“Halo Ci…..”
“oy….”
“gue jalan dulu yah…..”
“oke…. Hati-hati yah….”
“makasih Ci..”
“naik dari mana ini?”
“Gambir….”
“oh oke…..”
"salam buah Koko dan Tommy yah....."
"iye nanti gue sampein..."
“bye bye Ci”
“bye…..”
Video call pun berakhir.
Dengan cepat Tanti yang baru saja menelpon kakak iparnya Fany menutup telpon, lalu bergegas turun dari Kereta Tegal Bahari jurusan Jakarta – Cirebon yang sedang menunggu berangkat di peron keberangkatan stasiun Gambir. Dia sengaja menelpon lewat video call dan memastikan kalau dia sudah di kereta agar Ci Fany tahu bahwa dia sudah dalam perjalanan menuju Cirebon.
Gue udah otw balik apartemen, lu segera jalan yah jam 1
Whatsapp Tanti ke ponsel Ale.
Ok Ci.
Begitu menjawab Ale langsung menghapus semua percakapannya dengan Tanti.
Tanti memang sedikit mengakali Ci Fany agar dia mengijinkan Ale untuk ke apartmennya memperbaiki pintu kamar mandi yang rusak.
Emangnya rusak? Jelas tidak. Akal-akalan Tanti agar Ale bisa datang ke apartemennya. Dia memiliki rasa curiga terhadap Ale dan Ci Fanny, meski Ale tidak mau bercerita secara gamblang, namun dari bahasa tubuh, cara Ci Fany melarang Ale datang saat Tanti masih ada di apartmen, dia bisa merasakan bahwa memang Fanny ada hubungan dengan pembantunya yang berkulit legam ini.
Kok bisa yah? Ya bisa saja. Dia saja takluk dengan pentungan Ale, kenapa cicinya tidak?? Toh ujungnya yang dicari ialah kepuasan seksual juga. Meski punya suami sendiri, tapi tidak bisa memuaskan, bagaimana mereka bisa bahagia dalam kehidupan seks mereka?
Suaminya sendiri sangat sibuk dengan bisnisnya, dan dia seperti tidak peduli dengan Tanti apakah puas atau tidak setiap mereka bercinta. Dia keluar, maka selesailah pertandingan. Dia tidak peduli Tanti yang sedang di lereng gunung dibiarkan tergantung dan merana.
Kalau dengan Ale??
OMG….
Batang paralon saktinya memang super dan sakti. Sudah penuh memeknya Tanti, lama pula keluarnya. Jilatannya di memeknya bisa dia bergelinjang dan orgasme sampe kejang-kejang, belum lagi batangnya yang selalu tegang dan ukurannya yang aduhai, bikin memeknya selalu berkedut jika membayangkan waktu mereka bercinta dulu.
Kulitnya hitam pun bukan masalah. Kepuasan yang diberikan Ale susah dia cari dimanapun. Meski agak geli di awalnya, namun toh orang-orang tidak ada yang tahu kalau dia bercinta dengan Ale. Dan Ale memilih diam saat dia tanya masalah Ci Fany, dia pun yakin Ale pasti diam untuk masalah mereka berdua.
Persetan lah dengan social society. Yang penting gue puas dan happy. Cari cowo baru sih gampang saja, tapi nemu yang perkasa dan bisa jaga rahasia, dengan low cost dan minimum risk, jelas Ale adalah tempat terbaik saat ini, dan ada jaminan kepuasan yang dia dapatkan, karena belum tentu cowok yang diluar sana bisa kasih sama apalagi lebih dinading apa yang Ale kasih.
Membayangkan batang kemaluan Ale yang hitam, memek Tanti bagaikan kuncup dan mekar bergantian. Kedutan di memeknya yang sudah 2 minggu tidak terjamah, dan sudah lama tidak orgasme, membuat dia semakin bergairah dan tidak sabar menunggu Ale datang ke apartemennya.
Hari ini dia bilang dia akan pulang, sekaligus video call seperti ingin memastikan bahwa dia sudah dikereta, dan Ci Fanny bisa mengijinkan Ale untuk memperbaiki pintu kamar mandinya, dan dengan demikian sore ini dia bisa bercinta dengan Ale, dan besok pagi dia bisa pulang dengan kereta pertama jam 7 pagi.
**************************
Sementara itu
“Ale… “
“siap Ci Boss..”
Dia pura -putra bego menatap boss nya yang hari ini dengan kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek.
