𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟖 ~ 𝐒𝐮𝐚𝐬𝐚𝐧𝐚 𝐇𝐚𝐭𝐢 𝐌𝐚𝐦𝐚

 


POV : Edisen

Semalam Mama ngentot dengan om Faiz di kamarnya. Kebetulan aku masih main game online sewaktu om Faiz masuk ke rumah. Pelan2 aku keluar kamar untuk melihat apa yang terjadi. Mama mengajak Om Faiz ke kamarnya tanpa menutup pintu karena mereka pikir aku pasti sudah nyenyak. Kusaksikan permainan Mama dan Om Faiz seperti sedang mabuk birahi. Mama sampai klimaks berkali2 dibuat oleh Om Faiz, benar2 hebat om ini. Kuikuti permainan mereka sampai subuh, sehingga pagi ini rasanya aku masih ngantuk. Kupaksakan diriku untuk berangkat ke sekolah karena harus mengantar ci Velin.

Setelah pulang sekolah, ci Velin dan teman2 kelas ada kegiatan kelompok diskusi di luar sekolah. Setelah ci Velin dan teman2 nya diskusi, mereka sepakat ngumpul di rumah Rizki.

Kutanya ci Velin kenapa harus di rumah Rizki? Lalu ci Velin bilang, soalnya rumah Rizki yang paling besar dan nyaman untuk belajar. Walaupun Rizki bukan sekelas dengan ci Velin, tapi salah satu teman sekelompok adalah teman Rizki, jadi kami diperbolekan untuk pakai rumahnya. Rumah Rizki itu besar sekali tapi yang tinggal di sana hanya dia dan Om Faiz papanya.

Lalu ku tanya lagi, emang nya ci Velin nyaman masih ketemu Rizki setelah kejadian pemaksaan di gudang truk itu. Lalu Ci Velin bilang kalau dia gak punya pilihan, karena teman kelompoknya yang mau. Dia hanya ikuti saja kemauan teman2 lain.

Dalam kelompok itu ada 3 cewek termasuk ci Velin dan 2 cowo. Kebetulan salah satu cowo nya sedang status pacarnya dengan salah satu cewe teman kelompok di Velin. Sepulang sekolah aku membonceng ci Velin langsung menuju ke rumah Rizki bersama teman2 kelompok yang lain.

Sesampai di rumah Rizki aku berkenalan dengan teman2 kelompok ci Velin. Kedua teman cewek kelompok ci Velin itu berjilbab namanya Fitri dan Anisa. Sedangkan yang cowo itu namanya Pratama dan Dicky. Anisa dan Pratama dalam status pacaran. Sedangkan si Dicky sebelumnya sudah ku kenal, karena dia salah satu yang terlibat dalam kejadian pemaksaan di gudang truk itu.

Aku sebenarnya kurang nyaman dengan si Rizki dan si Dicky ini, karena aku pernah dihajar oleh mereka. Kuperhatikan kalau Si Rizki dengan si Dicky ini suka ngomong2 sesuatu yang hanya mereka yang tahu. Entah apa yang mereka rencanakan.

Kegiatan belajar mereka kerjakan di ruang tamu rumah Rizki yang cukup luas. Ada yang menulis di meja tamu ada yang di lantai. Semua sibuk dengan urusan sekolah terutama yang cewe. Sedangkan yang cowo2 kebanyakan hanya duduk nyantai sambil ngobrol2 dan main hp. Aku sendiri dikucilkan duduk agak menjauh dari mereka. Si Pratama dan pacarnya kadang sibuk pacaran sampai tugasnya dibiarkan saja. Yang paling sibuk dengan tugas kelompok itu ci Velin dan Fitri. Berkat kerja keras dari Ci Velin dan Fitri, akhirnya tugas kelompok itu selesai juga dikerjakan.

"Akhirnya selesai juga... makasih ya cewe2 cantik udah bantui kita2 kerjai semua..." kata Pratama

"Parah elu semua, surah kerja tugas kagak mau...."kata Fitri ke cowo2 kecuali aku.

"Urusan kerja PR kalian cewe, ntar urusan hepi2 kami cowo2... jadi adil kan..?!" kata si Dicky

"Hepi apaan...emang mau traktir kami makan bakso...? kata Fitri.

"Ini Rizki mau traktir kita nonton nih...ada film terbaru...hehehe..." kata Dicky

"Betul guys..ini baru gue download semalaman pokoknya mantap coy..." kata Rizki

Si Rizki buka film pakai flashdisk dicolok ke TV LED 50 incinya yang ada di ruang tamu. Cewe2 pada penasaran mau nonton film apa. Si Anisa sudah duduk di sofa lalu sandar di pelukan Pratama menunggu film dimulai seperti di bioskop. Ci Velin, Fitri dan Dicku juga duduk di sofa lainnya menunggu Rizki yang sedang atak atik TV nya sampai film dimulai.

Ternyata film yang ditonton itu adalah film bokep jepang. Cowonya nya pada heboh melihat artis cewenya mempunyai paras yang cantik dan seksi.

"Woiii... mantap coy cewenya...hahahahaha..."

"Toketnya besar banget gaes..."

Dalam film itu ada seorang cowok negro yang tinggal ngekos di rumah sebuah keluarga orang jepang. Keluarga itu terdiri dari seorang Ayah, Ibu dan satu putrinya. Pertama2 si ibu tidak puas ngentot dengan suaminya, lalu tergoda untuk dientot oleh si negro.

"Uihhh...ibunya mirip sama tante Linda tuh, Mamanya Velin...hahaha...." kata si Rizki lalu cowok semua pada tertawa.

"Gila tetek tante Linda gede bangat oi..."

"Tante Linda dientot kontol itam tuh...wkwkwkwkwk..."

"Ayo negro bikin tante Linda ketagihan...!!"

Adegan itu diintip oleh putrinya. Diam2 putrinya terangsang melihat aksi Mamanya dengan si negro.

"Lin...itu anak cewenya mirip lu Lin... cantik juga seksi..." kata si Dicky

"Pernah lu liat mamak lu kena entot Lin...?" tanya Rizki tapi ci Velin diem2 aja.

"Diem berarti pernah tuhhh...hahahahahaha...." ledek Rizki



Pada kesempatan lain putrinya mengajak si negro masuk ke kamarnya lalu mereka ngentot.

"Si Velin udah gatal tuh..."

"Siap2 kena kontol negro si Velin...ahahahahah..."



Ternyata pada saat mereka ngentot ibunya masuk ke dalam kamar putrinya lalu ikut ngentot bersama putrinya.

"Gila tuh tante Linda...binal banget...kayak anaknya si Velin...wkwkwkwkwk..."

Si Negro dapat dua memek sekaligus. Si Ibu dan putrinya berebut kontol negro.


"Enak kali tuh negro dapat dua memek jepang..."kata Rizki

"Gue juga mau la dapat memek kayak gitu..." kata Dicky

Tanpa kami semua sadari si Pratama dan si Anisa udah lagi cumbu2 di belakang. Kancing seragamnya udah terbuka jadi tangan Pratama lagi meremas2 payudara Anisa.

"Asik banget kawan kita ini... punya pacar bisa muas2in..." kata Dicky

"Oi sapa bilang kita gak bisa puas2in Dik...?! kata Rizki

"Ini ada dua cewek nunggu kita puasin juga...hahaha..." tambah Rizki.

"Apa2an ini...lepasin..." kata ci Velin yang sedang dipeluk Rizki dari belakang. Akupun berdiri mau bantu ci Velin tapi ditahan oleh Dicky.

"Lu tenang aja Sen di sana...cici lu bakal gue bikin enak kayak itu cewek jepang..." kata Rizki sambil memeluk ci Velin dari belakang sambil meremas payudara cici yang masih tertutup seragamnya.

Gue dengan Dicky sempat dorong2an gara2 aku mau nolongin ci Velin.

"Udah Sen.. lu pulang aja dulu..nanti aku pulang sendiri..." Aku terkejut mendengar apa kata ci Velin.

"Denger looo apa kata cici luu....pulang lu kalo gak senang cici lu gue mainin..." kata Rizki sambil melepas kancing seragam ci Velin tanpa perlawanan. Ada apa dengan ci Velin, kancing seragamnya dilepaskan satu per satu tapi pasrah. Sepertinya ci Velin terangsang melihat video bokep tadi. Aku tidak mungkin meninggalkan ci Velin sendiri di sini.

Disudut lain baju seragam Anisa sudah lepas sehingga keliatan BHnya dan masih mengenakan rok sedang digrape-grape Pratama. Sedangkan si Dicky sedang merayu si Fitri untuk ngentot dengannya. Dari mereka semua aku pasti lebih fokus kepada ciciku sendiri.

Setelah seragam cici dilepas, Rizki langsung melepaskan BH putih ci Velin lalu dibuang ke lantai. Lalu ci Velin di dorong Rizki ke sofa dengan posisi terlungkup. Kemudian Rizki menarik turun relsleting ci Velin dari belakang lalu melepaskan rok nya.

