𝐊𝐨𝐩𝐢 𝐒𝐮𝐬𝐮 𝟒𝟖 𝐈𝐊𝐀𝐍 𝐀𝐒𝐈𝐍 𝐃𝐈𝐑𝐔𝐌𝐀𝐇 𝐌𝐄𝐌𝐀𝐍𝐆 𝐋𝐄𝐁𝐈𝐇 𝐍𝐈𝐊𝐌𝐀𝐓

 


Hidup Ale pun bergulir Kembali.
Wajah kelingnya yang selama ini agak muram, kini sudah bersinar kembali. Kini Ale makin rajin bekerja dan juga giat berolahraga. Maklum sekarang dia harus bersiap membagi staminanya untuk meladeni tiga wanita sekaligus, yaitu Ci Wei, Ati kekasihnya, dan juga Ci Fany bossnya.

Seminggu sudah semenjak dia mulai bercinta dengan Ci Wei, dan 3 hari selepas bercinta dia harus puasa karena Ci Wei bocor gede akibat dihajar paralon Ale. Sehingga dia harus menunggu 3 hari, baru undangan kedua kalinya dilayangkan oleh Ci Wei untuk Ale Kembali berkunjung menikmati tempe bacem ala panlok stw milik Ci Wei.

Dia juga harus bisa mengatur kunjungannya ke rumah Ati. Diri Ati sudah menganggap Ale sebagai kekasihnya dan pasangannya, sehingga mereka berdua sudah seperti sepasang kekasih. Ale juga harus bisa melayani Ati dengan baik agar tidak ada kecurigaan sama sekali, bahwa dia sudah membagi isi paralonnya dengan wanita lain.

Ale bisa merasakan bahwa keberuntungannya memang berkat dari sikap baiknya dan sopannya dia, senang menolongnya, dan juga sikap santun dan sabar menunggu, sehingga kesan wanita yang melihatnya garang di awal, ternyata berubah saat tahu akan kelembutan hati Ale.

Urusannya dengan Ci Fanny pun berjalan biasa, meski sudah mau 3 minggu belum ada panggilan untuknya agar menengok kodok milik Ci Fanny yang sebetulnya sangat Ale rindukan. Namun karena dia melihat Ci Fanny masih bete dan kesal terhadapnya, Ale memilih diam dan menunggu saja, sampai emosi boss nya reda.



******************************​

Ci Fanny sendiri bukannya tidak merindukan Ale. Dia pun kangen merasakan saktinya paralon hitam milik si black yang kuat dan terbukti Tangguh di segala medan pertempuran. Namun selain masih kesal, dia juga disibukkan dengan mengawasi ujian akhir anaknya Thomas. Dia tidak ingin anaknya gagal dalam ujian karena ibunya sedang asyik hanya bermadu kasih dengan selingkuhannya.

Hubungannya dengan sang suami Alvin pun sebetulnya sudah di titik nadir yang terendah. Yang mereka lakukan saat ini hanyalah lebih kepada melanjutkan pernikahan atas nama sebuah harga diri dan saling menjaga bisnis mereka, serta nama baik di depan keluarga dan anak-anak mereka.

Komunikasi mereka sudah benar-benar pudar dan hanya berlangsung karena ikatan bisnis semata. Pemasukan, rencana bisnis, anak-anak sekolah atau mau beli sesuatu yang harganya diatas angka kesepakatan mereka untuk harus dibicarakan sebelum beli.

Bercinta?? Sudah hampir 6 bulan mereka sama sekali tidak bercinta. Alvin enggan menyenggolnya, dan Fanny juga agak tegas tidak pernah menunjukkan sikap berminat untuk bercinta dengan Alvin. Meski Alvin percaya seratus persen ke istrinya, karena dia tahu Fanny tidak pernah aneh-aneh, atau keluar kemana tanpa bersamanya atau bersama anak. Waktunya pun banyak dihabiskan hanya di toko saja, sehingga rasanya tidak ada pria lain yang akan mampir di hatinya, atau menggoda istrinya.

Sebaliknya Fanny curiga dengan Alvin. Namun karena dia sadar dia juga punya hubungan gelap dengan Ale, yang nota bene diluar dugaan dari Alvin, maka dia juga enggan mencampuri perselingkuhan Alvin. Selama Alvin tetap terbuka dan dia bisa akses ke semua keuangan Alvin, maka Fanny pun enggan bertanya lebih lanjut.

Fanny tidak bisa membayangkan jika ada yang sampai tahu jika dia punya hubungan dengan Ale. Pembantu rumahnya yang selama ini jauh dan kalah segala-galanya dibanding suaminya, atau mantan pacar-pacarnya dulu, lalu ketahuan berbagi tubuh dengan majikannya.

Namun hanya Ale yang mampu membuat dia bisa merasakan jadi wanita yang sesungguhnya . Sentuhan dan perlakuan Ale selalu membuat dia menjadi wanita yang utuh. Wanita yang jadi dirinya sendiri saat dia bersama pria hitam itu. Apalagi jika bicara masalah seks, Ale punya tongkat Ajaib yang luarbiasa keras, besar dan sangat memuaskannya. Dia selalu dibuat puas oleh Ale. Dan yang membuat dia senang ialah sikap Ale yang meski sudah menidurinya, namun dia bisa selalu menempatkan dirinya sebagaimana posisinya dia sebagai seorang pembantu biasa yang tidak ada kesan ‘belagu’ didirinya.

Ini yang membuat Fanny selalu merasa Ale punya sesuatu yang beda, meski dari fisiknya jauh dibanding mantan pacarnya Marco yag bule Italy itu, atau bahkan suaminya sendiri, namun ada rasa nyaman dan rasa diperlakukan sebagai wanita saat dia bersama Ale. Selalu saja dia dibuat puas baik oleh kontolnya Ale, maupun oleh lidahnya Ale.

Membayangkan Ale, tiba-tiba Fanny merasa agak hangat di selangkangannya. Sudah beberapa minggu ini dia belum disentuh oleh cobra hitamnya Ale, membuat dia tiba-tiba ingin dibelai oleh Ale, dan merasakan penuhnya vaginanya dengan paralon Ale. Ini membuat dia tersenyum sendiri mengingat itu.

