𝐊𝐨𝐩𝐢 𝐒𝐮𝐬𝐮 𝟏𝟓 𝐓𝐇𝐈𝐍𝐊𝐈𝐍𝐆 𝐎𝐔𝐓𝐒𝐈𝐃𝐄 𝐎𝐅 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐎𝐗

 


Semenjak kejadian di hotel tersebut, Fany dan Ale kembali disibukan oleh pekerjaan mereka dan aktifitas sehari hari, dan seperti biasa kesulitan terbesar mereka ialah bagaimana mengatur waktu dan mencari kesempatan untuk melakukan percintaan itu lagi, karena Fany sudah mau seminggu lebih belum bisa mendapat celah lagi.


Dirumah Alvin selalu ada, dia seperti sedang kasmaran dengan burungnya, mancingpun sudah seperti dia tinggalkan, sedangkan jika mencari hotel seperti kemarin harus dicari waktu lagi, karena biasanya masih lama lagi baru pergi beli pasir, terus kalau jalan kan toko harus dia tutup atau suruh Alvin jaga, agak sedikit beresiko bagi Fany

Namun memeknya memang suka tidak tahu diri, melihat kontol Ale yang pakai celana pendek, langsung dia teringat digoyang di kamar hotel itu, dia benar-benar dibuat rindu dan ingin bersenggama lagi, karena dirumah pun terlalu berbahaya jika mereka nekat.

Ale sendiri juga merasakan hal yang sama, apalagi jika boss nya sudah pakai kaos ketat dengan celana pendek atau rok mini, dongkrak antik Ale sudah mulai naik turun tanpa sebab. Dia akhirnya hanya bisa memainkan jari-jari bangsatnya dengan bantuan CD ci Boss nya yang memang sudah tau bakal dimainkan Ale, dia sengaja menaruh CD yang dia pakai seharian buat keperluan Ale untuk buang tai macan.

Siang hari ini Fany memakai baju agak longgar, tapi rok mininya jika dia menungging pasti kelihatan celana dalamnya. Dia sengaja minta dibantuin Ale di gudang kecilnya dibelakang kasir, dan saat dia menunggngi memang celana dalam putihnya terlihat mengintip saking pendeknya rok mininya, dan ini membuat Ale bertanduk.

Tapi Ruslan Abdul Pettu biarpun hitam, dia gentlemen, jika tidak disuruh tidak akan bertindak, tapi kalau ditantang dia pantang menyerah apalagi mundur, siap siaga selalu. Ale ini bukan minyak goreng. Harga naik muncul, harga turun dia menghilang.

Melihat Ale agak keliyengan dan ngintip-ngintip, Fany langsung tersenyum simpul, dia tahu Ale pun pasti rindu ingin celup celup, tapi dia tahu Ale pasti jaga jarak karena dia sopan dan tahu diri, makanya kali ini Fany yang beinisiatif memancingnya.

“Ale” panggil Fany

“Iya Ci Boss...” jawabnya

Fany mengangkat roknya dibalik dus besar, memperlihatkan celana dalam putihnya, sambil tersenyum. Ale kaget dan langsung tengok kiri kanan, antenanya langsung bereaksi melihat pemandangan itu, paha putih mulus dan celana dalam putihnya.

“ kangen ngga lu?” tanya Fany sambil menerunkan roknya lagi

“kangen banget Ci Boss....” jawabnya sambil menundukan kepala

Fany menengok ke arah depan yang tidak ada pelanggan kebetulan.

“ Jam 5 kurang lu beres2, jam 5 lu tutup pagar yah...” perintah Fany

“siap Ci Boss....”

“trus lu pastikan wc kalian dibelakang bersih yah.....”

“iya siap Ci Boss...”

Ale lalu mikir sejenak

“ci Boss mau pakai wc nya?” setahu Ale Cuma buat pipis Fany masih mau, tapi buat buang air besar mana mau Ci Boss nya

“ngga lah pe a.... lu mah lama mikirnya....” sange campur kesal membuat Fany jadi agak emosi

Ale langsung segera mengerti

“Oke siap Ci Boss....”

“nah gitu dong....”

Ale dengan sigap membersihkan dan menyikat WC belakang, tepat 30 menit sebelum toko tutup, dia lalu memberi aba-aba agar Pak Wandi segera balik aja sama Kebot, karena toko sudah mau ditutup, dia mau bersih-bersih gudang belakang. Wandi dan Kebot namanya disuruh pulang yah langsung ngacir, mereka tidak tahu bahwa Ale dan Ci Boss akan tarung derajat sepeulang mereka dari toko.

Letak WC memang menempel di tembok paling belakang, di depan WC ada gudang yang pintunya sudah dicopot biar anginnya keluar masuk bagus, ada sofa butut yang dilapisi kain buat mereka suka tiduran disitu, karena letaknya memang terhalang dari depan dihalangi susunan bata ringan.

