𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟒𝟒 ~ 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐁

 


Hubunganku dengan Fitri pacarku makin hari semakin renggang. Setiap kali aku chat ke dia, "lagi apa Beb...?, selalu slow respons. Kalau udah dibalas, kutanya lagi "koq lama dibalas ?" selalu saja ada alasannya yang terkesan sibuk.

Menurut pengakuannya, beberapa bulan terakhir ini dia sibuk dengan aktivitas belajar sekolah demi mau meraih ranking kelas. Apalagi dalam 2 minggu terakhir itu minggu ujian. Kami sama sekali tidak saling kontak.

Karena udah sifat gw yang suka penasaran, kucari info dari ci Velin. Awalnya Velin gak mau terus terang karena takut gw marahin Fitri. Setelah kudesak akhirnya dia ceritain yang dia tahu.

Memang ada benarnya kalau Fitri agak sibuk dengan kegiatan belajar. Namun tidak jarang ci Velin melihat Fitri sedang berduaan dengan Rizki. Kalau sudah begini pikiran kotorku langsung muncul, kalau Fitri pasti gak akan dikasi ampun sama orang kayak si Rizki itu. Si Fitri pasti udah diajak ngentot sama si Rizki. Ternyata ci Velin pun mengaku kalau pernah kedapatan mereka sedang having sex di rumah Rizki setelah mereka belajar bersama.

Sebagai cowok pasti ada perasaan marah karena gw sudah dibohongi selama ini. Ternyata Fitri diam-diam memang bermain dibelakangku. Di sisi lain gw selama menjalani hubungan pacaran ama dia, gw udah jenuh amat. Gw akui kalo gw memang bukan cowok yang baik. Gw cuma pengen bersenang-senang sama tubuhnya. Gak jarang juga dia kuajak ke rumah gw, lalu di ruang tamu ini tubuhnya gw grape-grape ampe kontol gw masuk ke memeknya. Beberapa kali dia kuajak main ke kamarku saat tidak ada orang di rumah. Salah dia sendiri, siapa suruh dia yang duluan suka sama gw. Mungkin sekarang dia udah bosan sama gw, jadi dia berpindah hati ke Rizki.

Malam minggu ini gw coba pelan-pelan minta penjelasan sama dia. Sesampai di rumahnya sekitar pukul 8 malam, Fitri keluar menemuiku dengan pakaian tidur dan masih mengenakan jilbabnya.

Kuajak dia keluar untuk ngobrol di cafe-cafe ala kampung di daerah sini. Tidak disangka dia menolak ajakan gw. Katanya papa mamanya lagi pergi ke luar kota menghadari acara adat pernikahan keluarga papanya dan besok baru kembali. Di rumah cuma ada kakaknya yang gak berani di rumah sendiri.

Kuberanikan diri untuk minta masuk kedalam rumahnya untuk memastikan kebenarannya. Fitri membiarkan aku masuk kerumahnya. Jadi memang benar kalau di rumah hanya ada dia dan kakaknya. Setelah kami duduk di ruang tamu, ada sesuatu yang bikin gak nyaman. Tidak jauh dari ruang tamu ada kakaknya sedang duduk sambil bermain hp. Kalau kami ngobrol pasti kedengaran oleh kakaknya. Aku harus menunggu sampai kakaknya masuk agar bisa menuntut penjelasan Fitri.

Selama kakaknya di dekat sana, obrolan kami hanya bersifat basa basi. Kebanyakan hanya diam dan bermain hp. Hubungan yang renggang ini membuat kami sulit untuk memulai obrolan. Semakin malam suasana semakin dingin tanpa banyak bicara. Gw semakin mati kutu di sini. Gw udah mulai gak sabar.

Kuberanikan diri bertanya padanya kenapa kakaknya dari tadi duduk di sama. Fitri bilang kalau kakaknya itu penakut, gak berani tidur sendiri di kamar. Dia sedang menunggunya menemani dia tidur. Kalau sudah dibilang gitu, secara tidak langsung kakaknya menungguku untuk pulang supaya Fitri bisa menemani kakaknya di kamar.

Dengan kesal gw minta pamit aja. Selama kakaknya masih menghantui kami, gw gak bisa berbuat apa-apa. Fitripun tidak menahan kepergianku, perasaan sensitif gw bilang kalau dia memang pengen gw pergi dari rumahnya, hanya saja sungkan untuk berterus terang. Gw tetap tenang saja, seakan tidak merasa apa-apa. Lain kali gw akan ungkap kebenarannya, kalau bisa ketangkap basah sedang enak-enakan bersama Rizki. Pokoknya selama dia belum minta putus, gw diamin aja. Lagipula gak ada ruginya buat gw. Otak jahatku berkata, justru kalau gak putus gw masih punya kesempatan untuk mengajaknya untuk bersenang-senang.

Sebelum beranjak dari rumah Fitri, gw mengecek hp gw. Ternyata ada chat masuk dan telepon beberapa kali dari Om Faiz. Gw udah dihubungi sejak dua jam yang lalu. Sekarang ini udah hampir pukul 10 malam dan aku diminta untuk ke rumahnya menemui Om Faiz. Dengan bergegas aku mampir ke rumahnya.

Perjalanan dari rumah Fitri menuju ke rumah om Faiz melewati rumahku. Di depan pagar rumahku ada sekelompok om-om yang sedang nongkrong sambil merokok. Ada yang jongkok, ada yang berdiri dan aada yang duduk di tempat duduk sepeda motor. Aku hanya melewati mereka dan mereka tidak kenal denganku. Sebaliknya aku sepertinya mengenal mereka.

Kulanjutkan perjalananku menuju rumah om Faiz. Kuingat-ingat lagi wajah itu akhirnya teringat kalau gw pernah lihat om itu di warung tengah hutan sawit. Om itu yang sempat mau perkosa Mama. Ngapain dia nongkrong di depan rumahku ?!

Kalau melihat situasi rumahku sih harusnya aman, karena mereka cuma di luar pagar. Gerbang pagar sudah terkunci rapat. Begitu pula pintu rumah sudah terkunci seperti biasa. Mama pasti udah tidur karena kamarnya sudah gelap. Gw sendiri ada bawa kunci rumah, jadi mereka tidak perlu menungguku pulang karena aku bisa buka pintu sendiri.

Sesampai di rumah om Faiz ku ketuk pintunya sambil memanggil Om Faiz. Ada bang Zulman yang biasa dipanggil Maman, membuka pintu rumah lalu menyuruhku segera ke ruang tamu. Dia bilang om Faiz sudah menungguku dari tadi.

Di ruang tamu ternyata sudah ada ci Elena dan ci Ayen sedang duduk membicarakan sesuatu yang penting dengan om Faiz. Akupun bergabung duduk di sebelah ci Elena. Rasanya sofanya agak hangat karena barusan di duduki oleh bang Maman. Menyusul bang Maman berpindah posisi duduk di sofa lain.

"Zalll...!!! dari mana saja kamu Nakk...?! Dari tadi Bapak nelpon kenapa gak dijawab...?! tegas Om Faiz.

"Sorry Pakk...tadi aku lagi di rumah pacar jadi gak bisa nerima nelpon..." kataku jujur.

"Ohhh... jadi kamu lagi bersenang-senang sama pacar kamu sampe gak mau jawab telepon...??! tegas om Faiz.

"Bukan begitu Pakkk... tadi hape aku dalam keadaan silent jadi gak kedengaran ada telepon yang masuk Pakkk...." jelasku.

"Ya sudah kalau begitu... asal jangan senang-senang sampai lupa tanggungjawab... jangan seperti mereka semua ini...!!! tegas om Faiz dengan raut wajah galak sambil jarinya menunjuk-nunjuk ke bang Maman, ci Elena dan ci Ayen.

"Ada apa Pakkk...?! tanyaku bingung.

"Begini Nakkk... sudah berkali-kali kho Afuk papa kalian nelpon ke bapak... dia komplain kalau barang-barang pesanan pelanggan sering terlambat di antar... kadang sampai tidak diantar sama sekali..." jelas Om Faiz.

"Loh jadi ini masalahnya apa Pakkk...?! tanyaku bingung lalu kulihat ke yang lain semua pada tertunduk gak berani menjawab.

"Masalahnya, orang-orang yang menangani udah keenakan sampai-sampai lupa sama tanggungjawab kerja....!!! sindir om Faiz.

"Maksud bapak siapa sihhh...?! tanyaku lagi.

"Siapa lagi..?! Ya mereka-mereka ini Nakkkk....!!! kata Om Faiz sekali lagi menunjuk yang lain.

"Jangan sampai hubungan bisnis bapak sama kho Afuk jadi rusak gara-gara kamu kerja gak bercus Mannn...!!! bentak Om Faiz ke bang Zulman.

"Iyaaa Banggg iyaaa.... maafin sayaaa..." ucap bang Maman dengan rasa bersalah.

"Zalll... kamu tahu gak kalau cicik lu Elena sama kawannya sering dientot sama bang Zulman dan kawan-kawan lain...?! tanya om Faiz.

"Tahu Pakkk....emang kenapa sih Pakk..? tanyaku

"Bagus kalau kamu tahu Nakkk... tapi kamu harus belajar untuk kuat nahan nafsu... kalau entot ya entot kalau kerja ya kerja... habis kerja baru entot... ini abang-abang dan kakak-kakak ini tahunya entot dulu baru kerja... gimana gak timbul masalah....!!!! kata om Faiz.

"Pakkk... ini bukan salah kami donggg... bang Maman yang suka ajakin kami main makanya kami mau...!!! kata Ci Elena membela diri.

"Gak usah bela diri dek....Lu cewek berdua juga gatal.... bapak paham kalau amoy emang bawanya begitu.... gampang diajak ngentot... jadi bukan hanya salah kalian... salahnya itu kau Mannn...!!! kata om Faiz menatap bang Maman dengan marahnya.

"Iya banggg.... maappp....!!! kata Maman tertundak

"Lu amoy berdua juga.... mau aja diajak main sama orang kami...." ledek om Faiz ke Ci Elena dan ci Ayen.

"Pakkkkk....!!! kami ini masih wanita normal lo Pakkk...!! bela ci Ayen.

"Hahahahaha... iya bapak tahuuuu... kalian memang wanita normal.... orang-orang kerja bapak kayak Maman ini juga lelaki normal... jadi bapak sangat menghargai manusia yang normal asal kalian tahu kapan main kapan kerja.... JELASSS...?! tegas Om Faiz.

"Jelas Pakkk...." jawab mereka satu per satu.

"Jadi begini saja... bapak ini orang baik... gak suka kasi-kasi hukuman sama kalian... malah saya mau kalian benar-benar senang dulu biar kedepannya jangan timbul masalah lagi...." kata om Faiz

"Maksudnya apa Bosss....?! tanya bang Maman bingung

Belum sempat dijelaskan tiba-tiba ada yang suara kelakson mobil dari luar.

"Man... cepat kamu bukakan pintu dulu.. ada kawan saya sudah sampai..." perintah Om Faiz. Kami semua menunggu sembari bang Maman membuka pintu.
...............
"Selamat malam bangg Faizzz....!!! sapa seorang tamu lelaki yang wajahnya tidak asing.

"Malam juga bang Samsulll....!!! Gimana kabarnya ?!

"Baikk bangggg..!! jawab Om Faiz menyambut hangat tamunya yang bernama om Samsul. Gw masih berpikir keras tentang siapa lelaki yang bernama Pak Samsul yang rasanya semakin tidak asing. Menyusul di belakang om Samsul menyusul seorang wanita chinese dengan penampilan anggun nan seksi.

"Wei Na...!!!! wanita chinese itu memanggil nama ci Elena dengan nama Tionghoanya. Ci Elana yang tadinya tunduk main hp menatap wanita itu.

"Mamaaaa...!!! ci Elena memanggil wanita itu Mama. Akhirnya aku ingat siapa Pak Samsul dan siapa wanita chinese ini. Wanita chinese ini bernama tante Mei Cen mantan istri Papa. Dulu aku pernah bersama ci Erika diantar supirnya ketemu dia di sebuah perumahan baru. Dan Pak Samsul ini adalah bos yang mendirikan dan memasarkan perumahan baru itu sekaligus bos tante Mei Cen. Maka ci Elena ini adalah anak pertama tante Mei Cen.

"Lu koq ada di sini Naaaaa...?! tanya tante Mei Cen seakan tidak percaya bertemu putri sulungnya di sini.

"Lohhh... Mama juga kenapa bisa ke sini...?! tanya ci Elena kembali.

"Ceritanya panjang Naaaa.... kamu gimana kabarnya...?! tanya tante Mei Cen

"Wahhh...wahhh... siapa ini sayangg...?! Abang gak ngerti kalian bicara apa... habis kalian pake bahasa cina..." kata Pak Samsul memotong pembicaraan.

"Oh iya banggg... kenalin ini anak aku namanya Wei Na...!!! tante MeiCen memperkenalkan ci Elena. Pak Samsul pun mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan dengan ci Elena.

"Elena omm... Wei Na itu nama cina aq..." jelas ci Elena lalu berdiri menyambut jabat tangan Pak Samsul

"Ohh begitu..!? kalau cewek cantik yang satu lagi siapa tuh..?! tanya Pak Samsul menatap ke ci Ayen.