Dilihatnya Ale sedang sibuk menyusun batu bata diluar, membuat hayalan Fanny entah melayang kemana. Senyum tersungging di bibirnya mengisyaratkan bahwa dia sedang ingin bercinta, dan ingin menuntaskan dahaganya dengan sodokan black mamba milik Ale, yang selalu tegang jika melihatnya dengan tanktop atau daster mini yang menerawang.



*******************​

Ale baru saja selesai mandi dan bersih bersih. Bau sabun tercium dari dalam kamar mandi, setelah dia menyelesaikan ritual mandinya. Setelah memakai roll on di keteknya, celana pendek rumahan serta kaos hariannya, dia lalu keluar ke arah dapur untuk mengambil makan malamnya yang biasanya sudah disediakan oleh Mbak Rat.

Saat Ale masuk ke dapur dari arah kamarnya, dia dikejutkan dengan penampakan Ci Boss nya yang sedang meracik jus buah untuk menu makan malamnya sendiri.

“Ci Boss…. “ sapa Ale

“eh, Le… udah mandi..?”

“sudah Ci Boss…” Ale menagnggukan kepala setengah menunduk

“oh…. Makanlah…” senyuman Fanny kini sudah beda dari biasanya yang suka agak jutek ke Ale belakangan ini

Dalam hati Ale, bendera putih sudah berkibar ini……

“siap Ci Boss….”

Penampakan Ci Fanny dengan daster mini ketat, seketika membuat Ale jadi gagal focus. Tubuh indahnya sang boss tercetak jelas, dan putingnya juga nampak terpetak di dibalik daster dengan tali satu, dan pundaknya yang putih mulus membuat Ale seketika mulai bertanduk dan sesak isi celananya.

Aih, itu toto bekeng beta punya kalot kancang macam meriam di benteng Tidore, yang selalu mengacung arah angkasa, meski tidak ada pelurunya. Demikian isi otak mesum Ale.

Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah meja kecil dekat kompor belakang tempat Mbak Rat suka taruh makanan untuk dirinya. Tempe dan tahu plus daging rendang dan sayur sop merupakan makan malamnya kali ini, yang selalu Ale syukuri selama kurang lebih mau setahun dia tinggal bersama boss nya ini, menu makanan yang sehat dan jauh lebih baik disbanding dia di jalanan dulu.

Dia tiba tiba dikagetkan dengan teguran dari belakang

“sudah disiapin?” suara Ci Fanny dari belakang

“sudah Ci Boss….” Agak kagok dan sedikit malu-malu biasa di wajahnya

Melihat Ale yang agak menundukkan kepalanya, Ci Fanny tidak mampu menahan dirinya untuk tidak memeluk Ale. Badan kekar hitam kayak petinju itu pun dipeluk dari belakang dengan eratnya

“ci Boss….”

Ale kaget mendpaat kejutan berupa pelukan dari bidadarinya

“heheheheh… kangen ngga lu…?” tanya Ci Fanny sambil badannya dengan pakaian seksi itu menempel ke badan Ale

“kangen banget Ci Boss….”

Meski kontolnya ngaceng, namun saraf otak waras Ale masih bekerja dengan baik. Dia celingukan sambil melirik ke arah tangga dan pintu depan, takut Mbak Rat turun dari atas, atau Koh Boss nya datang dari depan.

“ pengen ngga?” pancing Ci Fanny sambil tangannya terjulur meraba paralon Ale

“pengen banet Ci Boss…” Ale trrsenyum malu-malu sambil menunduk

“malam ini gue mau yah…..” Ci Fanny masih memeluk Ale dari belakang.

“Siap Ci Boss…”

Posisi mereka berpelukan seperti gaya Titanic mode on. Bedanya kali ini Ale yang di depan, Ci Fanny yang di belakang.

Namun tempelan buah dada Ci Fanny yang setengah mengeras membuat Ale semakin menegang batangnya. Apalagi bau harum dari tubuh Ci Fanny yang selalu membius hidung dan syaraf Ale, membuat rasa kangennya makin susah ditahan rasanya. Apalagi lembutnya buah dada sang ratu sudah menempel, membuat suasana di dapur sempit itu jadi menyenangkan dan membuat celana Ale sesak.

Saat Ale membalikkan badan dan hendak membalas pelukan Ci Boss nya, tiba-tiba terdengar suara langkah di tangga, dan dengan cepat Ci Fanny pun melepas pelukannya

“ yah sudah, makan sana… trus wa Alvin tanya kalo dia mo dijemput apa ngga….” Suara Ci Fanny tiba-tiba berubah jadi ketus dan agak kencang.

Mbak Rat yang turun dari tangga sedikit menunduk melintas diantara mereka berdua

“siap Ci Boss….” Anggukan Ale seketika

Fanny lalu masuk ke kamarnya dengan agak buru-buru, meninggalkan Ale yang agak bengong dan Mbak Rat yan tidak kalah bengongnya. Meski rasanya agak lucu, namun Ale kemudian bergerak masuk ke kamarnya

“permisi Mbak Rat….”

“Nyong…” cegah Mbak Rat sejenak

“iya Mbak?” langkahnya terhenti sesaat

“ lain kali, lihat dulu… kalo ada Ci Fanny di ruang makan, kamu jangan masuk dulu yah…..” nasehat Mbak Rat ke Ale

“iya Mbak…”

“ngga enak dilihatnya. Kan Ci Fanny suka kebuka pakaiannya, takutnya jadi fitnah..”

“iya Mbak….”

“ya sudah, makan sana….”

Ale dengan cepat masuk ke kamarnya sambil membawa rantangan berisi makan malamnya

Puki lah, maki Ale dalam hati

Ratu drama memang Ci Boss ini, pikir Ale sambil tersenyum sendiri. Mana Mbak Rat pakai acara menasehati pulu, ngga tahu dia kalua sampe itil-itilnya si Co Boss sudah di jilatin sama Ale.

Dia lalu melanjutkan makan malamnya sambil tersenyum dalam hati. Untung tadi langkah Mbak Rat terdengar, jika tidak bisa tertangkap basah dia untuk pertama kalinya dalam setahun ini sedang pelukan dengan Ci Fanny. Situasi penuh intrik dan rahasia bisa terbongkar karena keteledoran mereka berdua, bagusnya lagi dengan cepat Ci Fanny bisa mendeteksi adanya gangguan dari tangga.



