Fany pagi-pagi manyun sejadi jadinya ke Ale, kesalnya dia karena semalam tidak dicoblos terbawa hingga pagi ini. Dan Ale bisa merasakan ada nada kesal dari Fany kedirinya karena semalam dia memang lama pulangnya dan saat dia pulang Fany sudah tidur. Pagi ini Ale kena batunya, dicuekin Ci Boss.
“lu dari mana semalam?” tegur Fany saat mereka sudah di toko
“Koh Boss takut sendirian, makanya saya temanin dulu...”
“takut sendirian? Lu yang benar aja Le... dia kalo bisa pindah rumah di empang dia pindah, kok tiba-tiba takut?”
Ale bingung jawabnya
“iya Ci Boss, makanya saya ditahan...”
Fany gemes melihat Ale
“trus lu balik kemana?”
“langsung pulang Ci Boss”
“trus kenapa lu ngga bangunin gue?”
Haduh Ale serba salah dengan Ci Boss ini memang. Mau dibangunin kayak kebo begitu tidurnya. Tapi dia tidak berani bilang bossnya kayak kebo, bisa marah nanti Fany ke dia.
“soalnya ci Boss sudah tidur, ngga tega...”
“ehhhhhhh....” gemes rasanya Fany ke Ale
Sepertinya di Ale ini belum tahu rasanya sange ingin dicoblos tapi yang nyoblos malah membiarkan dia tertidur, pulang bukan bangunin dan ajak tempur malah dia pergi balik ke kamarnya. Omelan Fany diperhatikan oleh Kebot, dia lalu ngadu ke Pak Wandi
“ale lagi kena semprot sama Ci Boss”
“biarlah..”
“biasanya anak kesayangan, tapi diomelin juga....”
“namanya Boss yah gitu....bisa ngomel udah bisa jadi boss...apalagi punya duit...”
Mereka tertawa kecil sambil tetap Kebot melihat Ale yang sedang pegang burungnya dan menunduk sedangkan Fany sedang mengomel tidak jelas apa yang dia omongin.
“yah sudah Ci Boss....nanti malam kalau begitu...” bujuk Ale
“ngga ada....”
Ale bingung mendengar jawaban Fany
“biar lu rasa juga gimana kalo pengen trus ngga dapat....” tutup Fany sambil manyun bibirnya dan duduk di meja kasirnya.
Modar kalau begini Ruslan. Ale langsung lemes mendengar ultimatum Ci Bossnya. Dia berharap agar ci Boss nya berubah pikiran, karena Ale juga sudah rindu ingin merasakan nikmatnya lubang becek Ci Bossnya yang indah itu.
=============================
Sementara itu beberapa kilometer dari tempatnya Ale, senyum manis tersungging di bibir Alvin. Pandangannya ke arah wanita yang disampingnya selalu tidak lepas. Baju ketat warna putih Erika membuat buah dadanya yang besar itu tercetak dengan jelas.
“apa liat-liat...suka? bilang....” ledek Erika sambil memeletkan lidahnya
Alvin hanya tersenyum
Sambil jalan keluar dia lalu meremas pantat Erika. Gadis itu kaget dan senyum dengan genit ke bossnya. Sudah berani sekarang yah.
Hubungan mereka memang semakin akrab dan dekat. Apalagi semenjak Erika dikontrakin di kost an baru, mereka lebih bebas dan nyaman disana. Dan tadi malam Alvin mampu menggasak gadis muda ini sampai 3 kali orgasme, berkat pil biru yang dia telan.
Saat dia balik ke mejanya, Erika berbisik sambil menyodorkan bibirnya
“cium dong...”
Alvin menengok ke kiri jika ada orang yang lihat, lalu menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu, cup.
“nanti malam puasa yah...” kata Erika
“kok puasa?”
“lagi merah sayangku...***ra2 digoyang 3 kali semalam, langsung banjir ladangnya...” ucap Erika sambil tersenyum. Alvin langsung garuk2 kepala.
“mau dicoba biar merah?” tantang Erika
Alvin tertawa sambil menggeleng
“tapi kalau mau datang ngga apa2....yang bawah lagi halangan...yg atas khan bisa..” dia memonyongkan bibirnya sambil memasukan telunjuknya ke mulutnya, memberi kode blowjob.