Kini ci Velin hanya mengenakan celana dalam lalu dibaringkan di sofa lalu menarik celana dalamnya turun ke bawah. Si Rizki lalu menurunkan celananya sendiri lalu naik ke sofa untuk melakukan penetrasi ke Ci Velin.

"AAAAAAHHHHH...." kontol Rizki masuk ke memek ci Velin.

"Ahhhh...aaahhh....aaahhh...." ciciku mendesah sambil melirik ke arahku.

"Haaahh...haaahhh...Linnn gue syang banget sama elu Linnn...aaahh...aaahhh.... Mo gak jari pacar guee...." kata Rizki sambil mengenjot ci Velin.

"Ahhhhh...aaahhh....aaahhh..." ci Velin terus mendesah tanpa memberi jawaban.

"Aahhh aaahh jawabb sayanggg...!!! ucap Rizki

Lalu ci Velin merangkul Rizki lalu mendekatkan bibirnya ke Rizki sehingga mereka berciuman sambil terus melakukan penetrasi.

"Hhhmmm...cuupppp....hhmmmm....aaaahhhh....aaaaahhhh...."

"Ku anggap elu terima permintaan gue Lin...." kata Rizki lalu mempercepat goyangannya.

"AAAAHHH....AAAAHHH.....AAAAHHHH...."

"Enak banget memek lu Linnn...." kata Rizki

"Gue keluarin yaaa..." lalu si Rizki menarik kontolnya lalu crot ke perut ci Velin. Aaaaahhhh.... enakkk bangettt kontol gue Linnn....!!!

"i love you Linn... cupp..." Rizki mencium bibir Velin sekali.

Disana cuma Ci Velin yang sampai penetrasi. Pratama dan Anisa hanya sebatas handjob, sedangkan si Dicky belum berhasil mengoda si Fitri untuk bersetubuh dengannya.

Ci Velin mengenakan baju seragamnya kembali lalu kami berangkat meninggalkan rumah Rizki.

"Kenapa sih cie elu sampe mau main sama si Rizki..." tanyaku sewaktu dalam perjalanan pulang.

"Emang gak bole Sen..? tanyanya balik

"Bukan sih, tapi si Rizki kan pernah perkosa elu cie..." kataku

"Yang lalu biar lalu Sen... jangan diungkit lagi..." katanya.

"Trus lu belum jawab pertanyaan gue, kenapa elu sampe mau dipermainkan si Rizki..? tanyaku lagi.

"Seperti kata Mama Sennn... cewe punya kebutuhan, jujur gue tadi lagi sange Sen..." katanya.

"Maksih cie buat kejujuran loo...moga si Rizki gak menyakiti lu cie...." kataku.

"Iya sen...gue bisa jaga diri koq...ngak usah kuatir ama gue..." katanya.

"........"


Waktu masih belum malam, kami mampir ke toko untuk bantu Mama di toko. Sesampai di toko ternyata Om Faiz sedang ngobrol dengan Mama.

Om Faiz: "Hari Minggu kita jadi jalan ke rumah mertua lu Ling....?"

Mama: "Jadi dongg..aku udah janji sama mertua nih... urusan nikah adat Tionghoa ini memang rumit Bang... jadi harus matang persiapannya..."

Om Faiz: Kapan rencana nikahnya Ling...?

Mama: "Minggu depan acaranya nikahnya Bang...jadi harus cepat2 diurus..."

Om Faiz: "ok Ling...nanti pagi2 abang jemput ya..."

Mama: "Oh ya... nanti anak2 aku ikutan juga ya Bang...."

Om Faiz: "Sekalian diajak saja anaknya Ling..."

Minggu depan ci Erika udah mau nikah. Mama sudah mulai sibuk. Papa akan segera pulang setelah urusan bisnisnya selesai. Keluarga besar sudah sibuk dalam mempersiapkan segala urusan pernikahan ci Erika. Minggu ini aku akan berangkat ke rumah kakek nenek diantar oleh Om Faiz. Baik bener om Faiz ini bela2in antar2 kami ke sana.

Apakah Om Faiz sudah jatuh cinta sama Mama?
Atau dia punya maksud lain terhadap Mama?​

Minggu pagi2 kami berangkat ke kota dijemput Om Faiz. Aku dan Ci Velin duduk di baris dua dan Mama duduk depan disebelah Om Faiz. Selama perjalanan Mama begitu aktif ngobrol dengan Om Faiz. Kalau sama Papa, Mama itu kebanyakan diam saja. Mama seperti orang yang sedang kasmaran dengan Om Faiz.


Sesampai di rumah Kakek Nenek, Om Faiz menunggu di mobil selama 2 jam lebih. Waktu nenek bertanya, kami datang dengan siapa. Mama bilang datang dengan supir lagi nunggu di luar. Selama di sana Mama tidak enak hati dengan Om Faiz yang menunggu di luar. Sebentar2 Mama keluar untuk menyapa Om Faiz sambil memberi dia beberapa makanan. Nenek merasa aneh kenapa Mama perhatian sekali dengan supir itu.

Nenek: Ling, kenapa lu perhatian sekali dengan itu supir?

Mama: Gak Ma, kasian dia nunggu lama di luar.

Nenek: Kerja supir ya harus begitu... gak boleh mengeluh kalau menunggu..."

Mama: "Iya sih...tapi supir juga manusia gak boleh diperlakukan sembarangan juga loo..."

Nenek: "Sama supir gak perlu baik2 kali....apalagi dia itu orang asing yang gak jelas asal usulnya, jangan dikasi hati nanti jantung lu diminta Ling..."

Mama: "Gak koq Ma... dia orang baik2 koq..."

Nenek: "Tau dari mama kamu Ling, kamu ini dibilangin ga mau denger... asik bela2 itu supir... ada apa sih?

Mama: "Gak apa2 Ma, aq cuma menghargai supir itu yang sudah mengantar kami ke sini lo Maa..

Nenek: "Ya sudah kalau lu gak mau dengar kataku..benar2 menantu yang keras kepala..."

Nenek marah pada mama karena Mama tidak mau dengar nasehatnya. Sangkin marahnya Nenek bilang ke Kakak, lalu kakek juga ikut2an memarahi Mama. Kejadian ini disaksikan oleh semua anak2nya. Disana selain aku ada ci Velin, ci Erika dan ci Elena. Semuanya tidak ada yang berani membela Mama karena Kakek itu kalau marah seperti Papa, sangat keras suaranya dan kasar perkataannya. Kasian Mama dimaki2 sampai begitu keras. Demi tidak memperpanjang masalah, mama tidak membalas satu katapun hanya tunduk dan menangis.

Setelah kakek puas memarahi Mama, lalu kami pun beranjak dari rumah Kakak. Nenek mengantar kami sampai ke mobil Om Faiz. Sebelum berangkat nenek berkata pada Om Faiz: Ehh..Pak supir tolong bawa mobilnya pelan2 saja ya... lalu kakek memberikan uang tips buat Om Faiz karena mereka pikir Om Faiz itu supir kami. Om Faiz menolak pemberian itu lalu uang tips itu diambil oleh Mama, maksudnya nanti Mama yang berikan setelah sampai di rumah.

Aku melihat tatapan Nenek melihat Mama dengan tatapan curiga, karena Mama duduk disebelah Om Faiz. Tapi karena kami sudah buru2 mau jalan, nenek tidak sempat bertanya lagi.

Setelah perjalanan di mobil Mama hanya terdiam saja membuat Om Faiz bertanya:

Om Faiz: Ling kamu kenapa ?

Mama: Aq abis dimarahi Bang..."

Om Faiz: Dimarahi kenapa?

Mama: Gara2 tadi aq terlalu perhatiin abang...

Om Faiz: Loh emang kenapa kalo Aling perhatian sama abang..?

Mama: Mertuaku gak suka aq terlalu baik sama abang..

Om Faiz: kenapa ga suka?

Mama: Karena mereka pikir abang ini supir...

Om Faiz: Emang gak bole baik sama supir...?

Mama: Itu dia Bang.. mereka ga suka..

Om Faiz: Aneh banget mertua lu itu Ling...

Mama: Abang jangan marah ya... mereka ga suka karena mereka pikir abang ini orang asing dan mereka gak bisa terima perbedaan. Mertuaku itu orangnya tertutup dan kolot bang... maaf ya bang..."

Om Faiz: Ohhh...pantesan gitu Ling... aku bisa ngerti koq Ling...untung Aling gak tertutup sama orang seperti abang ini..

Mama: Sebelum tinggal di kampung kita ini aq juga seperti mertuaku.. tapi akhirnya aku bisa lebih terbuka..."

Om Faiz: Loh..koq bisa Ling...?

Mama: Ternyata perbedaan itu gak seburuk yang kubayangkan bang... dan juga...

Om Faiz: juga apa Ling...?

