“Ale…….” Teriakan Ci Boss pagi-pagi di toko terdengar agak sedikit kencang
“lu yah……..”
Ale hanya terdiam melihat Ci Boss nya ngamuk
“siap yang suruh lu botak ???”
Ale bengong
“siapa….?????”
“ ngga ada siapa-siapa yang suruh Ci Boss…..”
“sialan lu….”
Ale kaget mendengar amarah Ci Boss.
“udah kayak apa aja kepala lu digituin…….”
Fanny memang marah betul lihat kepala Ale yang botak pagi ini. Dia memang tidak suka dengan kepala botak ala Ale, seleranya wanita memang suka aneh.
“sana lu….. empet gue lihat lu….”
Ale bingung mendengar Ci Boss nya menyuruhnya kebelakang.
Dia akhirnya mengalah jalan kebelakang Gudang, meski sedikit dongkol dan heran. Pak Wandi dan Kebot kaget mendengar pagi-pagi suara radio dari Ci Boss sudah kenceng aja ke si Ale. Melihat wajahnya Ale yang agak manyun sambil merapihkan kaleng cat besar di belakang, mereka memilih diam
“kenapa si black, boss?” tanya Wandi ke Ci Fanny saat dia kedepan menyerahkan nota tanda terima barang.
“malas gue lihat kepalanya botak gitu…..” sambil melengos boss nya menjawab
Wandi tersenyum
“kayak setan botak……”
“iya sih, boss…..”
Sampai dibelakang Wandi tertawa terbahak bahak setelah mengetahui apa permasalahan sampai Ale diomelin oleh Boss nya.
“masalahnya lu didepan sama dia, dia empet aja kali liat Kepala lu licin….”
“iye… kayak Kepala kontol….” Sambung Kebot
Ale masih diam dan manyun saat kedua kawannya itu tertawa terbahak bahak. Dia seharian ini dibelakang dan tidak ke depan. Emosi Ci Boss bisa kapan saja meledak jika melihat dia. Maklum, dia main botakin kepalanya tanpa bertanya dulu. Dia lupa kalau dia ini sudah jadi property dari boss nya juga.
Padahal Ati saja bilang bagus.
Kayak Denzel Washington, kata Ati.
Bahkan Tommy yang pagi-pagi mau berangkat sekolah melihat kepala Ale, malah dielus elus, kata dia kayak permen kojek.
Malah Tommy minta Ale yang antar dia ke sekolahnya. Bahkan sampai masuk ke halaman depan. Dia seperti boss kecil yang diantar oleh bodyguardnya. Dia bahkan menganggukan kepala ke arah teman-temannya dia dengan dinginnya. Seperti ingin menunjukan kepada orang-orang kalau Ale itu tukang pukulnya dia.
Eh, sampai di toko malah Ci Boss marah marah lihat kepalanya yang plontos.
Apa yang salah dengan kepala beta??
Ale bingung lihat Ci Boss nya belakangan ini yang suka uring-uringan.
Dia akhirnya memilih menyibukkan diri dibelakang sambil menyusun jualan, merapihkan susuan semen, batu bata, hingga pasir-pasir yang agak luber ke pinggiran disekop lagi ke tengah, agar rapih dan teratur. Untuk masalah inisiatif dan rajinnya, Ale memang tidak ada duanya, dia sangat aktif dan tidak mau diam dalam kesehariannya.
************************
Suara bapak-bapak agak keras dari depan toko.
Fanny memang dikagetkan siang ini dengan kedatangan dua orang ke tokonya. Dia kenal dengan orang ini, meski tidak hapal namanya. Dua pria itu sepertinya sedang membawa proposal ormas untuk diserahkan ke para pemilik usaha, termasuk dirinya.
“ Ibu ini setiap kita datang kesini selalu bilang nanti-nanti….”
“bukan gitu…. Bulan lalu kita sudah kasih… bajunya sama dengan baju abang….”
“kalo itu kita ngga tahu… yang pasti ini resmi dari kami…..”
“iya makanya kami minta waktu untuk saya diskusikan sama suami….”
“ah…selalu aja gitu….”
Fanny agak gemetar melihat dua orang dengan wajah yang tidak bersahabat ini
“kalo gini caranya, keamanan disini kita ngga bisa jamin…..”
“gini lho… kita itu ada sumbangan ke RT, RW, dan juga ke tempat abang kalo ngga salah……”
“iya… tapi ini kegiatan kita kan ngga selalu…. Makanya kita minta bantuan…. Ibu ini sudah enak-enak usaha disini ngga kita ganggu…. Makanya minta pengertiannya aja….”
