𝐓𝐇𝐑𝐄𝐄𝐒𝐎𝐌𝐄, 𝐃𝐑𝐀𝐌𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐋𝐄𝐌𝐀 𝐁𝐚𝐠.𝟏𝟔


"Ibu mulai kuatir ... kedekatanmu dengan Evan itu ..." ucap Ibu Wulan seraya menyelimuti tubuh anaknya yang terbaring di tempat tidur dengan selimut. Demam Wulan semakin meninggi, batuknya sesekali terdengar
"Kami hanya teman biasa Bu ...." jawab Wulan, berusaha mengusir kekuatiran di hati ibunya.
"Nak, kamu wanita bersuami ... walau bagaimanapun, tidak pantas terlalu dekat dengan laki laki lain, apalagi suamimu jauh ...." nasihat ibunya.
Wulan terdiam, menahan sesak di dadanya

"Evan anak yang baik, tidak ada yang salah pada dirinya. Bukan ibu tidak menyukainya .. tapi Evan dan kamu sudah sama sama berkeluarga. Ada batas batas yang harus kalian patuhi .. " lanjut ibunya lagi. Air mata Wulan mulai mengalir
"Bu ...." keluhnya "Mengapa semakin hari aku merasa semakin berat menjalani Rumah Tangga bersama mas Rio ya ...."

Ibu Wulan terdiam, siap mendengarkan dengan serius seluruh keluh kesah anaknya. Wulan sangat jarang menceritakan keadaan Rumah Tangganya selama ini.
"Mas Rio semakin sibuk .. semakin jarang waktu untuk aku bisa berkomunikasi, apalagi bertemu. Padahal aku juga isterinya Bu .. aku juga perlu ada dia disisiku .. Tapi mas Rio tampaknya tidak mengerti ..." isak Wulan
"Sampaikan lah semua keluhanmu kepada Rio kalau kalian bertemu nanti .. " ujar ibu menenangkan hati Wulan "Ini adalah jalan yang kau pilih Nak, kamu sudah tau akan seperti apa keadaannya menjadi orang kedua dalam Rumah Tangga. Kamu seharusnya sudah lebih siap, apalagi sudah 5 tahun kalian berumah tangga ..."

Wulan masih terisak. Ibunya membelai kepala Wulan dengan penuh sayang
"Ibu tidak akan memaksa apapun yang menjadi pilihanmu ..." lanjutnya "Pertimbangkan masak masak apapun sikap yang akan kau ambil .. tapi pesan ibu, setialah pada satu orang saja. Selesaikan semua dengan baik sebelum menentukan pilihan berikutnya."
Wulan mengusap air mata di pipinya. Kepalanya mulai terasa berdenyut
"Istirahatlah ...." ujar ibunya lagi "Setelah segar nanti, kamu bisa pikirkan lagi semuanya ..."
Wulan mengangguk. Ibunya mengecup kening Wulan dengan lembut sebelum meninggalkannya tertidur lelap dalam kelelahan ...

Tiga hari berlalu, demam Wulan tak kunjung reda. Wulan memutuskan untuk pergi ke dokter memeriksa keadaan kesehatannya. Dokter menyarankan untuk ia melakukan pemeriksaan laboratorium, dan Wulan duduk dengan tenang di ruang tunggu, menanti gilirannya untuk dipanggil saat ia merasa tepukan lembut pada bahunya.
"Moon .." senyum Evan mengembang saar Wulan menoleh
"Lho .. berobat juga?" tanya Wulan heran "Sakit apa Van?"

"Aku menjemputmu ...." jawabnya "Tadi aku ingin tahu keadaanmu, aku kerumahmu dan kata adikmu kamu berobat kesini ..."
Wulan tersenyum. Evan duduk disampingnya "Kenapa tidak meneleponku, Moon .. aku kan bisa antar kamu .." ujarnya lagi
"Tidak usah .. nanti aku merepotkan" jawab wulan
"Kamu prioritasku sekarang. Aku akan selalu ada kalau kamu perlu aku" ucap Evan
"Yaa ... aku saat ini tidak perlu kamu ..." jawab wulan santai "Aku naik taksi tadi .. bisa kok .. sengaja tidak bawa mobil karena kepalaku masih sakit"

Evan menghela nafas. Dalam hati ia mengagumi kemandirian wulan. Mungkin memang agak sulit menaklukan hatinya, tapi evan mulai melihat Wulan semakin menerima kehadirannya.
Nama wulan dipanggil masuk ke dalam laboratorium. 10 menit didalam ruangan, Wulan keluar menemui Evan.
"Bagaimana?" tanya Evan
"Masih harus menunggu hasilnya 1 jam lagi, setelah itu kembali ke dokter lagi untuk konsultasi" jawab Wulan.
"Aku antar kau pulang dulu?" tawar Evan
"Tidak usah van .. aku tunggu disini saja. Hanya 1 jam. Mungkin aku tunggu di cafetaria saja" jawab wulan
"Oke .. aku temani ..." ujar evan seraya melangkah bersama Wulan menuju Cafetaria
"Kamu tidak sibuk hari ini?" tanya wulan lagi
"Ada beberapa Band baru yang harus aku lihat rekamannya di studio .. tapi bisa nanti, setelah aku antar kau pulang" jawab evan lagi
Entah mengapa Wulan merasa lega. Ia merasa kondisinya semakin lemah. Kalau terjadi apa apa, paling tidak ada Evan yang bisa membantunya.

Evan perlahan membuka pintu kamar Rumah Sakit tempat Wulan di rawat. Wulan terbaring di tempat tidur dengan infus yang menetes melalu selang di tangan kirinya. Ibu Wulan tampak tertidur di Sofa dengan posisi meringkuk, tampak sangat nyenyak. Evan melangkah masuk. Ini hari kedua Wulan dirawat di Rumah Sakit. Hasil darahnya menyatakan Wulan terkena Demam Thypoid, sehingga dokter menyarankan agar ia beristirahat total selama beberapa hari di Rumah Sakit. Evan mendekati tempat tidur Wulan. Ia meletakkan buket buah di meja kecil di samping tempat tidur, dan melihat baki berisi makanan yang masih utuh. Tampaknya Wulan belum makan siang. Matanya terpejam, nafasnya turun naik beraturan, wajahnya mulai bersemu merah, tidak pucat seperti saat pertama dokter menyarankan ia untuk dirawat. Semoga keadaannya semakin membaik, batin Evan dalam hati. Ia ingin sekali mencium pipi Wulan, membelai rambutnya, namun hal itu tidak dilakukannya. Ia sangat mencintai Wulan dan tidak ingin apa yang telah berjalan baik hancur lagi karena kesalahan langkahnya yang bisa membuat Wulan marah. Ia harus bersabar.

Evan menarik bangku kecil ke samping tempat tidur Wulan perlahan, kuatir bila membuat Wulan dan ibunya terkejut. Ia duduk dan memuaskan diri memperhatikan Wulan.
Beberapa menit berlalu, Wulan tampak bergerak dan perlahan membuka matanya. Evan tersenyum.
"Hai Brown Eyes .. apa kabarmu hari ini?" sapanya lembut
"Evan ....?" sapa wulan seraya mengedip kedipkan matanya agar penglihatannya bertambah jelas "Sudah berapa lama kamu duduk disitu?"
"Cukup lama untuk menyadari bahwa walaupun sedang sakit, kamu tetap terlihat cantik ..." rayu Evan. Wulan memutar bola matanya sebagai tanda ia tidak menanggapi pernyataan Evan dengan serius.
"Kamu belum makan .." bisik Evan perlahan agar suaranya tidak membangunkan ibu Wulan yang masih tertidur "Aku suapi ya ....?"

Wulan mengangguk. Ia melirik ibunya di sofa sementara Evan mempersiapkan makan siang Wulan yang sudah tersaji di meja.
"Semalaman ibu menjagaku ..." gumam Wulan "Kasihan .. pasti ibu lelah sekali .."
"Biar nanti aku yang menjagamu. Ibu pulang saja, istirahat dulu ..." ujar Evan. Disendoknya makanan dari piring dan memberikannya kepada Wulan dengan hati .
"Aku bisa sendiri ..." kata Wulan sambil mengunyah makanannya perlahan "Tidak perlu ada yang menjaga"
Evan tidak menjawab. Sambil menyuapkan makanan pada Wulan, ia bertanya "Rio belum menghubungimu?"
Wulan menunduk, menggeleng lemah.

"Aku mulai kuatir .." keluh Wulan "Mas Rio tidak biasanya lama menghilang seperti ini ... Ini sudah hampir 2 minggu Van .. ada apa ya ..."
"Aku telepon dia ya?" Evan menawarkan. Ia hanya ingin Wulan tenang, tidak terganggu dengan rasa cemasnya yang bisa membuat Wulan bertambah sakit. Walaupun dalam hati ia merasa ini adalah kesempatan emasnya mengambil hati Wulan saat Rio tidak berada disampingnya.
"Jangan .. " larang wulan sambil menggeleng. Ia dilatih untuk selalu berpikir positif bila Rio tidak memberi kabar. selama tidak ada berita apapun, berarti Rio baik baik saja disana.

Evan mengangkat bahunya, tidak berkomentar. Suapan terakhir saat wulan mulai menggelengkan kepalanya menolak melanjutkan makan siangnya. Evan meletakkan piring sisa makanan wulan, meraih dua butir obat dan menyerahkannya pada Wulan. Obat siang yang harus diminum Wulan.
"Mau buah?" tanya Evan menawarkan. Wulan mengangguk melihat buket buah cantik yang tergeletak diatas meja. Evan membuka pembungkus plastiknya dan bertanya "Anggur atau Jeruk?"
"Jeruk saja ...." jawab wulan. Evan membuka satu buah jeruk dan menyerahkannya pada Wulan.
"Bagaimana seleksi Band nya? Sudah ada yang terpilih untuk kamu orbitkan?" tanya wulan sambil mengunyah bulir jeruk perlahan

"Ada dua pilihan .. aku masih mempertimbangkan yang mana .. Yang pertama, kekuatannya terletak pada permainan musik mereka yang kompak, tapi penyanyinya tidak terlalu bagus vokalnya ..." jelas evan "Yang kedua, suara vokalisnya bagus .. tapi permainan band nya biasa saja."
Wulan menyimak cerita yang mengalir dari mulut evan "Menurutmu, aku harus pilih yang mana?" tanya evan. Wulan terdiam, berpikir sebelum menjawab "Menurutku ......"

