Setelah seharian menemani Tanti di apartemennya di Kemayoran, Alediminta kembali masuk kerja lagi. Ternyata banyak yang wa dia dan juga Ci Fany, membuat Ci Fany akhirnya suruh Ale besoknya buka toko. Dia juga yang sedang di rumah orangtuanya akhirnya memutuskan balik 2 hari kemudian.
Dan hari ini Ci Fany dan Ko Alvin sudah kembali ke rumahnya. Jam 4.30 sore Ale mendapat wa dari Ci Fany, kalau dia sudah di rumah dan tidak akan ke toko hari ini. Ale disuruh seperti biasa balik jam 5an aja, asal barang sudah terkirim, maka dia lebih baik pulang ke rumahnya
Besok gue udah ada, barang-barang yang ketunda besok aja kirimnya
WA dari Ci Fany ke Ale.
Jam 5.15 dia sudah tiba di rumah. Setelah bersih bersih rumah dan siram-siram tanaman, dia lihat motor Ko Alvin sudah tidak ada, sementara Ci fany tidak terlihat. Sepertinya Koh Alvin sudah beredar jauh, sementara ci Fany masih dikamar mungkin kelelahan. Ale tahu Alvin pasti sedang mengunjingi kost kostan cabe-cabeannya.
Ale lalu membereskan semua pekerjaannya sesegera mungkin, dia lihat kopernya Thomas masih dibawah, Ale dengan cekatan mengangkatnya ke atas, dan saat dia buka pintu kamar, Thomas sepertinya sudah tidur, layar tv nya masih menyala. Ale lalu mematikan layar monito di kamar Thomas.
Dia lihat juga Mbak Rat sudah masuk kamar. Biasanya jam 7an selepas isya Mbak rat masuk. Tapi ini sebelum maghrib pun dia sudah menghilang di kamarnya.
Ale lalu bersiap mandi dan bersih- bersih, karena dia harus menunaikan ibadah sholat maghrib. Untung kamar mandi dekat dan disebelha kamarnya, dia masuk mandi dan sholat setelah mandi. Setelah sholat dia sempat membalas WA dari Ci Tanti yang bertanya jika Ci Fany sudah pulang atau belum. Tidak lupa dia bercanda untuk jangan senggol-senggol Ci Fany.
Saat dia keluar kamar hendak lihat makanan apa yang disiapkan oleh Mbak Rat, dia melihat Ci Fanny lagi duduk di meja makan, akhirnya dia kembali masuk dan mengambil catatan serta uang yang tadi ditoko untuk hari ini, untuk diserahin ke Ci Fanny.
“malam Ci Boss...”
“malam Le....”
Daster tipis setali dan diatas lutut, membuat Ale terkesiap, apalagi dibalik daster itu tidak ada lagi penghalangnya, sehingga payudara indah itu terlihat putingnya menyembul nakal, seakan menggoda Ale.
“ini Ci boss, rekapan tadi...”
“oke... taruh aja disitu..”
Ale lalu meletakan di atas meja
“ada tahu tok tuh....” ujar Ci Fany
“iya Ci...”
“cobain aja... enak kok...” katanya lagi sambil menyodorkan piring berisi tahu.
Dia lalu ke belakang ke bagian dekat kompor, membuka dus kecil yang munkin isinya makanan. Ale yang akan balik ke kamarnya otomatis harus melewatinya disitu
“Koh Alvin kemana Ci?”
“dia begitu nyampe langsung mandi trus cabut ke bengkel, mau langsung mancing katanya..”
Rambutnya Ci Fany yang diikat ketas membuta tengkuknya terlihat begitu putih dan bersih
“lu mau martabak?” tanay Fany lagi, sambil membuka bungkusan yang dia taruh diatas meja kompor belakang
“nanti aja Ci Boss....”
Fany tersenyum melihat Ale
“lu kangen ngga ama gue?”
Ale tersipu malu
“kangen Ci Boss....”
“kok gue ngga dipeluk?”
Ale kaget mendengar permintaan Ci Boss nya
“tenang aja, Ratmi sudah gue suruh istirahat, Alvin pasti pulangnya malam....”
Mendengar ucapan Fany, Ale langsung merapat, dan memeluk Ci Fany dari belakang.
“kangen ngga?”
“banget Ci Boss...”
