𝐊𝐨𝐩𝐢 𝐒𝐮𝐬𝐮 𝟒𝟎 𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐜𝐨𝐛𝐚 𝐥𝐮 𝐛𝐚𝐠𝐢 𝐛𝐢𝐣𝐢 𝐥𝐮…….

 


Hari ini Toko Sinar Borneo tidak begitu ramai, dan pasukan tempur sedang sibuk dibelakang toko, Ale seperti biasa menata semua jualan yang dilihatnya berantakan. Sedangkan Ci Boss duduk manis di kursi kerajaan sambil hitung-hitung pemasukan dan pengeluaran hari ini.

Dengan tanktop putih, rok pendek mini, membuat dia memang semakin menarik dan cantik meski sudah mulai mendekati usia 40 tahun. Rambutnya yang sedikit bergelombang, diikat keatas membuat tengkuknya yang mulus dan putih terlihat menantang.

Ale yang sesekali melempar pandangan ke arah Fanny, kadang tidak percaya rasanya jika badan indah itu bisa takluk oleh batang kontolnya. Dia diam-diam tersenyum malu-malu dan bangga. Wanita yang begitu disegani dan banyak dipuji orang-orang karena punya toko besar, punya usaha yang sukses, ternyata diam-diam sering disuntik oleh vitamin P oleh si Ale.

Dan belakangan ini dia juga sudah jarang berkunjung ke rumah Ati. Meski demikian dia sudah merencanakan untuk mengunjungi Ati dalam waktu dekat ini.

Ale memang beruntung. Disaat banyak pria sulit cari pasangan bercinta, Ale justru dengan modal santun, anak soleh, dengar-dengaran sama boss, malah bingung memilih siapa yang akan dia coblos malam ini. Meski kulit hitam, badan macam petinju, tapi hatinya memang macam lagunya Pance Pondaag. Melow dan slow.

Selain Ci Fanny yang suka tidak kenal jadwal alias sesuka hatinya meminta, dia juga sering diundang oleh Tante Bertha, yang memeknya sudah rada dol, tapi masuknya pentungan Ale, membuat dia merasa bahwa senjatanya Ale memang tepat dengan ukuran vaginanya yang longgar.

Lalu ada janda bahenol yang sudah jatuh hati sama si cobra hitam Ale, yaitu Ati. Kebaikan hati dan rasa melayani Ale membuat dia sulit untuk berpaling. Apalagi dia sudah resmi cerai dengan suaminya yang diputus 2 tahun penjara, maka semakin leluasa dia bergerak bersama Ale. Ditambah dengan statusnya sebagai janda, makin lancar jika Ale ingin berkunjung.

Stamina, kekuatan dan daya tempur Ale memang berbeda. Tanpa bantuan Viagra pun, dia sudah sangat tangguh. Fisiknya yang memang sudah ditempa dari jaman dia di kampung dengan berbagai jenis pekerjaan serabutan, membuat dia sangat prima baik saat bekerja maupun saat diajak adu kelamin oleh lawan-lawannya.

Dan ini yang membuat Ci Fanny klepek klepek saat dihantam oleh sengatan cobra hitamnya Ale. Ditambah Ale belakangan ini semakin lincah variasinya. Mulai dari jilatan lidahnya, kobelan jari tengahnya, sampai saat cobra hitamnya beraksi, membuat Ci Fanny susah lupa dengan babunya yang hitam legam ini.

Ale pun seleranya sudah naik kelas. Mince yang pantatnya burik pun sudah tidak masuk listnya dia. Maklum, wanita yang kini sering dihajar oleh Ale rata-rata wanita yang berkelas dan kesepian. Meski hanya Ati yang berani terang-terangan, yang lain masih memilih menutup diri selain karena malu ketahuan pernah dengan Ale, mereka juga menjaga status social mereka sebagai istri.

Makanya meski dia tidak blokir nomornya Mince, namun setiap Minca telpon dan ajak Ale ketemu, dia sudah malas. Pantat burik, banyak maunya, macam paling cantik aja kau ini. Demikian pikir Ale membathin. Dia banyak tidak membalas wa Mince, apalagi baca. Ujung-ujungnya minta pulsa atau minta gopay. Tampang stengah grem, tapi banya mau.