****************​

Buruan makan lu, gue tunggu di kamar depan

Alvin mancing, pasti tengah malam pulangnya

Dua buah whatsapp dari Ci fanny terbaca oleh Ale setelah dia kembali dari kamar mandi mencuci tangannya selesai makan. Whatsapp tersebut dikirim 5 menit yang lalu, dan dengan cepat Ale lalu membalas

Siap Ci Boss

Ale segera bersiap dan hendak jalan menuju kamar depan, kamar tamu yang selalu kosong jika tidak ada yang bertamu. Kalau sudah begini alurnya, otak Ale cepat sekali mencerna, apalagi kepala bawahnya yang sudah mengangguk angguk dari tadi.

Benar saja Ci Fanny sudah disana, sambil berbaring di balik selimut, dia memainkan handphone, dan tersenyum melihat wajah Ale muncul di balik pintu

“lama ih….”

“maaf Ci Boss…..”

“lu liat dulu si Rat, sama cek pintu depan…..”

“siap Ci Boss…”

Pencegahan awal sebetulnya. Ale pun dengan sigap memeriksa Mbak Rat yang sudah masuk kamar, lalu turun ke pintu depan, digembok supaya jika Alvin datang pasti menelepon dirinya dan dia yang akan membuka pintu depan.

“sudah aman Ci Boss….”

“oke…..”

Melihat Fanny yang terbungkus selimut, pundaknya yang telanjang membuat Ale menelan ludahnya. Rasa kangennya ke sang boss memang selalu berbeda. Meski sudah beberapa wanita yang dia cobain, baik yang muda dan yang tua, namun rasanya Ci Boss nya ini selalu nomor satu. Wangi tubuhnya, keindahan lekuk badannya yang selalu terjaga, serta sikap ambekannya yang selalu bikin Ale mati langkah, namun jepitannya yang mantap membuat dia meski sudah mencoba banyak puki, namun tetap saja pukinya Ci Boss yang nomor satu.

Fanny tersenyum genit melihat Ale mendekat

“buka baju lu….” Perintahnya lagi

Semua pakaian Ale dibuka hingga tidak tersisa. Mata Fanny berbinar melihat paralon yang sudah tegang berdiri dan siap tempur. Batang hitam dengan topi baja besar dan berurat itu membuat selangkangannya semakin basah dan becek.

“gila tuh kontol… gede banget…” desisnya sambil menggigit bibirnya sendiri

Ale lalu naik ke tempat tidurnya, dan dengan perlahan dia membuka selimut dan menyingkapkannya ke samping. Ci Fanny yang tergeletak di ranjang ternyata hanya memakai celana dalam mini berwarna putih, yang membuat bulu jembutnya yang hitam terbayang indah dari balik celana dalamnya.

Dengan rakusnya Ale lalu meremas buah dada indah yang besar itu, dan kemudian tanpa dikomando dia mulai melumat buah dada Ci fanny dengan rakusnya, secara bergantian puting coklat itu dilumatnya, birahi Ci Fanny yang sudah bergairah jadi semakin liar dan tangannya bergerak menekan kepala Ale agar semakin terbenam di dadanya

“ough… enak Le…..”

Jilatan lidah Ale dengan liar bermain menggelitik puting buah dada itu. Tangannya meremas berganti gantian, dan sesekali bibirnya menjepit puting yang semakin menegang itu, dan desisan Ci Fany pun semakin liar dibuat oleh cumbuan bibir nakalnya.

Puas bermain di dada indah indah, kini lidah Ale turun ke perut rata dan bersih. Perut yang tidak terlihat bekas melahirkan Thomas beberapa tahun yang lalu itu masih indah dan tidak ada scratch yang terlihat, kini disapu oleh lidah liar Ale, apalagi saat lidah itu bermain di pusarnya, tangan Ci Fanny dengan gemas meremas kepala Ale, geli namun sensasi nikmatnya melanda tubuhnya.

Hingga akhirnya tangan Ale lalu melepaskan kain penutup terakhir milik Ci Fanny. Lembah hitam lebat yang belahannya sudah basah itu kini terpampang indah. Ale yang sudah merindukan dan kangen dengan lembah indah itu, mengerjapkan matanya saking terpana akan indahnya belahan itu.

“ough……” teriak Fanny saat jari tengah Ale menyentuh bagian daging kecil yang menonjol

“gila…..” teriaknya lagi saat lidah Ale yang kini turun menyapa dan menyentuh belahan itu.

Pantat Ci Fanny bergetar saat lidah Ale mulai masuk dan menyentuh belahan vaginanya. Sensasi yang membuat gelombang birahinya semakin terangkat dan menghempaskannya ke pantai kenikmatan serasa membuatnya bergulung gulung, dimana lidah nakal Ale, ditambah bibirnya yang agak tebal itu melumat belahan bibir vaginanya.

Ci Fanny dibuat sulit menahan diri saat mendapat serangan seperti ini.

Lidah Ale dengan liarnya melumat daging kecil di area vaginanya, dan saat kelentitnya tersentuh lidah Ale, apalagi ditambah dengan masuknya jari tengah Ale, membuat dinding vaginanya bagaikan banjir bandang dengan mengeluarkan cairan yang tidak berhenti-henti.

Nikmatnya sungguh luar biasa, sensasi dari jilatan pembantunya ini, membuat Fanny lupa diri dan tidak ingat dia siapa. Yang dia tahu hanyalah Ale yang lidahnya dan cumbuannya yang selalu bisa membuat dia puas.

Lidah itu semakin nakan dan liar, bermain terus di pinggiran bibir vagiannya, dan saat itilnya disentuh, suara lenguhan dan teriakan kecil Ci Fanny terdengar memenuhi ruangan kamar itu

“gila lu Le…. Pintar banget sih sayang…..” racau Fanny tidak menentu.

Matanya bagaikan tenggelam, badannya melengkung , pantatnya bergetar liar, dan tangannya menekan kepala Ale, agar tidak beranjak dari libang kehangatannya itu, dan lidah liar serta sodokan jari Ale yang agak kasar, membuat Ci Fanny sulit menahan orgasmenya.

Kelentitnya yang semakin menegang, lalu disentuh oleh lidah liar Ale yang bergetar dan bergerak tiada henti, sertu kecupan bibirnya Ale di bibir bawahnya Ci Fanny, terus membuat aliran kenikmatan dan setruman birahi tergerus kencang menuju muara dan titik yang Bernama orgasme.