Setelah Kebot dan Pak Wandi pergi, Fany lalu memerintahkan Ale untuk mengunci pagar depan dari dalam, toko juga ditutup dan digembok dari luar, mobil Fany sendiri tidak dibawa hari ini, dia memilih naik grab tadi, nanti pulang barulah bareng Ale.

Fany lalu beranjak ke belakang, dia lalu masuk ke WC yang sudah berbau sabun dan sedikit wangi dibanding biasanya, dia lalu memanggil Ale yang berdiri di luar, disangka Ale dia diminta menjaga Fany yang akan buang air, tapi begitu mendengar suara Fany memanggilnya, dia segera merapat ke kamar mandi.

“Masuk sini...” perintah Fany.

Dan betapa terpesonanya ale, melihat Fany sudah membuka bajunya, behanya juga sudah dicopot, dan dia lalu membuka celana dalamnya, menyisakan rok mini jinsnya yang menempel di pinggangnya. Buah dada indah yang putih mulus yang dia selalu rindukan kini terpampang dihadapan Ale.

“buka baju lu cepat...”

Ale dengan cepat membuka bajunya, hingga telanjang bulat, dan pentungan hansipnya kini muncul bergoyang goyang. Fany dengan gemesnya lalu membelai batang kemaluan hitam yang sering memberinya kepuasan itu.

Dia lalu menyiram dengan air, memberinya sedikit sabun, lalu membilas kontol Ale, lalu tanpa berlama lama dia langsung memasukan kontolnya ke mulutnya dengan ganasnya, dia mulai mengulum kontol hitam itu.

Ale terkejut dan langsung kejang-kejang badannya menerima kuluman majikannya. Semenjak di hotel itu memang Ci Boss nya ini kini mulai senang menjilat batang kemaluannya, mungkin sudah pas dan cocok di hatinya, makanya doyan menjilat dan menghisap pentungan hansipnya tanpa melihat warna lagi, yang penting rasanya.

Batang Ale yang tadi agak redup karena tersiram air, kini kembali menegang, dia mebelai rambut tebal ikal milik Ci Fany itu, sambil mulutnya termonyong monyong menerima serangan dari Boss nya yang kini doyan menjilati batang kontolnya.

Dia lalu menarik pundak bossnya, dia merasa tidak tega melihat Ci Boss menjilatinya, selain dia masih belum mandi, rasanya kok tidak adil Ci Boss yang servis anak buah, biar anak buah yang servis Boss, demikian tekad hati Ale.

Dia lalu kini berhadapan dengan Boss nya, setangah menyandarkan Fany ke dinding kamar mandi, dia lalu melumat buah dada Fany yang kencang dan putingnya menegang karena diserang birahi, dilumatnya dengan ganas kiri kanan bergantian

“ouchhhhh Ale......” bibir Fany mulai meracau dan tangannya membelai kepala dan rambut Ale, yang baru abis dicukur, hingga bagian belakangnya agak kasar rasanya, menimbulkan sensasi tersendiri bagi Fany saat membelai bagian belakang kepala Ale.

Ale dengan ganas menjilt puting bossnya, tangan satunya meremas dan memilin putingnya, sedangkan mulutnya membuka melahap puting buah dada, ditambah dengan gigitan lembut, yang makin membuat Fany terbakar gairahnya.

Lumatan Ale di pentil berwarna merah pink itu diselingin dengan jilatan lidahnya, lalu digigit kecil dengan lembut, dam makin membuat Fany yang sudah sange seharian ini, semakin naik dan bergelora, dia merapatkan kepala Ale, sambil memdesak badannya merapat ke badan Ale.

Kini Ale turun ke bawah ke bagian pangkal paha yang sudah telanjang itu kecuali rok mini yang masih terlingkar di pinggang Fany. Dia mengangkat kaki kiri Fany agar diletakan di bak air kecil, badan Fany disandarkan ke dinding, lalu dia mendekati lubang kemaluan Fany yang ditumbuhi rambut lebat, hitam pekat dan sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus kemerahan. Berbeda dengan Ale yang legam.

Dia lalu merapatkan hidungnya ke lubang vagina Fany...

Puki..... kata Ale dalam hati, sepertinya tadi Fany abis kencing lupa cebok dan langsung manggil dia, karena ada bau pesing di memeknya yang biasanya segar.

Tapi Ale adalah pelayan dan pekerja teladan, memek bau milik Fany pun dia terabas oleh Ale, malah itu membuat dia semakin bernafsu, dengan ganas lidahnya menerkam vagina Fany yang basah itu, dan Fany menjerit berteriak saat lidah itu masuk ke lubangnya, mengorek orek dengan ganasnya, lidah Ale menyapu bersih isi vaginanya yang basah, bibirnya kadang menjepit pangkal pahanya, dan hidungnya menempel ke rambut hitam milikm Fany.