Fanny diam dan bingung
“ Kalo mau ngotot silahkan…. Mau lapor polisi juga silahkan…..” ancamnya lagi agak keras
“bukan gitu……”
“ya sudah…. Dari dulu setiap kita kesini selalu ada aja alasan ibu…..”
Suaranya agak keras dan sedikit menekan, maklum preman berjubah ormas memang terbiasa dengan gaya seperti ini, agak intimidatif dan sedikit menakut nakuti, agar para pemilik usaha segan dan takut dengan keberadaan mereka
“kami ini resmi… aparat pun tahu….”
Fanny terdiam kembali sambil membaca proposal
“tapi masa iya mintanya segini, Bang…..”
“aduh ampun Ibu ini…. Toko ini rame terus tiap hari… kita pun ngga tiap hari minta…. Masa mau ngasih sejuta saja buat kegiatan kita susah kali….”
Fanny hanya menghela nafasnya
“Black….. kasian si Ci Boss noh….” Ujar Kebot
“kenapa?”
“ada brengos datang malak….”
“siapa?”
“itu ormas yang sering datang kesini….”
Ale mendengarnya segera membuang sekop yang sedang dia gunakan merapihkan pasir. Dia bergegas ke depan.
Segera setibanya didepan, Ale mengenali wajah salah satu diantara mereka, karena sering berdiri di depan pangkalan pasir meminta uang keamanan ke pemilik truk dan pemilik pangkalan.
“kenapa Bang….” Sapa Ale
“eh Bung…. Biasa kita mau antar proposal….” Balasnya cuek
Diantara dua orang ini, yang satunya lagi yang agak tua memang tidak banyak bicara dan hanya tertawa saja, namun yang muda yang sering jadi tukang palak ini yang banyak bicara dan menekan ci Fanny dari tadi.
“ ini resmi?” tanya Ale
“resmi lah…..” jawabnya cuek
Fanny agak tenang melihat Ale muncul
“mana Bu… kita mau keliling lagi soalnya….” Pintanya agak keras ke Fanny, membuat Fanny kemudian akhirnya melembek dan jalan ke lacinya
“tunggu Ci Boss…..” larang Ale
“eh kenapa?” tanya pria itu heran melihat Ale berani menahan boss nya
“ngga kenapa-kenapa…. Saya pegawainya Ci Boss disini… saya perlu periksa juga apa isi proposal ini….” Ale bersikeras
Mereka berdua tertawa kecil
“ada yang mau ajak ribut kayaknya…..” bisiknya ke temannya.
Fanny seketika panik, dia takut terjadi keributan di tokonya
“udah Le……”
“tenang Ci Boss….”
Kebot dan Wandi berdiri sedikit agak jauh dari Ale, sementara pemilik toko dan usaha lain yang mendengar suara agak keras juga mengintip dari luar pagar
“ mau Bung apa?”
“ngga mau apa-apa…. Saya cuma mau lihat proposal itu….” Ale dengan tenang sambil menatap wajah dua orang itu
“kami ini bukan anak kemarin sore yah Bung…. Kami ini pegang wilayah disini….”
“ saya tanya proposalnya mana… bukan tanya abang pegang wilayah mana….” Balas Ale juga dengan tenang.
Dunia kekerasan bukan barang baru bagi Ale, apalagi sekarang dia merasa sudah dihidupi oleh boss nya. Dan melihat Ci Fanny yang nota bene kesayangannya dibentak bentak dari tadi, panas betul hati Ale.
Mereka agak marah kini ke Ale
“ Bung ngga suka kita minta sumbangan kesini?”
“ suka-suka aja…. Tapi namanya sumbangan itu sukarela… jangan paksa-paksa…..”
Mereka tertawa melihat Ale
“ semua disini pada nyumbang yah…. Tempat abang ini aja yang batu… padahal toko besar….” Ujar dia lagi
“ Ci Boss pasti kasih, asal jelas……”
“oh gitu…. Yah sudah, sini lah kasih, biar kita segera cabut…”
“mana dulu proposalnya saya lihat….”
Mereka menatap dengan tajam ke Ale, yang dibalas dengan tatapan yang tidak kalah garang
“udah Le….”
Ale tidak menghiraukan ucapan Fanny
“bung ini galak macam jagoan…..”
“saya ngga ada cerita jago… Cuma minta mana proposalnya….”
“wih…. Kalo kita ngga kasih?” pria itu menggulung map yang dia bawa
“ya ngga ada sumbangan….”
“wah…. Ajak ribut ini namanya…”
“terserah…..”
Fanny bingung melihatnya, dia kuatir terjadi perkelahian
“abang dari tadi saya dengar bentak-bentak boss saya….”
“kami tidak bentak…. Suara kami memang begini….”