“sayang…. Gue mo keluar…”

Jilatan Ale seolah tidak mempedulikan teriakan Ci Fanny, malah semakin ganas dan menerjang seisi vaginanya. Ludah dan cairan vaginanya bercampur menjadi satu. Kepala Ale yang hitam legam dan rambutnya cepak, bergoyang goyang seirama dengan lidahnya saat menerpa isi vagina Ci Fanny

“ale….gue keluar…..”

Lalu….

“gila….. gue keluar sayang… ough…ough…. Ough……”

Teriakan Fanny terdengar kencang sekali, dia menekan kepala Ale dalam dalam

Badannya bergetar dan menggigil nikmat

Matanya terpejam

Bibirnya mngatup dan giginya gemertak

sensasi orgasmenya yang sudah hampir 3 minggu tidak dia rasakan akhirnya dia cicipi dengan luarbiasanya malam ini dan sangat dia nikmati lewat jilatan lidah sang pembantunya itu.

Badannya seketika jatuh lemas, dan dan dengan agak keras dia mendorong kepala Ale agar beranjak dari selangkangannya

“geli sayang……”

Wajah puas dan genit itu tersenyum malu malu.

“gila, enak banget……”

Ale membiarkan ci Boss nya menikmati orgasmenya dan beristirahat sejenak. Matanya redup dan terpejam. Ale yang melihat dari sampingnya bagaikan terpukau melihat kecantikan Ci Fanny. Buah dada indahnya pun tetap terlihat menjulang indah meski dia sedang terabring tidur.

Puki Ale, nikmat mana lagi yang kau dustakan?

“sini….” Dia membuka tangannya agar Ale masuk kedalam pelukannya

Ale lalu naik keatas tubuh Ci Fanny, dan menyambut pelukan sang majikannya. Dengan eratnya mereka saling berpelukan.

“kangen ngga lu?”

“kangen banget ci Boss…..”

binar-binar mata Fanny terlihat mengerjap saat tubuhnya tenggelam dalam pelukan Ale. Dia bagaikan sudah tidak peduli dengan status social mereka berdua jika dalam situasi seperti ini, yang dia tahu hanyalah Ale adalah sosok yang mampu memberinya kepuasan dan kenyamanan sebagai seorang wanita.

Bibir Ale lalu dengan gansanya melumat bibir Fanny.

Mamayo…… wajah sangar hitam garang, namun kali ini tenggelam dalam pelukan majikannya yang cantik jelita, berkulit putih bersih dan wangi, membuat tubuhmereka yang kini saling bertindihan terlihat bagaikan begitu kontras, yang satu hitam legam, dan yang satu putih bersih.

Lidah Ale dengan liar mendorong lidah Fanny, bibirnya saling melumat hingga mengeluarkan bunyi saling bercipokan liar.

“ale…….”

Rintihan Ci Fanny saat bibir mereka terlepas, lalu Kembali bibir seksi itu melumat bibir legam dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling berpilin dan bibir saling melumat, dan tangan Ale meremas pantat Ci Fanny dengan penuh nafsu.

Lidah Ale dengan liar kini mulai menyerang leher mulus milik Ci Fanny, membuat leher mulus dan indah kegelian mendapat serangan dari Ale.

Fanny lalu mendorong Ale, agar tubuh kekar itu jatuh disamping tempat tidurnya. Dan kini Ale terlentang, sambil memperlihatkan batang kemaluannya yang tegang dan keras.

Mata Fanny berbinar saat melihat batang keras dan besar itu. Dengan lembut digenggamnya dan diurut dengan penuh kemesraaan

“sayang…..”

“iya Ci Boss….”

“Cuma punya gue kan ini?” kini agak sedikit diremas, membuat Ale agak terkejang dibuatnya

“iya ci Boss, cuma buat Ci Boss….”

“makasih sayang….”

Pukima si Ale. Darah putih sudah naik di kepala pun masih bisa dia bokisin si Ci Boss nya itu

Dan mulut Fanny pun terbuka lebar dan melahap kepala kontol Ale. Pria hitam itu pun melenguh kenikmatan, saat mulut hangat Ci Fanny menelan batangnya, dan lidahnya ikut menjilat dengan liarnya, menyapu urat-urat yang menegang itu.

Tangan Ale membelai rambut hitam legam milik Fanny, sementara kepala Fany naik turun seirama dengan keluar masuk paralon Ale ke dalam mulutnya.

Menikmati indahnya sensasi sepongan dari Ci Boss, rasanya membuat Ale jadi raja di kamar ini. Bagaimana tidak, batang kemaluannya yang sering dipakai kencing itu, kini malah masuk ke dalam mulut bidadari cantik sekelas Ci Fanny.

Apalgi sambil menjilat dan melumat batangnya, Ci Fanny juga sering menyapu dengan lidahnya buah lato lato yang tergantung di tengah selangkangan Ale, membuat dia jadi kejang kejang dibuatnya. Ditambah sambil menghisap batangnya dalam-dalam, mata nakal Ci Fanny nampak menggoda Ale dengan genitnya.

Ci Fanny dibuat tidak tahan akhirnya, dia lalu melepaskan batang kemaluannya Ale. Dia lalu beranjak naik di pangkuan Ale. Dia sudah tidak tahan ingin merasakan kerasnya batang itu menerobs masuk dinding vaginanya yang cenat cenut.

Namun Ale tidak kalah akal, sebelum Ci Fanny hendak memasukan batangnya ke vaginanya, Ale dengan cepat menarik pinggulnya Ci Fanny keatas, sehingga vaginanya Ci Fanny kini malah menimpa wajah Ale.

Dan dengan liar dia menahan pinggulnya Ci Fanny yang kelimpungan menopang badannya dengan menahan tangannya ke dinding kamar di kepala tempat tidur, sambil selangkangannya kini mendapat serangan dari mulut dan lidah Ale

“sayang, nakal banget sih……”

Dia mendesah menikmati jilatan Ale di vaginanya

“gila kamu sayang…..”

Dengan posisi diatas, membuat dia dengan mudah meletakkan kemana isi vaginanya untuk disentuh oleh lidah Ale.

Lama-lama bisa jebol lagi aku ini, pikir Fanny.

Dia lalu dengan segera manarik pinggulnya agar lepas dari mulut Ale.

Dengan liarnya kini bibirnya menyerang bibir Ale, melumat dengan ganasnya dan memilin lidah Ale dengan lidahnya.