Mama melihat ke samping lalu melirik ke aku dan ci Velin.

Mama: Udah la, nanti aja bahasnya.."

Sepertinya Mama gak mau bilang karana ada aku dan ci Velin di mobil.

Om Faiz: Jangan sedih lagi Ling... Abang siap menghibur aling koq kapan saja.."

Mama lihat ke Om Faiz sambil tersenyum.

Om Faiz berhasil mencairkan suasana hati Mama. Lambat laun Mama sudah mulai mau ngobrol. Tidak terasa 2 jam perjalanan kami lalui untuk sampai ke daerah pinggiran kota memasuki dusun tempat tinggal kami.



Om Faiz: "Ling, kalian tahu gak kalau di daerah kita ada satu tempat wisata yang orang luar gak tahu..?

Mama: "Oh ya?! Dimana tuh...?!

Om Faiz: Ayo kita kesana, mumpung ini masih jam 3 sore... tempatnya gak jauh dari rumah abang..."



Kami melewat rumah Om Faiz lalu jalan sekitar 15 menit kami berhenti di sebuah perkampungan rumah penduduk. Karena jalannya sempit mobil tidak bisa lewat. Kami terpaksa harus berjalan kaki ke sana. Kurang lebih setangah jam jalan kaki melewat rumah2 penduduk lalu memasuki hutan, kami bertemu dengan sebuah sungai yang dangkal dan airnya juga bersih banget.

"Wahhh...indah sekali pemandangan disini..." kata Mama sambil takjub melihat suasana alam yang asri.

"Belum pernah datang kan Ling..." kata Om Faiz

Kami semua melepaskan sepatu dan sendal kami di tepi sungai lalu berjalan kepinggirannya. Pelan2 kami melangkah ke airnya, terasa sangat dingin layaknya dari air pengunungan.

Ditengah sungai itu ada beberapa batu besar yang bisa diduduki. Mama duduk di batu itu dan Om Faiz bicara berdiri menghadap Mama. Aku dan ci Velin pun ikutan duduk di batu besar lainnya sambil menikmati air sejuk mengalir di sungai itu. Ci Velin sibuk banget dengan Hp nya untuk selfie lalu posting di Medsos nya.

Om Faiz: "Tadi Aling mau bilang apa..?

Mama: "Maksudnya apa Bang...?

Om Faiz: "Loh katanya nanti baru bahas..."

Mama: "Ohhh yang itu.... tadi Aling bilangnya udah sampe mana ya..lupa nih...hehe

Om Faiz: Tadi Aling bilang perbedaan itu ga buruk dan juga apa Ling...??

Mama: Dan juga Aq udah menikmati perbedaan itu Bang..

Om Faiz: Maksudnya gimana, apa yang Aling nikmati rupanya...?

Mama: ".....Menikmati malam terakhir kita di rumah aq bang...." Mama tertunduk malu sendiri

Om Faiz: "Kenapa aling gak berani liat abang...?"

Mama: " Karenaaa.. abang ini nakal..." Canda Mama lalu mencipratkan air ke wajah Om Faiz sambil menertawakannya. Lalu Om Faiz pun membalas mencipratkan air ke tubuh Mama sampai mereka berdua kebasahan. Suasana hati mama yang tadinya sedih akibat dimarahi Kakek Nenek, kini sudah membaik.

Mama: "Ampunn bang ampunnn...hahahaha..." Om Faiz menyemburkan air dengan cepat ke tubuh Mama dengan tangannya.

Om Faiz: "Ternyata Aling nakal juga ya...."

Mama: " Lebih nakal abang...bikin tubuh aq ampe basah begini..."

Om Faiz: "Hehehe...memeknya basah juga dong..."

Mama:" Tuh kan abang nakall...."

Om Faiz: "Abang memang suka bikin memek Ling jadi basah...hahahahaha...."

Mama: "Kalo basah siap2 aku terkam lo bangg....hehehe..."

Om Faiz: "Abang paling suka di terkam sama macan Ling..."

Mama: "Macan...macan...emang aku ini binatang bang... huh..."

Om Faiz:" Bukan sayanggg...macan itu Mama Cantik lo sayang..."

Mama: "Dasarrr bang Faizz..."

Lalu Mama memeluk Om Faiz lalu mereka berciuman seakan cuma ada mereka di sana.

Tidak seberapa lama datang sekelompok Om2 berkulit gelap dari perkampung itu lalu menyoraki Om Faiz dan Mama.

"OIII...ENAK KALI BOS KITA INI WOII......" lalu mereka berhenti berciuman.

Wah wah... habis dari mana kalian...? kata Om Faiz. Ternyata itu kawan2 Om Faiz baru pulang dari nebang hutan. Semua Om2 itu telanjang dada penuh keringat.

Om2 itu pada melirik ke tubuh Mama yang sedang basah sehingga memperlihatkan payudara mama yang setengahnya ditutupi BH berwarna hitam. Dan Mama juga mengenakan celana hotpants sependek paha yang memperlihatkan pahanya yang putih mulus.

Dalam keadaan basah Mama masih duduk cantik menikmati suasana sungai, lalu Om Faiz menjumpai kawan2nya yang berdiri di tepi sungai. Tidak tahu mama sadar atau ngak kalau Om2 itu sedang melirik ke Mama dengan tatapan mesum. Sepertinya Mama gak peduli dengan tatapan Om2 itu. Mama menyibakkan rambutnya yang basah ke samping sehingga terlihat lehernya.

"Dapat amoy dari mana elu bos...?"

"Mereka ini penghuni baru kampung kita ini... jadi aku ajak main2 ke sini...." kata Om Faiz

"Asik bos kalo sekalian diajak main disini...sepi gak ada orang yang tahu...hahahahaha..."

"Ada anaknya bang disitu bang..." kata Om Faiz

"Itu anak gadisnya sekalian aja dientot...amoy bening gini enak kali itu.... itu anak lakinya kita sekap aja biar diam dia..."

" Jangan sekarang bang...nanti saya ajak kalian kalau sudah waktunya..."

"Beres bos...kontol awak udah gak tahan liat amoy bening kayak gini...apalagi lu liat mamaknya itu... pengen kali awak perkosa itu amoy...."

"Beres bang..tunggu tanggal mainnya..." kata Om Faiz

"Jadi bos udah entot itu amoy....?"

"Udah bang...enak kali kalo dientot itu amoy..." kata Om Faiz

"Sekalian anaknya lu entot bos...?"

"Gak bang... itu anaknya pacar anak laki aku jadi gak kuapa2in..tapi itu anak cewenya udah dientot sama akan laki awak si Rizki..." kata Om Faiz

"Enak betul kalian....Bapak dapat mamak, anak dapat putrinya...cina2 lagi..ckckckck......"

"Nanti la aku bagi kalian...sabar dulu..." kata Om Faiz

"Ok Bosss...!!! selamat bersenang2 sama amoy ya bos...ahahahahaha...."

Lalu Om Faiz kembali ke Mama lalu melanjutkan obrolan mereka. Mama sudah mulai kedinginan karena memakai baju basah. Mamapun mengajak Om Faiz untuk pulang. Selama menempuh perjalanan kaki kembali ke mobil, Mama terus memeluk Om Faiz karena kedinginan. Saat melewat perkampung penduduk, banyak bapak2 melihat ke Mama sambil tersenyum.

Om Faiz mengajak kami singgah ke rumahnya karena kebetulan ada lewat. Dirumah Om Faiz ternyata ada si Rizki yang sedang duduk di ruang tamu sedang bermain PS-4. Melihat kami di sana diapun menghentikan permainannya.

Mama sudah mulai bersin2 karena kedinginan. Om Faiz mengajak mama masuk ke kamarnya untuk ganti baju. Sedangkan aku dan Ci Velin duduk di sofa ruang tamu. Si Rizki mengajak ci Velin ngobrol dan mengabaikan aku di sana. Tidak segan2 si Rizki langsung duduk di samping ci Velin lalu merangkul dalam pelukannya. Ci Velin pun tidak menolak perlakuan Rizki padanya. Sepertinya mereka memang sudah resmi menjalin hubungan pacaran.

Karena merasa dicuekin sama ci Velin dan Rizki yang sedang ngobrol pacaran, akupun menghilangkan rasa sungkan coba berjalan menyusul Mama dan Om Faiz.

Kudengar suara Mama tertawa lepas dalam sebuah kamar. Ternyata suara itu datang dari kamar Om Faiz. Kulihat tidak ada orang di sana. Aku melangkah lebih ke dalam ternyata di dalamnya ada kamar mandi pribadi berpintu kaca bening. Bisa kulihat dengan jelas kalau Mama sedang mandi bersama Om Faiz.

Mama tertawa keras karena Om Faiz sedang mengosok memek Mama dengan sabun. Mama membuka pahanya lebar2, lalu Om Faiz jongkok dibawahnya lalu mengelus2 selangkangan Mama. Sedangkan mama memakai sabun untuk mengkramas rambut om Faiz sambil tertawa2 menahan geli yang dirasakan.