“lu ke apartemennya Tanti yah… benerin pintunya…”
“ada siapa disana?”
“ngga ada orang… kuncinya dititip di security di lantai dasar…..”
“oh oke Ci Boss….”
“cepat kesana lu biar sore sudah balik lagi….”
“siap Ci Boss…..”
Fany lalu mengangkat tangannya mengikat rambutnya. Dia sengaja memperlihatkan ketiak indah taman hati miliknya yang mulus, sekaligus membusungkan dadanya menggoda Ale. Dan Ale yang memang otaknya sudah biadap, melihat pemandangan indah itu pun segera bertanduk. Membuat Fany yang menatapnya tersenyum kecil, karena dia mnegerti apa isi kepala Ale, sama seperti dia mengerti apa isi celana Ale.
Beberapa hari tidak bersambung raga memang membuat Fany pun kepengen dan kangen. Maklum, sodokan batang paralon Ale memang pas dan membuat urat vaginanya selalu seperti terjepit, dan gesekan Kepala kontolnya yang kena ke pinggiran itil selalu membuat dia tidak mampu menahan untuk tidak orgasme dengan cara seperti itu.
Tatapan penuh arti dari kedua insan ini rasanya sudah bisa ditebak kemana arahnya
“pulangnya cepat lu……” bisik Fany
“siap Ci Boss…..”
Senyuman penuh arti dari Fany hanya mereka berdua yang tahu. Dan ini yang disukai oleh Fany. Sensasi bercinta yang tidak ada yang mampu mengendusnya, membuat mereka berdua aman-aman saja selama ini. Rapih, dan Ale yang memang tetap menjaga jarak jika dalam keseharian, membuat hubungan aneh bin ajaib diantara majikan yang cantik jelita dengan pembantu yang buruk rupa ini, berjalan lancar selama berbulan bulan.
Kepuasan dan sensasi yang dirasakan memang nyaris tidak ada duanya. Pentungan hansip Ale selalu membuat dia puas dan bahagia. Sesuatu yang dia tidak dapati dari Alvin yang sudah sekian lama tidak menyentuhnya sama sekali.
Bodoh amat, yang penting pentungan Ale selalu siap dan bisa buat gue puas. Masalah Alvin? Ngga dia pikirin sama sekali. Toh merasakan batangnya Alvin masuk pun sudah tidak ada rasa sama sekali, bagaikan jalan tol yang lancar tanpa hambatan, dia diam saja tahu-tahu sudah nyampe mobilnya.
*********************************
Motor Nmax yang dipakai Ale kali ini masuk ke parkiran apartemen di Kemayoran. Kali ini dia sudah tahu dan lancar masuk dan tiba disana. Setelah memarkir motor di parkiran, dia lalu membalas whatsapp Tanti yang sudah mengepingnya berkali kali.
Sudah dibawah cici
Ok
Tidak lama dia melihat Tanti keluar dari lift, dan tanpa banyak bicara dia mengikuti Tanti dari belakang. Ada beberapa orang lain di lift, sehingga Ale juga diam dan tidak bicara sama sekali, dan begitu Tanti keluar dari lift dia dengan santainya mengekor dari belakang.
Setelah melihat kondisi di Lorong itu sepi, Tanti dengan cepat membuka pintu apartementnya dan disusul Ale dari belakang.
Tanti langsung memeluk Ale begitu pintu tertutup.
Bibir kedua orang itu langsung bertautan. Dengan ganasnya bibir mereka saling memilin disertai gigitan kecil. Tangan Tanti melingkari leher Ale, dan Ale meremas pantat Tanti dengan gemesnya
“kangen gue……”
“sama Ci….”
“bohong lu…”
“beneran Ci….”
Tangan Ale agak gemetar begitu ciuman mereka terlepas.
Maklum, meski sama-sama ubi kupas, tapi Tanti jelas lebih sekal dan padat dibandingkan Ci Fanny. Usia jauh lebih muda dan belum turun mesin membuat badannya memang seksi abis.
Kembali bibir mereka bertemu, kini sambil memiringkan kepalanya kekiri dan kekanan, lidah saling bertemu dan saling menekan, sesekali Ali menggigit bibir Tanti, sambil tangannya meremas pantat Tanti yang terbungkus celana pendek itu.
“mandi dulu gih…..” Tanti memutus sebentar nafsu mereka
“iya Ci….”
Baru selesai naik motor memang Ale perlu membersihkan diri
“ada handuknya lu?”