Dan diskusi mengalir begitu saja diantara mereka. Panjang dan ringan, bertukar pikiran sementara sesekali ada sedikit gurauan yang diselipkan evan dalam kalimatnya membuat Wulan bisa tersenyum. Dalam hati wulan bertanya, mengapa ia tidak pernah memiliki kesempatan seperti ini bersama Rio. Berbicara santai tentang pekerjaan rio ataupun dirinya. Wulan bahkan tidak pernah tau persis seperti apa tugas sehari hari rio, apa masalah yang ia temui atau pengalaman menarik yang terjadi selama rio bekerja. Wulan seakan lebih mengenal dunia evan saat ini. Rio tidak pernah membiarkannya menyelami dunianya, hanya menjawab singkat bila Wulan bertanya. Seolah ia enggan berbagi.
Saat tengah asik berbincang, terdengar pintu kamar dibuka. Wulan dan Evan serempak menoleh .. dan Rio berdiri di ambang pintu, memandang mereka dengan raut wajah terkejut ..

Wulan terduduk, menatap terkejut tepat kearah Rio. Evan bangkit dari duduknya, berdiri disamping Wulan. Seperti ada sesuatu yang menyadarkannya, ibu Wulan juga terbangun, menatap mereka tanpa mengerti apa yang tengah terjadi. Rio melangkah masuk, menatap Wulan dan Evan bergantian dengan wajah memerah.

"Ayah ...." suara Wulan bergetar.
"Keluar!" suara Rio keras penuh amarah tertuju pada Evan
Evan tersenyum sinis, menoleh pada Wulan dan berkata "Aku tinggal dulu Moon" Ia melangkah keluar tanpa berkata apapun dengan tenang, melirik Rio dengan pandangan mencibir dan mulai melangkahkan kakinya keluar kamar saat ia mendengar suara Wulan memanggil
"Tunggu Evan !"

Evan menoleh, melihat wajah pucat Wulan memohon padanya "Tolong antar ibuku pulang ..."
Wulan menoleh pada ibunya yang masih terduduk diam di sofa
"Ibu ..." ujarnya "Ibu istirahat dulu ya dirumah .. Biar Evan yang mengantar ibu .. Aku baik baik saja, ada Mas Rio sekarang. Aku juga harus bicara dengan mas Rio ..."
Ibu Wulan mengerti, mengangguk, meraih tasnya dan melangkah mendekati Rio. Walau dalam amarah, Rio meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya tanda hormat.
"Jaga Wulan" pesan ibu sebelum melangkah keluar bersama Evan.

Nafas Rio masih tersengal menahan amarah, melangkah mendekati Wulan dan menatapnya tajam.
"Ayah ...." Wulan mencoba menenangkan Rio. Jantungnya terasa berdegup keras. Walaupun ia tidak melakukan apapun bersama Evan, tapi rasa bersalahnya kepada Rio mulai menyeruak
"Apa yang dia lakukan disini? Bagaimana mungkin Bunda membiarkan Evan ada disini sementara Bunda tau Ayah tidak suka!" tanya Rio. Sesaat Wulan terdiam, mengatur nafasnya, menatap Rio dan bertanya

"Apa yang Ayah lakukan sampai hampir 2 minggu Ayah tidak memberi kabar pada Bunda?"
"Ooo ... jadi itu pembenaran sampai Bunda boleh didekati laki laki lain karena Ayah tidak ada?" tanya Rio dengan nada tinggi "Ayah sibuk Bun .. Bunda kan tau, sebelum Bunda berangkat ke Jepang Ayah sudah katakan bahwa ada beberapa acara yang tidak bisa Ayah tinggalkan. Ayah ingin memberikan kejutan pada Bunda. selesai pekerjaan kemarin, hari ini Ayah datang sengaja tidak memberi kabar dulu. Tapi ternyata Ayah baru mendapat kabar kalau Bunda dirawat, sesegera mungkin ayah kesini, dan apa yang Ayah temukan??"

"Sesibuk apa sampai Ayah tidak bisa menanyakan kabar Bunda? Apa susahnya mengirim satu pesan saja mengabarkan keadaan ayah? Ayah tau bagaimana perasaan Bunda?" bertubi pernyataan mengalir dari mulut Wulan dengan nada tidak kalah tinggi dari pada Rio
"Bunda kan tau kesibukan Ayah seperti apa? Mana bisa Ayah chat kalau ada Bu Rio disamping Ayah" tukas Rio lagi

"Bunda tidak tau Yah.. Bunda tidak pernah tau dan Ayah juga tidak pernah mau tau!!!" jerit wulan menyadarkan Rio. Air mata membanjiri pipi Wulan, terisak, Wulan tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Rio terdiam. Emosinya mulai mereda. Perlahan ia mendekati Wulan, mencoba membelai rambut istrinya namun tangan Rio ditepis Wulan

"Bunda ....." bisik Rio. Isak wulan semakin keras. Tubuhnya berguncang karena tangis. Rio tercekat. Wulan tampak sangat terluka.
"Dua Minggu Yah ..." ratap Wulan "Dua Minggu Bunda tunggu kabar dari Ayah. Bunda perlu ayah saat Bunda sakit .. tapi jangankan meminta Ayah datang, mengabarkan keadaan bunda pun Bunda tidak bisa ...." desis wulan dalam tangisnya "2 minggu Bunda bertanya tanya apakah ada sesuatu dengan Ayah sampai tidak ada kabar berita sama sekali kepada Bunda ... Bunda ini apa Yah untuk ayah? Istri Ayah kah atau Bukan?"
Rio terdiam. Wulan tidak berhenti menangis.

"Evan banyak membantu bunda .. mengerjakan pekerjaan yang seharusnya Ayah yang mengerjakan! Dan dengan egoisnya ayah melarang Bunda menerima bantuan dari Evan sementara Ayah sendiri tidak bisa melakukannya!" Kalimat demi Kalimat terus mengalir dari mulut Wulan penuh emosi "Dimana ayah saat bunda perlu ayah? Bahkan keadaan Bunda seperti inipun Ayah tidak tau!!"
"Bun ...." Rio mencoba menenangkan wulan. Ia menggenggam tangan wulan namun sekali lagi Wulan menepisnya
"Pulanglah Yah ... Bunda tidak perlu ayah. Bunda bisa sendiri kalau memang itu yang Ayah inginkan : isteri yang tidak banyak merepotkan" sanggah Wulan "Pikirkanlah saja prioritas utama Ayah : pekerjaan dan Bu Rio. Bunda bisa tanpa ayah!"
"Bunda ...." bujuk rio lemah "Bukan maksud ayah seperti itu ..."

Wulan tidak menjawab. Ia masih terisak saat seorang perawat masuk membawa beberapa lembar kertas. Dengan pandangan heran ia menatap Wulan dan Rio bergantian
"Maaf .. apakah saya mengganggu?" tanyanya ragu. Rio melangkah mendekat dan berkata
"Tidak sus .. saya suaminya .. adakah sesuatu yang perlu disampaikan?"
Suster menyodorkan lembaran kertas seraya berkata "Kondisi Bu wulan sudah semakin membaik dan kata dokter, sudah siap untuk menjalani operasi. Saya perlu bapak menandatangani persetujuan operasinya"

Rio terperangah. Ia menatap suster dengan pandangan tidak mengerti
"Operasi? Operasi apa?" tanyanya
"Bukankah dokter sudah menjelaskan kepada bapak tempo hari? Dokter bilang pasien dan keluarganya sudah mendapatkan informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan" ujar suster yang tampak sedikit bingung
"Belum suster" jawab Rio. "Maaf tapi saya belum mengerti. saya baru saja datang setelah berdinas dari luar kota"

"Begitu?" tanya suster ragu "Baiklah .. berarti, biar nanti dokter yang kembali menjelaskan kepada bapak sebelum bapak menandatangani formulirnya. Setelah ini, bapak bisa ikut saya ke ruang dokter untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut"
Rio mengangguk. Menatap Wulan di tempat tidurnya dengan pandangan tak mengerti. Wulan memalingkan muka, ia tidak ingin berkata apapun saat ini. Rio menghela nafas, mengikuti suster menuju ruang dokter.

"Jadi bapak suaminya .." ucap dokter Andi, salah satu team dokter yang merawat wulan "Waktu itu saya memberikan informasi kepada Bu wulan dan pak evan. Maaf, saya tidak bertanya lebih lanjut karena saya pikir Bu wulan didampingi suaminya saat itu"

Darah rio mendidih, namun ia berusaha tetap tenang untuk bisa mencerna penjelasan dokter
"Bu wulan saat ini di tangani oleh 2 orang dokter pak rio .." jelas dokter Andi "Dokter Purwo sebagai spesialis penyakit dalam yang menangani penyakit thypoid ibu wulan, dan saya yang menangani kandungannya"
Rio menegakkan badannya. Bagaikan disambar petir di siang hari, ia sangat terkejut "Kandungan? Maksud dokter?"

"Bu wulan hamil, pak Rio .. kandungannya memasuki umur 10 minggu. Namun sayangnya, karena Bu Wulan harus menerima pengobatan dosis tinggi untuk penyakit thypoidnya, maka Janinnya yang menerima dampak buruk dari efek samping obat yang diberikan" jelas dokter andi panjang lebar.
10 Minggu ... wulan hamil .. batin Rio dalam hati. entah apa yang ia rasakan saat ini. 10 minggu berarti tepat saat mereka melewatkan waktu terakhir bersama di Bali, atau .... Rio tidak berani membayangkan lebih jauh.