Lalu, tangan kanannya meraih batang kemaluan Ale, sambil digesekkan ke belahan vagiannya, seakan memberi sentuhan perkenalan di bibir vaginanya, lalu pelan tapi pasti, batang kemaluan besar dan perkasa itu masuk ke dalam vagina Ci Fanny.

Fanny berteriak, karena meski vaginanya sudah basah kuyup, namun ukuran piston yang super dan berurat itu, tak pelak membuat dia sedikit meringis saat masuk menerobos lubang vagiannya. Biasa lubangnya diterobos milik Alvin, lalu dihajar dengan kobra hitam Ternate, memang lain dan penuh rasanya.

Sesaat dia mencoba menahan agar uratnya kendor dan terbiasa

Lalu mulai perlana dia menaikan dan menurunkan pinggulnya

Kini pinggul Ci Fanny dengan liarnya kini bergoyang.

Tangannya menekan dada Ale

Tangan Ale dengan liarnya bergantian meremas pinggulnya, kadang meremas buah dada indah yang bergoyang goyang liar seirama dengan goyangan pantatnya Ci Fanny. Wanita itu bagaikan joki yang bergerak liar, menikmati kerasnya batang kemaluan Ale yang tertanam di vaginanya.

Rintihan dan dengusan silih berganti memenuhi ruangan itu.

Goyangan pantat Ci Fanny makin liar.

Dada Ale yang hitam legam agak berkeringat akibat liarnya pertempuran mereka, dan sodokan paralon sakti itu membuat gesekan vagina dan itilnya yang terstimulasi dengan lincahnya, sehingga dia sulit untuk menahan dirinya untuk tidak segera orgasme kembali.

Kini jepitan bibir Ale melumat buah dadanya, membuat Fanny sulit menahan dirinya

Bunyi keciprak pertemuan vagina basah dengan kontol yang keras dan hitam, terdengar serirama dengan hantaman pantat Fanny menimpa panggul Ale.

Gesekan di vagiannya dan memenihu dinding vagiananya, ditambah dengan remasan dan lumatan bibir Ale di buah dadanya, membuat serangan atas bawah yang sulit diredam oleh Ci Fanny.

Dia berusaha menahan, namun tetap saja nalurinya membawa gyangan pantatnya dan arah penetuan posisi itilnya untuk disentuh kepala kontol Ale, membuat dia selalu sulit menahan lajunya alur birahinya sendiri.

Dan akhirnya

“gue mo keluar lagi Le….”

Ale dengan ganasnya menggoyang pantatnya dengan sambil tangannya menahan pinggul Ci Fanny

Dan sambil berteriak kencang seakan tidak peduli dimana dia berada, tubuh Ci Fanny tiba tiba mengejang. Tangannya dengan kerasnya mencengkram dada Ale, wajahnya terdongak keatas dan gignya saling gemertak gemas, sambil mengerem semua goyangannya, dan badannya melengkung dengan mata terpejam.

“ougrrhhhhh,….. arghhhhh…..” pinggulnya terdiam sesaat, lalu kejang kejang akbibat dilanda orgasme yang keduanya.

Ci Fanny lalu ambruk di samping Ale.

Lemas dan senyum kepuasanya tersungging

Ale tidak membuang waktu, posisinya sudah di UP alias Ujung Peler, dia lalu segera menaiki tubuh Ci Fanny.

Bibirnya dengan nakalnya melumat bibir Ci Fanny yang kini terbaring pasrah.

Kini kakinya Ci Fanny menganggkang lebar. Vaginanya yang basah dan merah terlihat terbuka dibawah, yang dihiasi jembut tebal yang basah dengan keringat mereka berdua.

Ale lalu dengan cepat memasukan paralon Ajaibnya, dan lubang nikmat basah itu pun pasrah diterobos oleh rudal milik Ale.

Mata Fanny terpejam saat semua batang Ale masuk.

Kini badan Ale menimpah sepenuhnya di tubuh Fanny. Kaki Fanny melingkar di pinggul Ale, dan tangannya memeluk Ale dengan ketatnya. Bibir Ale lalu bermain di leher Ci Fanny, sedangkan dadanya menekan buah dada indah milik majikannya itu

“enak sayang?”

“enak banget Ci Bos….”

“kangen yah…”

“iya Ci boss….”

“ough…..”

“Auh…..”

“sodok sayang…”

Fanny memberi semangat agar Ale semakin ganas menggoyang dirinya.

Bercinta seperti ini, rasanya memang berbeda. Saling bertatapan, dan saling melumat bibir, lalu dadanya Ci Fanny yang gempal dan putingnya yang tegak, seakan menempel di dada Ale, dan vaginaya tertancap rudal milik Ale yang keras dan liar keluar masuk, seakan tidak ada sekat diantara pembantu yang berkulit hitam legam, dengan majikan cantik berkulit putih mulus dan berwajah jelita. Yang ada hanya dua insan yang sedang dimabuk nafsu dan saling beromba untuk menggapai kepuasan.

Pilinan urat vaginanya Ci Fanny membuat kontol Ale seperti tersedot

Dia makin sulit menahan lajunya arus menuju puncak

“keluarin sayang….”

“iya Ci Boss….”

Lalu

“buang dimana Ci Boss?”

“didalam sayang….” Racau Ci Fanny

“aman Ci Boss…..”

“iya… gue maunya didalam….”

Dan kemudian tiba-tiba Ale memeluk Ci Fanny dengan erat, pantatnya menghujam erat ke vagina Ci Fanny. Dan semua cairan kenikmatannya pun tumpah kedalam lubang kenikmatan itu, sambil badannya kejang kejang menikmati indahnya jepitan majikannya.

Tubuh Ale pun tumbang dan rebah disamping Ci Fanny.

Sambil mengatur nafasnya, dia lalu melirik kea rah Ci Fanny

“banyak banget ih…..” ujar genit Ci Fanny

Ale tersenyum

“sudah lama Ci Boss…..”

Puki Ale ini, padahal sering dia ngecretin ke memek lain, tapi bokisnya masih saja membuat dia berkelit, mentang-mentang lagi laku keras nih si Black.

“makasih Ci Boss…..” dia lalu memeluk Ci Fanny yang juga terengah engah, sambil mengambil dasternya untuk menahan agar cairan Ale tidak tumpah ke seprai

“iya sama-sama…..”