"Kenalin om... ini teman aq namanya Ayen.." kata ci Elena memperkenalkan ci Ayen.

"Ayen ommm...." kata ci Ayen juga berdiri sambil berjabat tangan dengan Pak Samsul

"Anak lu cantik juga ya Cen... mirip sama kamu..." puji Pak Samsul.

"Silakan duduk dulu banggg....!!! kata Pak Faiz.

Dengan segera tante MeiCen duduk di sebelah ci Elena tampak sangat merindukan putri pertamanya. Merekapun saling bertanya kabar dalam bahasa dialek kami.

"Jadi gimana banggg.... si MeiCen sudah siap...pokoknya malam minggu ini abang gak akan kecewa... hehehehe..." kata Pak Samsul, tapi aku masih belum mengerti pernyataan Pak Samsul.

"Bagus banggg... kalian masuk saja dulu ke kamar biasa banggg... nanti saya menyusul setelah bicara sama orang-orang ini..." kata om Faiz.

"Beres banggg....!!! kata Pak Samsul berdiri kemudian menarik tangan tante MeiCen mengikutinya. Padahal tante MeiCen masih kepengen ngobrol dengan ci Elena karena sudah lama gak bertemu.

"Tunggu dulu banggg... aku masih mau bicara sama anakku....!!! tegas tante MeiCen.

"Bicara nya nanti saja setelah kita bersenang-senang.... sekarang lu ikut abang dulu ke dalam....!!! ajak Pak Samsul dengan paksa menarik kuat lengan atas tante MeiCen.

"Tapi bangggg....sudah pokoknya ikuti apa mau abangggg.... jangan banyak cakap lu...!!! paksa Pak Samsul menarik lengan tante MeiCen semakin kuat. Akhirnya tante MeiCen terpaksa menuruti Pak Samsul masuk ke dalam.

"Pakkk... Mamaku mau diajak ke mana..?! tanya ci Elena.

"Sudah dek... gak usah banyak nanya.....kalian ikut saya....!!! perintah Om Faiz. Dari belakang kami semua mengikuti langkah om Faiz yang berjalan menuju ke sebuah kamar yang cukup luas dengan sebuah ranjang besar di tengahnya.

Setelah kami semua masuk ke dalam om Faiz berkata:

Masalah kalian belum selesai.... bapak mau kasi pelajaran sama kalian....jadi malam ini kalian jangan pulang.... silakan kalian ngentot sepuas-puas nya malam ini supaya kalian tahu kalau waktunya kerja ya kerja....waktunya ngentot silakan ngentot... saya harap kelalaian kalian tidak terulang lagi....!!!! jelas om Faiz.

"Apaan sih Pakkk...?! koq jadi begini..?! ucap ci Elena agak menolak memaksa untuk keluar dari kamar namun ditahan oleh om Faiz. Berbeda dengan sikap ci Ayen yang hanya berdiri dengan tatapan kosong.

"Gak usah pura-pura menolak dekk...!! Bapak tahu lu sudah bernafsu... hehehe..." kata om Faiz.

"Naaaa...... sudahlahhh... kita bermalam aja di sini..." kata ci Ayen duduk di tepi ranjang.

"Yennn... emang lu gak takut... kita mau diapain di sini ?! Trus Mama aq juga mau diapain sama mereka...?! kata ci Elena agak ketakutan.

"Gak usah takut Naaaa... apapun yang terjadi kita selalu bersama..." kata ci Ayen berpelukan dengan ci Elena.

"Mannn... kutinggalkan dulu kalian di sini... abang dan kawan abang mau bersenang-senang dulu dengan cik Mei Cen itu... kamu di sini entot saja anaknya dan kawannya itu sampe puas.." kata om Faiz.

"Dan satu lagi biar kamu tahu Man... abang tadi sudah masukkan obat perangsang ke minuman mereka tadi... tuh cewek lesbian tinggal kamu garap..." tambah om Faiz dengan suara bisik agar gak kedengaran ci Elena maupun ci Ayen. Setalah itu, om Faiz meninggalkan kami berempat di kamar.

Kutatap raut muka bang Maman tampaknya murung. Rasanya ada sesuatu yang janggal dengan dirinya. Apakah mungkin karena dia baru saja dimarahi oleh om Faiz.

"Bang Maman kenapa...? koq murung gitu...? tanyaku

Sejenak dia tidak menjawab pertanyaanku.

"Gak apa-apa Zaall... cuma abang kesal aja sama cici lu itu..." jawab bang Maman

"Kenapa kesal bang...? Emang cici aku ada buat salah apa....? tanyaku

"Dia gak bikin salah... cuma abang kesal sama pilihannya..." jawabnya

"Pilihan apa maksudnya bang...? tanyaku

"Jujur abang itu suka sama Elena... tapi ya itu... dia gak mau sama abang...." jawabnya sedih.

"Emangnya abang sudah bilang ke cici kalo abang suka sama dia...?? tanyaku

"Udah beberapa kali Zalll... tapi ditolak terus sama dia..." jawabnya

"Tapi abang sadar kalau abang ini bukan siapa-siapa... cuma lelaki kampung yang gak menarik di matanya.... terus yang paling bikin abang kesal sama cici lu adalah dia lebih milih sama sesama cewek dari pada sama abang...." jelasnya.

"Itu pilihan cici sih banggg...." kataku

"Itu dia maksud abang tadi... abang kesal sama pilihannya... dia bilang semua cowok itu cuma mau manfaatin cewek... padahal abang gak berniat begitu..." katanya.

"Siapa bilang banggg... bukannya abang sering main sama cici... berarti itu termasuk manfaatin dong bangg...?! kataku.

"Hmmm... mungkin awalnya begitu... tapi akhir-akhir ini hati abang makin cinta sama dia Zal..." katanya.

Sembari gw ngobrol sama bang Maman, kuperhatikan ke ci Elena sedang curhat ke ci Ayen. Sekilas kudengar pembicaraan mereka, tampaknya ci Elena takut kalau om Faiz lapor masalah ini ke papa. Kalau sampai papa tahu kejadian ini maka ci Elena bakalan dimarahi bahkan dipukuli papa habis-habisan karena bikin malu keluarga.

"Abang coba yakinkan cici sekali lagi... jangan menyerah banggg..." kataku memberi semangat pada bang Maman.

"Loh...emang lu setuju kalau abang dekat sama cici lu...??? tanyanya

"Kenapa ngak bang.... aku setuju aja..." tegasku.

"Emang lu setuju kalau cici lu didekati sama orang pribumi kampung kayak abang ini...?! tanyanya

"Apa salahnya bang...?! mau orang mana juga sama bang... sama-sama manusia... justru aku lebih suka cici sama laki pribumi biar berbaur bang...." tegasku.

"Oh ya?! Jarang ada orang cina yang bisa mikir kayak elu Zall...." katanya heran.

"Biar abang tahu aja... aku ini anak hasil pembauran banggg... aku ada darah pribumi nya... tapi jangan bilang-bilang cici ya... ini rahasia keluarga aku....hehehe..." kataku.

"Pantesan Zall... lu gak mirip-mirip amat sama orang cina... kalau orang lain gak kenal liat elu pasti mikir lu orang lokal..." kata bang Maman.

"Biarin aja banggg... biar aku bisa dukung pembauran juga... hahahaha..." candaku.

"Mantap Zalll... nanti abang dukung... hahahaha..." katanya.

..........

"Eh banggg... liat tuh..." kataku.

Keliatan obat perangsang sudah bereaksi dalam tubuh ci Ayen. Dia mengajak ci Elana untuk berciuman layaknya pasangan sejenis yang saling mencintai. Suasana hati ci Elena sebenarnya masih sangat takut dan kuatir, tapi reaksi obat perangsang lebih kuat mendominasi. Perlahan keduanya mulai dikuasai nafsu, terutama ci Ayen yang lebih aktif mencumbui ci Elena.

"Zall... lu liat sendiri kan... cici lu maunya main sama yang sesama jenis..." kata bang Maman

"Iya bang... aku pun bingung harus gimana nih..." kataku

"Payah cici lu Zalll... anah-aneh cewek kota zaman sekarang...." keluh bang Maman.

"Jadi ?! Abang gak mau ikutan gabung sama mereka..!? tanyaku.

"Biarin aja dulu... kali ini abang mau mencoba menahan diri... biar mereka puas ngentot sesama jenis...." tegas bang Maman. Terus terang aku agak meragukan perkataannya, sebagai cowok normal pasti bisa terangsang biarpun melihat percumbuan sesama jenis. Apalagi kini sekarang mereka udah saling menelanjangi sampai akhirnya keduanya tanpa busana saling menjilati kelamin dengan posisi 69.

"Yakin bang gak mau ikutan gabung sama mereka...?! tanyaku lagi.

"Lagi berusaha Zalll.... soalnya kontol abang udah keras...."katanya.

"Nanti dulu... abang penasaran, apa sesama cewek tanpa cowok bisa saling memuaskan..." tambahnya.

"Mungkin juga bisa bang... soalnya aku sering ngintip mereka beginian kalo di rumah....hehehe..." kataku.

"Kalo gitu abang mau buktikan dulu... tapi rasanya susah Zalll... kontol abang ngencang..." katanya menyaksikan sambil mengusap kontolnya dari luar celana.

"Ok bang... bentar aku mau ke pergi pipis dulu ke toilet..." kataku.

"Jangan lama Zal... abang udah mau gerak nih..." pesannya.

Aku keluar dari kamar itu menuju ke kamar mandi melepaskan kencingku yang sudah kutahan dari tadi. Setelah lega teringat aku pada om Faiz dan temannya Pak Samsul. Kudekati kamar om Faiz yang agak jauh masuk lagi kedalam rumah untuk menyaksikan apa yang sedang mereka lakukan.

Benar-benar gila, tante MeiCen dihimpit oleh dua lelaki sekaligus. Pak Samsul di posisi paling bawah memasukkan kontolnya ke memek tante Meicen, sedangkan Om Faiz di atas menyodok kontolnya ke lubang anusnya. Tante Meicen menjerit-jerit kesakitan kemasukan dua kontol yang gede banget di kedua lubang selangkangannya.

"Shhhhttt...ssshhhtt......aaaaahhh.....sakitttt banggg....ssssshhhttt..." erang tante MeiCen sambil mendesis menahan perih.

"Ayo banggg... sodok terus boolnya...!!! seru Pak Samsul.

"Kalau sakittt jerittt aja Ciiikkk....abang suka dengar jeritan cik Meicennn....aaaaarrhhh...aaarrrhhh...." ucap Om Faiz.

"Aaaaarrrrhhhh.....!!! Aaaaarrrhhhh....aaaaaahhhhh.....AAAAAHHHHHH.....AAAAAHHH.....!!! jeritan tante Meicen semakin kencang. Gesekan kedua kontol di bool dan memeknya juga semakin cepat. Benar-benar persetubuhan yang panas banget. Benar-benar gak tahan menyaksikan persenggamaan mereka. Kontolku kerasnya bukan main menuntut pelampiasan.

Akupun kembali ke kamar semula mencari kesempatan untuk menuntaskan nafsuku. Sesampai di kamar itu, ternyata bang Maman sudah bergabung dengan mereka. Bang Maman sedang mengenjot ci Elena di ranjang, sedangkan ci Ayen menunggu giliran untuk digenjot. Kasian ci Ayen tampak merana menyentuh punggung bang Maman menanti giliran.

Bergegas aku melepaskan pakaianku sendiri hingga kontolku yang sudah keras menyembul keluar dari sarangnya. Sejak kontolku diobati oleh Ki Jarwo, ukurannya sudah jauh lebih besar layaknya kontol para pejantan pribumi. Sampai ci Ayen pun melirik ke arah kontolku yang siap digunakan.

Aku duduk dekat mereka tepatnya disamping ci Ayen. Tanpa diperintah ci Ayen langsung naik ke atas pangkuanku, memasukkan sendiri kontolku ke dalam liang memeknya yang sudah basah.
"Aaaaaaahhhhh..... kontol lu besar juga Sennnn...." ucap ci Ayen. Akhirnya kontolku dilahap habis oleh memeknya.

"Cici suka sama kontolku...?? tanyaku.

"Sukaaa bangettt Sennnn.....ooooohhhh....yesssss....yesssss...." ci Ayen mulai bergerak menunggangiku. Terasa kontolku keluar masuk memeknya.

"Aaaaaahhh....aaaaaahhhh....bangggg terussss bangggg.... terussss masukin Nanaaaaa...." desah ci Elena. Sejak kapan ci Elena semanja gitu sama bang Maman.

Mendengar suara manja ci Elena membuat ci Ayen terbawa emosi. Ci Ayen semakin kencang bergoyang di atas pangkuanku. Oh, enak sekali goyangan ci Ayen yang terbawa nafsu bercampur emosi. Suara desahan ci Ayen dan ci Elena seperti bersaing mendapatkan kepuasan dari kami para lelaki.

Kupeluk erat tubuh mulus ci Ayen sambil menjilati payudaranya. Malah ci Ayen semakin menyodorkan kedua bukit kembarnya hingga wajahku masuk di antara kedua bukit mulus kenyal itu. Nafsunya makin mengebu-gebu, untung aku masih kuat meladaninya.