Alvin langsung mengangguk senang hati
“siap....”
“lagian, biar aja haid dulu, nanti selepas haid aku KB yah....biar sayang ngga buang diluar atau kuatir lagi....oke?” senyumnya dikulum sambil matanya dikedip kedipkan. Alvin bahagia sekali mendengarnya.
“iya sayang...”
=========================
“cari apa Ci..” tegur Fany ke pelanggan lamanya ci Monic.
“semen 5 sak, asbes, ama pasir setengah colt, yah....”
“oke Ci....”
Fany lalu memerinthakan agar disiapkan pesanan Monic, sambil dia menghitung pesanannya
“semen 50 kilo 10, 520 ribu, asbes 2 lembar 90 ribu, pasir 175 ribu, total 785 ribu Ci....”
Dia lalu menyerahkan kartu atm BCA nya untuk digesek
“ci...jangan suruh yang ambon antar yah....”
“Lho kenapa?”
“ngga apa2....orang rumah suka trauma kalo lihat yang model dia.... dulu pernah disatronin debt collector, jadi kalo ada yang kayak dia datang anak gue suka stress...”
Fany tersenyum memaklumi
“oke Ci....”
Lalu dia teriak
“pak Wandi, antarin buat pesanan Ci Monic nih....”
“siap Ci Boss....”
Wandi kaget mendengarnya
“tumben bukan lu , Le...” sambil mematikan rokoknya dia berdiri mempersiapkan pesanan
Ale membantu juga menaikan semen, dan juga pasir. Asbes yang dipesan diambil dari gudang belakang, lalu dinaikin ke mobil colt diatas pasir dan semen. Dia lalu kembali ke belakang, hingga kemudian Ci Fany berteriak memanggilnya lagi.
“ale, antarin nih pesanan buat Tante Berta di Jl. Makmur III. “
‘siap Ci Boss”
Tante Berta ini dia kenal karena ada darah ambon tepatnya dari Bandaneira. Neneknya Banda, kakeknya Manado, tapi papanya dari Medan. Kalau datang ke toko suaranya lumayan kencang. Tapi baik hati dan suka kasih tips besar. Usianya sudah 40an tapi penampilannya masih kayak anak muda. Kalau bertemu Ale manggilnya selalu Nyong atau Bung.
Ale mempersiapkan semua pesanannya, bata merah, semen, pasir dan juga dua batang kaso. Dia lalu mengangkat ke atas mobil bak terbuka yang tua, dibantu Kebot, dan kemudian mengambil bon di kasir, kemudian dia segera naik ke mobil.
“lu bisa sendiri Le?”
“bisa Bot....lu disini aja kasian Ci Boss kalo ada yg beli nanti....”
Ale lalu mulai jalan perlahan, maklum mobil ini beda sama yang sering dia bawa pulang yang lagi dipakai oleh Pak Wandi, ini yang tua dan sering mogok. Dia lalu secara pelan mengemudikan mobilnya menuju ke Jalan Makmur III. Dan tepat di depan rumahnya Tante Berta, dia lalu mengklakson, ada nenek yang berdiri di teras rumah
“buka aja pagarnya” ujar dia sambil masuk lagi kerumah
Ale membuka pagarnya lalu dia memundurkan mobilnya ke belakang masuk ke garasinya.
“nyong...” sapa Tante Berta
“siap Tante”
Tante Berta menyapanya dari jendela, hanya mukanya saja yang terlihat.
“pasir taruh situ aja, bata sama semen boleh taruh dibelakang?”
“boleh tante”
Itu yang disukai banyak pelangan dari Ale ialah sikapnya dia yang suka membantu, dia rajin dan tahu apa maunya pelanggan, dan tidak sungkan untuk angkat barang hingga tempat yang mana pelanggannya ingin letakan.
Dengan cepat dan cekatan dia mulai angkat semua bata, lewat pintu samping dah ditaruh di halaman belakang yang agak kosong. Semen juga dia taruh di belakang semua, diteras belakang tepatnya agar tidak kehujanan.