Senyuman Ci Fanny manis banget

“ nanti pas Alvin ke Pontianak sama Thomas, gue suruh Mbak Rat pulang kampung dulu seminggu…. Biar kita bebas berduaan yah….”

Ci Fanny membelai wajah Ale yang berkeringat

“iya siap Ci Boss….”

Membayangkan seminggu hanya dia berdua, membuat adrenalin Ale kembali seakan terpacu. Dengan rakusnya dia kemudian melumat bibir Ci Fanny lagi

“udah cukup dulu malam ini…. keburu Alvin pulang nanti….” Ci Fanny tersenyum mengingatkan Ale.

Ale pun terdiam seketika, dia langsung ingat jatah dia hanya cukup segitu. Maklum bukan hak milik, jadi dia pun harus tahu diri. Dikasih memek gratis, tumpangan gratis, dikasih kerjaan, sudah cukup dan membuat dia sangat mensyukuri, jadi dia pun tahu diri untuk tidak meminta lebih, meski kontol biadapnya masih pengen ronde kedua lagi.

Punggung indah seakan menggodanya saat berjalan ke arah kamar mandi, membuat Ale tidak tahan, dia segera bangun juga dari ranjang dan memeluk Ci Fanny dari belakang dengan eratnya. Membuat Ci Fanny tertahan langkahnya sesaat dan menikmati pelukan Ale

“udah yah…. Nanti besok lagi deh di toko, pas anak-anak pulang…..”

Ci Fanny meski tidak menunjukkan, namun dia tahu bahwa Ale sedang kangen dan ingin satu putaran lagi. Namun dia tahun bahwa kondisi ini belum aman sepenuhnya dan bisa saja Alvin pulang dan mergokin mereka jika mereka tidak waspada.

Ale hanya terdiam dan menganggukkan kepalanya.

“iya Ci Boss….”

Dia seakan merasa berdosa sama Boss nya, karena sudah nakal main dengan wanita lain dibelakang boss nya. Sedangkan Boss nya meski suka marah sama dia, namun tetap sayang dan selalu memberinya jatah lebih.

“le… cuci yuk….”

“iya Ci Boss…”

Bibir Ale lalu melumat bibir Ci Fanny dengan lembut dan dibalas oleh Fanny dengan melumat bibirnya kembali. Sambil berpelukan dalam keadaan telanjang, mereka berciuman di dinding kamar tepatnya di depan kamar mandi kamar tamu itu dengan mesranya. Siluet dan paduan tubuh dua insan itu bagaikan kopi susu yang belum bercampur, namun saling berpadanan bersisian, terasa kontras dan indah.

BERSAMBUNG ...

Read More

𝐊𝐨𝐩𝐢 𝐒𝐮𝐬𝐮 𝟒𝟕 𝐒𝐓𝐖 𝐑𝐀𝐒𝐀 𝐏𝐄𝐑𝐀𝐖𝐀𝐍

 


Di tempat Ci Wei, Ale bagaikan mandor saja. Dia sibuk memperhatikan pekerjaan para tukang AC yang sedang mengerjakan pemasangan AC di lantai 2. Lantai dua ini memang sepertinya digunakan untuk tempat pribadi Ci Wei, karena ada sofa, dapur kecil, dan sebuah kamar serta kamar mandi diatas sini yang masuk didalam kamarnya. Sedangkan di lantai 1 memang digunakan untuk konveksinya mulai dari potong, jahit hingga penyimpanan bahan.

Melihat mereka sedang diawasi oleh Ale, pekerjaan para tukang pun dengan cepat dikerjakan. Tampang Ambon Ale memang membuat orang yang belum kenal pasti agak ngeri melihatnya. Makanya pekerjaan yang tadi awalnya agak santai, langsung diburu buru agar cepat selesai.

Dan saat mereka selesai mengerjakan, Ci Wei pun tiba

“udah selesai?”

“udah Bu...”

“udah ditest?”

“sudah tadi Ma Ci, bagus.....”

“oh oke...”

Ci Wei pun membuka dompetnya, dan meski dia sudah membayar langsung ke toko untuk harga dan biaya pasang, namun dia juga memberi tip untuk dua orang yang kerja dalam instalasi.

“udah makan Le?”

“tadi dirumah sudah, Ma Ci....”

“ih, makan lagi yah... gue bawa bakmi itu...”

“masih kenyang Ma Ci..” tolak Ale halus

“lho, nanti siapa yang mau habisin itu?” tanya Ci We lagi sambil meletakkan bawaaannya ke sofa di lantai atas.

“baik, Ma Ci, nanti beta habisin....”

Mereka lalu melihat-lihat seputaran lantai 2 itu. Sudah rapih dan bagus. AC baru di kamar tidur di lantai 2 itu juga sudah berfungsi dengan baik. Menurut Ci Wei, ini tempat dia kalau lagi malas pulang saja, karena konveksi ini memang usahanya dia yang merupakan warisan dari mamanya Ci Monic, sedangkan dia dan suami punya usaha jual beli kain di Kawasan Mangga 2, yang kalau suaminya sedang berhalangan atau sedang keluar kota, maka Ci Wei yang kesana untuk jaga, karena usaha konveksi ini sudah bisa dibilang bisa dia tinggalin.

Hanya saja, setiap hari dia perlu cek dan lihat, karena karyawan meski dia punya supervisor pun tetap saja susuah kalau tidak dikontrol.

Ci Wei ini berusia 43 tahun, sudah menikah dan punya anak yang sudah dewasa, sayangnya anak tunggalnya ini memilih tinggal dengan Engkongnya dari bapaknya di Medan, dia memiliki usaha warisan kakeknya, sehingga jarang sekali pulang ke Jakarta.

Rutinitas dan kesibukan setiap hari ini yang membuat mereka seperti berjarak sebetulnya.

Sebagai wanita yang berusia di angka kepala 4, Ci Wei bisa dibilang masih menarik dan seksi. Hanya saja kesibukan pekerjaan, usaha dan juga masih disibukkan dengan orangtuanya yang sudah sepuh, membuat dia seperti melupakan semua itu. Padahal dia masih aktif dan keinginan bercintanya pun masih kuat.