Lalu mereka berpindah posisi, kini Mama jongkok didepan Om Faiz lalu membersihkan kontolnya yang hitam dengan sabun sambil mengocok2. Sesekali Mama membuka mulut menjilat kepala kontol Om Faiz. Kontol Om Faiz yang hitam itu semakin lama semakin memanjang ketika dikocok Mama sambil tersenyum sendiri.

"Linggg....kami nungging dulu..." kata Om Faiz. Lalu kedua tangan menahan kaca yang menempel di depan wastafel.

"Sini abang mau rasakan lubang pantat lu Lingg..." kata Om Faiz

"Jangann Banggg.....Aling takutt ...." kata Mama

"Takut apa Ling...? kata Om Faiz

"Takut sakit banggg..." kata Mama

"Nanti lama2 juga enak koq Ling..." kata Om Faiz lalu mulai mengarahkan kontol ke lubang anal Mama.

"AAAAAHHHHHHHH....!!!! Sakittt Banggggg....." jerit Mama. Kontol Om Faiz pelan2 tercelup ke lubang pantat Mama yang sempit.

"Anjinggg....sempit kali lubang pantat lu Linggg.... kontol abang rasanay enakkk.... aaaahhhh...." kata Om Faiz sangkin keenakan sampai memaki. Kontolnya mulai digesekkan ke lubang anus Mama.

"AAAAAAAHHHHHHH....AAAAAAHHHHHH....AAAAAAHHHH... SAKIITTT BANNGGGG....!!!! Jerit Mama kesakitan.

"Anjinggg betul2 anjinggg... seratttt lubang bool lu Lingggg...!!!!"

"AAAAAAAHHHHH.....AAAAAAHHHH....AAAAAAHHHH.... "

"Aaaaahhhh....aaaahhhh.....aaahhhh....aaaaahhh...."

"Gimana Linggg...sudah enakkannn...." kata Om Faiz sambil terus menyodok dari belakang dengan kuat. Payudara Mama yang menggantung sampai bergetar ketika disodok Om Faiz.

"Aaaaaahhhh...aaaahhhh...aaahhh...aaaahhh..."

"AAAAAAHHH...AAAAAHHHH.....ANNJINGGG BETULLL...ENAKK KALI BOOL AMOYYY...!!! Om Faiz menyemburkan spermanya ke anus Mama.

Setelah itu Mama mengambil shower lalu disembur ke kontol Om Faiz untuk membersihkan spermanya. Lalu Mama berbalik badan lalu menyemburkan shower ke pantatnya dengan sedikit melebarkan selangkangannya untuk membersihkan sperma yang menempel.

Kemudian Mama mengambil sabun cair lalu mengusap punggung Om Faiz yang lebih besar darinya dengan kedua tangannya.

Bang Faiz berbalik berhadapan dengan Mama, lalu Mama melanjutkan dengan mengusap dada Om Faiz yang ditumbuhi bulu2 halus sampai turun ke perut. Dengan usil Mama mengoda kontol hitam Om Faiz dengan kedua tangannya sambil tertawa genit.

Lalu Om Faiz memeluk Mama hingga payudara Mama menempel penyok di dada Om Faiz. Kedua tangan Om Faiz meremas kuat pantat mama yang montok itu.

Beberapa saat setelah mereka menikmati rasa berpelukan, Om Faiz mengangkat Mama lalu menyandarkan ke pintu kaca tepat dihadapanku lalu menyoblos kontolnya ke memek Mama.

Dibalik pintu kaca itu kulihat punggung Mama menempel di pintu kaca dengan paha yang terbuka lebar. Lalu Om Faiz sedang menghujamkan kontolnya yang besar ke memek Mama. Kedua tangannya yang kuat menahan beban mama dengan merangkul pinggul Mama. Om Faiz melakukan penetrasi dengan posisi berdiri.

"Aaaaahhhh....aaaaahhh....aaaaaahhhh....aaaaahhh...." Mama mendesah

Tanpa kusadar Om Faiz tahu kalau aku sedang mengintip persetubuhan mereka. Om Faiz melihat aku mengelus kontolku sendiri yang sudah keras dari luar celana. Dia menatapku dengan tatapan tajam sambil terus mengenjot Mama. Rasa sange aku membuatku gak bisa bergerak ingin terus menyaksikan perbuatan mereka di dalam kamar mandi. Om Faiz tersenyum sinis padaku dan memperkuat sodokannya terhadap Mama.

"Aaaahhhhh...aaaaaahhhh....aaaaahhhh....aaaahhhh..." desahan Mama pun semakin kuat.

"AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHH............!!!!!!!! Mama mencapai orgasmenya lalu dengan kuat memeluk Om Faiz. Mama seperti anak kecil yang digendong Om Faiz. Kedua kakinya melingkari pinggul Om Faiz.

Puas memeluk Om Faiz, Mama turun dari tubuh Om Faiz. Mereka mengeringkan tubuh mereka dengan handuk lalu membungkus tubuh mereka dengan handuk. Setelah itu mereka keluar dari kamar mandi bersama-sama. Akupun bergerak mundur agar tidak ketahuan Mama. Hanya Om Faiz yang mengetahui kehadiranku di sana tapi berpura2 tidak melihat. Sesekali mata Om Faiz melirik ke arahku.

Mama lalu duduk di tepi ranjang dengan kaki yang disilangkan menatap om Faiz.

"Ling... abang belum keluar sayang...." kata Om Faiz

Mama menelantangkan tubuhnya di ranjang lalu Om Faiz melepaskan handuk yang dipakai mama. Om Faiz melepaskan handuknya sendiri lalu melempar ke lantai. Paha Mama dilebarkan Om Faiz lalu mencelupkan kontolnya di liang vagina Mama.

Tubuh Mama ditindih oleh Om Faiz, sembari kontol Om Faiz mengenjot Mama di bawah. Di atas mereka saling berpelukan dan berciuman panas. Tubuh Mama yang putih mulus layaknya wanita chinese kini tenggelam dalam tubuh om Faiz yang lebih gelap. Sungguh kontas sekali perbedaan warna kulit di tubuh mereka. Akupun semakin terangsang melihat pemandangan ini.

Aaaaaahhhh... aaaaahhhh...aaaahhhhh...." Mama kembali mendesah sampai akhirnya.

BANNGGGG AKU KELUARRR LAGGGIII...!!!!

Iyaaa Linggg...Abanggg juga mau keluarinn sekarangggg..... aaaahhhhh.....aaaahhhhh....!!! AAAAAHHHHHHHH....aaaaahhhhh....!!! Mama juga keluar berbarengan dengan Om Faiz.

Keduanya mencapai puncak kenikmatan dalam posisi berpelukan sambil berguling di atas ranjang kamar Om Faiz yang besar itu.

Sebelum ketahuan Mama, akupun keluar dari kamar itu lalu mencari Ci Velin. Setelah mencari2 ternyata ci Velen ada dikamar Rizki. Mereka berdua sedang bercumbu dalam keadaan tanpa busana. Semua pakaian ci Velin sudah bertebaran di lantai kamar Rizki.

Melihatku di sana ci Velin lalu mengutip bajunya lalu memakai kembali. Ternyata mereka sudah selesai bersetubuh selama aku berada di kamar Om Faiz.

"Sen...kamu di sini saja ya tungguin Mama. Gue mau jalan dulu sama Rizki...nanti Rizki yang mengantar gue pulang...." kata ci Velin lalu akupun mengiyakan.

Aku sekarang belajar sesuatu dari apa yang terjadi hari ini, bahwa seorang lelaki harus bisa memenuhi kebutuhan wanita secara emosi maupun seksual. Tadinya Mama sedih banget setelah pulang dari rumah Kakek Nenek, namun malam ini Mama merasakan kebahagiaan yang diberikan Om Faiz. Itu yang tidak sanggup diberikan Papa kepada Mama. Aku tidak menyalahkan hubungan Mama dengan Om Faiz asalkan Mama bahagia.

Berapa lama lagi aku harus menunggu Mama di ruang tamu ini ?​


Read More

𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟕 ~ 𝐌𝐞𝐥𝐞𝐩𝐚𝐬 𝐇𝐚𝐬𝐫𝐚𝐭 𝐓𝐞𝐫𝐭𝐮𝐧𝐝𝐚

 


Semalaman aq gak bisa tidur, gara2 teringat pada Faiz. Kuakui hatiku kini sudah condong padanya sejak dia melepaskanku dari Pak Imron yang memperlakukanku dengan kasar. Walaupun Faiz bukan lelaki pribumi yang tampan, tapi menurutku Faiz adalah seorang lelaki yang gentleman. Sejak dia menolongku menyelesaikan persoalan Edisen di sekolah, aq sudah merasakan wibawanya. Selain itu dia sangat berpengalaman dalam memperlakukan seorang wanita. Setiap tutur katanya sering membuatku seakan aq ini masih gadis yang sedang mekar. Padahal aq ini sudah termasuk wanita yang tidak muda lagi. Dia memiliki kepribadian yang jauh berbeda dari suamiku.