Fany dengan nakalnya membelai pentungan ajaib Ale dari balik celana pendeknya
“ih... udah bangun aja....” bisiknya genit
Ale tersenyum, dia jadi ingat kalau gaya pelukan seperti ini seperti gaya di Jack dan Rose di film Titanic, sayangnya ini bukan di haluan kapal, tapi didepan kompor. Bodohlah, yang penting peluk ci boss si jantung hati beta, demikian kata Ale dalam hati.
Fany lalu berbalik menengok ke arah Ale, bibir Ale langsung diselomot dengan bibirnya. Dan langsung dibalas oleh ciuman bibir hitam Ale. Tangan Ale lalu bergerak membelai payudara Ci Fany yang masih terbungkus daster tipis.
Tangan Ale yang satunya lagi turun ke selangkangan Ci Boss, dia masukin tangannya dari bawah dan membelai segitiga yang masih terbungkus celana dalam nylon itu. Digosok gosokannya dengan lembut, membuat Ci Fanny meringis lembut
“lu tunggu di kamar yah”
Ale mengangguk
“kita main di kamar lu aja.....”
“iya, siap Ci Boss.....” ale mengiyakan dengan cepat.
Dia lalu beranjak ke kamarnya, dan menunggu Ci Boss nya datang. Dengan hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Pentungannya mengangguk angguk dalam celananya. Dalam hati Ale, pukimai kau kontol, beruntung sekali kau ini, kemarin memek muda yang kau gas, malam ini yang tuanya yang kau sodok. Kontol banjingan.
Suara pintu dibuka
Masuklah Ci Fany, dan sambil tersenyum dia melihat Ale yang sudah berbaring. Masih dengan daster yang tadi, lalu dia mengunci pintunya.
“buka celananya...” perintahnya ke Ale
Ale dengan sigap meloloskan celananya hingga bugil. Batang pentungannya mencuat dengan gagah perkasa, siap bertempur.
“ih, udah ngaceng aja.....”
“iya Ci Boss... tahu dia kalau Ci Boss sudah datang....”
Fany mencubit perut Ale. Dia llau bangkit, dan dengan sekali buka dasternya hingga hanya menyisahkan celana dalamnya. Lalu dengan sekali tarik dia meluncurkan celana dalamnya, hingga segitiga dengan rambut lebat itu muncul didepan mata Ale. Suasana kamar dengan lampu dari luar kamar yang menerangi, cukup untuk Ale bisa melihat dibalik temarannya kamarnya dia.
Tangan Ci Fany mengelus batang pentungan Ale yang semakin menegang dan keras.
Dengans senyuman genitnya dia lalu menyodorkan buah dadanya ke mulut Ale yang sedang telentang. Dengan rakus Ale mencomot buah dada indah itu dengan mulutnya, bagaikan bayi yang sedang kehausan dia melahap puting buah dada yang kemerahan, sementara tangannya membelai selangkangan Fany yang mulai basah bagian dalamnya.
Silih berganti payudara Fany menjadi sasaran mulut Ale, bibirnya tanpa sadar mengeluarkan rintihan nikmat, setelah hampir seminggu tidak merasakan nikmatnya payudaranya itu dilumat dan dijilati mulut Ale, kini dia menyodorkan dengan penuh birahi ke mulut Ale.
Kulitnya yang putih mulus diterpa cahaya dari luar terlihat semakin indah, dan menimpah badan Ale yang hitam legam, suatu pemandangan kontras yang indah kombinasinya, dan rakusnya mulut Ale di dada Fany, kini semakin membuat becek vaginanya.
Mulut Ale terlepas, dan langsung disambut ciuman dahsyat dari fany, mereka berciuaman dengan ganasnya, sambil bibirnya melumat bibir Ci Fanny, tangan Ale dengan gemasnya meremas buah dada yang mengantung indah itu.
Ci Fany lalu mendorong Ale untuk terlentang lagi, kini dia naik dan bersimpuh di depan wajahnya Ale. Dia menyodorkan bukit vagiannya ke mulut Ale, dengan disambut oleh juluran lidah nakal dan emutan bibir Ale. Dengan posisi Fany yang diatas, tangannya bersandar menopang di dinding kamar, sementara selangkangannya dihadapkan di wajah Ale.