‘Nyong...minum dulu...” Tante Berta tiba-tiba muncul dari belakangnya menyodorkan teh kotak
“danke tante “ ucap Ale
Tapi bukan itu yang bikin Ale bilang terimakasih. Tante Berta keluar dari pintu belakang membuat mata Ale rasanya mau copot. Dengan tanktop putih dan celana hotpants hitamnya, membuat Ale yang lagi mau terima teh kotak jadi hilang fokus, tangannya pegang teh kotak, matanya hilang susu gantung.
Bagaimana tidak, putingnya yang agak besar itu terpetak dengan jelas, tanpa beha, dan siang hari bolong seperti ini membuat Ale langsung matanya kirim signal ke dongkrak antiknya dibawah. Pukimai ini Tante, kancingan Ambon, Manado dan Medan, meski umur so kapala 4 mar body babadontot kata Ale dalam hati.
Tante Berta seperti cuek aja dengan tatapan Ale. Memang keseharian dia dirumah selalu seperti ini, masalahnya jika selama ini dirumah dia hanya dengan ibu mertuanya yang suka dipanggil Oma. Jadi pakaian dinasnya jika bukan tanktop yah daster.
Dan Ale yang sering lihat boss nya di rumah seperti ini membuat otak dan uratnya terlatih dengan baik menerima signal seperti ini. Apalagi Tante Berta di usia yang sematang ini, buah dadanya besar dan badannya putih mulus, meski wajah sudah mulai terlihat tuanya, lemak juga sudah muncul sedikit, tapi Ale yakin ini seperti kelapa yang semakin tua semakin banyak santannya.
“ini mau buat apa Tante?” tanya Ale
“halaman daripada kosong, mau bikin kolam ikan aja....” jawab Tante Berta sambil menggeser terpal yang jatuh ke lantai. Bungkukan Tante Berta saat menunduk membuat susunya hampir tumpah dari tanktopnya, dan Ale rasanya mau menahan dengan tangannya agar tidak keluar susunya. Gila, pasti ukurannya 38 itu, pikir Ale.
“om kemana Tante?” kata Ale sambil menyodorkan bonnya.
“dia lagi jaga katong pe kolam lele di bogor, paling sabtu minggu bale sini atau 2-3 hari Tante kesana, soalnya ada Oma so tua ngga enak ditinggal tinggal....” jawab Tante Berta
“ Tante pe Nyong so kerja di Cikarang, kost disana malas balik ke sini tiap hari, Tante pe Nona kuliah di Jogya, yah jadi Tante sama Oma dirumah” lanjutnya lagi.
“ini Tante bayar cash atau?”
“ngga usah Tante...transfer saja ke Ci Boss....”
“oh oke....cash Tante juga tinggal sadiki”
Tante Berta lalu memencet ponselnya, sepertinya sedang mentransfer pembayaran lewat m banking, sambil melihat bon. Ale memandang badan Tante Berta yang putih mulus, dan tanktop ketatnya menempel membuat putingnya jelas terlihat. Apa memang dia setiap hari seperti ini atau sengajakah? Pikir Ale
“sudah nyong yah....udah gue wa ke Boss lu juga...”
“siap Tante....”
“Habisin lah teh nya...”
“iya Tante..” agak malu Ale saat amprokan matanya dengan mata Tante Berta yang nampaknya tahu jika Ale sedang memperhatikan tubuhnya
“ suka pepaya yah lu, Ale?” tanya Tante Berta.
Memang ada pohon pepaya di halaman belakang, dan sudah berbuah.
“suka Tante.... aplagi kalo so matang...enak pasti...” jawab Ale
“begitu kalo pepaya matang di pohon....pasti enak....” jawab Tante Berta sambil tertawa
Ale langsung malu hati, dia tahu Tante Berta menyindirnya karena tadi ketahuan dia lagi melirik ke Tante Berta. Bagaimana dia tidak ngaceng lihat nih body. Meski sudah 40an, tapi masih mulus, dan montoknya Tante Berta ini memang membuat Ale punya pentungan jadi siap siaga.
