Pagi itu,di depan sebuah sanggar senam yang heboh dengan dentuman House Music nya membuat gerah seorang remaja yang duduk di atas motornya. Volume speaker yang kencang dan teriakan nyaring penuh semangat instruktur dan ibu-ibu peserta senam seolah semakin memekakkan gendang telinga remaja kurus itu.
"Besok sabtu Ibu tunggu di sanggar senam depan SDN. Sompok, jam 8 Rian harus sudah sampai sana" pesan Bu Kartika berbisik saat Adrian keluar dari kamar mandi.
Pesan itulah yang membawa Adrian sampai di depan sanggar senam ini.
"Rian!!" Suara Bu Kartika membuatnya menoleh,
Bu Kartika berjalan bersama seorang temannya. Wanita yang sepertinya seumuran dengannya. Wajahnya manis,berkulit putih dan bertubuh sintal.
"Motor mu parkir sini aja, Rian ikut di mobil Ibu" perintah Bu Kartika.
Mereka bertiga masuk ke mobil, Adrian duduk di belakang.
"Mau sarapan dulu apa langsung pulang Mbak?" Tanya Bu Kartika kepada wanita di sampingnya.
"Pulang aja lah, nanti jadi kipas angin doang kalau ikut kalian sarapan." kata teman Bu Kartika menggoda.
"Hahaha, kok jadi kipas angin?" Ujar Bu Kartika geli.
"Lha iya lah, aku cuma diam aja noleh kanan-kiri lihatin kalian berduaan,hahaha" sahut temannya.
*Emangnya kamu pacaran??!!" elak Bu Kartika. Mereka tertawa bersamaan.
Adrian diam saja, matanya tidak sengaja ketemu mata Bu Kartika yang melihat dari spion tengah mobil. Bu Kartika tersenyum.
"Adrian,kenalin ini Mbak Anis." kata Bu Kartika mengenalkan singkat.
"Halo Adrian." sapa wanita yang dipanggil Mbak Anis itu.
"Iya Bu." Balas Adrian singkat.
Sebenarnya Adrian sudah merasakan gairahnya meningkat melihat tubuh sintal kedua wanita paruh baya itu. Payudara besar dan pantat sekal keduanya menimbulkan sejolak nafsunya naik.
Setelah selesai makan,mereka mengantar Bu Anis pulang.
"Rian,kapan-kapan main ke rumah Ibu, ajarin main gitar." Pinta Bu Anis dengan kerling yang menggoda saat Adrian berpindah ke depan.
"Mbak Anis?!" Seru Bu Kartika.
"Hahahaha" Mbak Anis ketawa melambaikan tangan masuk ke rumahnya.
Adrian hanya diam,Bu Kartika melajukan mobilnya,
Saat mobil itu melewati gapura menuju rumah Fajar,Adrian terkejut,
"Kenapa pulang ke rumah Ibu?"
"Rumah sepi sayang, semuanya pergi ke Magelang ke rumah kakeknya Fajar."
"Kok Ibu nggak ikut?"
"Ibu bilang ke mereka kalau Ibu ada kerjaan."
Adrian terdiam,
"Ibu minta motor mu parkir di sanggar agar tetangga gak curiga, mereka akan bertanya-tanya kalau lihat motor mu di garasi."
Bu Kartika membuka pagar lalu memasukkan mobilnya.
"Mmmmppphhh" Bu Kartika langsung melumat bibir Adrian setelah mengunci pintu. Adrian membalas lumatan itu dengan liar,nafsunya sudah tinggi sedari tadi, lidah keduanya saling menjilat dan memilin. Bu Kartika memagut bibir Adrian dengan bernafsu,Adrian pun membalas tak kalah panas.
Tangan Adrian meremas dan sedikit mengangkat pantat Bu Kartika sehingga ciuman keduanya semakin dalam. Ciuman itu membawa mereka ke sofa. Foto keluarga yang terpampang di atas mereka seakan tidak bermakna apapun.
Adrian melepaskan pakaiannya,setelah mendorong Bu Kartika pelan hingga terduduk di sofa. Mata Bu Kartika nanar melihat penis yang beberapa kali memuaskan dahaga orgasmenya. Tangannya langsung memegang dan mengocoknya pelan. Keras dan kenyalnya penis itu membuat syahwatnya semakin tak terkendali.
"Cup..cup..cup."
"Sluuurrrpp..sluuurrpp." diciumi dan dijilatinya mulai dari kepala penis hingga ke buah zakarnya.
Mata Bu Kartika jalang dan menggoda menatap mata Adrian. Tangan Adrian menarik rambut Bu Kartika ke belakang kepalanya.
