Untuk sementara Ale sedikit mengerem untuk berkunjung ke rumah Ati. Selain anak Ati yang bungsu sudah ada di rumah, kesibukan Ati dalam mulai bisnis jual beli onlinenya kini semakin gencar dia jalanin. Meski demikian komunikasi mereka via whatsapp tetap jalan lancar, bahkan pernah makan bareng bertiga dengan anaknya Ati di warung pecel ayam beberapa hari yang lalu.
Ale senang mendengar Ati sudah mulai lancar usahanya. Ati sempat berbisik agar beberapa hari kedepan minta ditengokin warungnya. Sepertinya Ati juga sudah kena pukulan jimat pentung sakti milik Ale, sehingga ketergantungan akan batang hitam itu mulai dia rasakan.
“kalau sudah sedikit berkurang sibuknya, main yah…. Aku kangen….” Bisik dia dengan genit ke telinga Ale
Ale mengangguk dengan buru-buru.
“iya….. siap….”
Sosok yang rajin dan senang membantu, ditambah dengan gayanya yang tidak macam-macam memang memikat hati Ati. Udah gitu pentungannya yang bikin penuh memeknya, selalu buat Ati melayang dan rasanya sulit lupa. Dia tidak peduli dengan usia dan warna kulit, yang dia tahu hanya anak ini yang bantu dia saat susah, dan juga memberinya kenikmatan yang luarbiasa.
Proses persidangan suaminya yang sudah putus, dimana suaminya diputus 2 tahun penjara dalam kasus pengelapan, membuat Ati semakin mantap untuk meminta cerai dari suaminya. Proses sidang perceraian sudah berjalan dan tinggal Ati menyelesaikan administrasinya, maka putusan pun akan segera turun.
Dia tidak ingin berandai andai, dan meski ada beberapa pria yang coba mendekatinya, dia sudah bertekad dalam hatinya untuk tidak membuka pintu dengan mereka. Meski hubungannnya dengan Ale juga tidak jelas, namun dia sangat menyukai cara Ale dalam menjalani hubungan mereka. Pria bertampang agak serem ini nyaris sangat santun dan tidak pernah bertingkah seperti gaya-gaya anak-anak kampungnya dia yang banyak di kota-kota besar.
Cara Ale memperlakukannya juga sangat lembut dan tidak pernah kasar selama ini. Dia bahkan tidak pernah meminta duluan. Mereka sudah saling tahu dan mengerti setiap Ale datang dan suasana mendukung, maka percintaan pun terjadi. Dan dia selalu puas dengan Ale. Beda sewaktu dengan suaminya yang doyan minta, tapi jarang bikin dia keluar. Sudah gitu sering jajan pula diluaran sana.
Ale benar-benar membuat dia jadi menikmati apa yang namanya seks. Jilatan di memeknya yang selalu bikin dia ketagihan, ditambah dengan pentungan hansipnya yang sesak kalo masuk ke memeknya, membuat memeknya serasa menjepit dengan eratnya dan itu yang membuat dia cepat keluar jika sudah bercinta dengan Ale.
Sempat ada kekuatiran dengan tampang Ale yang serem tadinya. Namun perlahan lahan rasa itu diganti dengan rasa suka dan nyaman saat dekat pria Ternate ini. Tanpa dia sadari kini sering sekali dia kangen dengan bocah ini. Gayanya yang lugu memang suka membuat dia kangen, apalagi jika batangnya yang sudah tegang, membuat dia rasanya ingin segera naik dan berpacu disitu.
Ati sudah menceritakan ke teman dekatnya perihal kedekatannya dengan Ale. Dia juga diwanti wanti dengan gaya anak-anak timur yang doyan mabuk dan suka kekerasan. Stigma seperti ini sulit memang dilepas, tapi yang dia lihat sehari hari Ale justru terbalik. Dia rajin sholat, jarang bicara, tidak pernah mabuk dan merokok, hanya memang doyan menyodoknya dengan kencangnya jika dia sudah bugil saja.