“sama aja…. “
Ale agak beringas kali ini
“ini kami punya boss sangat kami hargai…. Abang berdua berani bentak… saya tersinggung….”
Fanny seketika terenyuh mendengar bagaimana Ale membelanya
“yah kalo dari tadi dikasih juga kita ngga suara keras…” bapak yang tua disebelahnya berkilah
“terserah… “
Dua orang itu saling bertatapan, sambil mecolek hidungnya sendiri
“jadi bung tidak mau sumbang…”
“tidak…..” tegas Ale
“wuih…. Sombong kali Bung ini…. Rafless yang pegang anak-anak ambon aja ngga belagu macam bung ini….”
“ngga kenal saya sama Rafles…. Ngga ada urusan saya sama dia…..”
“oh gitu… kirain bung berani begini karena dibeking ama dia…..”
Ale hanya diam, matanya tetap menatap mereka
“bung jangan ajak kita ribut….”
“terserah…. Yang penting saya lihat proposal, jelas, Ci Boss kasih… itupun sukarela….”
“semua ini nyumbang…..”
“bukan urusan saya…..”
Dia berdua saling menengok, sambil sesekali menatap Ale
“wah… kalo gitu Bung mau apa?”
“mau apa? abang mau apa?” tantang Ale balik
“ sok jago kali Bung ini…..”
“saya ngg asok jago…. Tapi kalo masalah periuk nasi kami diganggu…. Pantang saya mundur…..” keras kali ini Ale
“mau ribut abang?”
Ale kali ini yang panas
“kalo abang tidak mau pergi dari sini…. Terserah…”
“buset…. Jago kali rupanya dia…..”
Dua orang ini berpikir Ale hanya gertak sambal.
“ngga usah banyak cerita… abang berdua mau apa?”
Ale membuka kaosnya kini. Badannya yang hitam legam dengan ototnya yang bagaikan roti balak di kampung ambon, terlihat menantang
“ayo kalo mau duel…… abang jual, beta beli”
Dia bergerak ke lahan parkir sambil mengajak dua orang itu.
“ale sudah….” Teriak Fanny
Melihat tantangan dari Ale, rupanya nyali kedua orang ini agak ciut. Mereka lihat badannya, lengan Ale dan kepalannya yang besar dan terlihat terbiasa bekerja keras, rasanya mereka yang hanya modal gertak dan rame-rame kalau ribut, berpikir dua kali.
“sikat Le…..” teriak mang ujang, tukang siomay yang emmang kesal dengan perilaku mereka yang suka memalak
“ puki lah kalian berdua…..” maki Ale melihat mereka berdua yang hanya berdiri mematung melihatnya “bacot aja dari tadi… sini maju…..”
“sombong kali lah bung ini…. Nanti aja kau bung… kutandain muka kau….” Ujar dia lagi
“apa sombong…. sini tandain muka gue….” Ale beregrak menghampiri mereka
“hei hey hey, Le…..” teriak Pak Wandi sambil menahan lengannya Ale
“kebot… babe… mang ujang….sini bantuan tarik kek…..” teriak Ci Fanny panik……
Mereka lalu menarik Ale agar menjauh
“udah udah……” akhirnya Ci Fanny menentramkan suasana
“nih… buat sumbangan abang berdua….” Ujar Fanny
Ale dengan cepat memotong.
“sini Ci Bos….”
Fanny tidak berdaya saat Ale mengambil uang darinya
“nih buat dia berdua…..” Ale mengambil dua lembar uang ratusan ribu, dan mengembalikan 3 lembarnya ke Ci Fanny
Mereka berdua lalu menerima uang dari Fanny
“makasih Bu…..” akhirnya dengan lemas mereka menerima
Lalu….
“Bung ngga usah terlalu emosi…. Ini khan kita minta sumbangan….”
“ah… banyak cerita aja kau….. sini lu…” bentak Ale lagi yang emosinya kembali meluap
“udah udah udah…..” Tarik Pak Wandi lagi
Mereka lalu berlalu keluar
“santai Bung……. Kita cinta damai… kita ngga mau ribut ….”
Mereka lalu berlalu sambil diiringi sorakan orang-orang disitu
Mereka lalu mengerubungi Ale, yang kembali memakai bajunya
“mantap Ale…. Gas poll…..” teriak Mang Ujang
“mang ujang yah…. Manasin orang aja….” Bentak Ci Fanny
Ujang tertawa
“senang gue lihatnya Ci… apalagi kalo sampai Ale nampol dia… girang betul gue…. Dasar brengos….”
Ale lalu berjalan kebelakang untuk melanjutkan pekerjaannya.