"Kami tidak bisa mempertahankan kandungan bu Wulan karena akan menyebabkan kecacatan pada bayinya. Namun kuretase baru bisa dilakukan saat kondisi bu wulan mulai membaik. Dan saat ini, kami berpikir kuretase dapat segera dilakukan karena dokter purwo menyatakan kondisi Bu Wulan sudah memungkinkan untuk dilakukan operasi. " jelas dokter Andi lebih lanjut
Rio mengangguk perlahan menandakan ia cukup mengerti penjelasan dokter saat ini.
"Kami perlu bapak untuk menandatangani informed Concent, lembar persetujuan tindakan" ujar dokter andi lagi.

"Dokter .. saya perlu menemui istri saya dulu" ucap rio "Ada sesuatu yang harus kami diskusikan terlebih dahulu"
"Baiklah" ujar dokter andi "Silakan, tapi mohon secepatnya bapak tandatangani. Percayalah pak rio, ini jalan terbaik untuk kesehatan istri bapak dan calon anak anak bapak nantinya"
Rio mengangguk, bergegas menuju kamar perawatan untuk menemui wulan.


 


Read More

𝐀𝐤𝐮 𝐃𝐚𝐧 𝐋𝐚𝐛𝐢𝐫𝐢𝐧 𝐊𝐞𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐤𝐢𝐭𝐚𝐫𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠.𝟏𝟒

 


Selesai ku cek hp ibu kembali ku letakan hp ibu di rak pinggir ranjangnya, dan saat itu aku mulai berpikir gimana caranya aku cari tahu semua ini tentang ibu, setelah itu aku kembali ke kamar ku untuk tidur.

Pagi menjelang, hari itu hari minggu dan aku libur, dan aku terbangun di jam setengah 8 pagi, tidak seperti biasanya aku selalu bangun subuh, karena dibangunkan ibu untuk sholat subuh, tetapi kali ini ibu tidak membangunkanku, tapi sebuah suara percakapan ibu mengawali pagi itu.
Ibu terdengar sedang berbicara ditelpon dengan seorang lelaki dan perempuan, siapa yah? ku tengok sebentar adiku, dia masih tertidur, dengan perlahan ku naiki meja rias kamar ku untuk melihat ke kamar ibu apa yg sedang ibu lakukan, saat aku naik dan melihat, disana ibu sedang rebahan dengan daster tanpa lengannya bermotif batik, dan ternyata dia tidak menelpon melainkan sedang video call, dan aku melihat serta mendengarkan secara seksama percakapan tersebut, dan saat itu aku tau di Video Call itu ibu berinteraksi dengan Om Johan dan Tante Ita, begini percakapannya.

Tante Ita : Bangun lu ci.. udah siang, masih kena basian yang semalem apa ahahaha..

Ibu : Haha.. pules bgt tidur aku, happy lah pokoknya bangun badan seger hahaha.. gak ada basi2an ta haha.. kamu baru balik?

Tante Ita : Haha.. iya lah 3 kontol ngehajar lu semua hahaha.. gila ye, nih si bapak satu ini (Om Johan) udah dari siang ngehajar lu, pantes aja kagak keluar2 lu berdua dari kamar, malem si rudi sama robi tau2 ikut join aja tuh sama kalian berdua padahal rudi abis ngehajar gw, emang dasar lelaki ye.. sama semuanya haha..

Om Johan : Hahaha.. aku juga kan sempet icip kamu juga ta hahaha..

Tante Ita : Hayoo.. kan, ci.. johan katanya udah icip gw trus katanya lebih enak gw gimaba dong hahah..

Ibu : Haha.. biarin ta, nanti mas gk usah ketemu lagi sama aku hihi..

Om Johan : Hahha.. bisa aja nih si ita, enggak lah tetep enak kamu sayang, udah semok, putih, cantik, empuk lagi hahaha..

Ibu : Roti kalii empuk mas, eh.. ngomong2 si munah semalem dateng?

Om Johan : Dia dateng sama cowoknya, anak muda masih gagah chinese

Tante Ita : Itu yg kemarin sempet kena kasus sama munah kan ya ci? maksud gw berondongnya dia yg ke grebek sama lakinya..

Ibu : Oohh.. iya itu dia

Om Johan : Iya namanya jerry, langsung deh ita cowok orang dihajar hahaha..

Tante Ita : Ye.. wajar lah pak gagah bgtu ganteng becek gw liatnya hahaha..

Ibu : Lho.. makin panas kayaknya semalem ya?

Om Johan : Kamu sih udah pulang duluan, tambah panas pastinya, munah datang bawa bir sama wine yaudah aku hajar sama rudi, robi, si ita kita cekokin bareng2 sampe muntah hahhaha.. udah teler trus kita gangbang aja bareng2 hahaha.. mulut, memek, bool kita hajar semua hahahahah..

Tante Ita : Ahaha.. sialan emang, gw waktu semalem itu sebenrnya sadar gw diapain aja, cuma gw gk bisa ngangkat badan gw pak, bool gw pake dihajar juga sama cowoknya munah, masih sakit sampe sekarang nih, blm berani buat boker gw hahahaha..

Ibu : Hahaha.. sakit tapi enak kan ta? pertamanya emang sakit ta nanti juga enak kok hahahaha..

Om Johan : Lho.. kamu pernah anal juga dek?

Saat itu entah ibu keceplosan saat berbicara atau gimana, ibu menjawab pertanyaan om johan dengan sedikit kikuk, karena seperti yg aku ketahui, pertama kali ibu merasakan anal saat masih berhubungan dengan mas leo, dan disini ibu seperti terjebak dengan statementnya sendiri.

Ibu : Eh.. emmm.. itu mas.. eee.. eh.. iya pernah..

Om Johan : Wow.. seriusan? sama siapa?

Ibu : Ee.. mm.. ya sama suami aku lah ehhehe..

Hmm.. pinter bgt ibu klo masalah bohong2, ngeles2 mah.. entah kenapa ibu jadi seperti ini sekarang

Om Johan : Wah.. liar juga ya suami mu dek, mas jadi ngaceng nih dengernya, dirumah sepi gak?

Ibu : Cuma ada aku sama anak2, mau ngapain mas?

Om Johan : Ta.. maen ketempat eci dulu yuk, aku kan blm pernah kerumah dia semenjak dia menikah, sekalian biar tau hehe..

Tante Ita : Ywdah oke, lagian gw juga males balik, lagian gw juga udah bilang bakal balik siang sama laki gw.

Ibu : Iya gpp cuma mau ngapain ih.. ditanyain juga

Om Johan : Main aja dek, ya gak ta hihi..

Tante Ita : Iya cii.. emang ngapa si.. shombong amat!! hahaha..

Ibu : Ya gak apa2 asal jangan aneh2 ya, ada anak aku

Tante Ita : Ooh.. berarti klo gak ada anaknya boleh aneh2 nih pak (Om Johan) hahaha..

Ibu : Ahahaha.. rumpi kamu ah ta

Om Johan : Tenang ta masalah anak2 urusan gw itu hahahaha..

Ibu : Iihh.. mas mah

Tante Ita : Oke gak ci? oke ya hihi..

Om Johan : Sampe ketemu nanti ya sayang dadahh..

Wahhh.. gawat, rumah ku bakal dijadiin tempat pesta seks nih, belum sempat aku berpikir strategi, terlihat ibu bangkit dari tempat tidur dan mengambil handuk untuk mandi, lalu ibu memanggil ku.

Ibu : Ditooo.. ditooo..

Buru-buru aku kembali keranjang dan membuat adiku dimas terbangun, lalu ibu menghampiri kamar ku dan masuk.

Ibu : Dit.. dito.. bangun

Dito : Kenapa sih bu?

Ibu : Beliin ibu sabun diwarung gih, gk ada sabun ibu mo mandi.

Dito : Dimas aja sih bu, dim bangun lu.. ke warung gih

Dimas : Apaan sih mas, orang mas yg disuruh.

Ibu : Udah siapa aja gih, dimas udah sana kewarung ibu mau mandi, dari semalem blm mandi, mas mu emang males.

Kemudian dimas yang akhirnya pergi kewarung, saat ibu mandi dan dimas keluar aku pun sibuk dengan hp ku, lalu muncul pesan wa dari mpok rara, dia membalas pesan ku yg semalam, baru dia jawab sekarang.

Mpok Rara : Pagi ditoo, sorry mpok masih di singapore nih, sinyalnya kan kena roaming jadi rada susah, kenapa dit?

Dito : Oohh.. gpp mpok, kangen aja hehe..

Mpok Rara : Kangen apa pengen lo? haha..

Dito : Haha.. dua2nya mpok hehe.. boleh gak?

Mpok Rara : Boleh kok hehe..

Belum sempat ku balas mpok rara lalu mengirimkan foto selfinya pada ku

Mpok Rara : Lu kangen ini ya dit? hihi..

Picture Received

Dito : Waw.. masih tiduran aja mpok

Mpok Rara : Iya nih, lagi mager, pengen balik gw, tapi gw gk mau tidur dirumah bokap gw, katanya gofar, bokap gw udah bawa bini muda nya dirumah, gw males..

Dito : Iya mpok udah ada, mpok balik kapan?

Mpok Rara : Ntar sore kali dit..

Dito : Oohh.. gtu

Setelah itu tak ada balasan lagi dari mpok rara, lalu aku berpindah ke ruang tv disana sudah da dimas yang menonton tv dan sudah kembali dari warung, lalu esan wa datang kembali dari tante ita, ngapain tante ita wa aku ya?

Tante Ita : Assalmualaikum dit

Dito : Waalaikumsalam tan, kenapa?

Tante Ita : Ibu ada dit?

Saat itu kebetulan ibu baru keluar dari kamar mandi dan sudah salin dengan daster tanpa lengan warna kuning dan masih memakai showercap dikepalanya.. saat itu juga aku beritahu ibu bahwa tante ita menanyakannya.