“tante mau ajak ngopi tadinya didalam....tadi ada Oma.... suka reseh....” sambil senyum Tante Berta, memberi kode.
“oh iya Tante....ngga apa2 Tante....beta juga masih harus bale toko....” jawab Ale malu-malu
“bagi no wa ale.... nanti Tante kalo perlu apa2 bisa wa kan sama lu?”
“siap Tante....” ujar Ale sambil memberitahukan nomor ponselnya
Tante Berta hanya tersenyum melihat Ale salah tingkah. Memang Ale yang sopan dan tidak begajulan seperta gaya kebanyakan anak-anak dari sana membuat Tante Berta senang. Dia senang disuruh apa aja juga cekatan, dan tidak hitung-hitungan. Beberapa kali setiap jika ada orderan datang ke rumahnya, dia memang sedikit memperhatikan Ale, benjolan di celana Ale memang sepertinya punya potensi yang besar. Suaminya yang sudah berumur dan sering meninggalkannya ke kolam lele di bogor, membuat dia kesepian. Dan dia yakin Ale ini pasti agak berbeda, hitam dan perkasa. Beda dengan brondong yang dia pernah cobain, belum juga dia sampai, sudah meledak di tengah jalan. Kalau Ale ini hitam tapi ganas, seperti Will Smith, dicolek dikit langsung bereaksi mantap.
“nanti Tante wa yah.....”
“iya Tante”
“Ale tinggal deng Boss?”
“iya Tante...”
“tapi bisa keluar kahn...”
“bisa sih Tante....”
“oke Mantap...”
“beta pamit yah Tante...”
“oke...ini buat ale beli kopi...” Tante Berta memberikan uang 50 ribu buat Ale. Dia mau menolak tapi Tante langsung menutup tangannya, sambil sedikit mendorong Ale yang mau balik toko, nenennya sempat menenmpel sedikit ke badan Ale yang agak berkeringat. Kesetrum Ale jadinya.
Antena sudah terpasang
Signal juga sudah muncul
Receiver juga berfungsing dengan baik
Layar LCD juga sudah terpantau berfungsi dengan baik
Tinggal tunggu filmnya tayang jika begini.
Ale tiba di toko, dia melihat Fany sedang sibuk melayani ada beberapa pelanggan. Segera dia juga ikut membantu dengan cekatan. Sambil sesekali melihat ke arah Ci Boss nya yang pakai kaos hitam ketat. Rambutnya yang diikat membuat leher putihnya terpampang, dan Ale sedikit meringis melihatnya.
“Ci Boss” sapa Ale saat sudah sepi pembelinya
“pulang jam 5?” basa basi Ale
“iya, gue mo antar Thomas ke toko buku soalnya”
Ancor minah kalau bagini, pikir Ale. Padahal dia tadinya sengaja memancing Fany, kalau tutup jam 5 dia akan suruh kebot dan pak wandi pulang duluan, dia beresin belakang kan bisa darurat di gudang kayak waktu itu, tapi sepertinya Ci Fany sedang tidak mood.
Malamnya Ale saat selesai mengerjakan tugasnya seperti biasa, dia kaget lihat Alvin hanya memakai kaos kutang.
“ngga mancing koh Boss?”
“kagak.... ikannya pada dikit, 2-3 hari lagilah baru mulai banyak ikannya...” jawab Alvin
Cuki, kata Ali dalam hati. Gagal total ini barang trus beta disuruh puasa lagi 3 hari? Adoh, pusing kepala Ale. Kepalanya pusing, pentungannya juga pusing. Sudah sange tadi di toko, sange melihat Tante Berta, eh malam ini juga gagal total rencananya mau mendarat ke landasan Ci Boss nya juga gagal.
Dia balik kamar, pas cek ponselnya, ada whatsapp yang masuk
Ale, ini Tante Berta, simpan tante pu nomor yah
Siap Tante
Ale, Tante mau makan puyunghai di 88 seafood, Oma sudah tidur, ale kalo ngga sibuk Tante minta tolong beliin kesana, nanti makan sama Tante disini
Ale kaget mendapat wa seperti ini
Siap Tante, meluncur beta
BERSAMBUNG ...