“gokil lu Le…. Serem bener lu kalo marah……” ujar Kebot
Sedangkan Fany merasa sangat bersalah karena beberapa hari ini sudah marah dan kasar ke Ale. Bahkan tadi pagi pun dia sudah bentak Ale hanya karena rambut Ale dibotakin.
Maafin gue yah, Le…. Bisik hatinya Fanny
Dia entah kenapa merasa sangat senang dan bangga, meski tadi dia deg-degan takut terjadi keributan. Dia melihat bagaimana Ale dengan gagah berani membelanya, bahkan sampai hendak memukul mereka. Dia ingat apa yang dibilang Ale tadi, Ci Boss ini kami sangat hargai, berani senggol dia, ribut dengan saya.
Aduh, dia merasa sangat tersanjung jika Ale yang notabene pekerjanya dia sampai membelanya sedemikian rupa. Dia sungguh terharu.
Makasih yah Le… bisik hatinya lagi.
Dari etalase depan dia lalu memandang Ale yang sedang mengangkat batu bata ke mobil pick up. Dia melihat otot Ale tadi hitam legam namun begitu kokoh. Seketika dia menggigit bibirnya. Ah Ale, lu bikin gue sange melihat tindakan lu tadi…… nanti malam pokoknya gue harus berkunjung… udah lama juga gue ngga dicelup ama lu….. tekad Fanny dalam hati.
*********************
Malamnya dirumah Fanny
Ale yang tiba sejam yang lalu ternyata sedang ditunggu oleh Tommy, selesai membersihkan halaman, kemudian masuk kedalam rumah.
“om Ale….”
“siap Koko Boss….”
Dia lalu menyerahkan prakarya yang sudah dikerjakan tadi di toko.
Sebuah botol bekas yang disablon dengan warna perak serta diberi motif, dan bunga plastik didalamnya
“makasih Om Ale…..” ujar Tommy.
Dia lalu menyalami Ale, lalu bersenggolan bahu ala gaya-gaya rapper.
“sama-sama Koko Boss….”
Fanny yang melihat mereka berdua, hanya tersenyum.
“nih buat lu, Le….” Fanny memberikan makanan dalam kotak ke Ale.
Nampak Fanny baru selesai berolahraga. Dengan celana pendek hitam dan kaos mininya berwarna hijau, membuat pusarnya terlihat dan belahan dadanya pun mengintip
“makasih yah tadi…..”
“iya sama-sama Ci Boss….”
“lain kali ngga usah sampai ribut begitu…..”
“iya Ci Boss…. Maaf sudah bikin heboh….” Ale menunduk
“ngga apa-apa, gue senang lu bela kita…. Tapi kan kalo dikeroyok lu kacau juga….”
“ngga ah Ci Boss…..”
Fanny lalu tersenyum kembali
“Alvin baliknya malam…. Katanya ada lemburan di bengkel…..”
Ale sudah tahu maksud dan tujuannya kalau sudah begini
“ lu mandilah…. Nanti gue ke kamar lu… “ bisik Ci Fanny
Ale mengangguk
“ Bi Ratmi nanti gue suruh istirahat cepat….”
“siap Ci Boss…..”
Ale lalu segera berlalu. Dia masuk ke kamarnya, makan dulu kue didalam kotak yang diberikan oleh Ci Fanny, lalu segera dia ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia mandi kali dengan dengan lebih teliti, semua sudut badannya dibersihkan, menyikat giginya dengan bersih, lalu kemudian keluar kamar mandi, memakai celana pendek, tanpa menggunakan kaos lagi. Dia mengolesi ketiaknya dengan roll on, lalu menggantung handuknya diluar.
Seprainya baru dia ganti tadi pagi, kembali dia rapihkan. Dia menyemprotkan pengahrum ruangan, dan kemudian membuak ponselnya, mengecek whatsapp dan juga sesekali melihat facebooknya, sambil menunggu kedatangan Sang Putri Kwan Im yang mau berkunjung.
*******************
Pukul 8 lewat 5 menit, suara langkah mendekati kamarnya Ale.
Dan benar saja, pintunya didorong sehingga terbuka, dan Ci Fanny masuk kedalam kamarnya. Sambil tersenyum dia melihat ke arah Ale yang sedang duduk di kasurnya.
Daster warna hijau cerah setali nampak membuat Ci Boss semakin cantik. Rambutnya yang melewati bahu dibiarkannya tergerai.
“udah makan?”
“udah ci Boss….”
Ci Fanny tersenyum
“mau dimakan?”
Ale tersenyum malu malu
Fanny lalu mematikan lampunya.
“matiin aja yah….”
“iii iya ci Boss…..”
“biar lebih aman…..”
Ale hanya mengiyakan saja.