Wanita ini memilih sedikit santai terhadap hubungan mereka. Kondisinya yang janda dan punya anak membuat dia lebih selektif, meski sekarang ini rasanya dia sangat suka dan merasa nyaman bersama Ale, seperti malam waktu mereka makan itu, dia pun melihat Ale sangat baik dan peduli dengan anaknya yang bontot. Itu yang dia sukai, meski dia tahu bahwa Ale yang masih bujangan belum tentu juga suka dengan janda seperti dirinya. Baginya saat ini kehidupan barunya dengan anaknya setelah lepas janda dari suaminya jauh lebih penting. Dan jika bertemu pria yang bisa terima dia apa adanya dan mau berjuang bersama, maka itu bonus baginya.
*************************
Siang ini di toko sangat ramai sekali. Ale dengan cekatan membantu Ci Fany melayani para pembeli dan pemesan. Saking ramainya Ale nanti jam 3 sore baru sempat makan siang. Semua barang yang diantar juga sore hari baru diantar sama Ale. Untung Kebot dan Pak Wandi kali ini agak cepat bergerak dan membuat semua urusan hari ini cepat selesai dan terbantu.
Kesibukan dan banyak pelanggan membuat waktu tidak terasa sudah pukul 16.50 dan 10 menit lagi toko akan segera tutup.
“ini besok saja deh……” ujar Ci Fany
Ale hanya diam sambil mamandang boss nya.
Bagian belakang toko yang letaknya di meja kasir yang Ci Fany suka duduk, tadinya diisi oleh cat-cat dan juga barang-barang besar. Namun saat gudang dibelakang sudah jadi dan diperbaiki oleh Ale, semua kaleng cat yang besar-besar dipindahkan ke Gudang belakang. Sehingga ruangan yang dibelakang ini jadi etalase barang-barang kecil dan juga kaleng cat ukuran kecil,
Ruangan yang tadinya penuh sesak, kini agak longgar dan ada sofa kecil ditambah meja yang diletakan disitu. Thomas yang sering mampir dari sekolah jika ada PR yang dia suka minta Ale bantuin, membuat Ale jadi punya ide untuk memindahkan sofa yang jarang dipakai di rumah ke situ, ditambah satu meja kecil.
“buat Koko Boss kalau datang kesini…..” ujar Ale saat Fany melihat dengan herannya.
Fany tersenyum dan suka melihat ide Ale. Memang Thomas jika datang ke toko jadinya suka duduk di meja tempat dia gunakan untuk kasir, dan sedikit mengganggu pekerjaan mereka jika sedang ramai. Makanya ide Ale sangat disukai oleh Fany. Dia bahkan mebeli AC portable untuk jaga-jaga jika Thomas kepanasan.
“nanti biar beta yang beresin sudah Ci Boss…..” ujar Ale.
Memang tinggal merapihkan barang-barang kecil ke atas rak yang sudah disiapkan.
“ya sudah, nanti kalau Kebot sama Pak wandi pulang lu kunci aja pagar depan….” Perintah Ci Fany.
“iya Ci Boss….”
Setelah mengunci pintu pagar depan, dia kaget melihat Ci Fany justru didalam ruangan belakang.
“ci Boss mau beta antar pulang dulu?” tanya Ale
“ngga usah…. Lu beresin aja dulu ini…..” jawabnya sambil sedang mengetik pesan di ponselnya
“tutup tuh rolling doornya, nanti disangka kita masih buka pula……” sambungnya sambil matanya tetap dilayar ponselnya.
Ale mengiyakan, lalu segera dia bergerak menutup rolling doornya hingga rapat. Lampu luar juga di nyalakan karena waktu sudah mau pukul 17.30.
Dia lalu masuk ke ruangan belakang dan melanjutkan pekerjaannya. Membereskan semua barang-barang yang masih dilantai. Dinaikan ke atas rak dan diatur sesuai lokasi yang sudah dia tulis kemarin, sehingga berjejer rapih dan mudah ditemukan.
