𝐊𝐨𝐩𝐢 𝐒𝐮𝐬𝐮 𝟑𝟐 𝐀𝐋𝐄 𝐉𝐀𝐓𝐔𝐇 𝐈𝐁𝐀

 


“ Le, itu tagihan Pak Rizal itu berapa totalnya?” tanya Ci Fany ke Ale

“lupa Ci Boss... ada di catatan sih... sekitar 22 jutaan kalo ngga salah...”

“gila yah... udah mau setahun dia ngga bayar-bayar nih...”

Memang banyak kontraktor proyek yang kerjasama dengan toko Boss nya ada juga yang suka bandel dan lama membayar, termasuk Rizal ini. Dia punya proyek rumah kecil-kecilan model cluster, jadi dia ikut borong sehingga ambil barang di toko

“pak Wandi udah kesana kemarin?” tanya Ci Fany ke Pak Wandi

“udah Ci Boss.... rumahnya kosong melulu....”

“waduh... kemana?”

“ngga tau Boss....”

Fany lalu bilang ke Ale

“le, coba lu handle masalah beginian....”

Dia suka kesal sama Pak Wandi kadang. Nagih ke penunggak, dikasih uang gocap aja langsung balik dia. Fany bisa tahu karena dulu ada yang cerita ke dia, bahwa yang nunggak kalau ditagih suka nyogok Pak Wandi, pasti beres dan langsung balik dia.

Makanya kali ini dia tugaskan Ale untuk melakukan penagihan, karena selama ini selalu berhasil Ale kalau nagih.

Ale lalu segera bergerak ke rumah Pak Rizal. Dan memang kompleks cluster yang hanya ada 12 rumah itu, rumah yang ditempati Rizal kosong melompong. Terlihat tidak terawat. Ale mencoba bertanya ke tetangganya, kata mereka sudah mau sebulan lebih rumah itu tidak terlihat penghuninya. Rizal dan keluarganya entah kemana perginya.

Ale lalu beranjak ke salah satu lokasi rumah proyek yang dikerjakan oleh Rizal. Dan disana dia mendapat berita yang mengejutkan. Rizal ternyata ditahan di polres karena kasus penipuan ke salah satu rekan bisnisnya.

“sudah 2 bulan Bung.....”

Ale bingung

“istrinya juga kayaknya pulang kampung.....”

Ale makin bingung

“tapi ada yang pernah lihat sih istrinya di gang Tangki..”

Ale akhirnya bingung dan pulang. Dia laporan ke Ci Boss. Emosi Fany langsung naik mendengar itu. Dia ngomel ngga berhenti mendengar itu

“cari istrinya...”

“iya siap Ci Boss....”

“minimal harus ada tanggung jawab lah dari istrinya.....”

“iya siap Ci Boss....”

Ale sedikit banyak mengenal suami istri ini karena sering datang ke toko dulu belanja. Rizal memang gayanya keren selalu. Jam tangan dan kacamatanya selalu terlihat trendi. Istrinya juga meski jarang bicara namun ramah ke orang-orang. Ale masih ingat wajah mereka berdua.

Sepulang dari toko, dia seperti biasa melakukan pekerjaan hariannya dia. Selesai itu dia kembali minta ijin ke Ci Boss nya untuk melacak posisi istri dari Rizal. Karena jumlah hutangnya ini termasuk besar sebenarnya, sehingga Ci Boss meminta Ale untuk cari, selain lumayan besar sudah mau setahun belum ada pembayaran.

Berbekal informasi bahwa istrinya ada di Gang Tanki, Ale lalu berjalan ke daerah sana, namun orang disitu tidak ada yang mengenali Rizal. Dia lalu bolak balik dari rumahnya ke gang tanki, hasilnya nihil, dan Ale pun pulang.

Malam-malam ini dia jatahnya agak berkurang, Ko Boss sakit beberapa hari ini, jadi memang Ci Boss harus rawat suaminya. Dan dia juga tidak enak mengajak duluan Ci Boss nya, karena dia tahu pikiran Ci Boss nya pasti tidak tenang nantinya.