Semua rangsangan akibat serangan Ale ini membuat Fany semakin mabuk kepayang, dia lupa dengan Alvin, dia lupa segala galanya, dan dia lupa sedang berada di kamar mandi atau wc kecil yang pengap, yang dia tahu hanyalah memeknya sedang diobok obok oleh lidah sakti milik Ale, dan lidah itu terus bergerilya menyapu rata isi vaginanya, dari luar hingga kedalam, membuat dia semakin bergairah, dan menjerit kecil menahan birahi

Kacangnya yang tegang itu juga kena sapuan lidah Ale, membuat Fany makin keras meremas kepala Ale, vaginanya benar-benar sudah basah, dan memeknya kian makin banjir dengan cairan vaginanya ditambah ludah Ale yang sedang berjongkok menjilati isi memeknya.

Dia menarik badan Ale, dia tidak kuat, dan ingin segera diselesaikan dengan meminta Ale menggempurnya dengan sodokan pentungan mautnya, pentungan yang dilihat dengan sangat jelas sudah kencang dan keras, hitam dan berurat.

Fany agak mencondongkan badannya kedepan, punggungnya bersandar di dinding, pinggulnya kini agak kedepan siap menerima sodokan Ale.

Ale lalu mengarahkan dengan tangannya batang kemaluannya ke memek Fany yang kemerahan dan rambutnya lebat itu, dan dengan perlahan batang kemaluan Ale masuk kedalam vagina lezat milik Fany. Dia memejamkan matanya saat batangnya ditelan oleh memek yang kian familiar dengan ukurannya Ale, dan kini menjepitnya dengan ganas.

Ale lalu memegang pinggang Fany, dia kemudian mulai menggoyangkan pinggulnya dan memasukan kontolnya keluar masuk ke vagina Fany dengan irama yang tertatur.

Hawa yang agak panas di kamar mandi sempit itu membuat mereka berdua berkeringat, namun tidak dipedulikan oleh Fany maupun Ale, mereka sibuk dengan mengadu pinggulnya, dan batang kontol Ale yang keluar masuk vagina Fany, menimbulkan sensasi yang berbeda.

Fany meringis penuh kenikmatan sambil menikmati sodokan Ale, dia sendiri merasakan nikmat yang luarbiasa saat batang kemaluan itu keluar masuk dan memporak porandakan vaginanya, dan dengan perkasa meski dengan posisi sambil berdiri, pentungan Ale tetap kuat masuk dan keluar dari lubang yang basah itu.

Kerinag dan sedikit kepanasan membuat aktivitas mereka terganggu,...

“cabut Le....” suruh fany

Dia lalu membelakangi Ale, dan memperlihatkan bokong sexynya, dia menungging ke arah Ale, minta disodok dari belakang

“ouh.,.... putih betul Ci Boss....” puji Ale ambil mencium pantatnya Fany

“suka?”

“suka sekali Ci Boss....’

Ale lalu merapatkan batang kemaluannya yang basah dengan cairan vagina Fany, lalu dia mendorong dari belakang ke vagina Fany yang sedang menungging, kini batangnya masuk lewat belakang dan sambil dia menyodok, dia meremas pantat montok Fany.

Kini sambil menahan tangannya di dinding, Fany merasakan nikmatnya saat pantatnya disodok dari belakang dengan hantaman pinggangnya menerpa pantat montoknya, sedangkan kontol hitam itu keluar masuk vaginanya dengan cepat, dan Fany memang dibikin semakin mabuk kepayang.

Kini tangan Ale meremas buah dadanya dari belakang, lidahnya kadang menjilat punggungnya yang telanjang, sedangkan pentungannya tetap dengan gagah perkasa menerobos dan mengobrak abrik isi vaginanya yang basah, sosokan Ale memang tidak ada duanya, membuat vagina Fany basah dan becek.

Suasana panas membuat mereka berdua hilang konsentrasi dan sulit untuk keluar hingga orgasme, Ale lalu mencabut karena melihat Fany yang kegerahan dan tidak nyaman, dan kali ini dia menemukan jalan keluarnya.

“kita diluar aja Ci Boss....”

“dimana?”

“di gudang”

“kelihatan orang ngga?” tanya Fany masih kentang dia

“ngga ci boss, kehalang...”

Lalu Ale duluan yang keluar ke arah gudang, dan memang dari luar tidak terlihat, kecuali orang mau ke kamar mandi barulah terlihat. Lalu Fany juga menyusul, masih dengan kondisi telanjang hanya memakai rok, di menutup dadanya dengan bajunya.