“wih… udah rapih….” Suara Ci Fanny menganggetkan Ale….
“I iya Ci Boss…..”
“nyalain lah ACnya….”
Fany memencet AC portable dan dia duduk di sofa kecil sambil tetap memainkan ponselnya.
Ale yang sudah menyelesaikan pekerjaannya, mengambil sapu dan menyapu lantai karena ada sisa debu dan potongan kardus yang tersisa.
“besok aja lu pel nya…” ujar CI Fany lagi.
Kondisi yang hanya mereka berdua membuat Ale mau tidak mau jadi memperhatikan kondisi Ci Boss nya ini. Ternyata dari pagi Ci Boss ini dengan rok mini, dan blasernya yang hitam sudah dilepas, sehingga menyisakan tank top dengan tali tipis yang menempel di badannya. Kulit pundaknya yang mulus membuat Ale seketika bertanduk, dan posisi duduknya yang sembarangan memang membuat paha mulusnya terekspose dengan bagusnya.
Buah dadanya yang montok terlihat sesak dari balik tantopnya. Bra hitam terlihat dari talinya dengan tank top abu dan rok warna senada yang ukurannya mini, dan Ale tahu bra ini senada dengan celana dalamnya yang hitam dan berenda. Membayangkannya membuat Ale seketika naik tensi dan sesak celananya.
“sudah?” tanya Fany sambil mendongakkan wajahnya ke arah Ale
“sudah ci Boss…..”
“ ih kasihan berkeringat……” ujar Fany sambil tersenyum melihat Ale yang sudah bekerja keras seharian.
Ale hanya tersenyum menunduk. Sifat inferiornya entah kenapa selalu muncul didepan Ci Boss nya ini. Meski sudah tidak terhitung mereka berapa kali bercinta dan bermesraan, mungkin bagi pria lain ini sudah jadi celah yang besar untuk bertindak sesuak hati. Tapi Ale sangatlah gentle dan tetap memegang rasa hormat bagi Ci Boss nya.
“ngga apa-apa Boss…. Namanya juga kerja…”
Fany tersenyum melihat Ale. Perubahan yang terbesar dari diri Ale ialah bajunya yang sekarang jauh lebih rapi, lalu setelah sering pakai deodorant, bau badannya meski berkeringat juga tidak menyengat. Bahkan sore ini dia terlihat seksi meski keringat tadi menetes di dahinya.
“ayo balik…..” ujar Fany, sambil tersenyum.
Dia seperti sedang menggoda Ale dengan senyumannya yang mengundang. Apalagi dia tahu Ale sedang memperhatikan buah dadanya yang terbungkus tank topnya. Apalagi dari tadi Ale juga memperhatikan pahanya, karena dia hanya menggunakan rok pendek. Otomatis pahanya terekspose saat dia duduk di sofa.
Dan kondisi yang hanya mereka berdua di ruangan ini, meski sempit namun dengan berjalannya AC portable, membuat suasananya agak adem dan mulai sejuk. dan situasi seperti ini memang arahnya jadi akan kemana mana, karena hanya berduaan dan semua sudah pulang.
“pulang Ci….?” Tanya Ale kayak orang bego
“iya…. Yuk…..” ajak Fany sambil tersenyum menggoda
Ale galau jadinya
Isi celananya sudah berontak melihat seksinya Ci Boss nya meski seharian di toko, namun keseksiannya masih nampak dan meski lipstiknya agak memudar dibibirnya, namun tetap saja bibir indah itu menarik hatinya Ale, apalagi senyumannya yang seperti menggoda Ale dan mengundang untuk menjelajah bibir itu kembali……
“ayo…. Katanya mau balik…..” ajak Fany lagi sambil senyum melihat Ale yang agak bingung…..