Memang lampu terang di situasi kucing-kucingan seperti ini sedikit riskan bagi mereka, karena kamar Ale ini langsung ke halaman samping yang memisahkan kamarnya dengan garasi mobil. Sehingga potensi orang lalu lalang juga sering disitu, meski jam segini Mbak Ratmi sudah naik, Thomas sudah tidur dan Alvin pasti malam pulangnya.
Ale yang masih terbaring setengah duduk di kasurnya sambil kepalanya setengah bersandar di dinding kamar, sedikit memicingkan matanya, karena dari lampu terang terus dimatikan, dia harus segera beradaptasi dengan kondisi pencahayaan di kamar.
Ci Fanny lalu medekati Ale, dia membuka pahanya, lalu duduk di pangkuan Ale.
Siluet Ci Fanny dengan kult putihnya yang bening, lalu duduk dipangkuan Ale yang bertelanjang dada dan berkulit hitam, sungguh sangat kontras sekali dilihatnya.
“kangen ngga lu?” tanya Fany
“kangen Ci Boss…..” jawab Ale sambil menahan ngacengnya yang mulai memenuhi celananya
“maafin gue yah…..” Fanny membelai pundak, lalu turun ke dada Ale
“iya Ci Boss… beta juga minta maaf… potong rambut tidak bilang Ci Boss….”
Fanny tersenyum. Dia memang kesal lihat Ale botak. Dia suka lihat Ale dengan rambut cepaknya, karena ada yang bisa dia pegang-pegang jika sedang bercinta. Jika botak, apa yang bisa dielus?? Tapi marah tanpa sebab jika rasanya tidak bijak, apalagi untuk anak buah sebaik Ale.
Dia membelai kepala Ale
“makasih tadi udah bela gue yah…..”
Ale tersenyum
“sudah kewajiban beta, Ci Boss….” Senyum Ale malu-malu
“gue kuatir lu berantem aja….”
“ngga berani dia Ci Boss…..”
“ih…. Kan dia berdua…..” heran wajah Fanny
“beta sikat biar dia berdua…..”
“lu ah…. “ cubit Ci Fanny dengan manja
Wanita itu lalu memeluk Ale, merebahkan badannya ke badan Ale, pelukannya melingkar di kepala Ale, sedangkan tangan Ale melingkar di punggung Ci Fanny yang duduk di pangkuannya.
Fany lalu mencium pipi Ale, sememtara tangan Ale mebelai mesra punggung Fanny.
“ehmmm…. Belum dicukur yah…..”
“maaf Ci Boss….. kasar yah…”
“iya….”
“mau beta cukur dulu?”
“ngga usah…. Buat geli-geliin….” Ujar Fany sambil tertawa genit
Dia lalu mencium kepala Ale.
Tidak ada lagi gengsi dimata Ci Fanny, dia sudah tidak malu-malu lagi mengekspresikan rasa dan gairahnya ke Ale. Meski Ale secara fisik jauh berbeda dengan dirinya yang licin, halus, putih dan cantik, namun pribadinya Ale, cara dia melindungi Fanny, bahkan sikapnya yang sopan santun, membuat Fanny selalu menyukainya.
Kini bibir Fany bertautan dengan bibir Ale. Dengan panasnya mereka saling berciuman.
Lidah Fanny menari nari melumat dan menjilat bibir bahkan lidah Ale, dan saling mendorong sampai suara ciprokan bibir dan lidah terdengar.
Tangan Ale meremas pinggul, hingga pantat Ci Fanny, sedangkan tangan Fanny memeluk leher Ale dengan ketatnya. Bibir mereka saling melumat dan saling memberi dorongan lewat lidah, dada mereka saling bergesekan, dan selangkangan Ci Fanny ikut menggesek batang paralon Ale yang sudah tegang meski masih dalam balutan celana pendeknya.
Ciuman mereka terlepas, kini Ale dengan gemasnya meremas buah dada Ci Fanny. Buah dada indah yang meski sudah pernah dihisap mulut bayi, namun bagi Ale buah dada besar milik Ci Fanny ini yang paling dia suka, karena masih tetap keras dan sensitive jika dijilat, buah dada indah pertama yang dia cobain.
Ale lalu mengangkat daster Ci Fanny, dan dengan sekali tarik ke atas serta dibantu oleh Ci Fanny, daster motif bunga itupun copot, membuat bra hitam dan celana dalam hitam berenda transparan kini tersisa di tubuh Ci Fanny.
Bibir mereka kembali bertautan, saling jilat dan saling lumat dengan penuh nafsu.