Puki kau Mince, tenggelam sudah kau dilaut sana.

Yang antri saja sudah lumayan dan jauh lebih bagus, kenapa pula beta harus pikir kau, burik?? Bisik Ale dalam hatinya. Ale sekarang bukan Ale yang dulu lagi. Ale sekarang macam kereta api, biar hitam tapi banyak yang antri. Itu biar kau tahu Mince.

Lamunan Ale terputus saat sebuah mobil Wuling Almaz masuk kedalam halaman parkirannya. Dan saat mobil berhenti, Ale sedikit terpana melihat siapa yang siang ini. Wanita yang cantik dengan kaos ketat tanpa lengan, dengan celana kulot panjang, membuat terlihat menawan. bemper depannya yang penuh terlihat menggoda dibalik kaos ketatnya.

Yulia, istri pelaut yang dulu hampir didatangin rumahnya oleh Ale, ternyata dia yang datang dan ingin belanja di toko. Lengannya yang berbulu halus sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Bulu atau kumis tipisnya diatas bibirnya juga terhias indah saat senyuman itu menyapa Ale.

“hi Nyong…..” sapanya ramah sambil senyum

“halo Ka….”

“mau beli semen….”

Ale tertegun sesaat

“oh iya silahkan Ka….”

“ada siapa yang jaga?”

“ada Ci Boss….”

Tanpa Ale sadari ada mata yang memandang dengan sedikit sinis kearah mereka berdua.

“siang Ci….”

“siang Bu…. Mau cari apa?”

“ini, semen 10 sak, pasir satu colt, sama besi 8……. “ Yulia merinci semua apa yang dia beli.

Ale lalu dengan cepat membantu semua bahan belanjaan yang diminta oleh Yulia.

“saya bayar pake kartu aja yah….”

“boleh Bu…..”

Ci Fanny lalu mengambil kartu debit dari tangannya Yulia, menggseseknya, lalu dia bertanya

“suami lagi dirumah?”

“oh, udah jalan lagi… sudah sebulan ini….”

“wah… kesepian lah yah….”

Yulia tertawa

“tapi sepadanlah….. sekali turun kan ganti mobil…..” canda Fanny

Yulis tersenyum malu

“nggalah Ci……”

Lalu

“ oke, nanti diantar aja yah….”

“oke Ci…. Makasih yah….”

“sama-sama”

Yulia lalu bergegas untuk jalan lagi, dan kemudian dengan ramah dia menyapa Ale

“nyong, jangan lupa antar yah….”

“iya siap Ka….”

“mainlah kerumah…..”

Ale hanya tersenyum malu. Dia bingung secara Ci Fanny ada disitu dan senyumannya kayaknya asem banget melihat percakapan mereka berdua

“ada saudara suami dari Ambon pada datang, Ci…. Kan sama-sama dengan si Nyong ini… jadi kalo udah pulang kerja, main-main….” Ujarnya ke arah Ci Fanny sambil tersenyum

“jangan lupa NYong… kan bosan juga… kasihan juga… kerja trus jauh dari keluarga… sesekali main ke rumah yah….”

Rupanya Yulia ini tidak menyadari akan gejolak emosi di dalam tubuhnya Fanny, sedangkan Ale bisa merasakan itu. Makanya dia hanya bisa diam dan bingung

“antarin yah Nyong….

“siap Ka….”

“ayo Ci…. Ayo Nyong…”

“iya, makasih….”

Yulia lalu tersenyum manis kearah Ale dan segera naik ke mobilnya yang baru itu, dan tidak lama setelah dia agak sedikit kaku untuk memutar di halaman parkir toko yang memang tidak begitu luas, dia lalu segera keluar dari halaman toko dengan Wuling Almaz putihnya yang dari platnya sepertinya baru 2 bulan keluar dari diler.