Dia lalu berdiri dari sofa, mengambil botol minumannya sambil setengah membungkuk dan menunjukan pantatnya yang dibungkus rok mini ke arah Ale. Melihat bongkahan pantat yang seperti sengaja ditunjukan di arahnya, birahi Ale semakin menjadi jadi. Pentungannya kini tegang karena melihat Ci Fany yang semok dan seksi itu seperti menggodanya
“ yuk Le…..” ujar Fany
Tiba -tiba Ale dengan cepat menubruk Ci Fany, direngkuhnya ke dalam pelukannya yang membuat Ci Fany kaget
“ale….. jangan…..” rontanya yang tidak dipedulikan Ale, dia malah semakin erat memeluk Ci Fany, dan kini bibirnya menyosor bibir Ci Fany
“jangan Le……” tolak Fany agar kepala Ale menjauh.
Tapi Ale pantang mundur, batang kelotnya sudah ngaceng berat.
Bibirnya kini dengan cekatan menyomot bibir Fany. Rontahan Fany masih berupaya menolak, namun akhirnya menyerah saat Ale dengan lembut meremas pantatnya, mendorongnya ke dinding, dan bibirnya melumat bibir Boss nya dengan ganasnya
“ale……..” rontahan Fany kini semakin lembut
“udah….”
Bibir Ale kini melumat bibir Fany dengan penuh nafsu, dan meski menolak, namun tidak bisa dipungkiri bahasa tubuh Fany juga seakan berbeda dengan tolakannya.
“ale…..” dia mendorong kepala Ale….” Ngga bisa nafas gue……”
Fany mengambil nafas sesaat. Tangannya kini dengan lembut memegang pipi Ale
“lagi nafsu yah Lu……” matanya menatap genit ke Ale
“iya Ci Boss…. Soalnya Ci Boss nasfuin sekali…. Seksi betul…...” ujar Ale sambil senyum
Fany tertawa genit. Dia tahu beberapa hari ini mereka memang agak disbukkan dengan pekerjaan, membuat mereka belum sempat melanjutkan acara bercintanya.
“kenapa nafsuin?”
“habis Ci Boss pake baju ini seksi sekali…. Pahanya juga mulus…..” ujar Ale sambil memeluk Ci Boss nya
Fany tertawa kecil. Sambil membalas pelukan Ale, dia mencium pipi pria Ternate itu
“pengen?”
“mau banget Ci Boss….”
“udah berapa hari?”
Ale menghitung sebentar
“sudah 4 hari…..”
Fany tertawa kecil lagi
“kasihan….. “ sambil mengelus kontol Ale dari celana pendeknya
“mau disini atau dirumah?” pancing Fany
“disini saja Boss…. “ sambar Ale cepat… “ kalo Ci Boss ngga keberatan…..” sambungnya lagi agak malu
Fany tersenyum melihat Ale. Sosok lugu dan lucu dimatanya, membuat dia selalu menyukai pria hitam ini.
“ya sudah…….” Senyumnya merekah….” Bukain doang…..” Fany mengangkat tangannya keatas, mengisyaratkan Ale untuk membuka bajunya.
Ale dengan cepat tanpa diperintah kedua kalinya langsung membuka bajunya Ci Fany, sehingga buah dada yang masih tersangga dengan bh warna hitam itu kini muncul di depannya. Ale langsung menghujamkan wajahnya di belahan buah dada itu. Dia seakan menghirup wanginya bau tubuh majikannya itu dengan menempelnya hidungnya di buah dada Fany. Sedangkan Fany dengan gemes meremas kepala Ale.
Kini ciuman Ale naik ke lehernya, membuat Fany mengerang nikmat, karena leher memang salah satu tempat lemahnya, jika sudah diserang disitu dia langsung lemes dibuatnya. Dan kini bibir mereka saling bertautan dengan ganasnya
“hmmmmppppphhhhhhh……” suara nafas mereka menderu diselingi bunyi cipokan bibir dan lidah yang bertautan liar.