Jilatan lidah Ale lalu membasahi permukaan vaginanya Fany, kini vaginanya dibuka lebar, dia menduduki wajah Ale, dan lidah Ale berselancar dengan lincahnya mengorek ngoreok isi vagina merah yang basah itu. Aroma segar dari vagina Fany membuat Ale semakin mengganas, dengan sedikit ditekan pantatnya kearah wajahnya, dia mejilati semua bagian vaginanya, dan kemudian berhenti di bagian itilnya.
Fany tidak mampu menahannya, dia berteriak lirih, yang membuat Ale agak sedikit kuatir dengan jeritan bossnya ini, namun pantatnya ditekan agar mulut Ale semakin mencengkram vaginanya, dan tangan Ale lalu berpindah meremas buah dadanya, dan dengan jepitan dan pilinan jemarinya, membuat Fany sulit membendung, apalagi dia dalam posisi diatas, dan akhirnya dia tidak mampu menahan.
Fany berteriak lirih, pantatnya bergoyang dengan cepatnya lalu ia menghentikan goyangannya, menekan pantatnya ke mulut Ale, dia mendapati orgasme pertamanya dengan jilatan dan emutan bibir Ale.
“gila lu, Lu.... bibir lu emang sakti.....”
Fany terengah engah dan tumbang meninpah badannya ale. Dia sengaja mendiamkan sejenak dan mengatur nafasnya. Rasanya enak sekali setelah seminggu tidak merasakan nikmatnya bercinta, lalu mendapat jilatan dari bibir Ale, orgasmenya kali ini terasa mantap sekali.
Kini dia membelai batang pentungan Ale yang sudah mengeras. Jemarinya yang putih lentik dengan lembut mengelus, lalu meremas dengan gemas, dan dia pun membuka mulutnya, kini kontol Ale yang super ukurannya itu masuk topi bajanya ke mulut Ci Fany.
Emutan dan jilatan di kepala kontolnya, membuat Ale merem melek. Dia akui bibir Ci Fany yang seksi ini memang terasa indah dan enak saat menjepit batang kontolnya. Apalagi lidahnya dimain mainin, Ale semakin liar jadinya.
Ditariknya badan Ci Fany, dan Ci Fany meminta posisinya diatas. Dia ingin jadi boss dimanapun dia berada, termasuk saat bercinta dengan Ale.
Dengan setengah menggosok agar licin vaginanya, lalu dia menurunkan pantatnya, dan semua batang kemaluan Ale hilang ditelan memek Fany. Fany setengah mencengkram dada Ale, dia merasakan bagaimana tusukan pentungan tumpul itu seakan merobek isi memeknya.
Kini dengan liarnya dia menggoyang pantantnya mengimbangi sodokan Ale dari bawah. Rambutnya yang tadi diangkat diikat keatas, kini tergerai. Buah dadanya yang indah bergoyang goyang seirama dengan goyangan pantatnya. Dan kontol Ale yang besar tertanam di vaginanya, membuat dia semakin basah dan merasakan nikmat saat panttanya bergoyang. Dia yang menentukan arah dan mana titik yang enak untuk disentuh, sehingga rasanya posisi woman on top ini membuat dia bisa merasakan nikmatnya dalam bercinta, karena dia tahu dimana titik yang merangsangnya untuk cepat keluar lagi.
Buah dadanya yang begoyang indah tidak disia siakan oleh Ale, dengan setengah duduk Ale lalu bangun, dan bibirnya melumat dengan ganasanya buah dada majkannya itu. Mereka kini seakan tidak perduli sedang di kamar Ale yang rentan terdengar jika ada yang lewat. Rintihan dan lenguhan mereka silih berganti terdengar, Fany merasakan kegilaan yang luar biasa sensasinya kali ini.
Pantantnya kini seakan tidak bisa dikontrol lagi. Kepala kontol yang naik turun dibawahnya itu terasa menyentuh itilnya dan membelah isi vaginanya, dan dinding yang menjepitnya pun semakin basah dan becak, dan dia rasanya sulit dan tidak mampu menahan lagi.
“ale...gue mo keluar lagi....” dia dengan gemes merenggut rambut dan kepala Ale...
“gue keluar Ale.......”
Ale meremas buah dada yang kanan dan melumat buah dada yang kiri yang bergoyang goyang meminta dilumat.
“ale.... oughh,,,ahhhh... ah,,, gue sampe.....”