Sebelumnya aq memanggil dia dengan panggilan Bapak karena aq menghormati dia sebagai seorang pria yang baru kukenal. Akan tetapi, dia memintaku untuk memanggilnya Bang Faiz dengan alasan supaya lebih dekat. Aq memeng belum terbiasa memanggil begitu, karena setiap laki2 pribumi yang kukenal umumnya kupanggil Bapak karena itu yang umum kudengar. Semalam aq dan dia sempat bercumbu di rumahku. Ini pertama sekali aq bercumbu dengannya, sayangnya kami tidak bisa melanjutkan sampai tuntus gara2 anakku mengganggu. Cara dia mencumbui aq menunjukkan kalau dia punya kemampuan bercinta yang hebat. Perlakuannya padaku membuatku serasa ingin terus dekat padanya, dan akhirnya aq bisa panggil dia Bang Faiz.

Terus terang aq sudah sangat terangsang ingin menyerahkan tubuhku padanya. Sempat kuraba senjata lelakinya yang masih tertutup celananya. Kuyakin dia punya ukuran senjata lelaki yang sanggup memuaskan seorang wanita. Aq tahu bahwa semalam itu dia kesal karena terpaksa harus berhenti bersetubuh denganku. Belum sempat kuutarakan kalau aq masih ingin bersetubuh dengannya, dia sudah ingin pergi dari rumahku. Sebagai wanita aq punya gengsi yang cukup tinggi untuk berterus terang. Hari ini sejak pagi dia tidak mengirimkan pesan lewat WA padaku. Aq sendiri juga bertahan untuk tidak lebih dulu mengirimkan pesan padanya.

Tetapi semakin lama aq didiamkan semakin tersiksa hatiku. Aq terus berharap dia mampir ke toko untuk sekedar menyapaku lebih dulu. Aq pasti tidak segan2 untuk menyambutnya agar relasi ini membaik. Ternyata hari ini aq tidak melihat sosok Faiz di toko.

Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 11. Malam ini sepertinya aq masih akan terus memikirkannya sampai pagi. Tiba2 aq terima pesan dari Faiz yang berisi:

Faizal: "Ling, saya sudah didepan rumahmu" Betapa kaget sekaligus senangnya hatiku membaca pesan ini.

Aq segera mengenakan lingerie yang dua tali tipis tersangkut di bahuku memperlihatkan payudaraku yang putih mulus, dengan panjang kebawah sebatas paha. Aq pun sudah tidak mengenakan BH, hanya memakai celana dalam yang tipis. Semua pakaian ini sudah lama dibeli namun belum terpakai ku kenakan untuk menyambut Faiz. Berharap malam ini aq akan bercinta dengannya seakan malam pertama.

Suhu udara diperkampung ini terasa dingin di malam hari dan akhir2 ini sering hujan. Aq harus mengenakan satu lapis baju luar untuk menutupi tubuhku saat aku membukakan pintu buat Bang Faiz.

Jantungku berdetak kencang saat kubuka pintu untuk Bang Faiz. Untuk apa Bang Faiz malam2 datang mencariku, mungkinkah dia ingin mengajakku bersetubuh?!

Kupersilahkan dia duduk di ruang tamu tempat semalam kami bercumbu namun terhenti. Diluar sedang turun hujan yang cukup deras.

"Ada apa Bang...?" tanyaku.

"Malam ini aku mau bayar janjiku sayang..." katanya lalu dia mengeser posisi duduknya mendekatiku.

"Janji apa Bang...?" tanyaku penasaran sambil menatap wajahnya.

Tanpa jawaban tangannya mengangkat daguku keatas lalu bibirnya menciumku dengan lembut. Akupun menutup mataku menikmati kelembutan ciumannya. "Cuuupppp......cuuuuppp...."Bibirku yang tipis dilahap oleh bibirnya yang lebih tebal. Sentuhan bibir ini membuat tubuhku terasa seperti sengatan birahi yang membangkitkan gairahku yang semalam tertunda.

Dari nafasnya tercium aroma rokok yang sebenarnya kubenci. Suamiku sendiri bukan seorang perokok. Tapi kelembutan ciumannya memaksaku untuk mengabaikan bau yang kubenci sebelumnya.

Lidahnya menerobos masuk kedalam mulutku lalu kusambut dengan menjulurkan lidahku.

"Hmmmm...sruuupp...mmmm....mmmm.....srruuuppp....." lidah kami sedang bermain kejar2an dalam ciuman penuh hasrat.

Pelan2 tangannya yang terasa dingin dikulitku menerobos dalam bajuku mencari payudaraku lalu meremasnya.

"Tunggu Bannnggg...kekamarku yukk..." kuajak dia kekamarku, kutarik tangannya untuk masuk ke dalam kamar pribadiku.

Bang Faiz tidak menjawab, dia hanya diam dan menatapku dengan tatapan tajam penuh misterius sambil mengikuti langkahku menuju kamar.

Setelah dia masuk ke dalam kamar, akupun mau menutup pintu supaya anak2 ku tidak melihat kami.

"Tunggu !!! kata Bang Faiz. "Tidak usah ditutup...buka saja..." perintahnya.

"Kenapa bang...?!" tanyaku

"Saya sukanya begitu... jadi Aling ikuti saja..." tegas Bang Faiz

"Nanti ada anakku ganggu lagi gimana Bang...?! kataku.

"Biarin saja Ling... malam ini lu gak akan kulepaskan meskipun anak lu panggil.... lagipula anak lu sudah tidur...." katanya.

Aq merasa aneh dengan kemauannya, tapi ya sudah lah lagipula Asen dan Fei2 pasti sudah tidur. Jadi malam ini mereka gak akan mengganggu malam ku bersama Bang Faiz. Kubiarkan saja pintu terbuka lebar tanpa perlu kuatir ada yang lihat. Dengan pintu terbuka suara hujan juga terdengar jelas.

"Duduk Bang... selamat datang di kamarku..." ku persilakan dia duduk di tepi ranjangku sambil kutanggalkan baju luarku di hadapannya dan Bang Faiz menatapku seluruh tubuhku terutama payudaraku yang mengintip di balik lingerie tanpa bra.

Kuturunkan kedua tali tipis yang tersangkut di bahuku hingga bajuku jatuh terlepas kebawah melewati kakiku. Kini tubuhku hanya tertutup oleh celana dalamku yang berwarna hitam ini.

"Banggg.... malam ini Aling milikmu.. " kataku

"Sini sayang... biar abang tuntaskan malam ini..." kata Bang Faiz

Kuberanikan diri untuk naik keatas pangkuan Bang Faiz agar dia menikmati kedua payudaraku ini.

"Ooooohhhh...Banngggg...." Akupun memeluk erat kepala Bang Faiz sambil menahan rasa putingku diisap oleh Bang Faiz dengan keras. Payudaraku yang satunya lagi juga diremas olehnya.

"Srrruuuppp.....hhhmmm....cuuuppp....cuuuppp..." dengan lahap bang Faiz menjilati payudaraku sambil diciumnya.

"Ahhhhhh....Terusin Banngggg...." kataku sambil menikmati putingku yang dimainkan lidahnya.

Setelah puas dengan payudaraku, Bang Faiz membalikkan aku agar aku terlentang di ranjangku lalu kulihat kebawah Bang Faiz sedang apa.

Bang Faiz melepaskan pakaiannya sendiri sambil menatap seluruh tubuhku. Akhirnya dia menurunkan celana dalamnya sehingga penisnya keluar. Ohh, ternyata besar juga punya Om Faiz sesuai dugaanku warnanya agak gelap kehitaman.

"Linggg... bikin Abang bahagia dulu pake mulutmu sebelum Aling abang bikin bahagia juga..." katanya sambil berdiri tegap di bawahku.

Akupun duduk kembali di tepi ranjang lalu ku pegang penisnya yang berwarna coklat gelap, ukurannya besar saat kuganggam. Pelan2 ku gosok2 dengan jari2ku yang halus.

"Jangan dilihat saja...dikulum pake mulut lu Ling..." perintah Bang Faiz dan kulakukan juga sesuai perintahnya.

Ada sedikit bau aneh dipenisnya tapi gak sebau punya Pak Imron. Kalau Pak Imron bilang ini bau kontol lelaki pribumi. Kuberanikan diriku untuk menyambut penis Bang Faiz dalam mulutku.

"Hmmmm.....hhhmmmm...ahhhh....hhhhhmmmm....." mulutku gak muat masukin penisnya yang panjang. Terkadang aku kesulitan bernafas kalo kepala penisnya sampai ke kerongkonganku.

"Terus Ling... terus...Isap yang benarrr...!!! perintahnya.