“ada Ci….”
Ale memang bawa tas yang isinya perlengkapan yang memang tidak akan dipakai karena pintu kamar mandinya memang tidak rusak. Dan juga alat mandi serta baju ganti.
“lu mandi, gue tunggu di kamar yah….”
“siap…”
Tanti menggigit bibirnya, dia bagaikan tidak sabar ingin menerkam Ale. Apalagi tadi dia sempat tersenggol batang paralon yang sudah menegang keras akibat cumbuan ringan mereka barusan.
Dengan cepat Ale lalu masuk kamar mandi dan membersihkan diri.
Pukima ni kalot yah…. Bisik dia sambil menyabuni batang paralon hitamnya yang mengacung keras dan tegang. Nasib ko memang beruntung. Sore ini celup puki yang muda, nanti malam puki yang tua sudah menunggu. Bangsat bangsat kau kalot. Biar beta bujang terus saja kalau bagini, asal dapat porselen mulus terus seperti ini, ngapain beta pulang kampung kawin seperti beta pu mama suruh?
Sementara dikamar sudah bersiap dengan tubuh telanjang bulat, dan bersembunyi dibalik selimut tebal. Tubuh mulus tanpa cacat, dengan buah adda tegang serta puting yang mengacung, dan bulu-bulu hitam yang dirapihin sehingga tidak gondrong seperti biasanya.
Bukan hanya buah dadanya saja yang mengeras, namun memeknya basah akibat rangsangan dan nafsunya yang semakin menguasai badannya dan pikirannya. Ingin rasanya memeknya ini segera menelan pentungan hansip yang tegang itu.
Dan benar saja, tidak lama kemudian Ale masuk hanya dengan handuk kecil melilit di di pinggangnya. Dan yang membuat Tanti makin sumringah ialah melihat paralon yang sudah mengeras, sehingga handuk itu pun jadi ngacung akibat batang kelot Ale yang tegang.
“sini……” tangannya membuka lebar, meminta Ale untuk segera naik
Dan dengan pelan Ale lalu membuka selimut yang menyelimuti tubuh Tanti. Melihat tubuh mulus tanpa sehelai benang menempel, Ale dengan segera naik ke tempat tidur, dan masuk kedalam pelukan Tanti. Dengan erat dua badan berbeda warna itu lalu menyatu dalam pelukan yang erat.
Sungguh sangat kontras bagaikan orea dark and white chcocolate.
Dengan liar Ale melumat bibir Tanti, dan tangan Tanti yang mulus melingkar memeluk punggung Ale. Punggung kasar itu mendapat pelayanan luar biasa saat tangan mulus itu melingkar memeluknya, dan setelah bibir serta mulutnya yang jadi sasaran, kini leher Tanti yang jadi tempat lidah Ale menjulur menjilatinya.
Mendapat serangan cepat dan mematikan seperti ini, Tanti dibuat kelabakan dan mengerang dengan liarnya
“oh Ale…. Gila kamu…..”
Lalu buah dada indah itupun jadi santapan mulut dan bibir Ale. Dengan ganas dia melumat buah dada montok yang belum pernah mendapat gigitan mulut bayi. Putting memerah indah dan buah dada sekal itu membuat Ale semakin liar memainkan bibir dan lidahnya bergantian.
Erangan dan rintihan Tanti menjadi balasan atas aksi Ale menjelajahi payudara montok itu. Matanya terpejam, saat ujung buah dadanya dijepit oleh lidah Ale, dan bibir hitam itu dengan lincahnya melumat buah dada mulus yang kian menegang.
Lincahnya lidahnya menyapuh dimbangi oleh gigitannya di setengah buah dada secara bergantian, membuat Tanti semakin basah bagian bawahnya
“oh….. auh…… enak Le…..”
Rintihan dan racauan bibir Tanti semakin tidak terkendali.
Luamtan dan jilatan Ale pun semakin merajalela di bukit indah itu. Puting yang tegang semakin sensitive dan geli saat lidahnya menyentuh, dan tangannya meremas secara bergantian dan berkali kali menyerang nenen indah Tanti secara bergantian.
Lehernya memerah, kulitnya mengahngat, buah dadanya makin menegras, dab vaginanya makin basah.
Ale dengan lincahnya tetap memainkan buah dada indah itu, lalu naik lagi ke lehernya, mencium bibir Tanti, lalu turun lagi ke buah dadanya yang bergoncang sesuai dengan goyangan tubuhnya yang liar bergerak akibat serangan Ale.