Besoknya dia kembali bergerak kesana siang hari, namun hasilnya juga masih nihil.

Malam harinya dia pun minta ijin sama boss nya untuk jalan lagi cari. Dia entah kenapa yakin sekali bahwa dirumah mereka itu pasti istrinya ada atau tidak suka datang kesana, maka dia dengan tenang menunggu di depan kompleks perumahan townhouse kecil itu, matanya tertuju ke depan rumahnya, sambil dia duduk di depan jalan, sambil menikmati teh kotak dan main-mainin ponselnya. Dia tetap waspada melihat.

Benar saja sekitar jam 8.30 malam, dia lihat ada wanita yang jalan kaki dan masuk ke rumah tersebut. Dia biarkan sejenak, dan ketika dia akan menghampiri wanita yang tadi tiba-tiba keluar dari rumahnya dan berjalan lagi keluar ke arah yang tadi.

Ale dengan cepat lalu menghampiri

“bu.... permisi...”

Wanita itu kaget melihat Ale

“maaf Bu... saya Ruslan... anak buahnya Ci Fany...”

“oh iya Bang..... “

Wanita itu segera tahu maksud kedatangan Ale menemuinya

“eh... gimana yah....”

“iya Bu.... gimana yah...”

Dia bingung, Ale juga bingung

“kita ngobrol dimana mungkin Bu.... ngga enak dilihat orang....”

wanita itu sangat bingung kelihatannya

mereka menepi sejenak. Wanita itu kenal Ale karena sering mengantar barang juga saat mereka dulu suka pesan. Dia tahu anaknya sopan dan baik

“iya Bang..... saya minta waktulah....”

Ale terdiam

“saya minta maaf Bu... saya sudah dengar masalah Pak Rizal.... “

Wanita itu hanya menunduk sedih. Ale bisa memahami perasaan wanita itu

“cuma memang saya disuruh boss saya tanya bagaimana Bu... makanya saya cari ibu....”

Dia masih menunduk

“saya juga bingung Bang... kami benar-benar buntu... hutang dimana mana, ngga ada penghasilan, suami ditahan... saya bingung....”

Ale jadi serba salah mendengarnya

“ibu mau kemana malam begini..?”

Dia dia saja menunduk

“ ini abis ngambil beras....” dia menunjukan kantong kresek kecil “tadi kawan ngantar beras ke rumah, jadi saya ambil...”

Oh berarti dia tidak tinggal disini sekarang, pikir Ale

‘ibu ngga dirumah ini sekarang?”

Dia menggelengkan kepalanya

“ngga tenang saya disitu..... ada aja orang datang cari... saya bingung bang...”

Terlihat ada air mata di mata wanita itu

“ini ibu mau balik kemana?”

Wanita itu masih diam

“ngga apa-apa Bu.... saya ngga akan bilang ke orang-orang kok....” dia mencoba menenangkan hati wanita itu

“nanti juga saya bilang aja ke boss belum bertemu ibu....”

Wanita itu mengganggukan kepalanya

“di tangki sementara saya tinggal....”

“oh....”

Pantas ada yang bilang dia disitu

“ibu jalan kaki kesana?”

Dia menganggukan kepalanya

“mobil ama motor sudah ngga ada... ini buat biaya suami di dalam saja saya bingung....”

Ale benar-benar kasihan melihatnya

“ibu mau saya antar?” tawar dia

“ngga usah Bang..” tolaknya halus

“ngga apa-apa Bu... kasian lumayan jauh kalau jalan kaki kesana....”

Akhirnya dia bersedia diantar oleh Ale. Mereka jalan berdua naik motor, lalu masuk ke gang Tanki, masuk lagi ke gang kecil yang hanya bisa motor masuk, dan kemudian berhenti di sebuah kontrakan petakan. Meraka masuk disamping kontrakan petakan itu, lalu ada pintu pagar, dibuka oleh Ati, nama wanita itu, dan dia mepersilahkan Ale masuk.