Dito : Bu.. tante ita nanyain ibu tuh, ini wa ke dito

Ibu : Oohh.. iya, eh.. kok tante ita tau nomor kamu?

Nah.. lo aku pun kikuk mendengar pertanyaan ibu, hmm.. aku jawab apa ya

Dito : Oohh.. mm.. gk tau nih bu, ibu pernah ngasih kali? dito mah ee.. enggak pernah bu

Ibu : Oohh.. iya kali ya, ywdah lah, bilangin ibu baru kelar mandi gtu, ambilin hp ibu dong dit

Fiuuhh.. bgtulah ibu, untung aku bisa ngeles.. segera aku ambilkan hp ibu, saat ibu sedang membuka hp ku foto ibu dan ku kirim ke tante ita

Tante Ita : Ini ada ibu tan, baru banget kelar mandi dia

Picture Send



Tante Ita : Oohh.. gtu oke, makasih ya dit, btw tante kangen nih hihi..

Dito : Hehe.. kangen apanya tan hihi..

Tante Ita : Hihi.. nanti aja deh

Lalu saat ibu sedang mengecek hp ibu dapat telpon, dan ibu menjawabnya langsung dikamarnya, dia menuju kekamarnya, aku pun jadi curiga, setelah ibu masuk kamar aku pun juga masuk ke kamar ku untuk menguping apa yg dibicarakan ibu di telpon dan dengan siapa ibu bicara, karena jawabnya pake sembunyi2 segala.

Ibu : Iya mas ada anak2 dirumah, jangan aneh2 deh..

Oohh.. si om johan, dengerin ah

Ibu : Ya terserah sih, emang udah dimana?... hah.. udah didepan gg rumah ku?

Hmm.. gawat nih, tunggu aja dulu deh, gak lama setelah itu terdengar suara salam dari laki2, yups.. gk lain gk bukan itu mereka.

Ibu : Waalaikumsallam, eh.. beneran dia pada dateng.

Tante Ita : Tau tuh ci si johan pake alasan gk tau rumah lu, padahal abis nganter kan semalem.

Om Johan : Ya kan cuma sampe depan gg doang ta, gak sampe masuk rumah

Ibu : Ywdah masuk2 sini.

Aku hanya mendengarkannya saja, mungkin ada baiknya aku berpura2 tidur kembali, agar tau semua yang mereka lakukan, tak lama kemudian muncul suara dimas.

Om Johan : Hallo.. siapa ini namanya

Ibu : Ini dimas anak aku yg bontot

Om Johan : Lho.. anak mu berapa sih dek?

Ibu : Anak ku 2 mas, laki semua, yang gedean yg kemaren nganter aku itu lho, gak tau tuh dia kemana, mas mu kemana dim?

Dimas : Tidur lagi kali bu, biasa hari libur dia mah..

Om Johan : Eh.. dim om punya voucher game online tuh bekas anak om, sebentar om cek dulu didompet om.. nih.. berapa tuh 500rb tuh lumayan kan

Dimas : Wah.. lumayan nih om, main ah..

Om Johan : Ywdah sana main, ada uangnya gak? nih.. 200rb cukup?

Ibu : Mas...

Om Johan : Gak apa2 dek

Wah.. niat banget nih bapak2 pake segala ngasih duit ade gw buat main keluar brengsek!!

Dimas : Waw.. makasih banyak om, bu aku pergi ya..

Om Johan : Hehe.. aman kan?

Ibu : Ada anak aku mas yg paling tua lagi tidur

Om Johan : Ya kan tidur, gak lagi bangun kan?

Ibu : Iya sih dia klo tidur lama kayak kebo gtu.

Om Johan : Hehe.. ywdah lah aman dong, dek.. sini

Lama tak terdengar suara apapun hanya bunyi kecipak mulut dan dengusan nafas dan suara yang tertahan dari mereka, sudah bisa ketebak nih mereka pasti cipokan. lalu..

Ibu : Mmuucchhhhmm.. maaassshh.. pindah ke kamar ku aja yuk

Om Johan : Iya sayang, sebentar aku mau ngerasain mulut ita dulu pagi ini, kasian dari tadi ngeliatin doang sambil gesek2 selangkangan tuh dia hehe.. ta sini.. mmuucchh.. hmmpphh

Ibu : Aku tunggu dikamar yah, jangan lama2

Tak lama terdengar suara pintu ruang tamu lalu pintu kamar ibu tertutup serta dikunci tumben dikunci kamar ibu. lalu terdengar suara cekikikan dari tante ita dan ibu lalu senyap tak ada suara apapun, hanya bunyi derit kasur ibu, Nah.. sekarang waktunya buat aku mengintip apa yg sedang mereka lakukan, ku naiki meja rias kamar dan.. waw.. benar saja disana terlihat mereka bertiga sudah bugil om johan berbaring dikasur, ibu dari atas samping om johan mereka sedang cipokan, sedangkan tante ita sedang menyepong kontol om johan. dan setelah itu nampak ibu menyudahi pagutannya dengan om johan dan kemudian ibu menghampiri tante ita dipegangnya tante ita untuk naik ke atas ranjang dan tante ita dicipok sama ibu, terlihat banget sisi liar ibu disini, aku tau ibu punya sisi bisex sejak aku mengintip hubungan lesbiannya dengan bude, dan sekarang mungkin ibu sudah terbawa birahi, sehingga tante ita diajak menjadi partner lesbiannya, om johan terlihat shock melihat dua wanita diatasnya sedang berpagutan, tanpa pikir panjang om johan langsung memposisikn kepalanya dibawah ibu dan langsung menjilati memek ibu, aku pikir ini moment yang gk boleh disia2kan nih, aku foto ah..(cekrek..)

Terlihat ibu sangat bernafsu sekali sama tante ita, lama mereka bercumbu lalu om johan mengajak ibu untuk tiduran namun ibu tak ingin lepas dari bibir tante ita, lalu ibu tiduran dan om johan mengambil posisi agak kebawah dan mulai mengarahkan kontolnya ke memek ibu, ibu lantas kembali memagut bibir tante ita, dan saat itu kembali ku foto momen itu (cekrek..)

Sambil menggenjot ibu, tangan om johan meremas2 tetek ibu, dan tak lama setelah itu om johan sepertinya orgasme.

Om Johan : Aahh.. ahh.. dek.. aku mau keluar ahh.. ahh.. aaahhhhhhh.. (crot..crot..crot..)

Om johan tampak terkulai lemas, sedangkan ibu masih fokus dengan tante ita, lalu tak lama ibu menyudahi cumbuannya, lalu menyruh om johan untuk bersih2.

Ibu : Ywdah mas bersih2 dulu gih, tuh ada tisu.

Om Johan : Ahh.. aku ke kamar mandi aja deh, tapi dek sayang, habis ini keluar yuk, cek in

Ibu : Hah.. cek in kemana mas?

Tante Ita : Di depan situ kan ada hotel tuh, bisa transit pula klo gak salah per 6 jam deh

Om Johan : Oohh.. kamu sering ya sama rudi?

Tante Ita : Haha.. yaelah pak (Om Johan) yaudah sih masalah bgtuan mah kebutuhan, mending langsung cek in gih hihi..

Om Johan : Yowes aku ke kamar mandi dulu, ayo dek (mengajak ibu)

Ibu : Ih.. mas duluan aja

Lalu setelah om johan keluar kamar dan ke kamar mandi, ibu terlibat percakapan dengan tante ita, dan mereka masih dalam keadaan bugil diatas ranjang ibu.

Tante Ita : Ci.. kok lo tadi malah nafsu bgt sih sama gw? takut gw tau

Ibu : Tapi enak kan? hihi.. gk tau ta, kayak ada 2 kepribadian dalam tubuh ku, klo lagi birahi bgt aku suka gk kekontrol apalagi liat cewek telanjang duh.. rasanya pengen aku peluk, cium, aku pengen jilat2in memeknya ta

Tante Ita : Ahahah.. aneh lo ih, lagian kok lo dari kemaren kayak kurang sreg gtu sih klo lagi ML sama johan ?

Ibu : Hmm.. bukannya apa2 ta, dia itu kan udah tua, wajar klo stamina nya udah gk prima, kamu liat sendiri tadi, gak ada 15 menit udah keluar, lagi pula gk keras bgt punya nya, jujur aku masih sayang sama dia makanya aku rela walaupun harus ngeladenin dia bgtu tapi aku gak puas sama dia.

Tante Ita : Iya sih ci, sama semua cowok ci, rudi juga sama bgtu, tapi kalo laki lu gimana?

Ibu : Suami ku orangnya monoton, dia itu gk pernah sekali2.pemanasan gtu, maunya buka baju langsung tancep, masih keras sih, lama juga gk terlalu lama biasa aja, tapi gak secepat mas johan hahaha..

Tante Ita : Lah.. terus kalo lo lagi pengen gimana?? Oohh.. jangan2 lo punya simpenan laen yaa

Ibu : Sssssttt.. ih jangan kenceng2, kamu mau aku jujur apa enggak??

Tante Ita : Jujur lah hihi..

Ibu : Dulu iya sempet aku ada affair sama anak muda, anak kuliahan, punyanya gede bgt ta, bahkan dia yg merawanin pantat ku, tapi sekarang udah enggak, sekarang malah aku ada juga cuma lebih gila nya lagi seumuran dito ta hahaha..

Tante Ita : Ahaha.. ih.. diem2 gila juga lu ci

Ibu : Haha.. ya kan kata kamu seks itu kebutuhan, ya aku butuh bgt ta, secara suami ku pulang jarang, ya aku mana bisa tahan?

Saat sedang asyik berbincang muncul om johan dan langsung masuk ke kamar ibu

Om Johan : yuk rapih2 cus ke hotel dek

Ibu : Hah.. jadi mas?

Om Johan : Jadi lah.. kamu salin aja pake daster tidur yg aku beliin kemarin lho dek, yg warna putih ungu itu, lagian aku udah suruh rudi buat booking hotelnya duluan, kamu ikut kan ta?