Tangan Ale lalu dengan cekatan membuka kaitan bra Fany, dan saat bra itu jatuh ke lantai, dua buah benda elastis itu muncul di depan mata Ale, yang langsung disambut dengan sergapan tangannya, seraya bibirnya masih menyeruput bibir Fany
“kangen sayang?” tanya Fany parau
“iya Ci Boss……”
Fany tertawa pelan
“suka ngga….”
Tanyanya mabil meremas buah dadanya dan menyodorkan ke arah Ale
“suka sekali Ci Boss….”
“bener?”
“beneran Ci Boss…..”
“ouch…..” erangan Fany terdengar merintih lirih saat mulut Ale menyeruput nikmat buah dadanya. Kiri kanan bergantian dilumatnya, dan bibirnya menjepit, serta lidahnya dimainkan di puting yang menegang, membuat Fany semakin kesetanan dan bergairah dengan permainan mulut Ale yang tidak henti-hentinya melumat dan menjilat buah dadanya itu
“Ale….”
“Iya Ci Boss….”
“ini cuma punya gue khan….?” Tanyanya lemah sambil meremas batang kontol Ale dari celananya
“iya Ci Boss…. Cuma Boss yang punya….”
“Benar yah…..” pintanya manja
“beneran Ci Bos…..”
“awas kalo lu celup di memek lain yah….” Ancam manja ala Ci Fany…..
Ale menjawab dengan lumatan dan jilatan di buah dadanya. Membuat Fany semakin blingsatan. Dia lupa sudah dengan jam pulangnya, lupa dia sedang di tokonya, yang dia ingat hanyalah lumatan Ale, dan pentungan Ale yang mengeras dan menekan pangkal pahanya yang masih terbungkus rok mini.
“ngga Ci Boss…. Cuma milik Ci Boss aja…..”
“aoch……. Iya sayang……”
Tanpa sadar Fany kini semakin liar dan lupa diri.
Tangan Ale lalu merayap ke dalam rok mini Ci Fany, lalu meraih tepian celana dalamnya, dan menurunkannya dan dibantu oleh Fany dengan menaikan kakinya agar celana dalamnya copot dengan mudahnya.
Fany lalu didudukin di sofa kecil itu, sofa tanpa lengan. Lalu Ale membuka bajunya, celana, dan kolornya hingga kini dia sudah bugil. Batang kelotnya yang sudah mengencang kini mengangguk anguk di depan Ci Fany, yang disambut oleh remasan lembut gemas Fany. Dia sungguh takjub melihat pentungan hansip yang ukurannya jumbo dan besar itu. Yang selalu membuat memeknya sesak dan selalu membuat dia mencapai klimaks.
Ale lalu membuka paha Fany lebar-lebar. Memeknya yang ditumbuhi rambut lebat itu kini terpampang indah dihadapan Ale. Indah sekali seperti melihat gemutu atau istilah Ale yang artinya ijuk yang hitam, diatas belahan vaginanya yang merah dan basah, dan dikelilingi oleh perut indah dan paha yang gempal dan putih mulus, membuat Ale selalu gemas dan ingin memandanginya setiap saat.
Bibir Ale lalu kini mencumbui bibir bawah Fany
“ouch…. ale…… geli sayang….” Teriak Fany
Ale tidak perduli, dengan buas dia menjilat belahan vagina yang sudah basah oleh cairan pelicin dari dinding vagina Fany, ditambah dengan ludah dan jilatan Ale, membuat dia semakin meracau liar dan meremas kepala Ale yang rambutnya seperti tentara, cepak dan pendek.
“enak banget sayang….”
Fany lupa diri seketika
Dan lidah Ale makin liar, diimbangi dengan remasan tangannya di payudara Ci Fany yang semakin mengeras dan kencang. Lidahnya menusuk, bibirnya melumat bibir bawahnya Fany, dan kemudian berhenti di bagian kelentit Fany, yang membuat dia tidak mampu menahan enaknya serangan lidah Ale, yang kian hari kian bervariasi dengan sangat maut saking gencarnya
Memek Fany seakan berkedut kedut
Pantatnya bergoyang liar dan seakan bergerak otomatis
Dan lidah ale juga masih nakal bermain disitu, membuat Fany tidak bisa menahan diri lagi.