Teriak Fany sambil menekan pantatnya agar diam dan berhenti sejenak saat orgasmenya tiba, dia memeluk kepala Ale agar mendekat dan melekat didadanya, orgasme yang yang kedua akibat sodokan pentungan hansip sakti itupun tiba.
Ciuman bibir Ale dengan Fany kini dengan lembut terdengar
“ale... enak banget...”
Dia tersenyum, hanya giginya yang terlihat
“kontol lu makin keras dan enak sekarang...” puji Fany lagi sambil meredahkan nafasnya yang seperti baru selesai marathon.
Setelah agak sedikit meredah, Fany lali berbaring dibawah, dan membuka lebar-lebar vagina.
Melihat Fany yang terlentang dan pahanya yang tebuka lebar, Ale kembali dibuat bertanduk. Dengan pelan tapi apsti, dia lalu emmasukan batang kemaluannya kedalam vagina yang sudah basah itu, dan sengaja dia mendiamkan sejenak.
Jepitan dari Fany terasa menjepit batangnya
“goyang Le.....” perintah Fany
Dengan irama yang pelan Ale mulai menggoyang, dan pelan tapi pasti iramanya itu kini semakin cepat dan semakin kencang menggoyang, pelukan Fany dengan erat mendekap punggung Ale.
Mereka lelu berciuman dengan ganasnya, bertukar liur dan lidah saling menekan dan berpilin, dan bunyi ciuman serta bibir yang berkeciprak itu terdengar, membuat nafsu Ale semakin membara dan terbakar, dan minta untuk dituntaskan segara.
Kini goyangan Ale sangat cepat dan kencang, dia berkonsentrasi penuh untuk bisa memuntahkan isi kontolnya, sedangkan Fany merintih rintih akibat ganasnya tusukan Ale yang tidak berhenti masuk dan keluar didalam vaginanya. Basah dan becek, namun tetap saja batang itu terasa sekali saat didalam bergerak menggoyang seisi vaginanya.
Lalu Ale pun semakin dekat
“ci Bos... beta mau keluar....”
“iya sayang.... iya Ale....” bibir Fany pun sudah tidak karuan mengeluarkan ucapan
“buang dimana.....”
“terserah lu Ale....” bisik Fany pasrah
“didalam boleh Ci Boss....??”
“Boleh sayang.....”
Lalu ale tiba-tiba menahan pantatnya, dia menekan keras, dan diringin dengan teriakan kecilnya
“ohhhhh.... oh..... beta keluar CI Boss.....”
Fany tersenyum dan memeluk erat badan Ale, vaginanya sengaja dikempot kempotkan agar isi pentungan Ale ludes keluar dari dalam batangnya.
Ale dibuat merem melek gara-gara jepitan Ci Boss nya
“oh... enak sekali Ci Boss....”
Dia lalu tumbang disamping Fany.
Fani lalu menghadapkan badannya ke sisi Ale, dia memeluk dengan mesranya.
“enak?”
“enak sekali....”
Fany tersenyum dan mencium Ale dengan mesra.
“gue pengen nambah, takut Alvin pulang....”
“iya Ci Boss... kapan Ci Boss mau saya siap....”
Kembali lagi Fany memeluknya. Dia merasa semakin menyayangi anak buah kesayangannya ini. Selain anaknya rajin, sopan, baik dan pekerja keras, dia juga sangat menghormatinya, meski hubungan mereka sudah seperti suami istri, namun Ale tetap tahu diri dengan posisinya
Dia membelai dadanya Ale, lalu masuk ke dalam pelukan pembantunya itu. Badannya agak berkeringat karena ganasnya pertarungan mereka barusan.
“besok kali Alvin pergi, kita main lagi yah....”
“iya Ci Boss....”
“ya sudah, gue balik kamar dulu...”
Fany lalu bangun, melap memeknya dengan celana dalamnya, lalu memakai dasternya tanpa memakai celana dalamnya lagi.
Dan sebelum dia pergi, bibirnya kembali memagut bibir Ale. Kini tidak ada lagi rasa geli atau aneh dengan bibir hitam Ale, dia malah suka dan doyan dengan itu sekarang. Bahkan mengulum kontolnya Ale pun dia demen sekarang, karena selain besar, kontol itu juga bertenaga dan sangat kuat, membuat dia ketagihan untuk mencoba lagi dan lagi.
BERSAMBUNG ...