Tante Ita : Ih.. gak ah, capek aku, aku malah mau minta jemput sama suami disini, biar dia gk curiga, kelamaan aku klo keluar ntar dicariin lagi.

Om Johan : Lah.. terus gimana?

Ibu : Hadeh.. kamu sih mas pake cek in2 segala, udah deh kita berangkat aja, ntar sampe sana rudi suruh balik aja samperin ita kek kesini.

Tante Ita : Iihh.. ogah ah, suruh balik aja dia.

Ibu : Hmm.. ywdah ah ayo rapi2 kamu juga ta, ntar dito bangun liat kamu telanjang gimana coba.

Akhirnya mereka salin baju masing2, setelah semuanya rapih aku kembali ke ranjang ku, tak lama ibu masuk kekamar ku, dan membangunkan ku.

Ibu : Dit.. bangun dit..

Dito : Hooaammttt.. kenapa sih bu ih..

Ibu : Temenin tante ita, dia lagi nunggu dijemput suaminya kesini, ibu mau pergi dulu sama om johan mau nengok temen sakit.

Yaelah.. emak2 bisa banget bohongnya, ngapain coba pake alasan nengokin temen sakit.

Dito : Hmm.. iya buu

Tak lama mereka pun pergi, setelah ibu dan om johan pergi tiba-tiba tante ita memeluk ku dari belakang.

Dito : Eh.. tante ita

Tante Ita : Ehehe.. eh.. ditoo, dit.. tante kangen ih

Dito : Kangen apanya tante?

Lalu aku membalikan badan mengahadapnya, dan tante ita langsung mencipok bibir ku, ah.. lidahnya ku emut2, lalu tangannya meremas2 kontol ku, aku pun terbawa birahi, karena sehabis melihat pergumulan ibu dan om johan serta tante ita, ku peluk erat tubuh tante ita sambil ku remas2 pantatnya, lalu..

Tante Ita : Mmhhhh...ssssuurrppsss... mmhhchh... nafsu bgt sih brondong tante nih

Dito : Iya nih tan, ke kamar ku yuk.

Tante Ita : Ayuk.. tapi tante gk mau telanjang ah dit.

Dito : Lah.. terus?

Tante Ita : Buka celana aja ya? abis males tadi abis buka trus ntar pake lagi *eh..

Wah.. ni emak2 keceplosan ngomong hahaha..

Dito : Lah.. emang tadi abis buka baju tante?

Tante Ita : Mmhh.. anu dit maksudnya tadi dirumah gtu

Dito : Hmm.. ywdah lah aku udah gk tahan tan yuk

Ku tuntun tante ita ke kamar ku saat sudah dikamar dia buka celana hitamnya, namun kemeja putih dan kerudung hitamnya masih menempel, setelah celanya terbuka, dia merebahkan diri dikasur, aku yg sudah terbawa nafsu langsung menelanjangi diriku, ku buka baju, boxer, dan celana dalam ku, lalu..

Tante Ita : Ih.. kok buka baju sih sayang?

Ku tak hiraukan protes tante ita, langsung ku hampiri dia ku tindih badannya ku peluk, ku lumat bibirnya, terasa sekali tangan tante ita meraba2 kontol ku untuk diarahkan ke bibir memeknya, terasa basah sekali memeknya, dia gesek2an kontol ku ke memeknya lalu saat tante ita arahkan langsung ku tekan kontol ku dan blesshh.. kontol ku langsung masuk ke memeknya, terasa sangat hangat dan basah sekali memeknya.

Tante Ita : Aacchh.. masuk sayang, mmhh.. enak, ayo goyangin ahh.. ah.. mmhh.. (plok..plok..plok..)

Aahh.. sumpah enak bgt memek tante ita, tanganya melingkari leher ku, dan satunya lagi memegang pantatku dan meremas2nya..

Dito : Sshhh.. aahh.. tante enak tan? (plok..plok..plok..)

Tante Ita : Aawwhh.. sshh.. enak sayang terus ahh.. mmhh.. enak bgt ahh.. (plok..plok..plok..)

Puas aku menggenjotnya dari atas ku minta tante ita untuk menungging, aku ingin mendoggy sambil melihat bongkahan pantatnya.

Dito : Tan.. nungging dong

Tante Ita : Iyah.. ini udah ayo masukin sayangh..

Ku gesek2an kepala kontolku dibibir memeknya dari belakang dan langsung ku masukan lagi aahhh... fuck enak bgt..

Tante Ita : Aaaawwwhhh.. sayang enak bgt, mmhh.. mentok bgt kontolnya ah.. kontol anak muda enak bgt mmhh.. terus sayang ahh.. bisa cepet keluar tante nih aahh.. (plok..plok..plok..)

Dito : Mmhh.. enak tan? mau dikontolin terus sama dito gak tan? mmhh.. aahh.. (plok..plok..plok..)

Tante Ita : Ah.. mau bgt sayang ahh.. sshh.. ayo sayang tante mau keluar dikit lagi mmhh..

Tiba-tiba tante ita tangannya memegang tanganku yang sedang memegang pinggangnya dan terus meracau kalau dia ingin orgasme

Tante Ita : Ahh.. ahmm.. aku keluar.. tante keluar sayang ah.. ah.. kencengin terusshh.. ahh.. keluar aahh.. ahh.. aku keluar.. ahh.. tante keluar dit aaaaaaaaaawwwwwhhhh...(crit..crit..crit..)

Lalu tante ita langsung mengejat dan memegang tangan ku dengan kencang, setelah beberapa detik dia langsung menjatuhkan tubuhnya diatas kasur lantai kamar ku.

Dito : Hmmmhh.. enak tan?

Tante Ita : Fiiuuhh.. bukan enak lagi ini nak, nikmat bgt, kamu paling bisa bgt muasin tante dit

Ujar tante ita sambil tengkurap tanpa celana, lalu setelah itu ku rebahkan diriku disampingnya dan tante ita sempat kaget.

Tante Ita : Lho.. kok dito ikut tiduran? gak mau dikeluarin? keluarin dong nak..

Dito : Hehe.. nanti aja ah tan, capek.. hehe.., skrg panggilannya kok berubah tan? manggilnya nak2 bgtu haha..

Tante Ita : Deehh.. emang gak boleh? tante itu udah anggap kamu seperti anak tante sendiri dit, diluar hubungan kita ini, ya tante sayang sama kamu seperti anak tante dit hehe..

Dito : Wah.. incest dong kita tant, gk boleh nih hahah..

Tante Ita : Ih.. kamu nih, ambilin tante minum kek dit, tante lemes bgt hehe..

Ku beranjak menuju kulkas, ku ambilkan air, setelah ku berikan air, ku beranjak kedepan kamar, ku cek hp ku dan tante ita terdiam memperhatikanku.

Dito : Kenapa sih tant?

Tante Ita : Gpp.. tante lagi difoto ya?

Dito : Emang mau difoto? nih.. dito foto sekalian (cekrek..)

Tante Ita : Ih.. dito hapus ih..

Tak ku hiraukan suruhannya langsung ku hampiri dan ku pagut bibirnya.

Dito : Mmuuachh.. tan, aku mau nunjukin sesuatu sama tante

Tante Ita : Apa tuh?

Ku buka galeri hp ku, dan ku perlihatkan foto saat aku mengintip tante ita, ibu dan om johan sedang threesome, tante ita terlihat shock dan..

Tante Ita : Dit.. ini apa2an sih, kamu dapet dari mana?? hapus ih..

Dito : Udah tante gk perlu tau aku dapet ini dari mana yang jelas aku gk suka ibu ku ada hubungan sama om johan, dan aku tau reunian kemarin tante, ibu, dan om johan juga lagi ngelakuin hal yang sama kan??? ngaku aja tan aku gk akan marah kok, serius deh..

Tante Ita : Hmmm.. gimana ya dit, maafin tante ya dit, tapi beneran deh dit hapus foto2nya dit, tante malu liatnya.

Dito : Aku akan hapus foto ini asal... tante ceritain sebenernya apa yg terjadi saat reunian kemarin, pliss aku mohon tan

Tante Ita : Aduh.. dit tante malu dit nyeritainnya, ini tuh aib dit ya allah.., tapi plis ya dit jangan sebar aib tante.

Dito : Aku gak sejahat itu tan, aku cuma gk suka ibu berhubungan sama om johan, udah itu aja

Tante Ita : Hmmm.. ywdah tante akan ceritain, jadi sebenernya waktu itu..

POV Tante Ita

Saat itu reuninan sebenernya ngebosenin banget, sampe akhirnya om johan ngajak temen2 buat santai dirumah dia yg kedua, dia punya banyak rumah soalnya, cuma memang ibu kamu tuh dit dari sejak ketemu om johan gk pernah pisah, terus rangkulan mulu kayak orang pacaran

Om Johan : Rud.. santai yuk dirumah gw

Rudi : Cabut nih kita?

Om Johan : Cabut lah, boring gini, lagian kan lu pada bawa Ita sama Indri kan? yaa.. bisa lah hehe..

Robi : Alah.. bilang aja lu berdua (Om Johan & Ibu) mau kangen2an kan?

Ibu : Haha.. rumpi deh kamu rob

Om Johan : Yaudah ayo..

Waktu itu kita ber 6 langsung cabut kerumah om johan dit, dimobil kita bercanda2 tuh nah ketahuanlah kalo om rudi sama om robi itu dulu demen juga sama ibu kamu cuma karena gk enak sama om johan jadi mereka cuma bisa pendam sendiri, sampe disana emang tu rumah gede banget, lantai 3 rumahnya, kamar dimana2.

Om Johan : Temen2 santai aja ya, kalo yg mau nonton tv boleh, mau minum di kulkas ada atau mau yg enak2 kamar pake aja yg mana aja ya hahahah..

Tante Ita : Haha.. elu tuh pak maunya enak2 mulu.