“motornya masukin aja dulu Bang... takut ganggu orang lewat...”

Ale lalu memasukan motornya. Ternyata hanya ada satu petakan dibelakang petakan yang terlihat dari di depan, makanya terkesan terisolir.

“masuk Bang...”

Ale agak miris melihat kondisi rumah ini, nampak penuh barang dan tidak teratur. Dia lalu duduk di karpet di ruangan tamu.

“ada satu kamar aja Bang, cuma ada ruang tamu dan dapur kecil dan kamar mandi di belakang.... “ jelas Ati.

“anak-anak?”

“di rumah neneknya yang gede.... yang bontot lagi tidur di kamar...”

“tadi ditinggal sendiri dia tidur?”

“ia Bang... habis mau gimana?”

Ale bingung. Niat dia mau nagih jadi gagal melihat kondisi seperti ini

“jadi minta tolong Bang... sampaikan ke Ci Fany, bukannya ngga mau lunasin... tapi mau bayar pakai apa?”

“utang di yang lain aja masih banyak....”

Ale hanya terdiam

“suami terlalu berani spekulasi.... kemarin itu dia sudah tahu sertifikatnya bodong, dia tetap paksa jual, karena di pikir kalau laku dia bisa urus sertifikatnya.... ujungnya dilaporin...”

Dia sedikit banyak kenal dengan suami istri ini. Suaminya memang agak tinggi jika bicara, namun yang dia tahu istrinya baik. Ati ini wanita asal Palembang, berkulit putih dan manis. Usianya sekitar 35 tahun. Sayang aja karena mungkin konflik batinnya, membuat dia seperti tidak terurus kondisinya.

“maaf yah Bang.... ngga ada apa-apa, ini aja buat makan saya bingung.... yang penting ada beras lah....”

Ale benar-benar kasihan dibuatnya

“nanti sampaikan ke Ci Boss... kami minta waktulah.....” ati sambil menundukan wajahnya

“iya Bu.....”

Tidak lama Ale lalu pamit, dia hanya meminta nomor telpon Ati saja.

“makasih yah atas perhatiannya.....”

“ia Bu....’

Ale lalu pamit. Dia kasihan melihat kondisi Ati. Dia ingat dulu jika ke toko penampilan Tante Ati ini benar-benar keren. Meski sudah berusia 30an, namun dia sama seperti bossnya, bisa menjaga badannya. Sayang saja kasus suaminya ini membuat dia galau dan kalut.

*************************​

Besoknya Ale laporan ke Bossnya

“Ci Boss, istrinya akan usahakan cicil katanya....”

“cicil? Berapa sebulan?”

“mungkin 500 atau sejuta katanya...”

“waduh kapan lunasnya....”

Fany masih kesel sepertinya.

Sedangkan Ale bingung, kenapa coba dia bohong ke boss nya? Bukannya semalam Ati kan tidak menjanjikan apa-apa ke dirinya. Malah buat makan saja susah mereka. Bodohlah, daripada disuruh nagih orang susah, kasihan Ale melihatnya. Apalagi melihat kondisi Bu Ati tadi malam, harus mengendap endap ke rumahnya, terpisah dari anak dan suaminya, dekejar kejar banyak orang juga.

Malam harinya di rumah, karena Koh alvin masih sakit, Ci Fany juga tidak berkunjung ke Ale. Koh Alvin kalau sakit gampang terbangun, makanya Ci fany agak jaga-jaga, meski memeknya sudah mulai gatal ingin digaruk pakai pentungan Ale yang super sizenya itu.

Ale jujur saja kepikiran dengan Ati. Dia bingung kenapa sampai kepikiran, mungkin karena kasihan atau juga karena dia lihat bagaimana perubahan drastis dari Ati dan Rizal.