Ci Ayen memang tipe wanita yang mendominasi dalam permainan ranjang. Berbeda dengan ci Elena yang lebih pasrah, sehingga dia mengikuti kemauan bang Maman yang ingin menyetubuhinya dengan gaya yang berbeda.

Karena ci Ayen itu tipe yang tidak mau didominasi, akibatnya dia hanya menuntutku bersetubuh dengan durasi yang lama. Setelah merasa lelah bergoyang di pangkuanku, dia memintaku untuk mengenjotnya dari atas. Sempat beberapa kali dia mengalami orgasme, sampai akhirnya aku menumpahkan pejuku ke dalam memeknya. Sungguh ini malam minggu yang sangat melelahkan karena persetubuhan kami berakhir sampai pukul 3 subuh. Sangkin lelahnya, kami berempat ketiduran dalam satu ranjang sampai pagi.

Keesokan hari sekitar pukul 7 pagi, aku keluar dari kamar itu. Ci Ayen dan bang Maman masih tertidur sedangkan ci Elena sudah tidak ada di ranjang. Ternyata ci Elena duduk di kursi teras sedang ngobrol dengan tante MeiCen mama kandungnya.

MeiCen: Pokok lu tenang aja... masalah ini gak akan ketahuan papa lu..."

Elena: Tapi gimana mama bisa yakin...? Bisa aja nanti om Faiz bakal laporin ke papa..."

MeiCen: Nanti mama bilangin ke bang Samsul... mama suruh sampaikan ke bang Faiz supaya jangan lapor ke papa lu..."

Elena: Beneran ya Maaaa..."

MeiCen: Iya Naaaa... serahin ke mama aja.."

Elena: " Ngomong2 koq Mama mau sama orang kayak Pak Samsul gitu sih....??

MeiCen: (terdiam sejenak) Mama juga gak tahu kenapa... yang jelas Mama merasa nyaman aja..."

Elena: "Emang Mama udah resmi pacaran ama dia...?

MeiCen: "Belum Naaaa...."

Elena: "Terus semalam Mama diajak ke mana sama Pak Samsul...?

MeiCen: "Ada aja dehh... "

Elena: " Apa sih Maaaa.... kenapa Mama gak mau jawab pertanyaan aq...?

MeiCen: "Ini privasi Mama Naaaa....Mama gak mau jawab..."

Elena: " Koq gitu sih Maaa....???

...............

"Zaaaalll.....!!! panggil om Faiz dari dalam ruang tamu. Sesampai di sana om Faiz sedang duduk ngobrol bersama Pak Samsul.

"Ada apa bapakk....?? jawabku lalu duduk mengisi kursi yang kosong.

"Barusan bapak bicara dengan Pak Samsul, kalau minggu depan kita akan berangkat liburan ke Bali selama 10 hari... benar begitu bang Sam...?

"Betul Zalll... om ini seorang pengusaha developer perumahan... liburan ini dalam rangka memberikan apresiasi untuk tim marketing om yang sudah capai target penjualan proyek perumahan om... salah satu anggota tim marketing nya ya itu cik MeiCen...." jelas Pak Samsul

"Jadi berhubung Pak Samsul ini kawan baik bapak... kita ikut diajak juga... lagipula kamu kan lagi masa liburan sekolah bukan....?! nanti bapak juga akan ajak mama kamu sekalian..." kata om Faiz

Setelah pembicaraan ini selesai, aku bergegas untuk pulang ke rumah untuk memberitahukan kabar ini ke Mama.

Sesampai di rumah pintu pagarnya tadi terkunci, tetapi pintu rumah gak terkunci. Aku langsung masuk ke dalam rumah melihat ruang tamu agak berantakan, tidak seperti biasanya selalu rapi. Beberapa puntung rokok jatuh ke lantai. Semalam pasti ada tamu yang datang ke rumah.

Kudekati kamar tamu yang pintunya tidak tertutup rapat. Setalah buka pintu, rupanya Mama dan ci Velin sedang terbarung di ranjang dalam keadaan tanpa pakaian sedang tidur kelelahan. Semalam pasti ada pertempuran panas di ruang ini, aroma baunya yang bercampur aduk rokok dan peju masih terasa.

Biarlah mereka tidur dengan nyenyak dan aku kembali ke kamarku untuk tidur kembali setelah melalui malam minggu yang melelahkan.

Apakah Mama mau ikut dalam liburan ke Bali ?
Mungkinkan Papa mengizinkan Mama untuk pergi liburan ?
Read More

𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟒𝟑 ~ 𝐌𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐌𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 - 𝐀


 Telah satu jam lebih para preman nongkrong di depan pagar rumahku masih juga belum bubar. Padahal ini sudah hampir pukul 11 malam. Aku berusaha menyimak setiap pembicaraan para preman kampung dari depan jendela kamarku yang menghadap ke luar pagar. Berbagai permbicaraan mesum dan rasis terhadap aku dan keluargaku terus menerus diperbincangkan. Semakin kuikuti semakin hatiku tersinggung oleh ucapan mereka yang sangat merendahkan kami sebagai kaum minoritas di kampung ini. Aku tak mampu berbuat apa-apa selain menyembunyikan diri di balik tirai jendela kamarku.


Ketika mereka membahas rencana jahat mereka, aku kesulitan mendengar karena mereka mengecilkan suara pembicaraan mereka. Kuhitung-hitung jumlah mereka ada 5 orang. Tidak tahu apa yang akan mereka rencanakan. Seingatku seluruh pintu rumahku sudah terkunci dengan baik jadi sudah aman, yang penting jangan membuka pintu seakan tidak tahu apapun.

Setelah mereka membahas, salah seorang dari mereka melompati pagar rumah kami lalu diikuti yang lainnya termasuk Pak Ucok. Mereka berjalan kearah pintu utama yang seingatku memang sudah terkunci rapat.

Tiba-tiba rumah kami menjadi gelap karena mati listrik. Aku yakin itu pasti ulah para preman itu. Meteran listrik kami memang terpasang di dekat pintu utama. Aku harus tetap tenang bertahan dan tidak boleh bersuara apalagi keluar rumah. Dalam kegelapan aku terus memperhatikan gelagat mereka berdiri di depan pintu meskipun agak sulit terlihat. Merekapun tidak lagi mengeluarkan suara apapun, hanya berdiri seakan menunggu sesuatu.

"Tolongggg.....hhhhmmm.....tooolll....mmmhhh.......mmmhhhh...."

"Halooo adek manisss....!!! Mana Mamak kau itu....? " terdengar suara Pak Ucok. Astaga, ternyata si Velin membuka pintu sehingga mereka memaksa masuk ke dalam. Sempat terdengar untuk sekejap suara jeritan minta tolong Velin. Pasti Velin sudah dibekap oleh para preman itu. Mendadak rumah menjadi terang karena mereka menghidupkan meteran listriknya kembali.

Bergegas aku keluar dari kamarku menuju ke ruang tamu. Para preman semua sudah masuk sedang berada di ruang tamu.

"Maaaaaa...mmmmhhh....tooolllnggg....mmmhhh....." Velin berusaha menjerit minta tolong.

"Ini pasti pacar anak si ketua... ternyata cantik juga ternyata, mirip mamanya...." kata Pak Ucok membelai rambut Velin.

"Amoy memang cantik2 banggg.... hehehehe...." ucap salah satu dari mereka.

"Mana mamak kau Moyyy...??? tanya Pak Ucok.

"Siaaapppa kaliannn....?! jerit Velin.

"Lepaskannn anakkuuu...!!! Mau apa kaliaaannnnn....?! bentakku.

"Maaaaa...tolongggg Velinnnn...!!! rengek Velin ketakutan minta tolong padaku. Dia sedang ditahan oleh seorang pria yang duduk di sofa. Posisi Velin sedang duduk dipangkuan seorang pria, salah satu lengan pria itu sedang melingkari perutnya, sehingga Velin tidak bisa berdiri. Sedangkan tangannya yang lain sedang meraba-raba payudaranya.

Kehadiranku menarik perhatian mereka, kecuali pria yang sedang sibuk meraba tubuh Velin.

"Cuittt...cuittt....cantik sekali lu malam ini cikkk..." kata Pak Ucok tersenyum mesum padaku.

"Waaaww.... rasanya yang malam ini lebih cantik daripada waktu di warung kemaren bang...." kata salah seorang pria yang belum kukenal.

"Betul kali kata kau itu... lebih seksi kuliat banggg.... hahahahaa....!!! kata pria yang lain.

Buatku pakaian tidur bukan soal seksi aja, tapi nyaman dipakai adalah yang paling utama. Tidak peduli aku mau dipandang apa yang penting aku suka. Baju tidur model lingerie gaun berenda sebatas paha berwarna ungu tua tanpa bra. Keliatan jelas hampir setengah bentuk payudaraku karena bajunya memang model yang tali tipis longgar ke bawah. Celana dalamku juga model g-string satu style dengan lingerienya.

Demi anakku Velin, kuberanikan diri mendekati mereka dengan tujuan mengusir mereka keluar dari rumahku.

"KELUAR KALIAN DARI RUMAHKU....atau aku akan jerit minta tolongggg...!!!! bentakku.

Para preman itu tampak terpesona dengan tubuhku, beberapa dari mereka tanpa sadar menjulurkan lidah mereka saat menatap payudaraku. Menyadari pandangan para preman sedang melirik ke area dadaku, maka kututupi payudaraku dengan kedua lenganku.

"Cikkk... dasarnya sudah pelacur gak usah sok suci...." kata Pak Ucok ketika kututupi dadaku dengan tanganku.

"Mau apa kaliannn...?! Lepaskan anakku....!!! desakku mendekat berhadapan dengan Pak Ucok. Tiga pria yang lain bergerak mengelilingi aku di samping dan belakangku.

"Mau apa kata lu..?! Hahahaha... urusan kita yang kemaren belum selesai sayanggg..." kata Pak Ucok dengan santainya.

"Kita gak ada urusan apapun... CEPAT KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANGGG...!!!! bentakku.

Dengan kesal Pak Ucok menarik lenganku yang menutupi dadaku, lalu mendorongku hingga jatuh ke sofa panjang. Aku hendak berdiri lagi dari sofa, tapi dengan cepat dia mendorongku terbaring kembali ke sofa lalu naik keatasku. Seorang pria menahan kedua lenganku dari atas sehingga ketiakku yang tanpa bulu terpampang jelas di depan Pak Ucok.

"Banggg... ini amoy siap dipakai, dalamnya udah gak pake kutang coy....!!! kata pria yang menahan tanganku. HAHAHAHAHA...!! pria-pria lain pada tertawa.

"Bangggg... katanya masih ada dua amoy lagi di rumah ini... biar kami periksa seluruh rumah ini ya.." kata seorang orang pria.

"Udah banggg.... kita geledah saja kedalam semua kamar rumah ini pasti ketemu... dua amoy itu udah jadi jatahnya kita...." kata yang seorang lagi, lalu mereka masuk ke dalam pasti ingin mengincar Elena dan Ayen.

"Sreeeettttt....sssssrrreeeetttt.....!!!! suara robekan baju. Astaga ternyata baju Velin yang dirobek.

"Yang ini juga sama banggg.... gak ada BH nyaaaa.... tinggal dikeyot nenennya oi....!!! ucap pria yang menangkap Velin.

"Tolongggg Maaaaa....mmmhhhh...Maaaa......hhhmmm....." seru Velin menahan sensasi buah dadanya diisap oleh seorang lelaki. Aku tak berdaya untuk menolongnya, diriku sendiri sedang terdesak menghadapi dua lelaki. Yang satu masih menggenggam pergelangan tanganku sambil mencium lenganku hingga turun ke ketiak dan leherku.

Sedangkan dibawahku Pak Ucok berusaha menyentuh area sensitifku. Tidak sulit baginya menyentuh vaginaku tanpa harus melepaskan celana dalamku, karena celana dalamku model g-string yang penutup selangkangannya sangat tipis. Hanya dengan mengeser sedikit, jarinya sudah menyentuh bibir vaginaku.

Kedua lelaki preman ini sudah membuatku geli hingga kewalahan tanpa mampu melawan, tidak mungkin lagi aku bisa menolong putriku yang sedang diperkosa tanpa ampun.

"Srrrruuuppp....cuuuppp..... hhhhmmmmm......srrrruuuupppp......" telingaku mendengar suara ludah lelaki yang sedang mengisap buah dada Velin.

"Ohhhh bangggg... ssshhh....sakittt.... janggaaannn gigit putingggg ku..... aaaaarrrhhh....!!! seru Velin. Kupaksakan pandanganku ke arah Velin, ternyata Velin sudah ditelanjangi.

"Hehehehehe... iya nonnnn.... abanggg gak gigit lagiii... cuma isap isappp aja yaaaa.... srrrrruuuupppp.....sssrrruuuupppp....."

"Aaaaahhh bangggg....pelaaaannn pelaaaannnn..... aaaaaahhhhh....." ucap Velin saat buah dadanya diisap sekaligus diremas oleh pria itu.

"Aaaaaaahhh....aaaahhhh....hhhhmmmmm....hhhmmmm......" ternyata Velin mendesah.