Habis itu keliatan ibu sama om johan masuk dikamar paling atas dit, abis itu tante gk tau deh, soalnya tante juga sibuk sama om rudi, ya biasalah tante juga main sama om rudi, sampe akhirnya tante indri pamit katanya disuruh pulang sama suaminya, disitu tante malu bgt kegep sama dia lagi ML sama om rudi malah masih bugil berdua, gk lama setelah tante indri pergi sama om robi, tante lanjut lah sibuk sama om rudi, sampe om rudi capek trus tepar tidur, waktu itu tante haus kan, tante ke dapur lah.. eh tau2 tante kaget, liat ibu sama om johan lagi ML didapur sambil berdiri, tante waktu itu cuma pake handuk doang dililit, eh.. om johan ngeledekin..

Om Johan : Eh.. ita, sini ta gabung haha..

Ibu : Mmhh.. sshh.. terusin dong mas ah.. (plok..plok..plok..)

Tante Ita : Yaelah.. yang lagi kangen2an iseng ah.. (cekrek..)

Waktu itu tante bercanda dit iseng tante foto2in aja..

Dito : Lah.. masih ada gak tan fotonya?

Tante Ita : Ada kok mau liat? sebentar.. nih..

Open Picture



Back To POV Tante Ita

Terus abis itu tante balik lagi lah ke om rudi sampe akhirnya tante ketiduran, trus bangun2 tante kebelet pipis tante ke toilet eh.. ada ibu sama om johan lagi mandi bareng, iseng lagi tante bercandain tante fotoin aja lagi.. sampe akhirnya sore om rudi ngajak tante ML lagi dikamar atas tempat ibu sama om johan, sampe dikamar, kamar itu kosong dit, karena mama kamu sama om johan masih mandi bareng, trus om rudi langsung ML sama tante, pas tante lagi ML dateng ibu sama om johan lagi pelukan sambil cipokan gtu, sumpah deh dit mereka itu kayak orang lagi bulan madu, om johan gk pernah mau lepas dari ibu kamu, terus abis itu mereka langsung rebahan diranjang ibu kamu, trus om johan bukannya garap ibu malah nyamperin tante, abis mulut tante dicipok sama dia, sedangkan om rudi langsung nindih ibu kamu, kita tukeran pasangan gtu dit, sampe akhirnya om robi dateng dia join langsung telanjangin diri sendiri langsung lah kita main berlima, sumpah tante iri waktu itu, mereka semua cuma fokus sama ibu kamu, om rudi lagi genjot memek ibu kamu, sedangkan om robi nyipokin bibir ibu sambil tangannya ngeremes2 tetek ibu, tante yang lagi asyik sama om johan dibuat orgasme waktu om johan jilat2in memek tante, tante lemes, tante liat sekarang gantian om robi yang udah nggenjot memek ibu, tapi namanya juga bapak2 mereka cuma bertahan sebentar, gk sampe 15 menit udah crot, lama di foreplaynya, beda kayak kamu dit, kalo kyk om johan nafsunya doang gede makanya setiap habis crot dia pasti minta lagi, ibu mu yang capek dia itu sebenernya gak puas sama om johan cuma dia jujur sama tante kalo dia masih sayang, sebatas sayang aja sama om johan, gk ingin memiliki.
Waktu tante udah lemes, om robi udah gk genjot ibu, digantiin sama om johan, posisinya ibu kamu diatas om johan sambil ngebelakangin om johan, trus om rudi melukin ibu, teteknnya diemutin, keteknya dijilatin duhh.. nafsuin banget pokoknya dit liatnya..

End Of POV Tante Ita

Dito : Udah ah tan.. aku jadi sange dengernya, mandi yuk aku kebetulan blm mandi hehe..

Tante Ita : Iya tante juga belum

Dito : Ywdah buka sih bajunya tan kita mandi bareng hehe..

Tante Ita : Dit.. tante boleh hp gk ke kamar mandi?

Dito : Buat apaan tan?

Tante Ita : Buat pamer sama temen2 arisan tante hihi..

Dito : Ih.. tante malu ah klo diliat bgtu.

Tante Ita : Ih.. enggak lah dit, kan ada tante juga disitu masa iya tante nyebar aib sendiri? tante juga cari aman kali.

Dito : Ywdah ayo tan.

Ku giring tante ita untuk ke kamar mandi, sebelumnya ku telanjangi dia, tante ita menuju kamar mandi sambil mengecek hp nya, saat dikamar mandi..

Tante Ita : dit.. tadi ada pesan dari ibu kamu, om johan sama om rudi.

Dito : Pesan apa tan?

Tante Ita : Lebih tepatnya kirim foto sih, tapi kamu janji ya jangan marah? ini udah 2 jam yg lalu pas kita lagi ML sambil ngobrol itu

Dito : Iya tan, apa sih fotonya aku mau liat dong pesannya

Saat tante ita kasih hp nya ke pada ku kubuka pesan dari ibu dengan dada berdebar dan saat ku lihat...

Ibu : Itaaa.. gw kayaknya mo dikeroyok nih sama aki2 berdua haha..

Fuck... ibu ngapain lagi sih, kok kayaknya seneng bgt having sex sama om johan, katanya dia gk puas tapi kok kayaknya seneng bgt. lanjut ku buka pesan dari Om Rudi.

Om Rudi : Sayang maaf ya aku join dulu sama johan, abis kenapa sih kamu lebih milih pulang? enakan mereka tuh kayak johan sama eci, mainnya dikamar mandi mulu

Picture Received

Wah.. anjing bener2 nih pada aki2 ibu dikerjain sampe kayak gini, tapi ada yg bikin aku penasaran dengan percakapan tante ita dan dan om johan, ku klik lalu..

Om Johan : Ta.. lu yakin gk mau gabung sama kita?

Picture Received
Tante Ita : Buset bener2 lu kelakuannya pada yak, trus temen gw mana sekarang?

Om Johan : Tuh lagi tepar capek katanya

Picture Received

Anjiiiirrr.. bangsat emang nih pada aki2 gk rela aku, entah kenapa aku tidak suka melihat ibu bersama mereka, anjirrr.. fuck..

Dito : Tan.. pokoknya aku gk rela ibu sama mereka.

Tante Ita : Iya dit tante paham udah2

Dito : Pokoknya tante harus bantu aku agar ibu lepas dari jerat om2 itu termasuk mantan tante

Tante Ita : Iya dit tante janji, tante janji ya nak..

Kemudian saat kami sudah bugil dikamar mandi tante ita memeluk ku untuk meredakan amarah ku, dalam hatiku aku harus melepaskan jeratan om johan kepada ibu, aku gk rela ibu bersama dia..

𝐁𝐄𝐑𝐒𝐀𝐌𝐁𝐔𝐍𝐆


Read More

𝐓𝐇𝐑𝐄𝐄𝐒𝐎𝐌𝐄, 𝐃𝐑𝐀𝐌𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐃𝐈𝐋𝐄𝐌𝐀 𝐁𝐚𝐠.𝟏𝟓

 


Evan memilih beberapa kuntum mawar, menyerahkan pada penjual Bunga untuk dikirimkan ke alamat yang tertera di kartu ucapan yang telah ia tulis sebelumnya. Bunga untuk Wulan. Paling tidak seminggu sekali, ia mengirimkan kuntum Bunga Mawar untuk sekedar mengingatkan Wulan akan perasaan yang ia miliki saat ini. Evan sendiri tidak mengerti, mengapa semakin hari setelah kejadian 3S bersama Wulan, ia merasakan Cinta yang semakin tumbuh pada Wulan. Ia tau, sesungguhnya Cintanya pada Wulan tidak pernah pergi. Hanya saja ia tidak berhasil menjaga perasaannya dan tidak akan pernah ia ulangi lagi. Disaat ia mengejar mimpinya, ternyata Cinta sesungguhnya masih tetap untuk Wulan. Wulan dimatanya kini adalah Wulan yang semakin cantik dengan kedewasaannya.

Ada suatu perasaan yang begitu menggelitik hatinya saat ia mengetahui kehidupan Rumah Tangga Wulan dengan Rio. Bermula dari uangkapan perasaan Wulan saat Rio berniat melakukan 3S, Evan semakin merasa bahwa Wulan tidaklah dicintai sebagaimana harusnya. Cinta sejati seharusnya tidak berbagi, satu hal yang diyakini Evan. Apapun alasannya, jika Rio benar benar mencintai Wulan, ia seharusnya tidak menjadikan Wulan sebagai wanita kedua di hatinya, apalagi membagi Wulan dengan laki laki lain. Evan merasa Wulan berhak mendapatkan kehidupan dan Cinta yang lebih baik, dan ia akan memberikannya untuk Wulan

 Cintanya hanya untuk Wulan dan karena itu pula, ia akan segera mengakhiri Rumah Tangganya dengan Fani. Evan siap melakukannya karena tidak ada lagi Cinta dan kebahagiaan yang ia miliki bersama Fani saat ini. Wulan mungkin belum bisa menerimanya saat ini, namun ia percaya, Cinta bisa hadir karena Biasa. Ia akan membuat Wulan terbiasa dengan kehadirannya, ia akan mengisi kekosongan yang tidak bisa diberikan Rio kepada Wulan dan perlahan menggantikan posisi Rio di hati Wulan. Kesempatan itu ada, dan Evan berniat akan memiliki Wulan, bagaimanapun caranya.

Wulan meraih 3 kuntum Mawar Putih yang tergeletak di atas mejanya. Dibacanya pesan pada sepucuk kartu yang terikat pada tangkai Mawar tersebut "Aku Mencintaimu" .. Tanpa alamat dan nama pengirimpun, Wulan tau bahwa Evan lah yang mengirim Bunga tersebut, kali keempat ia menerima kiriman Evan. Wulan tersenyum, menghirup wangi Mawar dan meletakkannya pada Vas di meja kerjanya. Wulan ingat betapa ia merasa terganggu dengan kiriman Bunga pertama dari Evan.
"Apa maksudmu?" tanya Wulan saat itu

"Kenapa ...?" tanya Evan "Bunga Mawar itu? Bunga kesukaanmu kan?"
"Cukup Evan .. berapa kali harus aku katakan? Aku sudah bersuami. Untuk apa kau lakukan ini? Aku tidak butuh itu!"
"Berapa ribu kalipun kau katakan itu, tidak akan merubah perasaanku padamu. Buang saja Bunganya kalau kau tidak suka. Aku tidak peduli. Yang terpenting bagiku hanya aku sudah bisa menyatakan perasaanku padamu, Moon ..."
Wulan menutup teleponnya tanpa berkata apa apa. Ia memejamkan matanya mengusir emosi yang mulai dirasakannya dalam hatinya.