"Glok..glok..glok." pipi Bu Kartika mengembung saat penis itu dimasukkan ke mulutnya dan mulai mengoral. Kepalanya maju mundur kedua tangannya meremas pantat Adrian
"Sssshhh..aaaahhhh..sepongan Ibu semakin nikmat." desis Adrian sambil menggerakkan pinggulnya.
"Kontol mu sepertinya semakin besar dan panjang sayang." Kata Bu Kartika di sela oralnya.
"Ibu yang bikin kontol ku seperti sekarang." Tatap Adrian mesum.
"Aaaahhhh...oooooouuuhhh"
Gerakan pinggul Adrian semakin cepat menyebabkan penisnya liar meyodok mulut hingga ke kerongkongan Bu Kartika. Liur Bu Kartika menetes-netes, ia berusaha sekuat tenaga utk bertahan wlpun terasa sesak.
"Uhuk..uhuk..uhuk." Bu Kartika melepaskan penis Adrian dari mulutnya. Matanya semakin sayu dan wajahnya memerah.
Keduanya kembali berciuman dengan ganas,Adrian melucuti seluruh pakaian Bu Kartika.
Adrian meletakkan kepalanya dipinggir sofa,
"Naik sofa Bu,jongkok." Perintah Adrian.
"Iya sayang." sahut Bu Kartika.
"Oooouuuuhhhh...Riaaaaannn" lenguh Bu Kartika saat sengatan lidah Adrian menyeruak masuk dan mengenai klitorisnya.
Sengatan itu menimbulkan sensasi kegelian yang luar biasa bagi vaginanya. Ditambah remasan dan tamparan kecil di pantatnya semakin mengeraskan cengkeramannya jemarinya di sofa. Adrian selalu mampu membuat gairahnya cepat meninggi.
Gerakan lidah Adrian yang liar membuat kedutan vaginanya semakin kuat.
"Aaaahhhh..Riaaan..aaaauuuuuhhh." desahan Bu Kartika semakin tak terkendali.
"Lidah mu enak sekali sayang..ooouuuhhh." Racauan Bu Kartika menambah semangat Rian untuk mengantarkannya ke puncak kenikmatan. Ia memasukkan jari tengahnya menusuk vagina Bu Kartika. Vagina Bu Kartika semakin merengsek menekan lidah Adrian.
"Ampuunnn..aaaahhh..Riaaan..Ibu keluar!!"
Jerit kenikmatan dan lelehan cairan kewanitaan Bu Kartika meluber hingga ke pahanya. Tubuhnya bergelinjang dan ambruk di sofa. Adrian membebaskan diri dari vagina Bu Kartika lalu berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum.
"Ibu suka?" Tanya Adrian,duduk di sebelah Bu Kartika dan memberikan segelas air dingin.
Nafas Bu Kartika terengah-engah,matanya terpejam,
"Kamu semakin liar sayang." Jawab Bu Kartika dengan gemetar.
"Terima kasih Rian." ucap Bu Kartika sambil meminum air dingin itu.
"Ibu tidak bisa melupakan kenikmatan bercinta dengan mu sayang." ucap Bu Kartika.
Adrian menyingkirkan meja lalu menyuruh Bu Kartika berbaring di karpet. Tanpa berkata-kata dia segera memasukkan penisnya yang masih keras itu ke dalam vagina Bu Kartika. Bu Kartika hanya bisa pasrah.
"Jlebb."
"Sssshhhh..kenapa memek Ibu seenak ini." desis Adrian.
"Sebenarnya saya masih belum bisa menerima penolakan cinta saya Bu." kata Adrian, pinggulnya bergerak perlahan mengantarkan tusukan penisnya yang sangat keras. Tangannya meremas keras payudara Bu Kartika dan jarinya memilin kedua puting yang mengeras.
"Ibu ternyata gak bisa lupain entotan Rian, Ibu yang menyuruh Fajar ngomong kamu untuk ngajarin Vena."
"Ooouuhhh..kontol mu semakin penuh di memek Ibu,eeeggghhh." Obrolan vulgar diringi desahan keduanya membuat syahwat Bu Kartika kembali naik.
"Ibu membuat saya menjadi ketagihan ngentot, eeeggghhh."
"Plok..plok..plok." suara benturan kedua kelamin terdengar keras karena Adrian menaikkan tempo sodokan penisnya.
"Ooouuuuggghh..terus Rian..kenceng lagi..aaaahhhh." Bu Kartika semakin tidak mampu mengendalikan birahinya.
Dia merasakan getaran kenikmatan di vaginanya semakin cepat.
Adrian menaikkan kedua kaki Bu Kartika di pundaknya,menekuknya sehingga kedua lutut itu menempel di perut Bu Kartika ia berjongkok sehingga penisnya semakin dalam menusuk,kedua tangannya meremas kuat-kuat kedua payudara yang bergerak,bergoyang seiring tusukan penisnya.