"Memek non udah basahhh nihhh... pastii non keenakan teteknya abang isappp... betulkann ?! kata pria itu. Lama kelamaan Velint tampaknya sudah bisa menerima tubuhnya disetubuhi pria preman itu.

Begitu pula dengan diriku. Tanpa sadar celana dalamku sudah dipelorotkan oleh Pak Ucok. Kepalanya menyerbu selangkanganku, lidahnya menjilati vaginaku dari bawah ke atas. Sensasinya nikmat sekali dijilat seperti itu. Mereka mungkin tahu kalau aku sudah menyerah sehingga tanganku dilepaskan. Pria yang di atas hendak menurunkan tali lingerieku dan tidak tahu kenapa akupun mengizinkan bahkan bekerjasama dengannya. Baju lingerieku kini hanya menutupi bagian perutku saja. Payudaraku terbuka lebar, kini bebas dinikmati pria itu.

Tangan kiriku menyentuh kepala pria yang di atas sedang menjilati buah dadaku, dan tangan kiriku menyentuh kepala Pak Ucok yang diantara kedua pahaku. Kedua pria preman ini sedang membangkitkan gairah kewanitaanku. Walaupun tercium bau menyengat keringat pada tubuh kedua lelaki preman ini , tapi aku sudah tidak peduli karena kenikmatan yang mereka berikan padaku.

"Ohhhhhh....ooooohhhh....emmmm.....ooouuuhhh...." sangkin nikmatnya aku tidak lagi mampu menahan desahan dari mulutku.

"Tetak cina memang beda bangggg.... bening mulus... srrrruuuppp....cuuuppp..." kata pria yang di atas.

"Pepek cina juga beda.... merah mudaaa agak becekk... shhhmm...mmmhhh...." kata Pak Ucok.

"Ini pertama kali cicip punya cina bangggg...."

"Sama kita... aku juga baru pertama... pokoknya malam ini kita perkosa sampe puas ini amoyyyy...!!! kata Pak Ucok.

Gak tahu kenapa mendengar pembicaraan mereka justru membuatku semakin penasaran dengan mereka. Gairahku bahkan semakin terpancing setelah obrolan ini.

"Bangggg..!!! gak ketemu dua amoy yang abang bilang itu...!!! muncul dua pria yang tadi mengincar Elena dan Ayen.

"Udah semua kalian geledah kamar rumah ini....?! tanya Pak Ucok.

"Sudah semua bangggg....!!! jawab mereka kecewa.

"Oiii cikkk....!!! Mana anak lu yang dua lagii...??? tanya Pak Ucok padaku.

"Mereka belum pulang kali... kan ini malam minggu..." jawabku, sebenarnya aku sendiri juga tidak sadar kalau Elena dan Ayen belum pulang. Si Asen juga tidak kelihatan, mungkin juga belum pulang. Aku sedikit lebih tenang karena mereka belum pulang, berharap mereka jangan pulang dulu sampai semua preman itu pergi dari rumahku.

"Kalau begitu... biar nyawa encik selamat, encik harus layani kami semua sampai kami puas... tapi lu tenang cik.., sini masih ada satu putri lu yang cantik juga bakal ikut bantu puaskan kami.... hehehehehehe...!!! tegas Pak Ucok. Dalam situasi ini, tidak lagi mungkin aku dan Velin bisa melarikan diri dari kumpulan preman ini.

Pak Ucok hendak kembali melanjutkan persetubuhan denganku. Dia ingin mencium pahaku yang terkangkang lebar.

"Hentikan sebantar Pakkk....!!! serukan mendesak agar Pak Ucok menghentikan perbuatannya.

"Lu mau melarikan diri kemana sayangggg...? tanya Pak Ucok. Awalnya dia gak mau berhenti, tapi akhirnya dia membiarkan ku berdiri.

"Hentikan sebenar dulu... gak mungkin aku melarikan diri..sedangkan anakku masih di sini...." jelasku. Pernyataanku cukup menyakinkan, maka dia berani melepaskan aku.

Kubenarkan kembali pakaian tidurku lalu menuju ke dapur, mengambil segelas air dan mengambil dua butir pil anti hamil dari salah satu rak. Kuteguk satu pil itu dengan segelas air. Kemudian aku membawa pil dan segelas air minum buat Velin.

Sewaktu aku kembali ke ruang tamu, pria itu hendak melakukan penetrasi pada Velin dan Velin sendiri membuka lebar-lebar pahanya untuk dimasuki pria itu.

"Hentikan banggg...!!! seruku mencegah pria itu. Melihat pria-pria lain berdiri menungguku maka pria yang hendak menyetubuhi Velin pun menghentikan perbuatannya. Aku duduk di samping Velin lalu kuberikan pil anti hamil dan segelas air buat Velin. Dia pun meneguk pil yang kuberikan tanpa banyak bertanya karena dia sudah tahu itu pil anti hamil.

"Makasih Maaaa...." kata Velin tertunduk.

"Iya Linnn... Mama gak mau Velin sampai hamil...." kataku.

"Hahahaha... ternyata kalian sudah bersiap buat dientot ya....!!! kata Pak Ucok bersemangat. Akupun ditarik dari sofa tempat Velin disetubuhi pria itu. Aku duduk dipangkuan Pak Ucok menghadap ke Velin. Pria itu menidurkan Velin di sofa, lalu di bawah kembali bersiap ingin memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina putriku ini.

Velinpun pasrah terhadap pria itu saat pahanya dilebarkan kembali. Kutahu bahwa Velin sudah amat bernafsu sama sepertiku.

"Jadi malam ini kita semua boleh tanam benih banyak-banyak dalam rahim cicik ini... lagipula gak bakalan hamil lagi...hahahahaha....!!! seru Pak Ucok.

"Siappp Banggg.... kontol aku udah gak sabar pengen entot memek cina... !!! ucap salah satu pria yang tadi mengincar ke dalam rumah.

"Aaaaaarrrrrhhh...!!! Velin mengerang saat penis pria pribumi yang besar itu menerobos ke vaginanya yang mungil dengan bulu yang halus.

Saat peneterasi bersama pria pribumi itu, tubuh Velin yang jauh lebih kecil berguncang hebat. Buah dada putriku ikut terguncang. Kini buah dadanya semakin membesar seiring dia bertumbuh menjadi gadis yang lebih matang dan dewasa. Melihat wajah Velin yang begitu liar ketika disetubuhi si preman pribumi ini, memuatku menyadari bahwa dalam tubuh Velin menyimpan nafsu yang sangat besar sepertiku.

Pria pribumi itu menarik tangan Velin hingga mereka saling berpelukan sambil melakukan penetrasi di atas sofa. Dua orang pria berdiri di dekat mereka menyaksikan persetubuhan mereka. Tubuh Velin yang lebih kecil dan putih, masuk dalam dekapan pria pribumi yang hitam dekil. Mata Velin terpejam dan mengigit bibirnya sendiri sangkin menikmati persetubuhan ini.

Tapi tiba-tiba Velin membuka matanya dan melihatku:

"Maaaaa...maafin Velinnnn....Velin bukannn anak baiikkkkk....hhmmm...hhhmmmm...." ucap Velin sambil berguncang dalam pelukan pria pribumi itu.

"Gak apa sayangggg..... nikmati sajaaaaa.... mama juga minta maaf.... aku juga bukan Mama yang baikkkk....!!! kataku pada Velin dan diapun hanya mengangguk lalu kembali menikmati enaknya disetubuhi.

Dari tadi aku memperhatikan putriku, tubuhku terus digerayangi dari belakang oleh Pak Ucok. Kedua tangannya sudah menjalar masuk ke dalam pakaian tidurku. Payudaraku diremas oleh satu tangannya dan tangannya yang lain menyusup ke balik celana dalamku. Akupun kembali menikmati perlakukan Pak Ucok padaku. Sepertinya Velin, aku juga memejamkan mataku sampai kepalaku mendongak keatas.

"Ohhhh...Paaaakkk....!!! sahutku.

"Apa sayangggg...?? jawabnya sambil mengerayangi tubuhku dibalik pakaian tidurku.

"Katanya bapak belum pernah main sama wanita cina kan...? tanyaku

"Iyaaa sayangggg.... lu wanita cina pertama yang bakal kuentot....cuuuppp...cuuuppp...." kata Pak Ucok sambil mencium leher belakang terus ke bahuku.

Mendadak aku berdiri dari pangkuan Pak Ucok lalu berbalik menghadapnya. Tindakanku mengundang perhatian pria-pria lain. Dihadapan Pak Ucok, jemariku mengeser kedua tali lingerie ku yang tersangkut di bahuku lalu kubiarkan jatuh sendiri kelantai.

Kemudian aku berbalik menghadapkan pantatku ke hadapan Pak Ucok lalu pelan-pelan kuturunkan celana dalamku sampai membungkuk. Kurasakan telapak tangan Pak Ucok meraba bongkahan pantatku yang mulus. Kini aku menghadap Pak Ucok kembali dalam keadaan tanpa penutup. Pria-pria lain juga tersenyum mesum menatapi tubuh bugilku.

Tidak tahu kenapa sisi liarku mendadak muncul. Akhirnya aku bisa memamerkan tubuhku dihadapan para pria-pria pribumi. Hatiku penasaran apa yang bakal preman-preman ini lakukan terhadap diriku yang sudah bugil dihadapan mereka.

"Pakkk...tolong lakukan kayak waktu di warung kemaren malam itu..." tantangku.

"Oiii... lonte cina minta diperkosa rame-rame nih.....!!! HAHAHAHAHA...!!!

"Ayoooo kita perkosa aja sekalian...!!!

"Aku baru tahu kalo wanita cina senang diperkosa sama laki pribumi kayak kita ini.... hehehehe...." kata Pak Ucok.

"Tapi waktu di warung munafik kali di depan si ketua... pura-pura gak mau, tapi diam-diam suka diperkosa.... dasar lonte cina munafikkk...!!!

"Tenang banggg...!!! Justru awak suka kali sama amoy amoy munafik begini... enak kalau diperkosa rame-rame sama kita biar kapok... ayo perkosa ini amoy sama anaknya saja sekalian di kamar itu.....!!!! " ajak Pak Ucok.

Tubuhku diangkat Pak Ucok dengan cara memikul, begitu pula disusul Velin juga dipikul tapi bukan pria yang tadi. Pria yang pertama tadi rupanya sudah selesai mengenjot Velin, sekarang giliran pria yang satu lagi yang bakal menyetubuhinya. Mereka mengangkat tubuh kami ke kamar tamu karena paling dekat dengan ruang tamu.

Sesampai di kamar tamu, tubuhku dan putriku dilemparkan ke ranjang bagaikan karung beras. Pintu kamar ditutup oleh pria yang lebih dulu telanjang karena tadi menyetubuhi Velin. Sedangkan pria lainnya semua dengan cepat melepaskan pakaian mereka semua lalu bersama-sama naik ke ranjang mengelilingi aku dan putriku yang terbaring sejajar. Aku agak terkejut melihat tubuh para preman yang dipenuhi banyak tato.

"Malam minggu ini kita garap lonte-lonte cina ini sampai puas... hahahahaha......!!!!

"Abang mau sikat yang mana dulu ini ?! Mamaknya atau anaknya...?!

"Bebas banggg... dua-duanya bakal kita entot...!!

Tangan-tangan mereka yang kasar dan hitam seperti warna tubuh mereka, saling berebutan meremas buah dada kami. Tidak lagi bisa kubedakan tangan siapa yang menyentuh tubuhku. Beberapa tangan juga memasukkan jarinya kedalam lubang vaginaku dan Velin. Kurasakan juga ada yang menjilati vaginaku yang sudah basah. Lidahnya bergerak-gerak dalam lubang kemaluanku.

"Memek cina koq baunya wangi ya..??! kata salah seorang pria.

"Kencing juga wangi kalii... hahahaha...!!! ledek yang lain.

"Tar kita bikin sampe memeknya terkencing-kencing pake kontol kampunggg...." kata Pak Ucok

"Oi kalian ingat kalau ini amoy pernah hina kita waktu di warung...?!

"Ingat kali aku itu... makanya malam ini kita kasi pelajaran... biar tahu rasa sama kontol orang kampungan yang pernah dihinanya...hahahaha..!!! seru Pak Ucok

Ada saja pria yang bercoba ingin mencium bibirku, tapi aku tidak mau berciuman dengan pria yang tidak kukenal. Namun apa boleh buat juga mereka memaksa. Terus terang aku bukan mau menghina, tapi mereka semua memang bau sekali, baik mulutnya maupun badannya. Beberapa dari mereka menyodorkan penis hitam berbulu mereka ke mulut dan menyentuh hidungku. Bau penis mereka benar-benar bau pesing, sungguh menjijikan baunya. Tapi kuakui kalau ukuran penis mereka rata-rata berukuran besar-besar.

Pak Ucok kini bersiap memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

"Buka paha kau lebar-lebar Moyyy... biar kau rasain dulu kontol lakik kampung....uuuuhhh...uuuhhh....!!!! Pak Ucok dengan kasar langsung menusukkan penisnya kedalam vaginaku.