Namun kesibukan mereka suami istri, ditambah lagi mungkin beban kerja sang suami, membuat semua planning atau keinginan bercinta jadi berantakan. Ci Wei sendiri maklum dengan situasi ini, dia lebih ke menghibur diri. Meski dia tahu jika dia jalan kemana, masih banyak mata nakal pria yang suka singgah ke tubuhnya, apalagi jika dia sudah dengan pakaian ketat atau mini, usianya bagaikan bukan halangan untuk keindahan tubuhnya.

Saat dia ke rumah ibunya dan melihat ada perdebatan hingga pertengkaran, lalu muncul anak Ambon yang pernah diceritakan oleh mamanya, bahwa toko bangunan langganannya mereka milik Ci Fanny, ada anak ambon yang serem kalau dilihat. Dia teringat dulu waktu mamanya punya sangkutan utang di bank, dan didatangi oleh debt collector, trauma itu masih membayang hingga sekarang.

Namun melihat Ale yang gagah berani membela mereka, namun begitu hormat dan lembut saat disapa, semua anggapan terhadap seremnya anak-anak timur yang berprofesi sebagai debt collector pun sirna. Apalagi semenjak dia sering meminta tolong Ale untuk antar bahan bangunan, minta bantu awasin tukang, atau hal-hal lain seperti sekedar menanyakan bahan bangunan, dia dengan sopan sekali menjawab dan penuh hormat.

Melihat tampang Ale, serta kelembutannya selama ini serta ketulusannya membantu, termasuk malam ini diminta datang dengan sigap dia membantu, Ci Wei merasa sangat senang dan terbantu.

Fantasi Ci Wei memang jadi liar saat pernah dia memergoki Ale sedang menatapnya saat dia hanya menggunakan baju dengan leher rendah. Sepintas dia melirik selangkangan anak itu yang terlihat membesar.

Sesuatu yang tidak pernah lagi dia lihat dari suaminya, yang ngacengnya harus melalui drama panjang dan berputar serta lama. Ini bocah malah langsung on melihat dia. Dan sukanya lagi meski begitu, anak itu tidak terlihat kurang ajar atau liar, meski Ci Wei tahu dia pasti ngaceng melihat kemulusan dan padatnya bodinya.

Membayangkan pria sampai bertanduk begitu melihatnya, seketika membuat Ci Wei gerah dan senang. Pacarnya selama ini selalu dari kalangan keturunan. Bahkan setelah menikah pun dia dulu pernah berselingkuh dengan mantan pacarnya yang sudah menikah, meski hubungan mereka selesai beberapa waktu lalu karena pacarnya berpulang saat dilanda Covid 19.

Namun melihat pria muda dan berkulit gelap, meski merinding dan agak takut, tapi fantasi Ci Wei memang jadi kemana mana. Diam -diam dia sempat mencoba surfing dan melihat film biru dengan genre interracial, antara wanita kulit putih dan kulit hitam. Dia melihat betapa eksotisnya adegan itu, dan melihat size dan warna isi celana prianya, dia jadi teringat akan Ale, apalagi saat gelembung keras di balik celana pendeknya, membuat pikiran Ci Wei jadi tidak menentu.

Sudah 3 bulan rasanya dia tidak merasakan hangatnya sentuhan dari suami. Suaminya bagaikan diam saja, karena memang Ci Wei juga tidak pernah bersuara meminta secara terbuka, akhirnya mereka saling diam dan saling cuek dengan kebutuhan itu. Namun dibalik semua itu, ada birahi dan letupan yang bisa meledak kapan saja, jika bertemu dengan lawan yang tepat.

“makan lah Le....”

Ci Wei menghidangkan mie yang dia beli

“halal ini kok...”

“makasih Ma Ci....”

Ale lalu sambil duduk di meja makan kecil yang berbentuk bulat, membuka kotak mie dan mulai mengaduk aduk

“lu Ambon mana?”

“beta dari Ternate, Ma Ci.....”

“beda sama Ambon?”

“sama-sama Maluku, Cuma beta Maluku Utara, kalau Ambon selatan....”

“oh....”

“Ambon kota sebenarnya Ma Ci, cuma karena orang sudah terbiasa bilang anak-anak timur itu Ambon, jadi beta yang bukan anak Ambon, tapi anak Maluku pun dibilang begitu....”

Ci Wei tertawa mendengarnya

“eh makasih yah sudah, sudah bantuin datang kesini....”

“sama-sama Ma Ci.... “

“ci Fanny tahu lu kesini?”

Ale menggeleng

“marah ngga dia?”

“sebaiknya jangan bilang Ma Ci....”

Ci Wei tertawa kembali

“iya, Mama bilang katanya lu anak buah kesayangan Ci Fanny.....”

“ngga juga Ma Ci, sering kena omel juga.....”

“oh gitu? Lu udah rajin begitu masih kena omel juga?”

“ya namanya boss, wajarlah dia marah....”

Ci Wei tersenyum

“untung lu sabar yah....”

Ale tersenyum

“ci Fanny sama Koh Alvin baik sekali sama beta.... beta tidak mungkin lah mau bantah apa yang mereka minta....”

Ci Wei bisa melihat ada ketulusan dan kebaikan dari sorot mata Ale. Dia tahu pemuda ini jujur. Bahkan dalam banyak kesempatan dia sedikitpun tidak pernah mencoba menyimpang atau berlaku tidak jujur, semuanya dia kerjakan secara tulus dan sebaik mungkin.

“lu sampai jam berapa ijinnya ini?”

“terserah Ma Ci, sampai jam berapa perlu beta....”

“oh oke.... temenin gue dulu yah....”

“iya siap Ma Ci....”

“Om masih di Bandengan, nanti kalau dia sudah mau pulang, gue juga balik, trus lu juga bisa balik...”

“iya siap Ma Ci...”

Lalu

“lu makanlah, gue mo mandi dulu....”

“iya Ma Ci...”

Kamar mandi di lantai dua ini dibuat menyatu dengan kamar pribadinya Ci Wei. Sedangkan kamar mandi di belakang untuk tangga, malah dongkar dan dijadikan gudang penyimpanan hasil konveksi.

Sambil makan mie, Ale dengan santai membuka ponselnya. Membalas whatsapp dari Ati, dan juga dari kakaknya Halimah. Ati bertanya kapan bisa ke rumah lagi, karena sudah seminggu ngga ditengok tengok sama Ale. Sedangkan Ci Fanny dilihatnya last seen tadi jam 18.30 malam, artinya sekarang dia sudah terlelap.