Dia lalu masuk ke dapur, dia tahu disini indomie banyak terbuang dan tidak dimakan. Dia lalu mengambil di laci, memasukan ke ke kantong plastik semuanya. Dia lalu keluar pelan dari pintu pagar, mengeluarkan motornya. Dia sempat mengirimkan whatsapp menanyakan kabar ke Ati.

Bu, selamat malam. Bagaimana kabarnya

Ale berkendara ke gang Tanki. Dia sendiri bingung kenapa dia jadi peduli dengan Ati dan anaknya itu. Dia mampir ke toko sayuran. Membeli bumbu, telur dan juga beras 10 liter. Lalu sebelum dia berkendara lagi, dia sempat membaca whatsapp dari Ati

Alhamdulillah baik Bang. Ini ada yang nagih juga ke rumah dari tadi ngga balik2, kalo ngga ada katanya ngga akan balik

Membaca itu Ale dengan cepat mengemudikan motornya ke rumah Ati. Dan setiba disana dia melihat ada dua orang laki-laki sedang bertamu

“kenapa ini Mas?” tanya Ale sangar

“eh... ini kami ada urusan sama Bu Ati....”

Ati yang kaget melihat Ale datang, langsung menjelaskan kalau dia sudah menerangkan ke mereka, tapi mereka tidak mau mengerti

“kalian ini orang lagi susah juga....”

“bukan gitu Bung... soalnya Pak Rizal belum kelarin juga”

“iya... kan kalian tahu Rizal dimana.... ngga kasihan kalian sama Ibu Ati ini....”

“ngga gitu Bung....”

“trus bagaimana mau kalian? “

“pengertiannya aja Bung...”

“pengrtian apa? Dia lagi susah kalian tekan-tekan....”

“gini Bung.....”

Ale semakin kesal

“yah sudah mau kalian apa sekarang.....”

Ale memang tidak tinggi besar badannya, namum melihat tongkrongan dia memang termasuk serem juga.

“ya sudah Bung.... kami mohon maaf....”

“kalian ini yah... kalo Pak rizal ada juga silahkan berurusan dengan beliau....”

Mereka keder juga dengan gaya dan muka sangar Ale, enggan cari perkara dan akhirnya memilih pamit.

Ati merasa sangat bersyukur ada Ale. Dia tidak tahu jika Ale tidak datang, mungkin bisa nginap kali disini mereka.

“besok saya bawain gembok buat pagar itu, biar Ibu nanti kunci aja yah....”

Ati hanya bisa mengangguk

“ini apa Bang?” tanya dia melihat kantong kresek yang dibawa Ale

“buat Ibu dan anak Ibu.....”

Ati sungguh bterharu dibuatnya. Bukan keluarga atau siapa yang pernah dia tolong dulu waktu dia berduit, malah orang seperti Ale yang datang menolongnya. Dia terharu sekali dibuatnya saat melihat ada sembako dan juga beras serta indomie.

“makasih yah Bang.....”

“iya Bu..... ngga apa-apa....”

Ati lalu membuatkan teh manis untuk Ale

“makasih yah Bang... ini sangat membantu saya.....”

“iya Bu... jika ada apa-apa jangan segan kasih tahu saya....”

“iya Bang...”

Dia dari dulu memang tahu anak ini baik. Saat mengantar barang dulu selalu sopan dia, kerja ngga hitungan. Meski tampangnya seram, namun hatinya baik dan tadi terlihat dia sangat melindungi dirinya. Ati menjadi nyaman karena ada anak ini.

Mereka lalu saling ngobrol panjang, Ati mengungkapkan kalau dia berencana buka reseller oriflame dan tupperware. Sehingga dia bisa menyambung hidupnya. Karena memang dua bulan terakhir ini dia benar-benar harus berjuang sendiri. Apalagi suaminya didalam penjara juga perlu bantuan dia untuk makan dan biaya hidup.

BERSAMBUNG ...



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com