sore itu sangat ramai.
"Ndes!!" Mereka berdua menoleh ke arah suara yang akrab di telinga mereka.
Chandra dan Vena berjalan mendekati mereka.
"Mas Rian kok gak pernah main ke rumah ku kenapa?" Tanya Vena.
Adrian sedikit kaget dengan pertanyaan itu.
"Ahhh..luka itu sudah tidak berbekas" kata Adrian dalam hati untuk menenangkan diri dari pertanyaan Vena.
"Aku nggak pernah keluar rumah Ven, baru ini keluar gara-gara ditraktir Hermawan."
"Eh..sudah jadian belum ini? Gak bilang-bilang, ayo traktir..hahahaha" goda Adrian mengalihkan kecanggungannya.
"Vena belum boleh pacaran Ndes, sementara hanya boleh ngajak jalan sore doang." Kata Chandra.
"Dia siapa Ndes??" Tanya Hermawan yang belum kenal Vena adik teman sekelasnya.
"Kenalin Ndes, ini Vena, adinya Fajar Nugroho" kata Chandra mengenalkan.
Vena dan Hermawan bersalaman.
Mereka berempat bercanda dan ngobrol seru.
Adrian seringkali teringat Bu Kartika saat melihat Vena tertawa, persis ibunya. Adrian berusaha mengalihkan pikiran yang selalu membawanya ke bayangan Bu Kartika.
Menjelang maghrib mereka membubarkan diri dan segera pulang.
Saat arah pulang, Adrian seperti melihat Bu Anis berdiri bingung di pinggir jalan. Suzuki Esteem hijau di sebelahnya tampak mengepulkan asap.
"Ndes, berhenti Ndes,putar balik." Perintah Adrian kepada Hermawan yang memboncengkannya.
"Ada apa?" Tanya Hermawan menghentikan motor. Lalu melihat kanan-kiri dan memutar arah.
"Itu lho, kayaknya mobil teman ku mogok." Kata Adrian sambil menunjuk ke mobil di seberang jalan.
"Mobilnya over heat Bu?" Tanya Adrian setelah turun dari motor, mengejutkan Bu Anis yang sedang duduk di depan mobil.
"Eh, Adrian, gak tau ini tiba-tiba mogok trus keluar asapnya." Jawab Bu Anis.
"Tolong buka kap mesinnya Bu."
"Ndes,beli air mineral yang satu setengah liter 3 botol" katanya kepada Hermawan setelah mengecek indikator suhu dan membuka kap mesin. Hermawan bergegas pergi.
Bu Anis hanya duduk di jok depan setir sambil mengamati Adrian karena dia tidak tau apa-apa soal mesin mobil.
"Ada lap atau gombal gak Bu?" Tanya Adrian, kepalanya melongok dari samping kap mesin.
"Ada di bagasi belakang Rian." KataBu Anis tanpa beranjak. Kakinya yang kanan terjulur ke tanah, tubuhnya rebahan di jok, matanya terpejam. Adrian mulai gondok karena Bu Anis tidak bergerak.
"Bu,buka bagasinya gimana?" Tanya Adrian dari belakang mobil.
"Ada tuasnya di bawah jok depan." Jawab Bu Anis tetap memejamkan mata.
Adrian semakin gondok melihat Bu Anis hanya rebahan di jok padahal jika Bu Anis sedikit bergerak sudah pasti bagasinya akan terbuka.
Adrian agak sungkan juga karena tuas itu pas persis ada dibawah selangkangan Bu Anis.
"Maaf Bu, itu tuasnya dibawah selangkangan Ibu." Kata Adrian mengalihkan pandangan. Ia malas juga kalau dikatain mata mesum lagi.
"Ibu capek,habis senam malah mobilnya mogok" Sahut Bu Anis.
Adrian semakin gondok dan sebal. Ia sangat gemas.
"Cup..cup..cup" ia cium pipi Bu Anis.
"Rian!!!, ngapain kamu nyium Ibu??!!!" Seru Bu Anis
"Biar Ibu bangun, nanti saya dikatain kurang ajar kalau tangan saya tidak sengaja menyentuh selangkangan Ibu." Kata Adrian santai
"Jadi mencium pipi Ibu bukan kurang ajar ya?!!!" Seru Bu Kartika semakin jengkel.
"Mmpppphhh" lumatan kilat bibir Adrian semakin mengagetkan Bu Anis.
Saking marahnya Bu Anis sampai kehilangan kata-kata.
"Nah,kalau gini kan saya narik tuasnya nggak menyentuh memek Ibu" goda Adrian sambil menarik tuas pintu bagasi.
Ia ingin membuat Bu Anis marah karena ia gondok dikatain terus.
Setelah mengambil gombal ia lalu membuka tutup radiator agar radiatornya cepat dingin.
Bu Anis sekuat tenaga menahan gemuruh emosi di dadanya. Anak remaja kencut itu berani-beraninya mencium 2x,pipi dan bibirnya. Ia masih mengingat saat ini Adrian mencoba membantunya mengatasi mobilnya yang mogok.
Tak berselang lama Hermawan datang.
Adrian dan Hermawan mengobrol santai di depan mobil sambil merokok.
Kemarahan Bu Anis mulai mereda. Ia marah karena Adrian menciumnya di tempat umum, walaupun di dalam mobil dan lalu lintas yang ramai tidak memungkinkan orang untuk memperhatikan kejadian yang begitu cepat.
Setelah menunggu 1 jam,Adrian mengisi penuh radiator dan saluran pengisi airnya. Ia menutupkan kap mesin dan menyalakan mesinnya.
Mesin mobil menyala dengan lancar.
"Saya kawal Ibu sampai rumah."
Bu Anis hanya diam lalu melajukan mobilnya pulang.
Sesampainya di rumah Bu Anis, Adrian turun mendekati Bu Anis bermaksud untuk langsung berpamitan.
"Rian,terima kasih ya. Besok Ibu tunggu kamu di rumah, Ibu marah dengan apa yang tadi kamu lakukan. Kalau kamu tidak datang, Ibu akan mengadukan kelakuan mu ke suami Ibu." Ancam Bu Anis
"Baik Bu. Saya pulang Bu." Kata Adrian tanpa takut dan merasa bersalah.
"Aku harus bisa menjaga diri dari Adrian" batin Bu Anis sambil menatap kepergian remaja kencur itu.
BERSAMBUNG ...