Kebot dan Pak Wandi yang ikut membantu Ale menaikan barang-barang ke mobil lalu bertanya

“siapa yang mo antar?”

“babe aja berdua…”

“lah lu?”

“beta disini aja jaga benteng….”

Pak Wandi nyegir aja

“ayolah Bot… lumayan si Tante ini kalo ngasih tip….”

“siap Be….”

Ale langsung pura-pura menyibukan diri begitu mobil pickup itu berlalu mengantar pesanan Yulia

Tiba-tiba

“Ale…”

“siap Ci Boss….”

Ale dengan segera menghadap boss nya dengan sedikit berdebar jantungnya

“itu barang-barang didalam lu rapihin dulu….” Tunjuk Fanny ke bagian belakang kasir yang jadi tempat istirahat dia sekalis tempat menyimpan barang-barang kering atau barang-barang display.

“iya Ci Bos…..”

Dia lalu masuk kebelakang.

Dan tiba-tiba Ci Fanny menyusulnya dari belakang

“ale….”

Kaget si black mendapat bentakan seperti itu, dia berbalik menghadap Ci Fanny yang sudah dibelakangnya.

Dengan sedikit kasar Ci Fanny mendorong tubuhnya Ale, sehingga tersandar di dinding. Lalu dengan cepat tangan kanannya mencengkram biji dan batangnya Ale yang sedang bersembunyi sedikit mengkerut dibalik celana pendek jinsnya.

“Aduh Ci Boss…..” ringisnya agak kesakitan

“apa?”

Ale diam setengah meringis. Tubuhnya tersandar didinding, Ci Fanny sedang mencengkram selangkangannya dengan tatapan penuh emosi

“bosan lu??”

"bosan apa Ci Boss?"

"iya bosan kerja ama gue.... bosan juga ama gue???"

“ngga Ci Boss….”

“sekali lagi gue tanya…. Lu bosan ngga?” wajahnya penuh emosi, sementara cengkeramannya makin kencang

“ngga ngga ci Bos… ampun beta…..”

“ ampun ampun lu…. Dikasih lihat ketek aja lu ijo mata lu….”

“ampun Ci Boss…..”

“gue tanya sekarang bagusan ketek siapa gue atau dia?”

“ketek Ci Boss……”

“ kurang goyangan gue ama lu???” bisiknya kini agak dekat mukanya Ale

“mantap Boss……”

Seringai ganas masih terlihat di wajahnya

“masih lu mau ke rumah bini kesepian itu???”

“ngga Ci Boss….” Muka Ale meringis kesakitan bercampur takut " ampun-ampun Ci Boss..."

Bijinya dia langsung mengkerut

“sekarang gue ngebosenin ngga??”

“ngga Ci Boss…. Ci boss mantap punya…..”

“bagus…..”

Ale terdiam tertunduk

“ingat…. Batang ama biji lu itu milik gue…..”

“iya iya Ci Boss….”

“dan gue ngga mau bagi dengan siapapun…..”

“iya siap Ci Boss….”

“ngarti lu???”

“ngarti Ci Boss….”

“ngarti?” cengkeramanya makin ketat

“Ngarti Ci Boss…. ngarti banget, Ci Boss”

“bagus…..”

Dia lalu melepas cengkramannya

“sana beresin belakang…..” Ci Fanny lalu berlalu dan balik ke kursinya

Ale kaget bukan kepalang.

Buset, perasaaan beta pun tidak bilang apa-apa, hanya menghormati karena diajak ke rumahnya. Bahkan antar pesanan pun beta tidak ikut antar, suruh si babe dan si kebot, tapi tetap aja si Ci Boss ngamuk ngga kira-kira.

Dia memandangi biji dan batangnya yang mengkerut gara-gara kena semprot dan move dari Ci Boss. Membayangkan emosi dan rasa cemburu dari Ci Boss nya, Ale langsung terdiam dan bergidik seketika. Ci Boss nya memang baik hati dan sangat baik terhadapnya, namun jika ada yang memperhatikannya apalagi wanita, Ci Boss nya bisa mendadak jadi singa betina.

BERSAMBUNG ...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com