"Besarrr banggg...hhhhmmmm...."

"Sruruuupppp....hhhhmmmm....."

"Enngggg.....hhhmmmm....aaaaahhhhh..."

"Pinterrr kamu sayanggg....lumayan juga isapan lu Ling...." pujinya membuatku semakin bersemangat untuk mengisap penisnya. Aku memang belajar banyak soal mengisap penis dari Pak Imron. Suamiku tidak pernah mengajariku soal begini, lagipula aq males layani suami melihat sikapnya yang egois dan pemarah. Biar aq melayani lelaki yang bisa membuatku bahagia layaknya hak seorang wanita.

"Jilat Linggg..." kata Bang Faiz dan kuikuti apa maunya.

Srrruuuppppppppp....hmmmmm....

Penisnya yang panjang kujilat dari pangkal sampai ujung kepalanya. Penis Bang Faiz juga sunat seperti punya Pak Imron, tapi suamiku punya tidak disunat. Aku tahu ini juga dari Pak Imron yang banyak memberiku pelajaran. Sayangnya akhir2 ini dia terlalu memaksakan dirinya padaku demi kemauannya.

"Bagussss... jilatan lu enak sayang...." puji Bang Faiz

Waww, penis Bang Faiz semakin dijilat semakin panjang. Aku takut apakah penis ini muat dalam vaginaku???

Hhhhmmmm.....srrruuuppp.... hhhmmmmm...



".........."

"Sudah sayang... sekarang gantian abang yang bikin Aling bahagia..." kata Bang Faiz

"Sini abang buka celana dalam Aling... abang mau lihat memek cina Aling..." Bang Faiz melepas celana dalamku ditarik melalui kakiku.

"Linggg...celana dalam lu sudah basah ini..." kata Bang Faiz lalu diciumya celana dalam aq itu.

"Jangan dicium ah Bang... bau looo.." kukatakan ini karena aq merasa malu kalau cairan dari vaginaku sampai dicium Bang Faiz.

"Ngak sayang...abang suka baunya..." katanya

"Sini sayang...abang mau lihat memek cina Aling..." katanya lalu melebarkan kedua pahaku.

"Ini memek kesukaan abang sayang... bulu jembutnya lebat....kontol abang gak tahan kalau lihat memek cina begini..."katanya lalu mengarahkan penisnya ke vaginaku.

"Tolong pelan2 banggg...." kataku.

"Kenapa sayang...?!" tanyanya.

"Penis punya bang besar..." kataku.

"Tenang Ling, nanti Aling akan suka sama kontol abang ini..." setelah berkata kurasakan kepala penis bang Faiz mulai menerobos ke vaginaku.

"AAAAAAAAAAHHHHHHH......" kurasakan tanpa bisa melihat penisnya yang terus menjalar semakin dalam ke vaginaku hingga mentok. Lalu Bang Faiz melakukan penetrasi padaku.

"Aaaaahhhh....aaaaahhhh....aaaaahhhh....." aq mendesah merasakan gesekan penisnya dalam vaginaku.

Setelah beberapa saat Bang Faiz berhenti lalu menarik tanganku hingga aku duduk dipangkuannya tanpa melepas penisnya dari vaginaku. Bang Faiz duduk di tepi ranjang kakinya menginjak lantai, sedangkan kaki diletakkan di ranjang.

Dalam posisi saling berpelukan Bang Faiz melakukan peneterasi padaku. Pinggulnya dinaik sehingga penisnya menusuk ke atas, masuk ke dalam vaginaku. Sesekali pantatku ditepok oleh tangannya memberiku semangat mengerakkan pantatku agar menyesuaikan irama penetarasi.

"Oooohhhh....aaaaahhhh.....aaaahhh....aahhhh...." tanganku meremas rambut Bang Faiz.

"Aaaaaahhhhh...aaaaaahhh....aaaahhhhh......"

"Bannggg... aku mau keluarrr.. Ahhh...aaahhh...aahhh..." kataku

"Keluarin sayanggg... puaskan diri lu....kamu pantas untuk itu sayang....."

"AAAAAHHHHHH.......AAAAAAHHHHHH......!!!!! aku mendapatkan klimaksku.

"aaaaahhh....aaaaaahhhh....aaaahhhh...." kuhentikan goyangku merasakan puncak kenikmatan ini.

"Abangg sudahhh sampai..?! hah..hah..hahh.." aq tanya Bang Faiz

"Abang belum sayang...malam masih panjang...." katanya.

Aq ditidurkan kembali keranjang agar aq beristirahat sebenar sebelum masuk ke babak berikutnya. Penisnya yang sedang berdiri tegak sempurna sedang menanti vaginaku.
"Buka memek lu sayang, abang mau masuk lagi..." katanya

"Ayoo banggg... puaskan dirimu abang..." kataku.

Kembali Bang Faiz melakukan penetrasi. padaku. Suasana diluar hujan semakin deras diiringi suara guntur membuat Bang Faiz semakin kencang mengenjotku.

"Aaaaaahhhh....aaaahhhh...aaaahhh...aaaaahhh....aaahhhh...." desahan ku juga turut berpacu dengan suara hujan deras.

"AAAAAHHHHH.....AAAHHHHH....AAAAHHHH....!!!" aku mendesah sekuat2nya tanpa takut kedengaran karena ditutupi suara hujan deras.

"AAAAAHHH....AAAAHHHH.....AAAAAAHHHH...."

"Enakk sayanggg...?!"tanya Bang Faiz.

Aku sedang mendesah dan hanya bisa menjawabnya dengan anggukan kepala kalau ini benar2 enak.

"AAAAHHH....AAAAHHH....AAAAAHHH....."

"BANGGGG... AKUU MAUU KELUARRR LAGIII...!!! kataku

"Bentar sayanggg...tunggu abangg biar sama2..." katanya Bang Faiz lalu semakin mempercepat goyangnya.

"AAAHHHH....AAAHHH...AAAAHHH..." Ayo sayangggg....Abangg keluar..." BANNGGG...AAAAAAAAAAHHHHHHHHHH..!!!! Ahhhh abang keluar Linggg..!!!

Suara gunturpun bergema turut meramaikan puncak kenikmatan kami malam ini. Kami saling berpelukan kuat sampai nafas kami stabil. Aq benar2 puas malam ini.

Kusadarkan kepalaku ke dada Bang Faiz sambil satu tanganku memainkan penisnya yang setengah ereksi.

"Besar punya abang..." kataku lalu mengganggam sambil ku kocok pelan2.

"Aling suka kontol abang..?" tanyanya sambil mengelus rambutku.

"Suka bang..." jawabku

"Kontol suami lu kenapa rupanya..? tanyanya.

"Punya suamiku ga sebesar punya abang.. trus cepat keluar..." jelasku.

"Rata2 kontol cina begitu Ling... lebih kuat kontol pribumi...." katanya.

Semakin ku mainkan penis Bang Faiz semakin keras lalu tegak berdiri lagi.

"Itu akibat Aling main2 sama kontol pribumi... sini memek lu Ling..." katanya.

Aq pun naik keatas tubuh Bang Faiz sambil mengarahkan vaginaku ke penisnya. Kugenggam penis Bang Faiz lalu kumasukkan sendiri ke vaginaku.

Kugoyangkan pantatku dengan cepat sedangkan kedua telapak tanganku ku tahan di dadanya.

"Ayo Linggg...!!! Puaskan lagi dirimu...!!! Bang Faiz memberiku semangat.

"Aaaaahhhh....aaahhh....aaahhh...oooohh Banggg..."

"Kenappaa syanggg...??" tanya Bang Faiz yang sedang duduk santai melihatku bergoyang sendiri diatas pahanya.

"Eannnkkk banggg...!!! Aahhh....ahhhh...aaahhh..."

"Enakk kontol pribumi..?! tanyanya..

"ENAKKK BAANNGG....!!!

"AKU MAU KELUARR BANGGG...!!!!

Bang Faiz menidurkan aku kembali ke ranjang lalu melakukan peneterasi dengan goyangan yang cepat.

"AAAAHHH....AAAHHHH.....AAAHHHH...", "Tunggu Abanggg..!!!!

"Plokkk....plokkkk....plookkk..." suara yang timbul dari pertemuan paha kami sangkin kuatnya genjotan Bang Faiz.

"AKUUU KELUARRR LAGGII...!!!! AAAAAAAHHHHHHHHH...!!!!

"Uuuhhhh....aahhhhh...abang juga keluarr saynnggg..." Bang Faiz bener2 kuat bercinta, malam ini aq dibuat klimaks sampai beberapa kali.

"Kamu hebat sekali Lingg.. beruntung suami lu punya istri sehebat ini..." kata Bang Faiz

"Gak usah singgung2 dia lagi bang..." kataku.

"Iya syang...bang puas malam ini..." katanya.