“ale…. Gue mo keluar sayang…..” racaunya liar
Dengan kerasnya dia menekan kepala Ale agar terbenam di vaginanya, sambil dia menahan gencarnya arus orgasmenya, dia berteriak lirih dan mengigit bibrinya dengan liarnya
“ough…. Ough….. oh,…… …. Gila enak banget……” teriak dia bagaikan lupa diri dengan situasi bahwa dia sedang ada di tokonya.
Hempasan orgasme pertamanya dengan lidah Ale membuat dia lemas dan langsung terbaring di sandaran sofa. Memeknya basah dan rambut vaginanya pun agak tertidur bagian bawah akibat bercampurnya cairannya dengan ludah Ale
“enak banget…..” sambil mencubit perut Ale
“tisu dong….”
Ale celingukan mencari tisu
“itu di tas gue…..”
Ale meraih tas boss nya
“ini…?”
“”bukan… itu tisu basah…..”
Ale akhirnya keluar sebentar ke bagian depan, mengambil tisu kering di meja kasir di depan. Fany tertawa melihat Ale bugil berjalan dari ruang depan, batang kontolnya yang besar dan ngaceng begoyang goyang.
Fany lalu membersihkan vaginanya yang basah dengan tisu. Dan setelah kering, dia lalu memposisikan dirinya di sofa lagi
“sini Le….”
Dia lalu meraih pentungan hansip Ale yang sudah menegang, dengan lembut dia mencium kepala kontol hitam itu. Dia seakan tidak peduli bau keringat Ale yang seharian bekerja melayani pembeli, dia hanya peduli dengan kenikmatan yang diberikan oleh Ale.
Dengan lembut dia mencium kepala kontol Ale, dan saat dia membuka mulutnya untuk melumat kepala kontolnya Ale, tiba-tiba dia didorong Ale untuk berbaring, dan bibirnnya diserang oleh ciuman bibir Ale dengan ganasnya
“sayang…. Curang ih… aku kan pengen jilat…..”
Ale tidak menjawab, dia kini melumat ketiak indah milik Ci Boss nya.
Lalu sambil melumat buah dada Fany yang kembali mengencang, dia membuka paha Fany lebar-lebar, lalu dia dengan pelan menggesek kepala batang kemaluannya ke bibir kiri dan kanan vagina Ci Fany. Batang hitam dan legam, menggesek gesek vagina merah dan bersih milik Fany, membuat pemandangan hitam putih yang kontras.
Dan sambil melumat bibir Ci Fany yang mendesah liar, Ale lalu mendorong kelotnya yang tegang dan berurat itu masuk. Meski agak sedikit tersendat, namun akhirnya semuanya masuk hingga ke pangkalnya. Membuat Fany yang tersedak langsung memeluk Ale dengan erat, tangan kanannya memeluk dan merebahkan kepala ale untuk merapat dan rebah ke sisi kepalanya.
Pelukan dan kaki Fany kini mengunci badan Ale, sofa kecil itu bagaikan ikut bergoyang dengan sodokan Ale yang memulai menggoyang batang kontolnya keluar masuk secara perlahan di vagina Fany.
“enak sayang?” tanya Fany lirih sambil sedikit bergetar
“enak Ci Boss…..”
Auh…… sodokan Ale kembali menyodok dinding vagina Fany
“Ci Boss enak…?”
“ouh Ale…. Ngga ada lawan kontol lu sayang…..”
Ale tersenyum dan menicum bibir Fany, yang dibalas dengan ciuman yang ganas. Badan mereka menempel erat dan pelukan saling mengunci, sementara bibir mereka saling bertautan, dan vagina Fany mengunci kontol Ale yang terjepit di dalam belahan vaginanya
“ memek gue enak ngga sayang?”
“enak banget Ci Boss…..”