"Eeeeeuuuuhhhh..dalam banget kontol mu sayang..enak banget entotan mu." Racau Bu Kartika.
Ia semakin terbuai dengan berbagai gaya bercinta yang diperagakan Adrian. Beberapa kali ia terkejut karena remaja itu mempunyai imajinasi seksual yang menyenangkan dan membawa kenikamatan yang luar biasa. Daya tahan penis remaja itu sungguh tidak ia nyana begitu kuat. Bu Kartika yang diawal berniat mendominasi dan mengajari remaja itu sekarang justru kewalahan dan keenakan karena Adrian justru lebih dulu mempelajari teknik-teknik bercinta yang mampu membuat wanita tak berdaya dan hanya bisa mengerang nikmat.
"Stop dulu Rian, heeh..heeh."
"Ibu mau di atas sayang." Kata Bu Kartika.
Adrian menghentikan gerakan pinggulnya. Setelah mengeluarkan penis,ia tidur telentang,penisnya mengacung tegak. Bu Kartika menaikinya, vaginanya di arahkan ke muka Adrian dan wajahnya menghadap penisnya. 69, gaya yang selalu ingin ia coba.
"Sluuurp..slurrpp..clok..clok..emmmmhhhhh"
Mulutnya liar mengulum,menyedot dan menjilati penis perkasa remaja itu, rasa geli di vaginanya akibat jilatan di klitorisnya semakin meningkatkan kinerja mulutnya,
"Sudah Bu, saya mau keluar di memek Ibu." Kata Adrian yang sudah tidak tahan dengan sensasi geli di penisnya karena kuluman Bu Kartika lebih hebat dengan gaya ini.
Bu Kartikan menarik pantatnya hingga pas di atas penis Adrian. Tubuhnya membelakangi Adrian.
"Bleessss" penis itu dengan lancar masuk ke vaginanya.
"Ooouuuhhh..dalem banget kontol mu sayang..aaaahhh." Bu Kartika menggoyang pantat sekalnya dengan liar bak penyanyi dangdut di atas panggung. Ia menaik-turunkan pantatnya dan mencoba kembali teknik kegel yang dipelajarinya di tempat senam, tangannya menapak di kedua lutut Adrian
"Goyang terus Bu..empotan memek Ibu enak banget." Desah Adrian yang semakin terangsang karena melihat bokong semok itu bergerak liar.
Ia bisa melihat bagaimana penisnya di bor,di patah-patah dan dipluntir oleh vagina Bu Kartika. Tangannya meremas dan menampar pantat itu.
"Ooouuuhhh..saya gak kuat Bu..aaaaahhh." Penisnya ia tekan semakin dalam ke vagina Bu Kartika,membuat Bu Kartika pun kegelian dan mencapai puncaknya.
"Aaaahh..Riaaannn..aduuuhh" jerit Bu Kartika saat orgasme kembali menghantam dirinya.
"Crot..crot..crot" sperma Adrian deras menghujam rongga terdalam vagina Bu Kartika.
Kedua kakinya bergetar hebat. Keduanya memejamkan mata untuk menikmati puncah birahi mereka. Bu Kartika mendongakkan kepala,tangannya semakin kuat menapak di lutut Adrian. Bu Kartika seakan enggan melepaskan penis Adrian,ia goyang lembut pantatnya seakan ingin menguras seluruh isi penis remaja itu.
Dengan mengumpulkan sisa tenaga yang tersisa, Bu Kartika bangkit lalu berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai, vaginanya terasa panas karena pergumulan panasnya dengan Adrian. Ia membersihkan dan mendinginkan vaginanya dengan air shower.
Setelah membersihkan diri. Dengan hanya melilitkan handuk ia keluar lalu membuka kulkas,mengeluarkan beberapa bahan untuk dia masak, ia yakin nanti akan kelaparan karena pergumulan syahwat ini pasti akan berlanjut mengingat waktu mereka sangat panjang hingga sore nanti.
Saat sedang sibuk di meja dapur ia dikejutkan dengan sebuah kecupan lembut di pipinya,
"Mau ngapain Bu?" Tanya Adrian, sambil memeluk tubuh Bu Kartika dari belakang.
Perlakuan gentle dari Adrian inilah yang membuat Bu Kartika selalu terkenang dan enggan mengakhiri kisah seksual mereka. Dia tidak pernah merasakan ini sebelumnya, tapi remaja kencur ini selalu bisa membuatnya nyaman seusai bercinta. Obrolan kecil atau senda guraunya membuat Bu Kartika merasa diperlakukan sebagai wanita yang istimewa bagi Adrian.