"Uuuughhh....babiii enak kali memek kau... kontol aku dijepit pula.....uuuuuggghhh.....!!! ucap Pak Ucok. Memang saat penis Pak Ucok menerobos rongga vaginaku, aku sempat ngedan menahan rasanya kemasukan kelamin lelaki. Jadi mungkin saja dinding rongga vaginaku jadi mengencang seakan menjepit penisnya.

"Aaaaaarrrrhhhgggg....!!! erang Velin menyusul kemaluaannya kemasukan penis.

"Aaaaaahhh..aaaahhhh...jangannn kasarrr-kasarrrr Paaaakkk....!!!! kataku.

"Aaaaahhh..***kkkk bisaaaa...kita orang memeng orang kasarrr.... yang kasarrr yang enakkkk Moyyyyy....!!!! AAAAHHH...Anjinggggg.....enaaaakk memek cinaaaaa..!!!! Pak Ucok udah dibilangin malah makin kasar dan genjotannya semakin cepat.

"Maaaaa....aaaahhh...aaaaahhhh....!!!! panggil Velin, desahannya juga semakin keras karena pria yang mengenjotnya juga tidak kalah kasar dengan Pak Ucok. Belum lagi payudara kami terus diremas dan dijilati oleh beberapa pria lainnya.

"Apaaaa Linnnnn....?!! Ooohh....aaaahhh.....aaaaahhh.....!!! kujawab dengan bahasa dialek kami. Aku kesulitan menjawab sembari tubuhku berguncang hebat.

"Velin takutttt...aaahh...aaahhh....!!!

"Gak apaaa sayangggg... nikmati sajaaaa....aaaahhh...aaaahhh..... vagina lu kesakitannnn Linnn....???? tanyaku

"Gak Maaaaa..... enaaaakkkk bangettt Maaaaaa...aaaahhh.....aaaaahhh...enaaakkk....!!!! Kalooo punya Mamaaaa....???

"Enakkk Linnnnn.... kontol "Fankui" memang besarrr besaarrrr... jadiii enakkk...aaaaahhh....aaaahhhh...." jawabku

"Heiii...heiii... cakap bahasa apa kaliannn....?! Lagi bilangin orang kami pribumi ya...?! salah seorang dari mereka memotong pembicaraanku dengan Velin.

"Gak koq bangggg... aaaaahh....aaahhh...." jawabku.

"Bohong lu cikkk... lu pasti lagi bilangin orang kami pake bahasa cina kan..... jujur lu babi...!!! bentaknya.

"Gakkk Ommm....!!! Mama bilanggg kontol laki pribumi enakkkk...!!! kata Velin

"Betulkah kata anak lu itu cikkk...??? tanyanya padaku.

"Betulll Bangggg.... enakkkkk..... aaaahhhh.....aaaahhhh....!!! jawabku.

"Hahahaha...dasar keturunan pelacurrr.... memang encik sama anaknya doyan sama kontol kampung...!!!

"Aaaahhh....aaaahhh....iyaaaa bangggg... entot kamiii sampe puassss..... tapi jangannn sakiti kamiii....aaaahhh....aaahhh...." kataku.

"Itu sudah pastiiii... memek lu sama putri lu bakal digilir sama kontol kita orang... hehehhehe.... sekarang lu jilatin dulu kontol abang ini...." pria ini menyodorkan penisnya yang bau ke mulutku sembari dibawah Pak Ucok masih mengenjot vaginaku. Dengan terpaksa kuikuti maunya.

Hawa ruang tamu semakin panas karena tujuh orang terasa sempit dalam satu ruangan. Keringat para preman terus bercucuran membanjiri tubuhku. Bau badan menyengat semakin tercium.

Suara desahanku dan Velin saling bersahutan ikut memanaskan suasana di kamar. Cercaan dan ucapan kasar para preman yang menghina dan merendahkan harga diri kami terus terdengar. Hatiku setuju dengan perkataan mereka, bahwa aku dan putriku memang bagaikan pelacur yang dipakai bebas oleh para lelaki. Tanganku mencoba meraih tangan Velin putriku dan kugenggam erat telapak tangannya. Jemari tangan Velin menggengam kuat tanganku karana merasakan serangan nikmat yang diberikan lelaki yang sedang menyetubuhinya.

AAAARRRRHHHH....!!!! Erangan Pak Ucok saat menuntahkan spermanya yang banyak kedalam vaginaku.

"Kontolku udah puassss.... sekarang gantian kalian entot ini memek...!!! ucap Pak Ucok.

Datang lagi seorang pria yang tanpa basa basi langsung menusuk penisnya ke dalam lubang vaginaku. Pria ini terus memandangi wajahku saat dia mengenjot tubuhku.

"Banggggg... kenapa liatin aku trussss....aaaahhh...aaaahhh...." tanyaku

"Baru kali ini abangg ngentot sama cewek cina baru bisa lihat sedekat ini cikkk...." jawabnya.

"Terusss gimana banggg aaaahh...aaahhh...."

"Sukkkaaaa....abangggg sukaaaa kaliii....!!! Ahhhh...aaaahhh...!!! katanya.

"Sukaaa apaaanya bangggg.....?!!?! tanyaku lagi

"semuaaaanyaaaa cikkkk....aaaaahhh....enakkkk kalo dientotttt....aaaahhh....!! katanya.

"terussssinnnn kalooo gituuu....aaaahhh....aaaahhh....trussss....!!!

Preman ini jelas terlihat lebih muda dari Pak Ucok. Tubuhnya lebih lentur saat mengenjotkan, sayangnya durasinya tidak sepanjang Pak Ucok. Buat aku ini masih lebih baik dari suamiku.

"Aaaaaaahhhh....cicikkk sayannnngggg..... andai kau mau jadi pacarrr kuuu....aaaahhh....!!! katanya sambil ejakulasi mengeluarkan spermanya.

"Gila lu banggggg... aku udah bersuami..." kataku.

Tidak terlalu lama, datang lagi seorang pria ingin menyetubuhi aku. Waktu semakin malam, aku dan Velin semakin tenggelam dalam lautan nafsu bejat para preman pribumi. Desahan kami yang tak karuan membuktikan kami menikmati semua perlakuan mereka. Malam ini kami pasrah vagina kami kemasukan berapa penis secara bergilir. Cara bersetubuh mereka masih tergolong monoton tidak banyak posisi. Tapi kelebihan mereka itu tahan lama. Mungkin lelaki kampung terbiasa kerja keras sehingga fisiknya kuat.

Tidak tahu lagi berapa lama kami disetubuhi dan sampai pukul berapa. Yang jelas kami kelelahan melayani para pria preman itu sampai kami ketiduran. Sungguh malam minggu yang melelahkan buat aku dan putriku.

Keesokan paginya, aku terbangun ternyata sudah pukul 9 pagi. Velin masih tertidur dengan tubuh tanpa pakaian. Kuselimuti tubuhnya dengan selimut yang sudah kusut dan berbau tidak jelas. Ranjang yang kami tiduri sangat berantakan dan bau bercampur rokok. Banyak noda sperma sudah mengering tapi beberapa masih tampak basah tampak pada sprei dan selimut. Hari ini aku harus membersihkan kamar tamu ini.

Mengingat kejadian semalam, banyak perasaan berkecambuk dalam hatiku. Sebagai wanita, martabatku telah dilucuti para preman itu. Sempat kutetesan air mata karena sejujurnya aku merasa malu terhadap diriku sendiri maupun terhadap putriku. Apa daya semua telah terjadi, di samping rasa malu ada kepuasan yang amat sangat yang tidak bisa kupungkiri. Semoga ini bisa mengobati perasaan malu dalam diriku. dan perasaan bersalah terhadap putriku.


Teringat ke mana Asen, Elena dan Ayen semalam. Apakah semalam mereka bersembunyi atau tidak pulang ?
Kalau semalam tidak pulang, apakah pagi ini mereka sudah pulang ?


 

Read More

𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟒𝟐 ~ 𝐆𝐚𝐢𝐫𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐞𝐧𝐝𝐚𝐦 𝐏𝐚𝐫𝐚 𝐏𝐫𝐞𝐦𝐚𝐧

 


POV AILING 
Wanita mana yang tidak bahagia dan bangga bila dirinya diperhatikan oleh banyak pria. Diperhatikan para bapak-bapak di warung ini tentu sangat memenuhi hasratku sebagai seorang wanita, asalkan hanya sebatas melihat. Lebih dari itu tidak mungkin aku tinggal diam karena wanita juga punya harga dirinya.


Dalam warung ini semua pria dalam warung sedang memperhatikan diriku. Sambil menunggu abang tukang nasi goreng menjawab pesananku, kuhitung sekilas jumlah orang di sana tanpa ketahuan. Terdapat sekitar 13 orang pria sedang nongkrong tersebar memenuhi seluruh bangku meja warung. Di sana hanya ada 5 meja panjang yang berbeda ukurannya dan sudah kumuh. Warung ini sangat kotor dan tidak terawat. Para tamu yang datang semua orang-orang yang gak benar. Tampilan mereka lebih cocok disebut preman kampung. Kalau sudah begitu pasti orangnya barbar, kasar, bodoh, miskin, dan kotor. Tidak seperti kami-kami ini latar belakang keturunan Tionghoa yang bersih, terawat dan berpendidikan. Hanya saja nasib kami kurang beruntung harus tinggal di kampung kumuh ini.

"Bang...!!! saya pesan nasi goreng 4 piring ya....!!! sahut ku kepada abang si tukang masak nasi goreng yang keliatan masih usia pemuda.

"Ok cikk.... mau pake telor ayam atau telor abang...?! hehehe...." candanya.

"Maksudnya apa bang ?! Yang pasti pake telur ayam donggg...!!! tegasku kesal.

"Maappp... cuma becanda...hehehehe....minumnya apa....??" balasnya.

"Teh manis dingin saja...." jawabku.

"Mau semanis apa cikkk.... semanis dirimu kah?! hahahaha...!!! candanya

"Terserah abang dehhh... capek aq ngomong sama abang..." kataku kesal.

"Cewek cina jutek amattt.... gak bisa diajak becanda..." katanya.

"Ya orang lagi serius mau pesan tapi diajak canda...!!" kataku semakin kesal. Si tukang nasi goreng itupun terdiam dan kesal mendengar perkataanku.

Setelah itu akupun berjalan kembali ke meja kami. Di tengah melewati hadapan para pria, tiba-tiba dari belakang ada seorang bapak yang menepuk bokongku. Plookkk....!!!

"Halo amoy cantik... berapa sekali tarifnya kalau sekali pakaiii.... ??!! tanyanya mesum.

Aku menatap wajahnya dengan tatapan marah dan berkata: " Hati-hati kalau bapak bicara....!!! "

"Hohoho... pelacur sok suci rupanya....!!!" Plokkkk....!!!! katanya sambil menepuk pantatku sekali lagi dilanjutkan mengelus.

"Singkarkan tangan bapak... bajingannn....!!! balasku menepis tangannya.

"Kau yang cina bajingannn.... pelacur ya tetap pelacurrr.... jangan belagak sok suci lu moyyyy....!!!! bentaknya.

"Dasar pribumi bajingannnn.....!!! Mesummmm...!!! bentakku membalas.

"Wahhh...waaaahhhh...waaaahhhh.... amoy pelacur ini sudah menghina kita nihhhh.....!!!! Harus dikasi pelajaran biar kapokkkk....!!! sahutnya memprovokasi bapak-bapak yang lain.

"BETULLL....!!! Kita perkosaaaaaa saja itu amoyyyy....!!! jerit salah seorang.

"SETUJUUU...!!!! PERKOSAAAA SAMPAII PUASSS...!!!! jerit salah seorang yang lain.

Tanganku ditarik si bapak yang menepuk pantatku tadi hingga aku duduk di pangkuannya. Tangannya dari belakang meremas payudaraku dengan keras. Mulutnya berusaha mencium leherku dan telingaku.

Diperlakukan begitu, akupun memberontak hendak melepaskand diri namun ditahan olah rangkulan kuat salah satu lengannya yang melingkari perutku. Semua tamu-tamu yang lain bersorak girang.

"Ayoookkk bangggg....beri pelajarannnn sama itu amoyyy... PERKOSAAAA...!!!!!

" SIKATTT BANGGGGG....!!!!

"JANGANNNN KASI AMPUNNN.....!!!!

Tubuhku diseret paksa dibaringkan di atas meja panjang. Kakiku meronta-ronta sehingga seorang pria lain menahan kedua kaki hingga gak berbisa bergerak. Begitu pula dengan kedua pergelangan tanganku dicengkram dengan kuat lalu ditahan diatas kepalaku.

"Lepasssskaaaannnn.... lepassssss.....!!!! jeritku.

Mendengar suara jeritku, si bapak ini berusaha membungkam mulutku dengan mencium bibirku. Aku mengeleng-gelengkan kepala sehingga dia agak kesulitan.

Asen menyadari aku dalam bahaya dan berusaha ingin menolongku. Namun dia cuma sendirian, dengan mudah dia ditahan oleh beberapa orang, salah seorang pria lain meninju perutnya hingga kesakitan.