Sementara bibir mereka bertemu, tangan Ale meremas lembut buah dada yang masih terbungkus bra hitam. Dengan gemas dia meremas, membuat Ci Fanny mengerang. Ciuman mereka semakin dahsyat dan saling memilin lidah dan saling melumat. Bibir Ale yang agak tebal dan hitam membuat Ci Fanny ketagihan melumatnya.
Kini tangan Ale merayap ke punggung Ci Fanny, dan dengan sekali sentak kaitan beha itu pun copot. Dan sambil tersenyum genit, Ci Fanny lalu membuka behanya, dan melepas ke samping tempat tidur. Buah dadanya melompat indah, dan disambut dengan jepitan bibir Ale
“oh…. Enak Le…..” ringis penuh kenikmatan keluar dari mulut wanita itu
Dengan lembut Ale menjilati putingnya, bergantian kiri dan kanan, sambil sesekali dia membuka mulutnya lebar lebar dan menggigit lembut setengah buah dada putih mulus itu. Putingnya yang berwarna coklat muda dilumat dengan dijepit dengan bibirnya, dan saat dijepit, lidahnya ikut bermain menggetarkan ransangan lewat pentil yang sangat sensitif.
Pinggul Ci Fanny makin liar. Dia menggesekan belahan pahanya yang masih terhalang celana dalam berenda dan transparan ke selangkangan Ale. Batang kejantanan Ale pun menggeliat liar, meski masih terhalang celana pendeknya.
Begitu Ale melepas mulutnya dari kedua buah dada Ci Fanny, kini gantian wanita itu yang kini menjadi liar mulai mejilati leher Ale
“oh Ci Boss….. geli…..” suara Ale terdengar lemah
Putingnya lalu dikilik oleh lidah Ci Fanny
Lalu perutnya yang hitam legam, kini mendapat giliran untuk dijalari oleh lidah bossnya
Ci Fanny kini semakin turun kebawah….
Sambil membelai batang paralon Ale dari balik celana, dia tersenyum sambil menatap Ale yang sedikit terengah engah
“udah keras nih pentungan hansipnya…..” ujar Fany genit sambil senyum, dan tangannya dengan lembut membelai batang berurat itu dari luar celananya.
Ale mengangkat pantatnya, agar memudahkan Ci Fanny untuk membuka celananya.
Batang hitam yang sudah mengacung keras itu langsung keluar dari dalam celana Ale, saat Ci Fanny membuka semua celananya sekaligus, termasuk celana dalamnya dan celana pendeknya secara bersamaan ditarik Fanny.
“ouh…. Gede banget sayang…..”
Ale tersenyum bangga melihat paralon kebanggaannya kini semakin mengeras dielus oleh pemiliknya
Ci Fanny membuka mulutnya dan sejurus kemudian kepala kontol hitam itu masuk kedalam mulutnya. Tdak muat semuanya, namun Ci Fanny membuka dan mulai melumatnya, kini kepalanya naik turun sambil batang paralon hitam itu keluar masuk di mulutnya
“oh…ci Boss…. Enak….” Desisnya
“hmmmmm…..” desah Fanny sambil melumat batang kemaluan hitam itu
Ale semakin liar menggoyangkan pantatnya. Sambil Ci Fanny menaikturunkan kepalanya dan mulutnya menghisap paralon Ale, dia pun ikut menahan kepala Bossnya itu sambil menaik turunkan pantatnya. Batangnya kini ereksi sangat tegang dan kencang dibuat oleh jepitan bibir Ci Fanny.
Ale lalu menarik kepala Ci Fanny, namun Fanny masih menikmati jilatan dan sepongannya.
Dia tidak kekurangan akal, kini menarik kaki Ci Fanny, yang akhirnya badannya ikut berputar, dan kini pantatnya naik ke wajah Ale, mereka membentuk posisi 69.
Ale lalu membuka paha Ci Fanny lebar-lebar, dia menarik tepian celana dalam Ci Fanny, dan segera lidahnya terjulur menyentuh bibir vagina Ci Fanny.
“ouwh….. gila….. “ agak terdongak kepala Ci Fanny
Namun dengan cepat dia kemudian berkonsentrasi menghisap kembali batang paralon itu.
Lidah Ale kini mencucuk vagina ci boss nya yang sudah basah kuyup. Tangannya meremas pantat Ci Boss nya itu, bibirnya dan lidahnya bermain di bibir bawah yang merekah dan menghembuskan bau khas yang selalu dirindukan oleh Ale.
Fanny makin liar goyangan pantatnya, dia dengan cepat menghisap dan menjilati batang paralon Ale, sementara serangan Ale di segitiga basahnya itu membuat dia semakin sulit menahan diri.
Ci Fanny segera menarik pinggulnya
“udah sayang…. masukin yuk….” Suaranya bergetar lirih menahan birahi
Fanny segera membalikan lagi posisi tubuhnya.