Setiap Minggu selalu datang Bunga yang sama untukknya. Perlahan Wulan mulai berdamai dengan hatinya. Ia lelah terus menerus merasakan perasaan yang membuatnya tidak nyaman. Baiklah, pikirnya, Bunga mawar putih memang Bunga kesukaannya. Tidak ada salahnya ia jadikan sebagai tambahan hiasan ruang kliniknya, untuk sekedar memperbaiki moodnya yang turun naik. Wulan menyediakan satu vas khusus untuk kiriman bunga dari Evan.

Dan kali ini, entah mengapa ia mulai menikmati perhatian Evan kepada dirinya. Bunga, Coklat, semua hal hal yang ia sukai telah dikirim Evan. Evan seperti datang kembali dari masa lalu, memanjakannya seperti dulu. Wulan mulai menyadari bahwa Moodnya semakin hari semakin bertambah baik dengan adanya perlakuan istimewa dari Evan saat ini. Tidak hanya kiriman, tapi Evan pun tidak pernah absen mengingatkan waktu makan, menanyakan kabarnya, ataupun hanya sekedar menyapanya melalui chat pada layar Handphone nya. Hanya satu hal yang belum mau wulan lakukan, yaitu permintaan evan untuk meluangkan waktu berdua saja dengannya.

"Hanya makan siang, Moon .. Makan siang. Tidak lebih." pinta Evan berkali kali
"Tidak" tolak wulan "Apa nanti kata Rio kalau tau istrinya pergi dengan laki laki lain, apalagi Don Juan seperti dirimu."
"Resto nya kan ramai .. tidak cuma kita berdua Moon .. apa sih yang kamu takutkan, makan siang dengan teman kan hal yang biasa" desak evan lagi
"OK. .. aku ajak teman. Jadi tidak kita berdua saja." ujar wulan santai
Evan terdiam. Kali ini ia menyerah, tapi ia akan mencari jalan lain agar wulan mau meluangkan waktu untuknya. Sabar, perlu waktu, batinnya dalam hati.

Wulan tau, seperti apapun ia tutupi keberadaan evan, Rio pasti bisa merasakannya. Perasaan rio ajaib, menurut wulan, Rio selalu bisa membaca hatinya, entah bagaimana caranya. Karenanya wulan sangat berhati hati menjaga perasaan rio. Ia tidak ingin rio disana merasa terganggu, dan menyebabkannya tidak bisa berkonsentrasi terhadap keluarga dan pekerjaannya. Wulan melirik layar HP nya. Tidak ada pesan dari Rio. wulan menarik nafas dalam dan menahan kerinduan dalam hatinya dengan menutup mata.

##############################
"Kenapa jauh sekali sih liburannya, Bun ...." nada suara Rio diujung sana terdengar berat. Wulan tengah menyampaikan rencana liburan bersama teman temannya ke Jepang minggu depan. Mereka telah lama merencanakan ini, namun baru kali ini Wulan memiliki kesempatan untuk memberitahukannya pada Rio.

"Bunda kan belum pernah kesana Yah, beli tiket murah sudah lama, masa pas hari keberangkatan Bunda batal pergi ..." rajuk Wulan
"Ya tapi Bunda juga ijin Ayahnya mendadak begini ... Jauh, hanya bertiga perempuan semua ... Ayah kuatir deh. Ganti sajalah dengan yang domestik .. liburan kan tidak harus ke luar negri" tambah Rio
"Kan Ayah sibuk terus, Susah di hubungi, Bunda ijinnya kapan ...? Pas bisa kontak, buru buru juga .. banyak hal lebih penting lain yang harus dibicarakan sampai Bunda tidak ada waktu buat ijin Ayah ..." ujar Wulan lagi

"Ya sudah .. pergilah .. jadi hari Selasa, jam berapa flight nya?" tanya Rio, menyerah. Melarang Wulan pergi pun rasanya percuma di detik detik akhir keberangkatan seperti ini. Akhir akhir ini mereka memang jarang memiliki waktu bersama, bahkan sekedar untuk bercakap cakap lewat HP, karena kesibukan Rio dan jabatan barunya.
"Jam 3 pagi sudah kumpul di Airport Yah .. Flight nya jam 6 pagi" ujar Wulan
"Jam 3?? Bunda berangkat jam berapa dari rumah? Siapa yang antar pagi pagi Buta begitu?" tanya Rio cemas

"Sendiri saja naik taksi .. biasa kan Bunda bisa sendiri. Tidak usah diantar siapa siapa ..." Wulan mencoba menenangkan. Ia kuatir Rio akan berubah pikiran memberinya ijin berangkat berlibur
"Bun ...." nada Rio semakin jelas terdengar cemas "Bunda paling tidak harus berangkat jam 2 pagi .. Apa tidak ada yg bisa mengantar atau Bunda berangkat dengan teman Bunda sajalah ... "
"Repot Yah .. mereka diantar suami masing masing, Bunda tidak enak kalau berangkat sama sama .. nanti mengganggu ..." Tiba tiba ada kesepian menyeruak dihati Wulan. Entah apa yang dirasakannya kali ini tapi ia merasa ingin Rio ada disampingnya

"Ya baiklah .. taksi yang aman ya Bun .. jangan taksi on line .. cari perusahaan taksi yang jelas." tambah Rio "Maaf Ayah tidak bisa antar Bunda. Selasa itu ada acara 3 hari kunjungan Dinas, Ayah akan bersama Bu Rio selama 3 hari, jadi mungkin Ayah juga tidak bisa chat Bunda ...."
"Iya .. Bunda ngerti Yah ..." nada suara Wulan melemah. Ada sesuatu yang mengiris dadanya. Ini hal yang biasa selama 5 tahun bersama Rio, tapi kali ini tiba tiba ia merasa begitu berat.
"Hati hati ya Bun ..." pesan Rio sebelum menutup teleponnya.

Wulan menghela nafas. Entah sudah berapa banyak momen penting yang ia lewatkan tanpa Rio disampingnya. Saat ia diwisuda menjadi dokter gigi spesialis dua tahun lalu, ia ingat semua temannya yang sudah berkeluarga didampingi oleh suami dan anak mereka, sementara Wulan datang hanya bersama ibu dan adik adiknya. Saat ulang tahunpun, waktu yang istimewa untuk sebagian orang, Wulan lewatkan tanpa Rio disisinya, walaupun belum pernah Rio lupa mengirimkan pesan sayangnya untuk Wulan di hari kelahirannya. Wulan menggelengkan kepalanya, mencoba menepis keraguan yang mulai bersarang di hatinya. Rio adalah suami yang baik, dan keadaan ini bukanlah kemauannya. Wulan tau, dibalik semua kekurangannya, Rio sangat mencintainya.

Ketukan di pintu menyadarkan Wulan dari lamunannya. Pasien klinik sudah hampir sejam yang lalu ia selesaikan. Wulan melangkah membuka pintu dan menemukan Evan dihadapannya dengan senyum lebar khas miliknya. Tangan kanan dan kiri Evan penuh menenteng beberapa tas kantong plastik.
"Makan siang datang Moon ..." seringai Evan meningkahi pandangan penuh selidik Wulan. Ia tidak peduli Wulan yang belum mempersilahkannya masuk, Evan melangkah ke dalam ruang klinik dan meletakkan kantong kantong plastik di atas meja, membukanya satu persatu, menyusunnya untuk disantap oleh dua orang. Nasi, Ayam Balado, Cah kailan, Air mineral lengkap dengan peralatan makan sendok dan garpu plastik

"Karena kamu tidak mau aku ajak makan di luar, maka makanannya yang aku bawa kesini. Semua kesukaanmu dan ini sudah jam 1 siang, perawat didepan bilang kamu belum makan" oceh Evan seraya terus membereskan meja "Berapa kali aku nengingatkanmu untuk tidak terlambat makan Moon .. penyakit maag mu itu jangan sampai kambuh lagi"
Wulan memegangi perutnya yang sedikit berbunyi, terpancing oleh harum masakan yang memenuhi ruangan. Ia merasa sangat lapar. Ditelannya air liur yang mulai memenuhi mulutnya
"Siapa bilang aku mau makan?" tanya Wulan menutupi rasa laparnya "Aku baru saja makan roti. Aku belum lapar Van .."

"Bohong ..." timpal Evan "Kamu baru menyuruh Office Boy untuk membeli makan siang kan?"
Wulan terkejut. Evan menyeringai "Sudah aku batalkan pesanannya. Aku ganti dengan ini ...."
"Bagaimana .. kau ..." Wulan tidak meneruskan pertanyaannya, ia hanya menatap Evan yang masih sibuk membuka bungkusan dalam pelastik dan menatanya agar siap dimakan oleh Wulan
"Silahkan tuan putri ...." ujar Evan seraya sedikit membungkukkan badannya. Wulan tak bergeming "Perlu aku gandeng tanganmu?" tanya Evan.
Wulan melangkah perlahan, duduk di kursinya berhadapan dengan Evan.

"Aku tidak akan mulai makan sebelum kamu makan terlebih dahulu, dan kita bisa seharian duduk seperti ini tanpa makan apa apa" ujar Evan nelihat wulan yang belum juga menyentuh makanannya. Wulan melirik Evan, sebelum akhirnya mulai menyendok dan menyuap makanan ke dalam mulutnya. Evan tersenyum, ikut menyuap makanan dihadapannya. Beberapa saat tanpa percakapan apapun, mereka berdua sibuk menikmati makanan, sebelum satu persatu kalimat keluar dari mulut mereka, berbicara hal hal ringan yang berkembang menjadi percakapan panjang antara keduanya. Wulan segera hanyut dalam suasana, menghabiskan setengah makanannya saat HP nya berdering dengan nama Rio terpampang pada layarnya.