Perut ratanya kini jadi sasaran lidah Ale
“oh…… gila…..”
Kini ciuman Ale mendarat di bukit di selangkangan itu. Rambut hitamnya yang kini tertata rapih, membuah belahan vaginanya terlihat dan itu membuat Ale dengan lincahnya menyentuh belahan itu dengan lidahnya
“auh…… Ale……”
Kini belahan yang memerah dalamnya terbuka lebar sesuai dengan pahanya yang kini mengangkang lebar. Kini lidahnya Ale masuk kedalam vaginanya, dan saat lidah itu menyentuh kacang kecil didalamnya, teriakan Tanti terdengar memenuhi kamar kecil apartemen itu.
Pantat Tanti bergerak liar
Lidah Ale dengan liar menyapu bersih semua sudut vagina Tanti yang sudah basah. Dan setiap lidahnya menusuk masuk serta menyentih kelentit Tanti, pantatnya ikut bergerak naik menekan menyambut lidah dan jilatan Ale.
Bibir dan lidahnya bergantian melumat vagina Tanti yang kini sudah wangi dan tidak berbau pesing. Semangat Ale makin menggebu melihat reaksi liar Tanti yang merintih dan mengerang penuh kenikmatan. Dia tidak peduli dengan sekelilingnya, matanya bagaikan tenggelam dalam kelopak, bibrinya merintih liar tidak beraturan.
Semakin sering lidah itu memainkan kelentitnya, maka semakin dekat juga orgasme pertama Tanti datang. Dia ingin menarik badan Ale, namun lidah Ale terlalu indah untuk dilewatkan saat bermain di segitiga kenikmatan miliknya yang kini banjir bandang dengan cairan pelumas yang berlimpah akibat gairahnya yang tidak terbendung
“gila Le…..”
Lidahnya makin liar menyapu itilnya yang tegang
“gue mo keluar…..”
Lidahnya menggerakan kelentitnya
“ampun gue ngga kuat…….”
Dan akhirnya
“uoh….auh….oh………”
Teriakan Tanti terdengar keras sekali memenuhi kamar itu. Dia tidak peduli lagi dengan stausnya sebagai istri dari Antonius, yang dia tahu ialah birahinya kini terpuaskan saat orgasme pertamanya muncul.
Dengan keras dia menekan kepala Ale agar tenggelam bersama lidahnya di selangkangannya.
Nafasnya terengah engah dan matanya terpejam menahan dahsyatnya orgasme kali ini lewat serangan lidah Ale
“enak Ci?” tanya Ale
Dia masih terengah engah menahan serangan Ale. Dengan tersenyum malu dia mencubit dada Ale
“gila….. enak banget…..”
Ale membiarkan Tanti untuk mengatur nafasnya, sekaligus mengatur gelinya vaginanya yang sensitive begitu disentuh Ale barusan. Dia rubuh disamping Tanti dan keduanya telantang sesaat. Bedanya, yang wanita sibuk mengatur gelombang orgasmenya yang mulai reda, sedangkan yang punya kalot masih menahan diri, saat senjatanya mengacung dengan posisi siap kokang.
Tanti menarik handuk kecil disampingnya tempat tidurnya, yang sudah dia siapkan dari awal. Menyeka bersih hingga agak kering lagi memeknya yang basah kuyup karena bercampurnya ludah Ale dan cairan vaginanya, lalu meletakan kembali handuknya disamping dan dia pun bersiap untuk tempur lagi.
Badannya berbalikke arah Ale yang telantang. Dia seperti tidak peduli dengan Ale yang berbadan hitam legam, yang jadi konsennya ialah batang kemaluan Ale yang kini masih sangat tegang. Dengan lembut dia mengelus batang kemlauan yang seperti paralon itu, keras, besar dan tegang banget
Bibrinya menyapu kembali bibir Ale. Sungguh beruntung Ale bisa mendapat cumbuan dari wanita cantik, putih dan mulus dari Tanti. Dengan ganasnya Ale membalas ciuman Tanti, sementara tangannya meremas buah dada indah Tanti, mengimbangi tangan Tanti yang dengan lembut mengocok batang kemaluannya Ale.
Tanti lalu segera naik ke atas pangkuan Ale.