Elena dan Ayen juga sedang dikerjai oleh pria-pria lain. Aku dalam posisi terhimpit tidak mampu lagi melihat kondisi mereka. Yang jelas mereka juga menjerit-jerit minta dilepaskan oleh para pria yang ingin melucuti pakaian mereka.

Karena aku terus memberontak, bapak ini mengeluarkan sebuah pisau belati dan diarahkan padaku.

Heiii Amoyyy....sebaiknya lu turuti apa mau saya atau lu dan anak lu bakal terluka.... coba lu lihat ke anak laki luuu...." bisiknya. Kulihat ke arah Asen, beberapa pria mengeluarkan parang dan celurit sedang mengancam Asen.

Sebagai seorang ibu, aku tidak punya pilihan lain karena tidak ingin ASen terluka. Aku memilih pasrah demi keselamatan anakku.

"Naaahhh kalau begitu kan bagus... saya tidak ingin kasar kalau tidak terpaksa..." bisiknya pada telingku. Lalu dia mengarahkan pisaunya pada perutku. Terasa sentuhan dinginnya logam pada kulit perutku. Sejujurnya aku takut sekali sampai gemetaran. Dalam keadaan kaku ketakutanku, ada seorang lagi pria menangkap salah satu tanganku, dan seorang lagi menahan kedua kaki ku dari bawah. Satu tanganku lagi digenggam oleh bapak yang sedang mengancamku dengan pisaunya.

Aku benar-benar tidak bisa melawan lagi.

"Sreeettttt....srrrreeetttt....." pisau belatinya memotong pakaianku yang tipis dari bawah sampai atas hingga kelihatan BH hitamku.

"Ckckckckckck... tetek amoy memang mulussss....." kata si bapak.

Kupasrahkan buah dadaku yang masih tertutup BH dilahap dengan penuh nafsu oleh si bapak. Pisau belatinya diletakkan di meja, lalu tangannya meraba sengkanganku yang masih tertutup celana dalamku. Sebagai wanita normal, diperlakukan seperti ini membuatku sangat terangsang meskipun aku terpaksa karena ancaman. Hatiku jujur berkata pada diriku bahwa ini nikmat sekali hingga tanpa sengaja aku melenguh. Vaginaku sudah basah akibat dielus secara intens oleh bapak ini.

"Hehehee.... enak ya Moyyy..." bisik si bapak namun tidak kujawab.

Para pria mengelilingi aku yang terbaring diatas meja sambil tertawa karena sedang dinikmati oleh salah seorang bapak. Berbagai ucapan hinaan dan cercaan yang merendahkan diriku keluar dari mulut mereka hingga kata-kata rasis.



"HENTIKANNN...!!! Ada apa ini...?! tiba-tiba ada suara seruan seorang lelaki yang rasanya kukenal.

"Bossss....!!! Kami lagi asikk bos... tengah malam ada hidangan lezat bosss....!! kata salah seorang pria. Setelah lelaki yang berseru itu mendekat, ternyata memang ku kenal.

"Linggg...!!! Kok lu bisa di sini...??? tanya Pak Imron.

"Paaaakkkk...tolong akuu....!!!! aku merengek pada Pak Imron.

"Kalian cepat lepaskan mereka semua...!!! perintah Pak Imron. Semua bapak-bapak itu berhenti bertindak keras pada kami semua. Rupanya semua pria di warung ini adalah anak buah Pak Imron. Warung ini adalah tempat kumpul para preman kampung.

"Kalian tahu gak... cicik ini sudah banyak nolongi saya...!!! kata Pak Imron seakan menceramahi semua orang di sana.

"Biar kau semua tahu kalau anak cicik ini adalah pacar anak aku... jadi kalian sudah menjahati salah seorang keluarga aku....!!! tegas Pak Imron.

"Ohhh maaf kami Bosss... kami orang mana tahu....",

"Iyaa Bosss.... kalo bos gak bilang mana kami tahu...!!!

"Betul bosss... kalau bos tadi lebih cepat kesini kami kan ngak apa2in itu amoy..."

"Lingggg... maafin anak buah bapak yaaa..." kata Pak Imron padaku.

Sebenaranya aku bisa saja memaafkan mereka. Tapi gimanapun juga wanita punya harga diri yang gak boleh keliatan terlalu gampangan. Aku harus berpura-pura menolak.

"Gak bisa Paaaakkk... liat Pak pakaian aku sampai koyak begini...." protesku sambil menutupi tubuhku dengan kaos koyak. Bapak yang memotong pakaian aku itupun memalingkan wajah tidak senang.

"Heeeeiii Ucokkk...!!! Kau cepat buka baju kau itu kasi ke cicik ini... semua gara-gara ulah kau yang gak punya otak..!!! perintah Pak Imron.

"Udah laaaahhh.... Bos ambil aja jaket aku... kasi ke amoy sialan itu...!! jawab kesal si bapak yang namanya Ucok.

"Gak usah lagi deh Pak... aku juga gak mau... jaketnya juga udah kotor... biarin aja... kami udah mau pulang sekarang, tapi gak tahu jalan pulang Pakkk...." kataku.

"Apa kalian tidak mau makan dulu sebelum pulang...? tawar Pak Imron.

"Gak usah Pakkk... udah gak selera makan... kami mau pulang saja..." kataku.

"Ya sudah kalau itu maunya.... sini biar bapak saja yang nyetir mobilnya... gak usah repot2 ajari jalan, nanti tersesat lagi..." usul Pak Imron.

"Heeeiii Cokkkk... cepat kau ikut bawa motor kau itu... nanti sampe ke rumah cicik ini kau bawa aku pulanggg....!!! perintah Pak Imron.

"Dann satu lagi... kalian berdua juga ikut.... habis dari rumah cicik ini, kalian bertiga berurusan dengan aku....!!! tambah Pak Imron mengajak dua orang pria lagi yang tadi menahan kaki dan tanganku.

Kami segera bergegas masuk kedalam mobil ingin segera pulang ke rumah. Pak Imron duduk di kursi pengemudi dan aku duduk di sampingnya. Asen, Elena dan Ayen duduk di baris belakang. Kami segera berangkat meninggalkan warung preman itu. Di belakang ada Pak Ucok dan dua rekannya yang lain mengendarai sepeda motor mengikuti kami.

Lega rasanya bisa selamat dari kerumunan preman-preman kampung itu. Untung ada Pak Imron yang datang ke sana. Ku bayangkan kalau tidak ada Pak Imron, apa jadinya kami semua.

"Terimakasih ya Pakkk.... untung bapak datang..." kataku.

"Sama-sama Linggg.... itu bapak sudah telat... andai bapak datang lebih awal, mungkin Aling belum sempat di apa2in sama mereka..." kata Pak Imron sambil mengendarai mobil.

"Iya sih... biar telat yang penting bapak sudah datang ya sudah..." kataku.

"Buat bapak yang penting Aling dan keluarga bisa selamat...." kata Pak Imron.

"Terimakasih ya Pakkk....." kataku lalu tanganku mengelus-elus paha Pak Imron sebagai ungkapan terimakasih sudah ditolongnya.

Mandadak turun hujan yang tidak terlalu deras dalam perjalanan. Sekilas aku melihat ke kaca tengah, Asen Elena dan Ayen sudah tertidur di belakang. Sinar sepeda motor menarik perhatianku ke belakang mobil. Terlihat Pak Ucok dan dua rekannya kehujanan masih mengikuti kami.

"Kasihan anak buah bapak kehujanan di belakang....." kataku.

"Biarkan saja dia... itu hukuman buat mereka gara-gara sudah bikin macam-macam sama Aling...." kata Pak Imron.

Sangkin asik ngobrol, aku kelupaan kalau pakaianku sudah koyak terbelah dua. Kadang aku tertawa lepas sambil menepuk lengan atas Pak Imran. Akibatnya aku lupa menutup area dadaku. Buah dadaku yang mengintip dibalik BHku terbuka lebar.

Baruku sadari kalau sembari Pak Imron mengendari mobil, matanya turun sesekali melirik ke payudaraku. Aku jadi malu sendiri terdiam seribu bahasa, tiak tahu harus mulai pembicaraan apa lagi. Suasana mendadak menjadi canggung dan kaku. Pak Imron pun menyadari kalau aku menyadar dia sedang memperhatikan tubuhku. Mungkin diapun merasa malu dan ikut terdiam. Perlahan tangan dari perseneling berpindah ke pahaku.

"Lingggg... bapak rindu sama kamu sayanggg...." kata Pak Imron lembut. Aku hanya tersenyum menatap matanya yang melihat jalan sesekali melirik ke dada dan pahaku. Kulit pahaku yang mulus merasakan gesekan kasarnya kulit telapak tangan Pak Imron yang mengosok pahaku maju mundur.

"Lihat jalan Pakkk... terus bahaya loo lagi hujan mengendarai mobil pakai satu tangan...." kataku tapi membiarkan dia menyentuh pahaku. Tangannya semakin menjalar ke dalam selangkanganku tapi pandangannya mengarah ke jalan.

Ku biarkan saja dia bebas meraba diriku. Pengen lihat sejauh mana dia berani bertindak pada diriku. Akibat kubiarkan, Pak Imron semakin berani bertindak jauh. Jarinya mencoba diselipkan ke dalam celanaku terus melewati celana dalam. Aahhh..terasa geli bulu2 kemaluanku disentuh jarinya.

"Aaahhh.... aduhhh Paaakk...geliii......" desahku lembut.

"Memek lu udah basah rupanya.." kata Pak Imron.

Tiba-tiba mobil kami melalui jalanan yang rusak parah. Mobil kami berguncang keras hingga Pak Imron tangannya terpaksa kembali ke stir mobil.

"Tuh betulkan apa aku bilang... bahaya nyetir pake satu tangan...." kataku. Pak Imron hanya diam dan fokus mengendarai mobil.

"Miiii....udah mo nyampe rumah belom..?? tanya Asen terbangun

"Sabar dulu... sebentar lagi udah sampai rumahmu...!!! seru Pak Imron.

"Cepetan laaa Pakkkk.... udah ngantuk kali pengen tidur.." keluh si Asen

"Bapak juga pengen cepat Sennn.... cuma ini jalanan rusak kali, gak bisa buru-buru..." jelas Pak Imron agak kesal. Ku tepuk2 bahu Pak Imron yang besar itu agar dia sabar dengan ucapan anakku. Diapun melirik padaku sambil tersenyum. Bola matanya naik turun menyoroti tubuhku.

Memang tidak lama setelah itu, akhirnya kami sampai di rumahku dengan selamat. Kami semua turun dari mobil dengan rasa lelah sekaligus lapar.

"Pak...? Dimana Pak Ucokk...??? tanyaku heran. Perasaan tadi masih mengikuti mobil kami dari belakang.

Tidak seberapa lama Pak Ucok dan kedua rekannya sampai juga. Namun dia tampak agak kotor. Setelah mendengar penjelasannya, rupanya sewaktu melewati jalanan rusak, sepeda motornya sempat tergelincir jatuh. Katanya dia menabarak sebuah lubang yang dalam yang tidak dilihatnya karena memperhatikan dan mengikuti mobil kami.

Kelihatan lutut dan mata kakinya yang sebelah kanan lecet berdarah karena dia mengenakan celana ponggol dan sendal jepit. Beberapa bagian tangan juga lecet ringan. Cara berjalannya agak pincang karena terkilir akibat jatuh dari sepeda motor.

"Kualat kau... gara2 kau macam2 sama cicik ini jadi kena kau...!!! Hujat Pak Imron

"Udah Pakkk... !! Kasian looo... orang lagi kesakitan begitu masih bapak maki..." kataku membela Pak Ucok karena aku merasa tidak seharusnya orang dimarahi saat dalam kesusahan.

Kupersilahkan mereka masuk kerumah agar Pak Ucok diberikan obat luka, kebetulan di rumahku ada kotak P3K. Lagipula diluar masih hujan, ada baiknya berteduh dulu di rumah.

Sebelumnya aku masuk ke kamar untuk berganti pakaian rumahan lalu membawa kotak P3K.

Pak Ucok sedang duduk di sofa ruang tamu tampak menahan sakit akibat luka. Aku bermaksud ingin mengobati tapi ditahan Pak Imron.

"Ling... udah biar dia sendiri yang obati diri sendiri, gak usah lu bantu... salah dia sendiri bawa motor gak pake mata...!!! Ujar Pak Imron.

"Ya udah cik... aku pake sendiri aja..." kata Pak Ucok maka kubiarkan saja.

Perutku terasa keroncongan karena belum makan malam. Yang paling praktis itu, aku masak mie instant pakai telur. Kuundang Pak Imron dan Ucok dan dua temannya sekalian untuk makan bersama di rumah. Kuajak anak2 untuk makan ternyata mereka sudah pada tidur, karena memang sudah hampir pukul 11 malam.

Selama aku merebus mie instant, kedengaran olehku suara Pak Imron terus memarahi Pak Ucok dan temannya. Rasanya ada yang janggal dengan cara bicara Pak Imron. Menurutku Pak Imron ingin menunjukkan kehebatannya sebagai ketua preman. Dia seakan ingin mencari muka padaku dengan memaki2 anak buahnya sendiri dan memuji-muji kebaikanku. Buatku terkesan agak negatif karene terlalu berlebihan.
Selama makan bersama, Pak Imron terus mengucapkan kata-kata gombal gak berkualitas. Aku pura2 senyum dan tertawa saja seakan tergoda oleh gombalannya.