"Aling juga bang... makasih bang sudah bikin Aling bahagia malam ini..."kataku

"Lelaki sejati harus menepati janjinya Ling... lain kali abang bakal bikin Aling jauh lebih puas dari malam ini..."

Malam ini saja aq udah puas banget, gimana bisa jauh lebih puas dari ini lagi. Aq benar2 gak bisa membayangkan, tapi aq percaya saja deh dengan Bang Faiz. Mungkin dia punya banyak cara untuk membahagiakan seorang wanita.

Tidak terasa jam dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 2 subuh dan hujan juga sudah mulai reda. Bang Faiz pun minta pamit dulu. Andai dirumah cuma aq sendiri pasti kuminta Bang Faiz nginap saja di kamarku.

"Oh ya...Minggu pagi Abang jemput ya Ling..." kata Bang Faiz

"Mau kemana Bang..? tanyaku.

"Abang ajak jalan ke suatu tempat... " kata Bang Faiz

"Minggu aq gak bisa Bang... Aq mau ke rumah mertuaku untuk urusan pernikahan anak ko Afuk yg kedua si Erika..." kataku

"Begitu ya..***k apa2 nanti abang antar Aling ke sana...." kata Bang Faiz sambil merangkulku

"Ok deh bang...hati2 dijalan ya.." kalau sudah begini aq ga bisa menolak tawarannya.

Kuantar bang Faiz keluar pintu rumah lalu dia beranjak dari rumahku dengan mobilnya. Sebelum bang Faiz keluar pintu depan, dia sempat mencium kening turun ke bibirku. Romantis juga laki2 ini, pikirku.

Saat ku kembali ke kamar ku, aku mendengar ada suara pintu kamar yang tertutup. Rasanya itu pintu kamar Edisen. Mungkin dia tengah malam mau pipis baru kembali dari kamar mandi.

Minggu pagi Bang Faiz mau diajak aq jalan kemana ?
Gimana kalau sampai mertuaku liat aq bersama Bang Faiz ?​

Read More

𝐒𝐤𝐚𝐧𝐝𝐚𝐥 𝐒𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟔 ~ 𝐌𝐚𝐦𝐚 𝐓𝐞𝐫𝐩𝐞𝐬𝐨𝐧𝐚

Sesampai di rumah kami bersih2 lalu makan bersama karena besok Papa akan berangkat keluar kota. Ada pesan2 yang ingin Papa sampaikan buat kami. Intinya selama Papa diluar kota nanti toko itu tanggungjawab Mama dan aku. Ci Velin sesekali boleh ikut membantu jika diperlukan. Papa pesan terhadap Didit, anak Pak Imron itu harus lebih tegas karena kadang disuruh kerja suka ogah2an. Bila perlu dibentak saja kalau tidak mau dengan, begitu kata Papa.


Pada saat makan bersama, kelihatan kalau ci Velin yang sedang badmood. Dia tidak bicara selama makan bersama, cuma angguk dan geleng2 kepala saja sebagai tanda setuju atau tidak. Selesai makan bersama, ci Velin segera masuk kamar. Akupun segera menyusulnya ke kamarnya.

"Cie, lu kenapa sih..?" tanyaku. "Gue Gak papa koq..." jawabnya.

"Lu gak usah bohong cie.. dari muka lu udah ketahuan kalo lu itu lagi ada masalah..." kataku

"Klo gue ada masalah itu juga gara2 kalian semua...!!!" kata ci Velin dengan kesal.

"Gue kenapa cie..?!" tanyaku

"Iya, kenapa Mama bisa sampe gitu sama Om itu, trus lu juga udah tahu tapi gak kasi tahu ke gue.. emang lu suka Mama gituan sama Om itu...??? kata Ci Velin.

"Itu om namanya Om Imron cie, gue gak bilang ke lu demi jaga privasi mami cie..." begitu alasanku.

Lalu Mama menyusul masuk ke kamar lalu duduk di samping ci Velin. Tetapi malah ci Velin mengeser posisi dulunya sedikit menjauh tidak mau menoleh ke Mama.

"Fei... maafin Mama ya..." kata Mama

"kenapa sih Mama bisa sampai gituan sama Om Imron..." kata Ci Velin

"Mama juga terpaksa Fei... semua berawal dari masalah uang keamanan itu.. Mama demi kita bisa tinggal dengan aman di sini, Mami rela lakuin apa aja demi kalian..." jelas Mama.

"Mama bilang terpaksa tapi kenapa Mama seakan rela dimainin sama om Imron... jangan pikir Fei gak bisa liat...?!" tanya ci Velin dengan rasa penasaran.

Mama terdiam sejenak lalu menjawab, "Iya Fei, kamu benar... Mami gak bisa bohong dari kalian... mami rela karena mami juga wanita normal, Mami punya kebutuhan lahir batin maupun dorongan biologis..."

"Loh kan ada Papi.. kenapa mo sama lelaki pribumi kayak om Imron bgitu..?!" kata Ci Velin

"Fei... kamu kan tahu kalau Papi Mami itu sering berantem... Papi itu orangnya egois Fei... dia gak pernah nunjukin perhatiannya... dia hanya penting kepuasannya sendiri Fei...." dengan sedih Mama menjelaskan.

"Apa salahnya kalau Mami hanya mengisi kebutuhan yang Papi mu tidak bisa penuhi Fei... apakah Mama salahhhh...coba Fei beritahu Mami.." Mami la njut menjelaskan sambil menangis.

Ci Velin hanya diam gak bisa menjawab Mama.

"Iya Mi...Fei udah ngerti.. maafin Fei udah salah pahami Mami..." kata Ci Velin sambil menangis pula.

Lalu Mama memeluk Ci Velin dengan penuh haru lalu berkata: "Iya Fei.. kalau Fei udah bisa mengerti berarti Fei sudah dewasa.."

"Kalian berdua adalah anak Mami, selanjutnya tidak ada rahasia diantara kita... Asal kalian mau denger Mami curhat aja... " tegas Mami sambil tersenyum melihatku.

"Ya udah kamu istirahat dulu ya Fei..." kata Mama lalu aku dan Mama kembali ke kamar kami.

......

Keesokan harinya sebelum matahari terbit, Papa sudah berangkat keluar kota.
Sepulang sekolah aku mengantar ci Velin pulang ke rumah lalu berangkat ke toko. Di toko sudah ada Mama dan anak Pak Imron si Didit. Sejak peristiwa Om Faiz menolong mama dari Pak Imron kemaren itu, penampilan Mama agak berbeda. Hari ini mama terlihat masih make up dan berpakaian cantik. Mama berpakaian kemeja tanpa lengan, kancing atas tidak dikancing sedikit memperlihatkan payudara yang bersembunyi dibalik BH dan memakai rok pendek sepanjang paha. Penampilan Mama begitu sampai2 bikin Didit salah tingkah kalau bicara dengan Mama.

Kalau kemaren itu alasanya untuk menutupi bekas memar akibat ditampar Pak Imron, hari ini apa lagi alasannya?

"Ma...tumben mama cantik banget hari ini... dalam rangka apa sih? tanyaku.

"Apa salahnya Mami lu ini berpenampilan lebih cantik sedikit, lagi pengen aja Sen..." jelas Mama, tapi rasanya penjelasan Mama agak sulit dipercaya tapi ya sudahlah lagipula bukan urusanku.

"Oh ya teringatku, tadi pagi siapa yang mengantar Mami ke toko...?" tanyaku.

"Tadi pagi Om Faiz ngajak makan pagi baru antar Mami ke toko.." kata Mama.

Terjawab sudah, kenapa Mama berpenampilan cantik begitu. Rupanya ada janji dengan Om Faiz.

Pada saat Mama pergi ke kamar mandi, aku coba membuka Hpnya siapa tahu ada sesuatu yang Mama sembunyikan.

Di sana ada chat Pak Imron dengan terus mengirimkan pesan dengan bahasa2 kasar ke Mama tapi tidak dibalas, hanya dibaca saja.

"Aling Lonte" , "Amoy peret lu" , "Kena perkosa rame2 baru tahu rasa lu" "Abis perkosa Bapak bunuh lu". "memek cina lu punya Bapak" dan seterusnya.

Di bawahnya ada percakapan chat dari Om Faiz. Di sana mama curhat ke Om Faiz. Dari semua pembicaraan mereka, intinya Mama itu kesepian karena papa gak memberikan nafkah batin. Kalaupun ada, Papa tidak mampu memberi Mama kepuasan seksual karena ejakulasi dini. Mama masih pengen tapi Papa sudah gak sanggup.

Om Faiz cerita kalau dulu hampir tiap malam dia selalu memberi nafkah batin kepada istrinya. Sebagai lelaki sejati itu harus siap memenuhi kebutuhan istri lahir dan batin. Seks itu kebutuhan dasar wanita, jadi lelaki yang gak sanggup memuaskan wanita gak layak menjadi suami wanita itu.