Tangannya menggenggam batang kemaluan Ale, lalu dengan penuh perasaan dia mengelus kepala kontol Ale yang hitam legam itu ke bibir kemaluannya. Tanti menggigit bibirnya, matanya terpejam menahan geli dan nikmat akibat sentuhan batang kemaluan itu
Lalu dengan lembut dan perlahan dia menenggelamkan batang paralon itu ke dalam memek basahnya. Setengah meringis dia secara perlahan mencoba menyesuaikan batang kemaluan raksasa itu dengan vaginanya yang basah, hingga akhirnya semuanya tenggelam dan amsuk kedalam lobang kenikmatan yang basah itu.
Batangnya bagaikan terjepit bibir memek yang seperti rem cakram.
Tanti pun mendiamkan sejenak, lalu mulai bergerak secara berirama.
Pantatnya naik turun kadang maju mundur
Pinggulnya bergoyang seirama, dan bibirnya lalu melumat bibir Ale dengan penuh nafsu.
Mulut Ale kini turun ke dada Tanti. Sambil menarik badannya agak mundur, barsandar di kepala ranjang dengan bantal, seraya batangnya tetap tertancap ke vagina Tanti, lalu mereka mulai bergoyang secara berirama.
Merasakan jepitan memek merah dan bulu kemaluan Tanti bergesekan dengan bulu kemaluannya, rasanya jadi sensasi tersendiri bagi Ale yang sudah lama tidak merasakan sentuhan Tanti semenjak pertama kali mereka bercinta.
Dan Tanti yang kini pegang kendal, dengan mudahnya menatur irama dan sentuhan ke semua dinding vaginanya yang kini penuh dengan batang hitam Ale. Dia menggoyangkan pinggulnya sambil tangannya meremas kapala Ale yang asyik mengisap buah dadanya secara bergantian.
Sodokan batang gede dan terjepit vagia, membuat dinding vaginanya mengeluarkan cairan yang maha dahsyat basahnya. Ditmbah dengan jilatan di ujung dadanya, mau tidak mau sulit bagi Tanti untuk menahan luapan birahi yang datang bergelombang menghantam pertahannya.
Remasan serta cakaran lembut kepunggung Ale, sambil matanya terpejam merem melek, membuat dia sulit menahan diri untuk datangnya orgasmenya lagi. Dia mencoba mengganti posisinya, namum pantatnya malah ditahan oleh Ale, dan malah semakin kencang dibenturkan goyangannya dengan goyamgan Ale yang makin kencang menghujam.
“Ooh sayang…..”
Rintihan Tanti dan dengusan Ale saling bersahutan
Remasan dan kadang gigitan lembut di buah dadanya semakin mengirim stimulus ke pusat sarafnya Tanti, dan saraf ini mengisyarakan abhwa orgasmenya akan segera tiba kembali
“Ale…..”
“iya Ci….”
“gue mo keluar lagi….” Setengah mengeram dan mendesis
“keluarin Cici….”
"Boleh Le….” bisiknya pelan penuh nafsu
'Boleh Cici…..
Dia bagaikan tidak peduli lagi jika dia istri Antonius yang dianggap menantu yang cantik yang manis oleh keluarga dan mertuanya, Nafsunya sudah tertutupi dengan goyangan dan getaran di vaginanya.
Persetan dengan suami yang cuek ama gue
Yang gue perlu batang perkasa seperti A;le
Iramanya makin kencang, goyangannya makin ganas
Dia lalu memeluk kepala Ale erat-erat, dan mengbiarkan gigitan gemas lembut mulut Ale didadanya.
“ohhhhhhhh…. Augh…… gila………”
Teriakan Tanti sambil menghujam pantatnya dalam-dalam di batang kemaluan yang tegang itu akhrnya terhenti sesaat. Vaginanya basah kuyup, matanya terpejam, pelukannya erat sekali memeluk Ale dengan kencanganya, dan akhirnya dia meledak.
“aku keluar sayang…….” Dia mencengkram pantatnya, dan memeluk Ale dengan ganasnya, sambil pahanya menjepit pinggul Ale dengan ketatnya.
Nafasnya terengah engah dan badannya memerah lemas.
Lalu dia tumbang terlentang disambil Ale, sambil mamtanya sendu melihat batang Ale yang amsih perkasa terhunus kencang dan perkasa.
Ale dengan cepat menaiki badan Tanti.
Dengan sekali sodok, batangnya kembali masuk ke belahan vagina Tanti. Pahanya terbuka lebar, buah dadanya bergoyang goyang, wajah cantiknya terlihat pasrah saat Ale dengan cepat mencemplungkan batangnya kedalam vaginanya yang sudah dua kali mencapai orgasmenya
“enak…..?”