Dia lalu menghampiri Ale yang sedang duduk di sofa, meminta Fany untuk naik ke pangkuannya. Lalu Fany naik memposisikan dirinya diatas, dan kemudian memegang kontol Ale, lalu memasukannya ke dalam vaginanya dengan perlahan hingga semuanya masuk penuh.

Fany mengguman tidak jelas, dia lalu mulai menaikan dan menurunkan pantatnya dengan teratur, dan ale yang sedang bersandar di sofa lalu merenggut buah dadanya dengan bibirnya. Posisi seperti ini membuat Fany memang sulit bertahan, dia mengontrol dimana enaknya untuk meletakan batang kemaluan itu ke ttitik vaginanya, lalu buah dadanya diserang oleh bibir Ale, membuat dia benar-benar tidak kuat menghadapinya.

Sensasi bercinta diluar ruangan seperti ini emang lain rasanya. Gudang yang sudah dibongkar pintunya dibuat terbuka, ditambah temboknya berbatasan dengan halaman belakang tetangga membuat semuanya terasa baru dan lain, suara anak-anak pada main bola disebelah tembok, membuat sensasi bercinta semakin beraneka rupa.

Dan akhirnya, Fany pun mencapai puncak kenikmatannya kali ini, dengan berteriak keras sampai harus ditutup mulutnya oleh Ale, dia lalu menggeram dan menekan dalam-dalam vaginanya ke batang pentungan Ale, dan memeluk Ale dengan ketat, dia melampiskan puncak birahinya dengan hingga nafasnya terengah engah.

“gila...enak banget Le.....” ujarnya...

Ale lalu dengan cepat menarik pinggang Fany, dia yang juga sudah diujung dengan cekatan menrik dan menggoyangkan pinggul Fany yang masih duduk diatasnya, tidak diperdulikannya rintihan dan ringisan Fany yang masih agak ngilu, dia dengan cepat menggoyangkan dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya.

Ale menekan kencang kencang pentungan hitamnya ke vagina Fany, air kenikmatannya muncrat didalam vagina Fany, sambil dia memeluk erak tubuh Bossnya itu. Badan mereka sangat kontras terlihat berpelukan diatas sofa buntut itu, dimana kulit Fany yang mulus dan putih diatsnya, menimpa Ale yang hitam keling yang dibawahnya menahan tindihan bossnya...

Fany langsung mencabut vaginanya, lelehan air pejuh Ale menetes hingga tumpah ke pahanya, dengan cepat dia berlari masuk ke kamar mandi. Ale yang masih terengah engah, duduk seperti orang bego di sofa, dia tidak menyangka sofa tempat mereka duduk dan makan siang kalau lagi istirahat, akan sangat berguna dalam keadaan darurat seperti ini.

Ale bangkit dan ikut masuk ke kamar mandi, dan Fany nampak baru selesai membasuh vaginanya dengan cebokan beberapa kali. Ale lalu mencuci batang kemaluannya, memberi sabun, lalu membilasnya lagi.

Fany yang berdiri di belakangnya lalu tersenyum, sambil mengenakan celana dalamnya, dia lalu bangkit dan berdiri, lalu memeluk Ale yang masih telanjang bulat

“maksih yah Le...”

“Ci Boss...badan beta bau....belum mandi dari siang....” Ale merasa risih dipeluk ama Fany, naluri pembokatnya timbul kalau sudah selesai ngentot sepertinya.

“ngga apa2.... “ ujar Fany sambil tetap memeluk Ale

“enak ngga?”

“selalu enak beta kalau dikasih ama Ci Boss....” ujar Ale malu

Fany tersenyum, dia melihat ada bias kejujuran dimata Ale....

Dia lalu mencium bibir Ale, dan itu membuat Ale kaget, karena badannya memang berkeringat dari siang, pasti ngga enak baunya. Tapi Fany dengan cueknya memeluk dan menciumnya.

“besok kalo Alvin pergi mancing kita main lagi yah....” Ujar Fany

“iya siap Ci Boss....beta tunggu perintah”

Fany tersenyum dan kembali memeluk Ale. Ale dalam hatinya karena buah dada Fany masih menempel, bathin dia berkata, jika 5 menit dia tidak dilepas, cobra hitam beta pasti mengamuk lagi ini.

“yuk, kita pulang”

Fany lalu memakai behanya, memasang bajunya lagi dan merapihkannya, lalu keluar lebih dulu, dan tidak lama Ale menyusul keluar dari kamar mandi, membuka pintu pagar depan, lalu mestarter mobil pickupnya, begitu Nyonya naik, dia keluarkan ke jalan raya, balik menunci pintunya lagi, kemudian mobilnya segera jalan keluar toko menuju rumahnya.

BERSAMBUNG ...



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com