Para preman-preman duduk di meja makan dengan telanjang dada karena baju mereka sudah basah kuyup akibat kehujanan. Hanya aku dan Pak Imron yang berpakaian lengkap. Keliatan tubuh mereka berkulit gelap layaknya lelaki pribumi, kontras berbeda jauh dengan kulitku yang lebih putih. Tubuh mereka ada yang bergambar tato tidak jelas gambar apa itu.

Matanya terus melirik kepada tubuhku khususnya area payudaraku. Waktu itu aku memakai baju tidur setelan tanktop yang nyaman dipakai karena bahannya lembut dan longgar. Kalau aku membungkuk akan kelihatan payudaraku yang menggantung. Aku tahu Pak Ucok dan temannya juga mencuri-curi pandang melirikku.

Setelah makan malam, aku membereskan meja makan. Piring-piring ku bawa ke wastafel cuci piring. Rambutku kukumpulkan lalu kuikat sampai leherku tidak tertutup rambut. Dengan begitu aku lebih leluasa mencuci piring.

Tiba-tiba,
" Lingggg... kamu cantik sekali malam ini..." kata Pak Imron memelukku dari balakang sambil mencumbui bahu, pundak, dan bergeser keleherku tanpa dihalangi rambutku. Kumisnya membuatku geli saat menyapu kulitku.

"Ahhh Pakkk... geli ahhh..." balasku.

"Bapaaak rindu kamu sayanggg...." bisiknya, tangannya mulai menyusup kebalik pakaianku. Tangannya mengusap area perutku yang ramping.

"Jangan Pakkk.... ada Pak ucok di sana..." kataku.

"Biarin saja sayanggg... biar dia tungguin kita bersenang-senang.... ayoo sayannggg..." ajak Pak Imron.

"Jangan sekarang Pakkk...aaaahhh...aaaahh..." mulutku berkata jangan, tapi tubuhku menikmati saat Pak Imron meremas buah dadaku.

"Kenapa jangann.. tetek lu enak sekali sayanggg... bapak rindu sama kamu..." gombal mesum Pak Imron.

Tidak tahu apakah pengaruh ramuan Ki Jarwo atau kehebatan Pak Imron, tubuhku merasa nikmat sekali saat disentuh, diremas Pak Imron. Pikiranku sebenarnya ingin menolak tapi tubuhku ingin meneruskan.

"Ohhhh Paaakk.... jangan disini... nanti dilihat Pak Ucokkk.... " bisikku.

"Jadi maunya di mana?? " tanya Pak Imron.

"Di kamarku saja yaaa...." kataku melepaskan diri dari pelukkannya. Aku berjalan hendak menuju ke kamar tidurku dan disusul oleh Pak Imron. Tanpa kusangka dari belakang Pak Imron menangkapku lalu membopongku seperti anak kecil.

"Oiiii .... kalian tunggu aja di sini... awak ingin bersenang2 dulu sama cicik Aling... jangan kau ganggu..!!! Perintah Pak Imron kepada anak buahnya sambil kedua tangannya menggendongku. Dalam posisi begitu sebagai wanita dewasa sebenarnya aku malu diperlakukan begitu didepan orang lain.

Pak Ucok mencuri pandang padaku dan kami sempat bertemu pandang beberapa saat. Melihat tatapan Pak Ucok, naluri wanitaku berkata bahwa dia ingin mendekatiku tapi apa daya dia tidak mampu melangkahi ketuanya. Dia hanya mampu merasa sirik melihat Pak Imron menbopongku berjalan ke kamarku.

Sebelum sampai di kamar, mulut Pak Imron mendekati bibirku. Kami sempat berciuman sambil Pak Imron berjalan menuju ke kamarku. Aku agak risih tidak nyaman karena aroma mulutnya masih berbau bumbu mie instant yang tadi kami santap bercampur bau badan khas lelaki Pak Imron. Apa dayaku tidak bisa menolak karena telah masuk dalam dekapannya. Anak buah Pak Imron terus melihat ke arah kami dengan ekspresi sirik tanda tak mampu.

Sesampai di kamar,

"Selamat datang di kamarku Pakkk... sorry kalo kamarku agak berantakan.." kataku. Memang kamarku masih belum keburu aku rapikan. Lagipula ini kamar pribadi jadi tidak perlu terlalu rapi menurutku. Beberapa bajuku seperti piyama, pakaian tidur, BH dan celana dalam tergantung di gantungan baju.

"Gak apa-apa sayanggg... bapak suka lihat pemandangan kamar lu... apalagi lihat kutang-kutang Aling yang gantung di situ, kalo gak cukup gantungannya boleh digantung di rumah bapak.... hehehehe..." canda Pak Imron mendudukkan aku di ranjang.

"Itu udah bekas pakai lo Pakkk... udah kotor masa digantung ke tempat bapak... gak jijik emanggg...?! tanyaku sambil duduk di tepi ranjang menyilangkan kaki.

"Justru bapak suka yang bekas pakai Lingggg.... bapak suka bau bekas Aling.... bapak suka bau tubuh Alinggg......hehehe...." jawabnya mesum.

"Masa sihhh... coba buktiin..." tantangku. Pak Imron mendekatiku lalu jongkok di lantai dihadapanku.

"Bapak mau apa...? tanyaku.

"Bapak mau mencicipi seluruh tubuhmu sayanggg...." katanya pelan mulai meraba pahaku turun ke betis lalu menangkap salah satu kakiku.

"Bapak mau cicip mulai dari sini sayang..." kata Pak Imron mencium menjilati jemari kaki kiriku sampai seluruh bagian kakiku. Rasanya geli saat Pak Imron menjilati jemari dan telapak kakiku namun memberiku sensasi yang erotis. Dalam suasana kamar ini, aku terbayang bak seorang ratu yang dilayani budak lelakinya. Tidak puas hanya kaki kiri, ku sodorkan kaki kananku di wajah Pak Imron. Kaki kananku disambut dan langsung dijilati seperti kaki kiriku. Pak Imron seperti lelaki yang sudah bucin yang tergila-gila padaku. Tidak kusangka seorang ketua preman yang disegani seluruh preman kampung, malam ini takluk di bawah kakiku. Apa salahnya jika wanita yang menindas lelaki. Lagipula Pak Imron sudah mabuk asmara. Diperlakukan seperti ini, aku ingin mengeluarkan sisi liarku.

Ku tarik kedua kaki ku dari genggaman tangan Pak Imron membuatnya terkejut.

"Berdiri Pak...." perintahku dan Pak Imronpun berdiri mengikuti mauku. Kedua tanganku menekan ke ranjang untuk menopang tubuhku. Kuangkat kakiku lalu jemari kakiku kuarahkan ke area bawah perut Pak Imron. Telapak kakiku merasakan menyentuh sesuatu yang menonjol dari balik celananya, itu pasti penis Pak Imron yang belum terlalu keras.

"Buka celananya Pak... " perintahku. Seperti orang terhipnotis, Pak Imron mengikuti perintahku dengan menurunkan celana sekaligus celana dalamnya hingga penis hitam nya menyembul keluar. Sisi liarku muncul, kedua telapak kakiku memainkan penisnya. Bulu-bulu penisnya terasa geli saat menyapu telapak kakiku.

"Lepaskan pakaian bapak...." perintahku dan lagi-lagi Pak Imron menuruti apa mauku. Rasanya penis Pak Imron semakin mengeras akibat permainan kakiku.

"Linggg... boleh bapak lepaskan celana Alinggg....??? tanya Pak Imron. Aku hanya mengangguk tanda setuju. Dengan cepat Pak Imron menarik celanaku.

"Sekalian dengan celana dalamku donggg... nanggung amat..." protesku dan Pak Imron dengan sigap menarik celana dalamku. Sempat dia mencium bau celana dalamku sebelum dilempar ke lantai.

"Koq dicium Pak... kan bau ?! Aku dari siang tadi belum mandi looo...." kataku.

"Bapak kan sudah bilang... bapak paling suka bau Alinggg..." katanya.

"Kalau gitu buktikan...!!! kataku dan kulebarkan selangkanganku dihadapannya. Dengan segera kepala Pak Imron menyusup diantara kedua pahaku. Kedua kakiku menopang dipundaknya.

"Ooooohhhh Paaaaakkkkk....!!! desahku merasakan sensasi luar biasa pada vaginaku. Jilatan dan isapan penuh nafsu membuatku nikmat bercampur geli. Rasanya ingin terbang ke awang-awang.

"Ohhhhhh Pakkkk ppaaaa gakkk bau Pakkkk....??? tanyaku penasaran.

"Bauuu Lingggg.....srrruuuppp.....srrrruuppp....." jawabnya sambil menjilati kemaluanku.

"Bauuu apaaa...? tanyaku,

"Bau kencinggg Alingggg....hmmmm...hhhmmm....." jawab Pak Imron.

"Kalo bauuu jangaaannn dilanjutkannn...ooohhh...Paaaakkkk...." desahku.

"Biarinnnn Linggggg.... makin bauuu bapakk makinnn sukaaa....srrruuuppp...srrrruuuppppp....." katanya makin liar menjilati vaginaku.

"Kalo sukaaa terusssinnn Pakkkk.... enakkk bangetttt.....teruusssss....!!!

Benar-benar lelaki yang sudah mabuk cinta padaku. Vaginaku yang bau begini juga mau dijilati olehnya. Ini yang kusuka dari cara lelaki pribumi memperlakukan wanitanya, tidak seperti suamiku yang maunya serba wangi dan bersih. Vaginaku makin becek seiring dengan gejolak nafsuku yang semakin memuncak.

Kuhentikan jilatan Pak Imron. Kubalikkan badanku lalu nunggung membelakangi Pak Imron. Wajahnya tepat berhadapan dengan pantatku.

"Lanjutin Pakkkk...." perintahku sambil kulengak-lengokkan pantatku untuk memancing gairahnya. Penasaran apakah Pak Imron masih berani menjilati area pantatku. Ternyata dia memang berani, garis selangkanganku dilebarkannya lalu lidahnya menyapu mulai dari lubang vagina sampai lubang anusku. Sensasinya benar-benar luar biasa nikmat.

"Linggg....kontol bapak sudah gak tahan... bapak minta lubang bool lu yaaa.....!!! pinta Pak Imron.

"Iyaaa Pakkk.... terusin ajaaaa...." jawabku. Pak Imron naik ke atas ranjang. Penisnya yang panjang diarahkan pada lubang anusku.

"Aaaaarrrrrrgggghhhh.....!!!! Jeritku merasakan perlahan penisnya melasak masuk kedalam lubang anusku.

"Sakit ya Lingggg....??! Abis sempit kali lobang bool lu....!!! kata Pak Imron mulai menyodokku dari belakang.

"Sssshhh.....aaaahhh...Sssshhhh......sakittt Pakkk...pelaaann-pelannn....." aku mendesis menahan perih bercampur nikmat saat sodokan demi sodokan menghantam lubang pantatku. Penisnya terasa kesat melesak ke rongga anusku.

"AAAAAAHHHH.....AAAAAHHHH.....OOOOUUUHHHH.....OOOOUUUHHHH.....!!!

Hantaman Pak Imron begitu kasar. Jepitan rambutkan sampai terlepas dari kepalaku sehingga rambutku terurai tidak beraturan. Bahkan Pak Imron menjambak rambutku sampai kepalaku terdonggak ke atas.

"Plok...plok....plokkk...." suara bongkahan pantatku dan paha Pak Imron saling bertepuk kencang. Rasa perih pada anusku bercampur dengan nikmat. Dengan sekuat tenaga di menyodok pantatku dengan penisnya.

"Aaarrrrhhh...anjinggg...enakkk kali booolll lu Lingggggg.....aaaaarrhhh....aaaarrrrhhhh....!!! erang Pak Imron diiringi dengan makin kencang saja. "AAAARRRRRHHHHH...!!! Pak Imron memuntahkan spermannya pada anusku.

Nafas Pak Imron terdengar amat berat gara-gara terlalu memaksakan diri untuk mengenjotku dari belakang. Dia tampak kelelahan terbaring di sampingku.

"Pakk.. koq semangat banget malam ini...??? tanyaku berbaring di sampingnya.

"Iyaaa sayanggg... bapak sudah lama pengen ngentot sama Aling...hah..haaah.." jawabnya dengan nafas panjang.

"Terlalu bernafsu bapak ini..." ledekku.

"Aling yang bikin bapak napsu... siapa yang tahan lihat Aling yang cantik seksii...." katanya kelelahan. Melihat Pak Imron yang kelelahan menjawab aku, ada baiknya aku berhenti bertanya.

"Linggg... bapak rehat dulu sebentar yaaa...." kata Pak Imron, tidak berapa lama Pak Imron terlelap.

Ku perhatian jam dinding sudah pukul 2 subuh. Kurang lebih sekitar satu jam kami bersetubuh. Menurutku untuk usia Pak Imron yang sekarang ini sudah cukup tahan lama namun usia tidak bisa bohong.