“banget Cici….”
“suka?”
“suka banget…”
“ouch…..”
Goyangan Ale makin kencang
Pelukan Tanti dengan eratnya memeluk Ale, kakinya melingkar dibagian belakang paha Ale, sambil matanya mengerjap menikmati sosokan paralon sakti yang gagah berani milik Ale. Nuansa hitam putih bagaikan kopi susu yang menyatu dalam rasa nikmat tergambar lewat persetubuhan dia insan beda ras ini, beda kulit, dan mungkin beda kasta, karena satunya nyonya rumah dan satulagi pembantu.
Dan akhirnya
“ci…….”
“iya sayang…”
“beta mo kelar…..”
Dengan kencang Ale menghujam batangnya
“buang diluar Le……”
Ale bagaikan tidak mendengar
“arrrgggggghhhhhhhhhh……..” teriakan Ale sambil tiba – tiba terdiam dan batangnya terhujam, dia lalu memuntahkan semua cairannya dalam vaginanya, sambil memeluk Tanti erat-erat.
Tanti panik seketika, dia kaget karena Ale tiba-tiba membuang didalam vaginanya semua cairan kontolnya.
“shit…. Le….”
Begitu Ale keluar batangnya dari vagina Tanti, cairannya pun tumpah keluar, dan Tanti dengan cepat karena sudah sadar, bangun dari tidurnya, dan lari sambil telanjang bulat ke kamar mandi. Kelakuan Ale menembak di bagian dalam membuat dia seketika panik dan pontang panting ke kamar mandi.
Sialan nih item, bangsat bener main tembak didalam ….. pikir Tanti
Sedangkan Ale dengan santai berbaring di kamar apartemen yang acnya sejuk sekali sambil menikmati indahnya orgasme yang baru saja dia rasakan.
Dia tersenyum manis sambil memandangi kalot ajaibnya yang punya nasib jauh lebih beruntung dari dirinya.
Puki betul kau kalot. Barang bagus macam ci Tanti pun sudah aku rasakan.
Tanti lalu masuk ke kamar setelah selesai membersihkan vaginanya yang penuh cairan percampuran pejunya Ale dengan cairan kenikmatannya sendiri
“nakal lu ah…..” dia memukul punggung Ale
“maaf Cici… jepitan Cici buat saya tidak tahan…..” ujar Ale setengah malu tanpa merasa berdoa
“kalo jadi gimana?”
“maaf Cici…..”
“pasti biasa buang didalam yah ama Ci Fanny?”
Ale kaget
“Ngga Ci…….” Tepisnya cepat.
Wanita itu tidak menjawab
“sana cebok dulu yang bersih….”
“iya Ci….”
Tanti sendiri agak lega, karena hitungnya sih dia tidak dalam masa subur sebenranya, namun tetap saja dia sedikit kuatir, kalau meleset hitunganya bisa jadi zebra nanti anaknya keluar kaalu jadi. Secara tidak mungkin suaminya yang putih dan dirinya juga sama kulitnya, lalu punya anak yang agak gelap warna kulitnya.
Meskipun demikian dia sangat senang, bisa dua kali orgasme hari ini. Setelah lama menunggu momen yang tepat untuk bercinta lagi, dia bisa merasakan nikmatnya orgasme dan juga hujaman pipa paralon yang luar biasa perkasa milik Ale. Paralon yang selalu bikin memeknya berkedut jika ingat pertempuran dengan Ale sebelumnya, dimana sensasi yang dirasakan jauh beda dengan sensasi bercinta dengan suaminya selama ini.
“ lu jam berapa disuruh balik ?”
“ sebelum magrib sih sudah harus ada di rumah….”
Tanti tersenyum
“ya sudah…. Bisa sekali lagi yah….”
Ale kaget, namun dengan cepat dia menjawab
“siap Cici…..”
Tanti tertawa
"masih mau kan lu?"
"selalu mau Ci..." jawabnya malu-malu
Tanti tersenyum, karena keinginannya untuk bercinta dengan penuh nafsu dan terpuaskan birahinya, hari ini bisa dia tuntaskan dengan pentungan milik Ale. Meski nanti agak lama lagi baru dia bisa atur waktu dengan si hitam ini, tapi setidaknya hari ini dia ingin orgasme yang banyak bersama Ale, selagi dia ada di Jakarta.
BERSAMBUNG ...