"Bunda ....." suara Rio diujung sana, membuat Wulan tercekat "Sudah makan kan?"
"Sedang makan .. Ayah .." jawab Wulan ditengah degup kencang di dadanya. Apakah Rio tau keberadaan evan saat ini? Kenapa begitu pas saat rio meneleponnya. Haruskah ia menceritakan tentang Evan atau tidak. Wulan mulai gelisah.

"Ayah lupa .. Bunda mau ayah transfer berapa untuk ke Jepang? Tapi belum ayah tukar Yen .. nanti ditukar sendiri ya ..." lanjut rio. Nada suaranya tenang. Wulan mengambil kesimpulan hanya kebetulan rio meneleponnya bersamaan dengan kehadiran Evan. Rio tidak tahu, itu kesimpulan Wulan.
"Bulan lalu Ayah sudah kasih Bunda uang untuk beli Jam tangan tapi kan tidak jadi " ucap Wulan "Biar Bunda pakai uang itu saja Yah. Tidak usah kirim lagi .."
"Cukup?" tanya Rio
"Cukup ... " jawab Wulan " Jepang mahal katanya .. Bunda tidak belanja ah Yah .. sayang uangnya .. Bunda cukup jalan jalan saja"
"Takut kurang Bun .. takut Bunda perlu beli apa nanti kalau tidak pegang uang cadangan kan repot" desak Rio "Ayah transfer lagi saja ya .. biar Ayah tenang juga"
"Iya Yah ..." Ucap Wulan. Ia merasa Evan tengah memperhatikannya, berusaha mencari tau percakapan antara Wulan dan Rio.

Tepat saat yang bersamaan, pintu klinik dibuka dan seorang perawat masuk kemudian terkejut, tidak menyangka Wulan tengah menerima tamu
"Maaf dokter .. saya kira dokter sendiri .. Maaf nanti saja saya kembali lagi Dok .." ucapnya gugup kemudian keluar dan menutup kembali pintu. Jantung Wulan berdegup kencang. Rio pasti mendengar kalimat yang diucapkan perawat dengan cukup kencang tadi. Dan benar dugaannya.
"Ada siapa Bun?" tanya Rio "Kata Bunda tadi Bunda sedang makan ..."
"Iya Ayah .. tidak ada siapa siapa .. " jawab Wulan perlahan mencoba mengatur nafasnya yang mulai berat. Ini bisa jadi masalah besar bila Rio tahu. Dan Wulan tidak siap menghadapi kemarahan Rio saat ini.

"Lalu? siapa tadi yang masuk?" tanya Rio dengan nada menyelidik
"Perawat Ayah .. ini .. ada detailer obat yang minta tandatangan saja .. tidak penting" jawab Wulan, ia menundukkan wajahnya seolah Rio ada dihadapannya dengan tatapan tajam
Hening beberapa saat sebelum terdengar lagi suara Rio

"OK ... Ayah transfer uangnya ya Bun .. selamat berlibur sayang .."
Wulan menutup telepon, menarik nafas lega. Selera makannya mendadak hilang.
"Mau kemana Moon?" tanya Evan "Jepang? Kapan?"
"Ya .. " Jawab Wulan singkat "Aku sudah selesai makan .."
"Tidak dihabiskan?" tanya Evan
"Van ...." keluh Wulan "Kamu memposisikan aku di tempat yang sangat sulit. Bagaimana kalau tadi Rio tau kamu ada disini?"
"Makan siang dengan teman, ada yang salah?" tanya Evan
"Tapi kamu bukan teman biasa kan Van .. Rio tau itu .. Jangan pura pura bodoh, kamu tau bagaimana sikap Rio terhadapmu kan" jawab Wulan

Evan mengangkat bahunya mencibir "Karena dia tahu aku bisa merebutmu .. kalau kamu mau" tukasnya "Tapi istrinya ini sangat sulit ditaklukan"
Wulan mendelik, terusik dengan ucapan Evan.
"Kapan berangkat Moon? kamu tidak cerita padaku kalau mau pergi ..." tanya Evan
"Harus?" tukas Wulan "Dalam posisi apa aku harus menceritakan padamu?"
"Ya mungkin ... aku bisa membantu mengantarmu atau membawakan koper yang pasti berat itu ...."
Wulan memalingkan muka, tidak menjawab.

Jauh disana Rio memendam rasa curiganya. Ada sesuatu yang disembunyikan wulan tentang orang yang bersamanya tadi. Rio menebak nebak, dan ia merasa tidak nyaman saat membayangkan satu orang yang mungkin ada disisi istrinya tadi ...

#####%#########################
"Mungkin alergi cuaca dingin disana, Moon ..." ujar Evan, tangan kirinya menyodorkan selembar tissue pada Wulan yang masih terus terbatuk batuk sementara tangan kanannya menjaga setir agar mobil tetap melaju lurus di jalan Raya. Pesawat Wulan dari Jepang baru saja mendarat, terlambat 2 jam dari jadwal yang diperkirakan.

"Flu ini mengganggu liburanku" keluh Wulan, sesekali menempelkan tissue pada hidungnya.
"Ke dokter?" saran Evan, tampak kuatir pada keadaan Wulan. Lingkaran hitam pada mata Wulan menandakan ia dalam kondisi yang sangat lelah
"Tidak usah" jawab Wulan "Aku hanya ingin istirahat Van"
Wulan melirik layar HP nya berulang kali berharap ada pesan dari Rio yang menanyakan kabarnya. Satu minggu tanpa saling mengirim berita. Evan yang mengantarnya ke Bandara saat akan berangkat seminggu yang lalu. Dan Evan pula yang menjemputnya saat kepulangannya ini. Evan selalu menanyakan keadaannya selama di Jepang, sementara ia menunggu kabar dari Rio yang tidak pernah menghubunginya.

Wulan terbatuk lagi, kali ini cukup panjang tanpa berhenti.
"Moon ..." ia merasakan tangan Evan menyentuh bahunya "Ayolah .. kedokter sekarang .. Batuknya parah sekali .."
Wulan menggeleng. Ia merebahkan dirinya di kursi mobil dan mulai memejamkan mata. Evan terdiam membiarkan Wulan tertidur sementara mobil melaju mengantar mereka ke kediaman Wulan.

Evan membawa koper Wulan memasuki ruang tamu rumah Wulan. Didalam, Wulan sudah duduk meminum secangkir lemon tea hangat buatan ibunya. Ia tersenyum pada Evan yang menghempaskan dirinya duduk disamping Wulan
"Terimakasih ..." ucap Wulan "Berat ya?"
"Lumayan ...." jawab Evan sambil menyeringai "Ada oleh oleh untukku?"
Wulan tertawa "Untuk porter pribadi, pastinya ada ...." guraunya disambut tawa Evan.
Wulan meneguk teh hangatnya perlahan. Tenggorokannya mulai terasa lega. Diraihnya HP nya kembali memeriksa jika ada pesan dari Rio

"Dia belum menghubungimu?" tanya Evan. Wulan tidak menjawab, berusaha menyembunyikan rasa kecewanya. Rasanya Wulan begitu ingin menghubungi Rio saat ini. Menceritakan semua pengalamannya melihat negeri Sakura, menyampaikan berita bahwa ia sudah membelikan oleh oleh khusus untuk Rio dan mengeluhkan keadaannya yang sedang sakit saat ini. Tapi ia tidak bisa melakukan itu. Rio mungkin sedang berada di posisi tidak aman. Itu artinya, telepon Wulan hanya akan menyebabkan masalah bagi Rio. Wulan terpaksa harus menunggu, sampai Rio yang menghubunginya.
"Biar aku yang menghubungi Rio kalau kamu begitu ingin bertemu Rio, Moon " tawar Evan. Ia bisa melihat kegundahan dalam diri Wulan. Kerinduan yang sangat dan dalam kondisi tidak sehat seperti ini, Evan tidak bisa tinggal diam. Pikirannya sibuk bertanya tanya mengapa seorang suami bisa begitu tahan tidak menanyakan kabar isterinya selama berhari hari

"Tidak perlu .. kamu tau posisiku Van .. telepon ku hanya akan mengganggunya nanti. Kalau dia belum menghubungiku, itu berarti ada sesuatu yang lebih penting" ujar Wulan
"Lebih penting darimu??" cetus Evan "Apa Moon? Apa yang lebih penting dari keadaan seorang isteri bagi suaminya?" Wulan terdiam. Tenggorokannya terasa tercekat mendengar perkataan Evan "Semua ada prioritasnya dan jelas, kamu bukan prioritas pertama untuk suamimu kalau begini"

Wulan menghela nafas. Kedekatannya bersama Evan beberapa waktu belakangan ini membuat Evan semakin mengerti seperti apa kehidupan Rumah Tangga yang dijalaninya bersama Rio. Wulan mulai merasa Evan lah yang bisa mengisi kekosongan hatinya tanpa Rio disampingnya. Wulan kembali terbatuk. Ia merasa tubuhnya menggigil, dingin menyergap membuat ia semakin merapatkan sweater yang dikenakannya.

Evan mendekat, meraba kening Wulan
"Kamu demam moon ... ayolah kita ke dokter ..." ujarnya setengah memaksa
"Biar aku istirahat dulu Van .. kalau demamnya tidak hilang dalam 3 hari, aku ke dokter" jawab Wulan lemah

"Baiklah .. istirahatlah Moon, aku pulang dulu ..." Evan berpamitan. Wulan mengangguk, mengantar Evan ke teras rumah dan menunggu mobil Evan hilang dari pandangan mata.
Dari balik pintu kamar, sepasang mata memperhatikan mereka tanpa suara ...

𝑩𝑬𝑹𝑺𝑨𝑴𝑩𝑼𝑵𝑮



Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com