Fany tersenyum
“jangan celup ke yang lain yah….”
“iya Ci Boss…..”
“janji lu….?”
“janji Ci Boss……”
Fany kembali tersenyum. Dia tahu Ale sangat setia dan selalu menuruti apa yang dia mau, dan perlakuan Ale dan selalu menaruh rasa hormat itu yang buat dia suka dengan bocah yang dulu suka nyolong cd nya itu untuk bahan colian.
“Ci Boss…..”
“iya sayang….”
“gantian…..”
“apa?’
Tanpa menunggu jawaban Ci Boss nya, Ale mencabut batang kemaluannya, lalu menarik Fany untuk berdiri, lalu dia gantian duduk di sofa, dan Fany kini naik ke atas tubuh Ale, dan dengan setengah menuntun tangannya memegang kontol Ale agar tepat di sasarannya.
Dan pelan tapi pasti, batang kemaluan ale pun tenggelan ke gua nikmat milik Fany.
Ough, pemandangan indah dan eksotis tersaji kini. Badan mulus dan cantik milik Fany, kini menduduki badan hitam legam milik Ale. Dan buah dadanya yang bergoyang seiring dengan goyangan pantatnya, kini disambut oleh jilatan dan lumatan bibir Ale.
Posisi woman on top seperti ini memang membuat Fany bisa mengontrol semuanya dengan goyangannya, dan itu membuat dia kesulitan menahan nikmatnya sodokan kontol Ale yang keras sekali. Sentuhan palkon Ale yang tepiannya menyenggol itilnya, membuat dia tidak mampu menahan nikmatnya sentuhan di itilnya, membuat dia semakin mendekat ke arah tepian orgasmenya.
Lumatan bibir Ale di payudaranya juga membuat dia sulit berkutik.
Dia mencoba menahan, namun kenikmatan itu rasanya semkain kencang mengejarnya
Dia bagaikan tenggelam dalam irama dan harmoni percintaan yang sulit dia hindari
Nikmatnya sodokan Ale, dan lumatan di dadanya, akhirnya membuat dia sulit untuk menahan orgasmenya yang kedua. Jepitan vaginanya yang mencengkram otot pentungan hansip Ale, membuat dia akhirnya harus mengakui bahwa stamina dan perkakas Ale memang sakti. Bagaikan benteng Tidore yang sulit dirobohkan, malah serangan Fany yang kini membuat dia akhirnya tiba di pantai kenikmatan.
Dengan menggeram keras, akhirnya Fany meremas kepala Ale, menekan kepala Ale ke dadanya dan kembali dia meledak untuk kedua kalinya di sore ini. Orgasmenya datang kali ini sangat dahsyat dan sampai luber ke dinding vagiannya hingga keluar pahanya.
“oh… enak banget sayang…..” pelukan erat dan ciuman bibirnya ke bibir Ale.
Dia lalu mencabut batang kontol Ale yang masih sangat tegang. Dan sambil menahan tubuhnya yang agak terhuyung, Ale lalu bangun dan mendorong Ci Fany agar tangannya menahan di sofa, lalu pinggulnya ditarik ke belakang, dan kemudiaa Ale melebarkan kaki Ci Fany agar terbuka dan pantatnya diberi celah untuk masuk kontolnya dari belakang
Dengan pelan dia lalu menusuk kontolnya dari belakang, dan Fany yang masih agak gemetar jadi makin ngilu saat kontol Ale masuk lagi dari belakang. Dan sambil menahan badannya, tangan Ale meremas buah dadanya dari belakang, dan kembali kontolnya menghujam dari vaginanya dari bagian belakang.
Hantaman Ale ke bagian pantat Ci Fany membuat suara pertamuan kedua tubuhnya itu terdengar berirama. Rambut kemaluan Ale yang menempel di bagian pantat dan area antara vagina dan lubang pantatnya, menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi mereka berdua.