Kini dia naik ke pangkuan Ale.
Sambil menahan dan memegang batang kemaluan hitam yang digenggam oleh tangan mulus yang putih bersih dari Ci Fanny, dia menggesek gesekannya ke bibir vaginanya
“ough….. enak sayang…..” desisnya
Perlahan tapi pasti, dia lalu menempatkan batang itu tepat di mulut vaginanya. Dan dengan lembut, dia lalu menurunkan badannya. Agak sedikit sulit, karena size paralon yang besar, meski vaginanya sudah basah tetap saja perlu sedikit dorongan agar masuk.
Dan dengan dibantu Ale, akhirnya batang kemaluan itu tenggelam didalam vaginanya.
Mata Ci Fanny seketika terpejam… menikmati denyutan vaginanya yang menyergap paralon itu dalam jepitannya.
“gila… enak banget sayang……”
Ale mendiamkan sejenak
Lalu mulai Ci Fanny menggoyang pinggulnya.
Jepitan dan gesekan dinding vagina ke batang paralon Ale, membuat Ale meringis seperti orang kepedasan.
Fanny sendiri merasakan nikmat yang luar biasa setelah foreplay yang mengasyikan barusan, kini dia kembali dihadapkan oleh sodokan keras dan besar, yang membuat dia sulit untuk tidak meringis dan merintih saking nikmatnya
“gila sayang…. Enak banget……” tangannya mencakar dada Ale lembut
Ale tidak mebuang kesempatan. Dia segera meraih tubuh Ci Fanny agar menempel ke badannya, sambil direngkuh dengan eratnya, pinggulnya bergerak menyodok vagina Ci Fanny dengan gerakan yang sedikit cepat.
Dan saat badan Ci Fanny agak naik, mulut Ale dengan sigap melumat buah dadanya. Dengan setengah gigitan lembut di putting, lalu lumatan dan gigitan di setengah buah dada mulus nan putih itu, membuat Ci Fanny makin liar.
Goyangan pinggulnya kini bergerak lincah.
Vaginanya berdenyut denyut menjepit batang kemaluan Ale.
Dan bunyi ciprokan pinggulnya terdengar berirama
“sayang enak banget……..” Ci Fanny setengah meremas kepala botak Ale
Sedangkan Ale masih dengan rakusnya melumat buah dadanya sambil tangannya meremas pinggul dan pantat Ci Fanny.
Rambut Ci Fanny bergoyang, pantanya juga ikut bergoyang liar.
Tubuh mulus dan putih bersih itu bagaikan tidak perduli lagi siapa yang sedang ditimpanya. Babu nya sendiri yang berpenampilan jauh dari kata menarik, berkulit hitam legam. Membuat pemandangan antara mereka berdua yang sedang saling menimpa ini terlihat kontras antara wanita cantik berkulit putih mulus, dengan pria ganas berkulit hitam legam, yang memiliki pentungan sakti yang terjepit di vagina indah itu
“sayang ngga kuat gue…..”
Rintih Ci Fanny
“sayang…….”
Jilatan Ale makin ganas dibuah dadanya
“gue mo keluar sayang…..”
Ale makin menekan dan menggoyang pinggul ci Fanny
“sayang….. gila……”
“kamu nakal yah……”
Suara liar mereka berdua terdengar kini. Tidak ada rasa kuatir ada yang mendengar dari balik pintu kamar Ale.
Lalu kemudian
“gue keluar sayang……..”
Ci Fanny menggoyang dengan cepat lalu berhenti seketika bagaikan mengerem pinggulnya, vaginanya dengan erat menjepit batang kemaluan Ale, berdenyut denyut geli seakan menghantarkan gelombang orgasme dahsyat malam ini akibat sodokan pentungan hitam itu
“anjrit….. enak banget…..”
Dia meraih Kepala Ale.
Menjepit kontolnya dengan vagnanya, pahanya mengunci pinggang Ale, dan kepala Ale direngkuh ke payudaranya.
Ale membiarkan sejenak wanita pujaaannya itu mengalami kontraksi dahsyat akibat orgasmenya.
Dan kemudian Ci Fanny jadi dalan pelukan Ale.
Batang kontol Ale yang masih tegang lalu keluar dari vaginanya.
“lemes gue…..” Ci Fanny terlentang tidak berdaya di samping Ale.
Ale hanya tersenyum, membiarkan boss nya istirahat sejenak
“gila… enak banget sayang kontol kamu…..” bisik Ci Fanny sambil meraih wajah Ale, dan mencium bibirnya
“sini masukin lagi sayang….”