"Mau masak sayang." Jawab Bu Kartika sambil mengiris tomat.
"Saya jadi ingat saat saya mencium Ibu di tempat ini" tangan Adrian mulai bergerilya,melepaskan ikatan handuk Bu Kartika lalu menjepit kedua puting Bu Kartika diantara jari tengah dan telunjuknya. Ciuman lembut pun ia sarangkan di tengkuk mulus Bu Kartika.
"Aaahhh..Rian ternyata semesum ini." Kata Bu Kartika sedikit mendesah. Reaksi tubuhnya yang melonjak seakan menggoda Adrian untuk melanjutkan aksinya.
Bu Kartika tetap melanjutkan aktivitasnya,
"Ibu terkejut?" Goda Adrian, tangannya yang kiri segera berpindah ke vagina,jari tengahnya mengelus bibir vagina itu lalu menyergap klitorisnya.
"Ooouuugghhh.." Kedua kaki Bu Kartika melebar,semakin mempermudah jari tengah Adrian mengobok-obok vaginanya.
Serangan combo Adrian di tengkuk,payudara dan vagina membuat tubuhnya bergetar. Bu Kartika tidak mampu menjawab godaan Adrian karena kegelian di tiga titik sensitifnya. Vaginanya semakin becek.
"Aaaaahhh..Riaaann..ini gilaaa." Desahan Bu Kartika berubah menjadi racauan.
Tanggan kanannya langsung menuju penis Adrian.
"Kontol kesayangan Ibu yang selalu siap tempur." Puji Bu Kartika sambil mengocok penis Adrian.
Adrian menarik pantat Bu Kartika, mengarahkan penisnya,
"Bleeess."
"Uuuuggghhh." Keduanya melenguh.
Didiamkannya penis itu di dalam vagina Bu Kartika. Ia tolehkan wajah Bu Kartika lalu melumat bibirnya.
"Memek Ibu membuat kontol ku ketagihan." bisik Adrian di telinga Bu Kartika sembari menggerakkan pinggulnya mengocok vaginanya.
"Aaauuuggghhhh..aaaaahhh." Bu Kartika kembali hanya mendongakkan kepala, dan memejamkan mata. Kenikmatan sodokan penis,bisikan vulgar dan cumbuan mulut Adrian membuatnya menjadi wanita yang benar-benar berbahagia. Dia seakan lupa siapa dirinya.
Adrian mencurahkan perasaan dan pikirannya untuk membuat orang yang dia cintai sekaligus melukai hatinya ini merasa senang untuk bercinta dengannya.
Ada perasaan gembira dan bahagia saat ia mendengar desahan dan jeritan kepuasan wanita separuh baya yang mengambil keperjakaaan dan hatinya.
"Ibu..ouuugghhh..eeeeehhh." desah Adrian,kedua tangannya menelungkup di payudara Bu Kartika.
"Aaaaahhhh..aaaahhh..aaaahhh" desahan Bu Kartika semakin sering seiring sodokan penis Adrian yang cepat dan dalam.
Bu Kartika merangkulkan kedua tangannya di leher Adrian,ciuman dan gigitan manja Adrian di punggungnya semakin memabuat desahannya membahana di ruangan dapur.
Adrian menarik mundur pantat Bu Kartika membuat Bu Kartika semakin menungging tangannya menggapai tepian meja dapur. Tangan Adrian berpindah ke pinggang Bu Kartika.
"Plak..plak..plak."
"Aaaahhh..aduuuhhh..oooohhhh." tamparan telapak tangan Adrian di pantatnya menjadikan sensasi kenikmatan itu beraneka rasa. Gatal dan perih di pantat dan vaginanya membuat cairannya meluber hingga ke paha. Entah sudah berapa kali ia orgasme.
Gerakan memutar dan maju mundurnya pinggul Adrian semakin liar.
"Aaaaaahhhh..eeemmmhhhh..Ibuuuuu!!" Jerit Adrian, tak berselang lama,
"Crot..crot..crot." penisnya kembali memuntahkah sperma di vagina Bu Kartika.
"Riaaaan..sayang..aaaahhhh."
Bu Kartika membalik lalu memeluk Adrian dan mencium bibirnya.
"Kenapa kamu selalu bisa memberikan Ibu kenikmatan ini sayang?"
"Ibu nggak percaya bisa mendapatkan sex yang indah ini dari mu."
"Ibu tidak ingin mencintaimu, tapi apa yang kamu lakukan ini membuat Ibu tidak tahu harus bersikap seperti apa pada mu"
Entahlah, isakkan yang bersamaan dengan kata-kata yang keluar itu adalah kebahagian atau kegalauan Bu Kartika.
BERSAMBUNG ...