Dan Ale kini berkonsentrasi penuh untuk menggenjot Ci Fany. Dia menggoyang dan sesekali meremas pantat montok Ci Fany, dia ingin segera menggapai kenikmatannya juga.
Dan akhirnya ujungnya pun tiba
Dengan gencarnya sodokannya, akhirnya Ale kemudian berteriak lirih, sodokannya kencang dan tiba-tiba berhenti. Kontolnya menghamburkan cairan kenikmatan yang tumpah banyak sekali ke vagina Ci Fany, tumpah ruah seiring dengan lubernya kenikmatannya di vaginan Ci Fany. Dan begitu dia selesai, kontolnya yang sudah tidak setegang tadi, segera copot dan Ale langsung terkapar di sofa kecil itu.
Sambil terengah engah Ci Fany menatap Ale yang meringis penuh kenikmatan
Fany lalu ikut merubuhkan tubuhnya ke atas tubuh Ale dan memeluknya dengan mesranya
“enak sayang?”
“enak banget Ci Boss…”
Ciuman mesra dan bibir mereka bertautan.
Kenikmatan yang benar-benar indah bagi mereka berdua kembali hadir sore ini. Meski situasinya kurang ideal karena harus bertempur disofa, namun tetap saja tempat ini termasuk aman bagi mereka berdua untuk bercinta secara sembunyi sembunyi seperti sekarang ini.
“ tisu sayang…”
Ale lalu bangkit mengambil tisu basah dan menyerahkan ke Fany yang gentian terkapar di sofa.
Setelah membersihkan vaginanya dengan tisu basah, dia juga melap kontol Ale dengan tisu basahnya. Ale tertegun dibuatnya. Cukitai kata Ale dalam hati. Mimpi apa beta, abis cuki Ci Boss bersihin beta punya kelot, macam bini sendiri saja ini.
Fany tersenyum lalu mencium kepala kontolnya
“jangan nakal yah…..”
Ale tersenyum
Dia lalu menyerahkan baju dan dalaman Ci Fany yang berserahkan. Sambil menatap Ci Fany yang sedang memakai celana dalam serta beha, dia juga memakai bajunya yang tadi semua lepas dan copot sebelum bertempur.
Dan setelah semuanya sudah terpasang, Ci Fany lalu kembali memeluk Ale
“makasih yah Le….”
“iya sama-sama Ci Boss…. Beta yang makasih…”
“Enak kan?”
“banget Ci Boss….”
Fany lalu memeluk Ale kembali.
“besok lagi yah…….”
“iya Ci Boss…..”
“lu antar Alvin mancing baru kita main di kamar lu…..”
“iya siap Ci Boss….”
Ale membalas memeluk ‘kekasihnya’ ini dengan penuh rasa sayang.
Bagi Ale, Ci Fany ini memang sangat special. Meski sudah coba beberapa puki, namun memek Ci Fany ini selalu bikin dia ketagihan dan susah lupa.
“beta buang di dalam ngga apa-apa Ci Boss?”
Fany tersenyum
“ngga apa-apa… gue kan KB…..” ujarnya sambil tertawa “ lagian enakan didalam kan?”
Ale hanya tertawa kecil sambil menganggukan kepalanya
“yuk… pulang kita….”
“iya Ci Boss…..”
Ale lalu mengintip bagian luar toko, memastikan aman, lalu mematikan lampu sejenak, agar Ci Fany masuk ke mobil pickup di bagian depan, lalu dia mengunci pintu toko, mengeluarkan mobil pickup, dan mengunci pagar, lalu mobil dengan cepat dipacu untuk menuju rumah majikannya itu.
Dan bersyukurnya mereka berdua saat tiba di rumah, ternyata Ko Alvin juga belum tiba, padahal waktu sudah jam 19.00. Fany lalu bergegas masuk ke kamar untuk mandi, dan Ale melanjutkan tugasnya untuk membersihkan rumah, mencuci mobil, dan juga merapihkan gudang dan tanaman seperti biasa tugasnya sehari hari.
BERSAMBUNG ...