Menurut om Faiz, wanita cina itu unik. Mereka punya kebutuhan seks yang tinggi. Memeknya selalu lembab, artinya mereka menyukai seks kapan saja dimana saja.

Faizal: Ling mo ga sy ajak berhubungan seks

Me: Mau kalau situ berani :p

Me: becanda yaa

Faizal: serius jg gpp Ling

Me: Ga mo, Ling takut

Faizal: takut ketagihn ya Ling hehehe

Me: takut ga jadi :p

Me: :D

Faizal: Boleh ga sy main ke rumah Aling?

Mama sudah baca tapi belum balas, tiba tiba aku melihat "sedang mengetik", berarti sebentar lagi Om Faiz akan mengirim pesan. Lalu aku buru2 meletakkan kembali Hp Mama, lalu pesan Om Faiz masuk. Dari notifikasi pesan kulihat isinya:

Faizal: "Ling, km lg dimana?"

Setelah membaca isi pesan Om Faiz ternyata menjadi lelaki sejati itu ga mudah. Benarkah apa yang dibilang Om Faiz itu atau itu cuma pendapat pribadi nya saja. Kalau itu benar, maka Papa bukan tandingan Om Faiz soal membahagiakan seorang wanita.

.....

Pada saat kami pulang ke rumah menjelang tutup toko, tiba2 hujan deras turun. Aku dan mama terjebak di toko sedangkan Didit nekad pulang duluan. Selama kami menunggu hujan reda, Mama sibuk dengan WA di Hpnya sampai senyum2 sendiri. Tebakan aku dia pasti sedang chat dengan Om Faiz lagi.

Tebakan aku ternyata tepat, tidak berapa lama Om Faiz datang menjemput kami dengan mobilnya. Sepeda motor kami di tinggal di toko, aku dan mama naik ke mobilnya. Mama duduk di samping Om Faiz sedangkan aku di belakang mereka.

Sepanjang jalan mereka bercanda seakan aku tidak ada. Obrolan mereka terkadang melibatkan tangan yang lain pukul2an lengan. Kalau Om Faiz gombal, kadang Mama bisa cubit2 lengan Om.

Om Faiz mengajak kami mampir di rumahnya, tetapi Mama teringat kasian kalau ci Velin sendirian di rumah. Jadi Mama janji lain kali dia akan mampir.

Setelah sampai di rumah kami, gantian Mama yang mengajak om Faiz mampir dan Om mau. Rupanya ci Velin sudah menunggu di rumah sedang duduk di ruang tamu.

Mama menyuruh ci Velin untuk bikin minum teh manis panas untuk Om Faiz. Aku nemani Mama untuk ngobrol dengan Om Faiz. Setelah ci Velin menyuguhkan teh kepada Om Faiz, Mama perkenalkan Om Faiz ke Velin, ini papanya Rizki panggil om Faiz. Seketika itu ci Velin terkejut, karena anak om ini pernah memperkosa dirinya. Hanya aku yang tahu rahasia ini.

"Kalian beruntung punya Mama yang hebat.." kata Om Faiz.

"Bapak ini terlalu melebih2kan deh.." kata Mama.

"Yang saya bilang ini kenyataan yang saya lihat.." kata Om Faiz

"Aku juga berharap bisa jadi ibu yang baik untuk kebahagiaan anakku..." kata Mama

"Tapi Aling nya sendiri juga perlu seseorang untuk dibuat bahagia..." kata Om Faiz

"Iya semoga saja ada orang yang bisa bikin aku bahagia.." kata Mama

Lalu aku dan ci Velin mau ke kamar kami dulu, meninggalkan Mama dan Om Faiz berdua di ruang tamu.

Karena aku penasaran aku masih mengintip mereka dari sudut yang mereka gak tahu.

Om Faiz: "Aku siap bahagiakan kamu Ling..."

Mama: "Masa Bapak bahagiain istri orang.. hahaha.." kata Mama sambil tertawa meledek Om.

Om Faiz: "Jangan panggil saya Bapak lagi sayang.. panggil Bang Faiz saja... biar dekat rasanya...."

Mama: "Belum terbiasa lo Pakk..."

Om Faiz: "Saya akan bikin kamu terbiasa Ling..."

Mama: "Caranya..?!"

Dengan cepat kedua tangan Om Faiz menangkap kepala Mama lalu mendaratkan ciuman ke bibir Mama.

"Cuppp...cuppp...cuppp......" Om Faiz mencium bibir Mama tapi Mama sedikit menolak dengan berusaha melepaskan bibirnya.

Bibir Om Faiz dimoncongkan terus mengejar bibir Mama sampai dapat. Mereka seakan sedang bermain kejar tangkap bibir, sampai Mama terlentang ke sofa tapi bibir Om Faiz terus mengejar bibir Mama.

Dalam posisi terlentang Mama tidak dapat melarikan diri lagi dan sekali lagi ciuman Om Faiz mendarat di bibir Mama. "Cuppp...cuuuppp...cuuuppp..."

Tadinya kedua tangan Mama mendorong Om Faiz yang mau menimpanya, lambat laun dorong Mama melemah. "Cuuuuuppp...hhhmmm...cuuuuppp...."

"Bannggg...cuuuupppp....Banngg Faizzz...hhmmmm..." Mama memanggil nama om Faiz di sela2 ciumnya.

"Apa sayanggg...cuuuppp...ccuupppp..." Om Faiz menjawab sambil mencium Mama.

"Bikin aku bahagia yanggg...." kata Mama langsung memeluk pundak Om Faiz lalu melanjutkan ciuman.

"Cuuuppp...cuupppp...sruuuppp.....cuuuupp...." mereka sudah beradu lidah. Sesekali lidah mama dikeluarkan lalu disambut lidah om Faiz: "Sruuuppp....hmmmm....."

"Ciuman Om Faiz bergerak turun ke leher Mama. Tangan kanannya meremas payudara mama yang masih tertutup bajunya, sedangkan tangan kirinya menyusup kedalam rok mama.

"Banggg Faiizzzz....ooohhh...Banggg....!! Mama memanggil nama om sambil mendesah.

"Linggg.... memek lu sudah basah...." kata Om Faiz

"Aahhh...geli Pakkk.. oooohhh....." desah Mama.

"Betul kan apa yang aku bilang..." kata Om Faiz

"Apa Bannggg...?! tanya Mama sambil menutup matanya.

"Memek amoy itu selalu basah, pasti selalu minta dientot...betul kan Lingg..?! kata Om Faiz

"Iyaaa sayy...aaahhh...aaahh...gelii sayy..."desah Mama

"Jadi Aling mau dientot sama aku...? tanya Om Faiz yang terus mencolek2 memek Mama.

"Aaaaahhh....iiiiyyyaaaa....mauu Banggg... aakkkkhhh..."

Kedua tangan mama mulai menjalar mencari kontol Om Faiz. Karena Om Faiz masih mengenakan celana, mama hanya bisa mengelus kontolnya dari luar. Dari tonjolan yang timbul dari celana Om Faiz, kemungkinan Om Faiz punya senjata yang besar.

Tanpa Mama sadari kalau semua kancing kemeja Mama sudah terlepas, BHnya yang berwarna merah sudah mengintip dibalik baju seakan minta dilepas. Payudara Mama terus diremas2 om Faiz dengan kuat.

Tiba2 Velin memanggil Mama dari kamarnya tanpa sadar Mama sedang sibuk dengan Om Faiz.

"Mama....!!!! Ada kecoa...!!!" jerit Velin. Dasar ci Velin, gara2 dia menjerit persetubuhan Mama dan Om Faiz jadi terhenti.

"Maaf sayang...tunggu sebantar ya..." Mama buru2 mengancing kembali bajunya lalu bergegas naik ke kamar ci Velin. Melihat ekspresi muka Om Faiz sepertinya dia sedang kesal dengan kondisi ini. Dari dulu Ci Velin memang takut pada banyak serangga. Memang rumah kami di kota sebelum Papa bangkrut itu sangat jarang ada serangga seperti kecoa karena bersih. Tapi kalau tinggal di daerah perkampungan tentu banyak serangga yang bertebaran. Selama disini sudah berkali2 kejadian seperti ini.

Setelah beres dengan urusan kecoa di kamar Ci Velin, Mama kembali pada Om Faiz tapi Om sudah terlanjur kesal dan ingin pamit.

"Saya mau pamit dulu ya Ling..." kata Om Faiz lalu berdiri hendak berjalan keluar.

"Ya udah kalau begitu..." jawab Mama dengan kecewa lalu mengantar Om Faiz keluar rumah.

Mama kecewa karena Om Faiz tidak melanjutkan lebih jauh. Andai itu Pak Imron, pasti Mama sudah dientot habis2an.

Pagi hari sebelum aku berangkat ke sekolah, wajah mama cemberut. Sepertinya betul Om Faiz sedang marah pada Mama.

Apakah hubungan Mama dan Om Faiz berhenti sampai di sini ?​
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com