Dia melap vagiannya dengan dasternya, lalu berbaring memposisikan diri, sambil membuka pahanya lebar-lebar
“masukin sayang….”
Ale lalu berdiri, dan kemudian bersimpuh di depan Ci Fanny.
Dia menggosok gosokan batang kontolnya terutama bagian kepalanya, dan lalu mulai menusukan batang itu ke dalam vagina Ci Fanny, yang meringis agak perih karena tadi sudah diseka untuk tidak begitu becek.
Akhirnya batang kemaluan itu masuk penuh, dan denyutan vaginan itu terasa kembali menjepitnya dengan erat
“ouh…. Enak ci Boss….”
“enak sayang….” Tanya Fanny lembut
Ale mengangguk
“suka?”
“banget Ci Boss….”
Fanny tertawa genit.
Dengan erat dia memeluk Ale. Merasakan hangatnya tubuh pria hitam itu ke dalam dekapannya.
Bibir Ale melumat bibir Fanny, dan batangnya dengan cepat keluar masuk ke dalam vagina Ci Fanny.
Sodokan kencang dan beraturan kini semakin liar dan laju. Ale kini berkonsentrasi untuk meledakan bom atomnya malam ini yang sudah ditahan beberapa hari karena adanya gencatan senjata dengan Ci Fanny
“ci Boss……” racau Ale
“iya sayang…”
“beta mo kaluar…..”
“keluarin sayang….”
“Dimana…..”
“di dalam sayang……”
Ough, mendengar bisikan Ci Fanny, Ale semakin kencang menggenjotnya….
Dan kemudian sambil berteriak kecil, Ale kemudian memeluk erat tubuh Ci Fanny, dan batangnya seketika berhenti keluar masuk, namun sejurus setelahnya, dia lalu menumpahkan cairan kenikmatan yang tumpah ruah di vagina Ci Fanny
“”ough…… oh….. Ci Boss……” pelukan dan diakhiri dengan lumatan bibirnya, beriringan dengan semua cairannya tertembak ke dalam vagina indah nan basah milik majikannya.
Ale seketika tegang dan menggeram sejenak.
Setelah semua cairannya tumpah, dia segera tumbang di sebelah Ci Boss nya
Ci Fanny tersenyum melihat Ale akhirnya keluar, dia segera meraih dasternya, melap vagianya yang basah kuyup, akibat tumpahan cairan Ale yang saking banyaknya ikut luber di sela sela memeknya, dan mengalir hingga menyentuh lubang anusnya
“ih… banyak banget sih….” Sungutnya manja
“udah lama ngga dikeluarin yah…..”
Ale tersenyum malu.
“enak?”
“enak banget Ci Boss….”
Fanny tersenyum dan memeluk Ale.
Entah kenapa belakangan ini dia semakin sayang dengan pembantunya ini. Pelukannya semakin erat, dan dia bersandar didada Ale. Perlakuan Ale, rasa hormat Ale, bahkan bagaimana tadi Ale membelanya, membuat dia sebagai wanita merasa sangat dihargai.
Ale bahkan tidak pernah meminta duluan, dia sangat menghormati Ci Boss nya, meski Fanny tahu bahwa setiap hari pun Ale pengen bercinta dengan dirinya. Dia tahu diri untuk tidak melangkah lebih jauh dan bahkan tidak pernah sekalipun kurang ajar kepadanya.
“ nanti kita cari waktu lagi yah……” ujar Fanny
“iya Ci Boss….” Bisik Ale
Mimpi apa beta selama ini. Meski sudah sering bercinta dengan boss nya, namun Ale masih kadang tidak percaya jika dia bisa menggauli istri boss besarnya ini. Kecantikan Ci Fanny bahkan sering jadi bahan obrolan para pembeli pria, para penjual di sekitar toko bangunannya, bahkan tamu-tamu yang datangke tokonya. Namun wanita ini malah sekarang tunduk dan memeluk dirinya setelah selesai bercinta
Saat Ci Fanny sedang berdiri mencari celananya dan behanya, terdengar bunyi pagar depan berbunyi
Seketika mereka panik.
Fanny dengan cepat memakai dasternya, lalu keluar dari kamar Ale dan setengah berlari menuju ruang dalam rumah, meninggalkan Ale yang masih telanjang bulat, yang memegang celana dalam hitam Ci Fanny yang tertimpa badannya Ale. Sedangkan bra hitam milik Ci Boss teronggok di sisi samping kasurnya Ale.
Pukilah ini Ko Boss, umpat Ale dalam hati.
Beta baru mau minta tambah, laki-laki so pulang lebe dulu.
Buyar sudah keinginannya menambah durasi dan gocekan di babak kedua……
BERSAMBUNG ...