Tidak tahu kenapa aku belum bisa tidur, mungkin karena tak terbiasa ada orang asing di sampingku. Apalagi kami sama-sama masih telanjang bulat. Teringat masih ada anak buah Pak Imron di ruang tamu. Aku kuatir jangan-jangan nanti mereka mencuri barang-barangku kalau tanpa diawasi. Paling tidak sesekali harus dipantau agar tidak macam-macam. Gimanapun juga mereka itu preman gak boleh yang gak boleh dipercaya.

Kukenakan kimono merah bahan satin halus yang tergantung di kamarku. Aku paling suka baju tidur model begini karena paling gampang dikenakan tanpa perlu mengenakan apa-apa di dalam. Tinggal diikat saja kedua tali dipinggangku sudah menutupi tubuhku dari atas sampai ke atas pahaku.

Ternyata apa yang kuduga benaran terjadi. Mereka sedang mengeledah satu per satu laci dan rak di perabot ruang tamu, kecuali Pak Ucok yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu sambil merokok.

"Bangggg...!!! Apa yang kalian lakukan di rumahku...?? bentakku. Mereka semua terkejut melihat kearahku. Mereka semua menatap tubuhku dengan tatapan seakan tidak percaya.

"Cuuuittt...cuittt...!!! Udah puas cicik dientot sama pak ketua...?! hehehehe...." ucap Pak Ucok

"Persetan sama kalian.... jangan macam-macam di rumahku... cepat kalian keluar dari rumah akuu...!!!! bentakku.

"Hahahahahaha.... bang, cewek cina kalo marah koq makin mengoda aja yaaa....??!! kata pria yang lain.

"Betul banggg.... awak suka cewek judes model begini... kalau diperkosa pasti suaranya enak didengar... kayak dia lagi marah.... " kata pria yang satu lagi.

"HAHAHAHAHAHA...!!! mereka semua menertawakan aku dengan ekspresi mesumnya.

"Shhhhtt....!!! Jangan ketawa dulu banggg.... oi cikk...mana pak ketua....?! tanya Pak Ucok

"Lagi ketiduran di kamar... udah kalian pergi dari rumahku....!!!! desakku.

"Ohhh...payah si ketua... masa kalah sama amoy cina ini...hehehe... pasti lu belum puas dientot kan cikkk.... hahahahaha...!!! kata Pak Ucok berdiri dari sofa melangkah mendekati aku. Sewaktu aku berhadapan dengannya, aku mendorong tubuhnya. Dengan cepat kedua tangannya menangkap lenganku, menarikku lalu memeluk tubuhku.

"Tolongggg...!!! aku menjerit tapi dengan cepat salah satu tangan Pak Ucok menbekap mulutku.

"Ayo kalian cepat tangkap kakinya, kita sikat ini amoy di kamar itu...." perintah Pak Ucok mengangkat tubuhku, lalu kedua kakiku ditahan oleh salah satu pria dan pria satu lagi mengikuti. Mereka mengangkat tubuhku diangkat dibawa masuk ke kamar tamu. Sesampai di kamar, tubuhku langsung dilemparkan ke ranjang dan pintu kamar tamu dikunci oleh pria yang mengikuti.

"Hahahahaha...ayo kita perkosa amoy sampai puasss...!!!

"Kita harus gerak cepat, sebelum si ketua bangun..." kata Pak Ucok.

"Beres bang... sama amoy begini kontol gak mau lama...harus cepat dientot...hahahaha...!!!

Ketiga pria pribumi ini sudah naik keatas ranjang mengelilingi aku yang sedang terbaring tak berdaya. Mereka masih telanjang dada keliatan kulit tubuh mereka gelap siap mengarapku. Dengan mudah mereka membuka, menarik hingga kimonoku terlepas. Seluruh tubuhku disentuh diraba oleh tangan-tangan hitam kasar para preman. Sungguh dalam situasi ini aku hanya bisa pasrah.

"Gila banggg.... tetek cina memang beninggg... baru kali ini bisa kuremas banggg...." payudaraku di remas dengan kasar.

"Memeknya udah becek banggg.... cok kelen liatt ini memek cina.... merah muda coyyy..." kata Pak Ucok lagi mencolek vaginaku yang memang sudah basah. Apalagi sentuhan demi sentuhan para lelaki pribumi ini sangat membangkitkan gairah kewanitaanku.

"Betul juga apa kata oranggg... akhirnya bisa kulihat pake mata kepala sendiri... hehehehe..."

Pak Ucok menjilati kemaluanku dengan lihai dari bawah naik ke atas. Kepalanya berada tepat diantara pahaku. Sedangkan kedua lelaki lain berlomba-lomba mengisap kedua buah dadaku di kira kanan. Mereka seperti anak bayi yang kelaparan minta disusui.

"Aaaaahhh....ooouuhhhh....ooouuuhhh...." aku mendesah ketika seluruhku tubuhku dijamah ketiga lelaki pribumi sekaligus. Kedua jemari tanganku menjambak kedua rambut lelaki yang sedang lahap menyusuiku. Buah dadaku terasa antara sakit dan geli bercampur menjadi satu.

Vaginaku terasa nikmat saat Pak Ucok menjilati. Lidahnya menyentuk klitorisku membuat nafsuku semakin memuncak. Padahal tadi aku sempat kesal dengan mereka yang sudah mengacaukan rumahku, sekarang aku merelakan tubuhku dijamah oleh mereka.

Terus terang tadi aku belum puas disetubuhi Pak Imron. Dia terlalu bernafsu ingin menyodok pantatku. Padahal vaginaku masih membutuhkan kelamin pria untuk dipuaskan. Sekarang aku berharap preman-preman pribumi ini akan menuntaskannya.

Yah, Pak Ucok rasanya sudah puas menjilat vaginaku. Aku menunggu kemaluannya segera menerobos vaginaku. Pahaku kelebarkan sembari Pak Ucok melepaskan celananya.

Oh, dasar lelaki pribumi. Kelaminnya selalu terlihat besar dan hitam. Rasanya tidak sabar ingin merasakan penis Pak Ucok, kataku dalam hati.

"Aaaannnjjjinggg...!!!! memek cinaaaa...!! jerit Pak Ucok.

"Ooooouuuhhh..." aku mengerang saat penis Pak Ucok pelan-pelan menusuk vaginaku sampai kandas.

"Ohhh ada apa sama memek cinaaa Paaaakkkk...?!! tanyaku

"enakkk memek cina kau cikk...bisa ngisap2 memeknyaaa....anjingggg..." ucap Pak Ucok

"Udahhh kalo gitu cepatannnn Paaakkk...!!! pintaku

Belum sempat Pak Ucok mengesek penisnya,

BRAAAAKKKK.....!!!! (suara pintu menabrak dinding) PUKIMAK SAMA KALIANNNN....!!! tiba-tiba suara Pak Imron menorobos masuk ke kamar tamu.

Para preman itu dengan sigap menjauhi tubuhku.

"Linggg.... kamu tidak apa-apa..??? tanya Pak Imron.

Sebenarnya aku agak kecewa dengan situasi ini. Tapi gimanapun juga aku harus pinter bersikap dan menjaga harga diriku sebagai wanita. Kucari kimonoku lalu menutupi tubuhku.

"Ohhh Pakkk... untung bapak kemari... mereka semua jahat sama aku... hiks...hiksss...." aku berpura-pura menangis. Tanganku menutupi wajahku agak tidak keliatan aku sedang bersandiwara.

"Apa kau lonteee...!!! Jelas-jelas lu suruh aku cepet entot memek kau itu.... masih pura-pura kau didepan Pak Ketua...!!! bentak Pak Ucok
"Kaliann jahattt... tega-teganya kalian fitnah aq... hiks...hiksss...!!! ucapku

"Kau yang fitnah dasar babi betina kau... minta dientot masih gak mau ngaku...!!! balas Pak Ucok

"Pakkkk... masa bapak gak percaya sama aku...hiiikksss...hiksss..." aku merengek sama Pak Imron

"Iya Linggg.... bapak percaya sama lu....makanya lain kali jangan jauh-jauh dari Bapak...nanti bapak beri pelajaran sama anak buah bapak.... lu tenang saja ya sayanggg...." kata Pak Imron. Akupun merespon Pak Imron dengan anggukan kepala.

"Monyet sama kalian... sekarang kita pergi dari sini... jangan ganggu istirahat cicik ini.... besok pagi kalian akan berurusan denganku...!!!! tegas Pak Imron.

"Bapak pulang dulu ya sayangggg.... Aling udah bisa tidur tenang di rumah..." kata Pak Imron dengan lembut.

Akhirnya mereka semua keluar dari rumahku. Pak Imron berjalan didepan diikuti anak buahnya. Kuikuti langkah mereka dari belakang. Anak buah Pak Imron seakan tidak rela pergi dari rumahku. Pak Ucok sesekali menoleh ke belakang, aku tertunduk tidak berani menatap matanya. Naluriku berkata bahwa Pak Ucok juga sedang kesal terhadapku.

"Sialann si ketua..... lagi-lagi gagal entot si amoy lonte....." sambil berjalan mengikuti langkah mereka, dari belakang terdengar olehku pembicaraan kesal mereka dengan suara saling bisik.

Setelah mereka semua pergi, rumah ini rasanya sepi. Tubuhku rasanya belum terpuaskan. Kucoba masuk ke kamar Asen ternyata dia sudah tidur nyenyak. Tidak baik juga kalau aku ganggu. Maka akupun kembali kekamarku melihat tubuhku dari cermin meja riasku yang baru saja dijamah oleh preman-preman mesum. Buah dadaku tampak kemerahan dan beberapa bercak cupang akibat dilahap kuat oleh dua lelaki. Puas menatap tubuhku didepan cermin rias aku berusaha mengalihkan pikiranku sampai aku tertidur.

Keesokan harinya, pikiranku rasanya kembali tersadarkan menjadi normal. Tubuhku terasa lelah setelah semalaman gairahku terus bergelora tak berhenti. Aku yakin ini efek pengaruh ramuan yang diberikan Ki Jarwo. Mengingat kejadian semalam, rasanya tidak pantas tubuhku dijamah oleh para lelaki preman yang menjijikan itu. Aku merasa bersalah terhadap diriku sendiri.

Beberapa hari setalah kejadian itu, setiap malam rasanya ada sepeda motor yang lalu lalang di depan rumahku. Suatu malam, kuintip dari jendela kamarku yang menghadap ke depan pagar. Ada beberapa pria yang sedang jongkok sambil merokok di depan pagar rumahku. Kuperhatikan dengan lebih detail, dari sosoknya aku yakin itu Pak Ucok dan beberapa orang lagi. Agak sulit melihat jelas dari jendela rumahku, karena di depan rumahku tidak ada penerangan jalan. Dari gelagat, mereka sedang membahas untuk merencanakan sesuatu. Mereka tidak sadar kalau suara mereka kedengaran sampai ke kamarku.

"Di sini rumah amoy2 yang kemaren mampir di warung itu...." kata Pak Ucok.

"Besar juga rumahnya rupanya... orang cina memang kaya2..."

"Kalo cina udah tinggal di kampung berarti itu cina miskin bang..."

"Tapi rumahnya koq besar bang...???

"Iya juga ya... tapi aku gak peduli soal harta... yang penting gimana caranya biar kita bisa garap amoy2 dalam rumah ini...." kata Pak Ucok

"Betul banggg... sayang kalo kemaren gak sempat kita telanjangi di warung..."

"Gara-gara si bos sialan itu... sok jadi pahlawan di depan wanita murahan.... kemaren awak hampir ngentot sama amoy yang namanya Aling itu... datang pula si ketua, gagal udah...payahhh...." keluh Pak Ucok.

"Butul bang... kita orang udah lihat seluruh tubuh si Aling... tinggal kontol aja belum masuk ke memek cina... hahahahaha....!!! kata salah seorang pria yang datang bersama Pak Ucok.

"Diam kau Janggg... kau udah puas netek tuh nenen amoyyy... belum puas kau..?! kata Pak Ucok

"Belom puas bang... belum sempat ku jilat memeknya... kalo abang kan udah puas jilat memeknya..."

"Alamakk... enak kali kalian bisa nyicip itu amoy2... aku juga pengen banggg.....!!!

"Makanya disini kita bahas gimana biar kita bisa masuk ke dalam ini rumah, biar kita perkosa rame-rame si Aling..." kata Pak Ucok

"Bang... jangan lupa, di dalam selain Aling, masih ada dua anak ceweknya yang cantik...."

"Betul juga... hampir lupa sama amoy yang dua itu...hahahaha..."

"Oh ya banggg... kau ingat gak waktu di warung si ketua pernah bilang kalau anak si Aling itu pacar anaknya... berarti masih ada satu amoy lagi di rumah ini... pacar anaknya si ketua..."

"Iya ingat bang.... berarti di dalam ada 4 amoy yang bakal kita garap... kita sikat aja pacar anak si ketua... sebagai pembalasan udah bikin kita gagal nyicip amoy2 kemaren..." kata Pak Ucok.

"Setuju kali banggg... jadi sekarang gimana rencananya...?!

Dari pembicaraan ini, mereka serius ingin masuk ke dalam rumahku.
Apa yang akan mereka rencanakan ? Apa yang harus kulakukan ?

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com