Sedangkan Ale, malah pentungannya mulai bangun. Hanya berduaan dengan Ci Wei, dan keharuman tubuh Ci Wei saja tercium tadi. Belum mandi saja masih harum, apalagi kalau sudah mandi. Ale jadi galau, apalagi pentungannya sudah beberapa hari belum bertemu sasaran yang tepat.

Bercinta dengan Ati memang dia puas. Namun Ati selalu siap jika dia datang. Sedangkan sama Ci Fanny yang memang dia sukai dan inginkan setiap saat, belum tentu dia bisa minta sesuka hatinya, selain harus nunggu saat dan momen yang tepat, mood Ci Fanny yang suka naik turun, sukar dia prediksi. Beda dengan kalotnya dia yang lihat montok dan licin sedikit langsung bereaksi.

“enak mie nya?” tiba-tiba muncul Ci Wei keluar dari kamar

“enak Ma Ci....” jawab Ale cepat

Mata Ale baagikan hendak copot melihat Ci Wei. Dengan daster u can see jumbo tanpa lengan berwarna merah, keindahan tubuhnya bagaikan wanita yang sedang bersolek indah didepan suaminya. Lengan dan bahu mulusnya serta belahan dadanya yang pendek, membuat badannya terlihat siluetnya. Meski bahannya agak longgar, namun lekuk tubunya terlihat menantang

Dan dibalik dasternya itu, terlihat sekali kalau Ci Wei tidak memakai bra sama sekali. Pepaya mengkal dengan ukuran yang lumayan besar itu tercetak sekali putingnya tanpa bisa disembunyikan dibalik dasternya, meski bahannya agak longgar di bagian bawah, tapi bagian atas yang agak ketat, membuat Ale jadi panas dingin.

Sudah beberapa lama tidak merasakan nikmatnya ubi kupas seperti ini, membuat Ale jadi meriang mendadak. Meski sudah kepala empat, tapi pundak dan lehernya Ci Wei masih sangat mulus bagaikan pundak gadis muda.

Ci Wei lalu duduk tepat didepan Ale, tangannya dengan santainya menganggkat keatas merapihkan rambutnya

“buah nih....”

Tangannya yang menjangkau buah lalu memberikannya kea rah Ale, membuat Ale jadi susah fokus.

Puki mai, kata Ale dalam hati.

Kalau sudah melihat hal yang indah seperti ini memang batang kalot Ale langsung tegang dan mengacung. Pentungan hansipnya yang sedah beberapa hari belum mendapat sarang yang tepat, membuat dia semakin sulit menahan dirinya

“Om masih belum jalan, lu temenin gue dulu yah...”

“iya siap Ma Ci...”

Lalu

“nih....”

Ci Wei menyodorkan potongan apel yang barus sjaa dia kupas..

“makasih Ma Ci....”

“lu udah punya istri?”

“masih lajang beta, Ma Ci....”

“oh....”

“pacar lu?”

“ngga ada juga Ma Ci....”

Ale sudah mulai main tipu, tidak mau ngaku kalau dia pacarana sama janda si Ati

“lu sibuk terus sih yah....”

“iya Ma Ci.....”

Lalu

“lagian mana ada yang mau sama saya.....”

Ci Wei tertawa kencang

“ngga lah.... perempuan itu mandangnya hati.... beda ama laki, senangnya liat fisik.....”

Ale tertunduk malu

Percakapan mereka terasa semakin akrab.

Bagi Ale, Ci Wei ini tipikal wnaita yang terbuka dan sangat baik. Dia sedikit dari banyak wanita yang selama ini suka serem kalau lihat tampang Ale. Maklum tampang debt collector atau mata elang, perempuan mana yang doyan lihat.

Tapi Ci Wei terlihat santai. Dia melihat bagaimana Ale dengan garangnya mengajak preman-preman ribut, dan juga saat mereka sering komunikasi, dia bisa lihat ketulusan dan kebaikan hati anak ini. Dia simpati dan suka dengan gaya lugu dari bocah ini.

Saat Ale membuang bekas kotak mie ayam, dia sempat melihat gelembung di celana Ale.

Hati dan dada Ci Wei berdesir jadinya.

Gila, pasti isinya kayak kontol negro yang dilihatnya di film biru. Gede dan hitam legam.

Badan Ci Wei makin panas rasanya. Dia tahu, Ale melirik dari tadi ke belahan dadanya dan punggungnya yang terbuka. Gaya duduk Ale yang tidak mau diam, membuat Ci Wei yakin pasti isi celananya sudah tegang.

Sekian lama tidak merasakan kontol lain milik pria lain, setelah selingkuhannya berpulang, kali ini Ci Wei jadi galau, antara menerkam Ale atau menahan diri. Sebetulnya dia malu, apalagi kalau sampai ada yang tahu dia bercinta dengan anak muda, ambon hitam pula, apa kata orang nanti?

Namun sensasi merasakan nikmatnya bercinta dengan pria yang berkulit gelap, pekerja kasar yang identik dengan keperkasaan dan garang diatas ranjang, membuat dia bagaikan sulit menahan diri, dan selangkangannya juga mulai agak merembes cairan di vaginanya. Dia jadi bergairah, apalagi tatapan malu-malu kucing garong ala Ale sering dipergoki sedang menatap ke dadanya.

“beta mau numpang ke kamar kecil, Ma Ci....”

“oh iya.... silahkan...”

Ale berdiri, dia bingung karena dilantai 2 kamar mandi dan wc itu di kamarnya Ci Wei

Dia lalu turun kebawah

“disini aja....”

Ale kaget

“itu di kamar aja...”

“biar dibawah aja....”

“udah disitu aja.... ngga ada Om ini....” ledek Ci Wei sedikit melihat wajah Ale yang agak malu

Ale malu-malu kemudian masuk ke kamar Ci Wei.

Kamar yang bersih dan harum itu tercium di hidung Ale. Bersih dengan dengan kasur ukuran queen size dan dilapisi seprai berwarna abu-abu tua. Ale lalu masuk ke kamar mandi. Dia berdiri di depan toiletnya, lalu mencoba untuk kencing, dan selesai kecing dia membersihkan kepala tititnya yang kini mengencang dengan sangat keras, dengan memakai sabun cair yang ada disitu.

Puki kau Kalot, sudah tahu aja kau ini ada pepe bagus didepan.... bisik hati Ale.

Ale mencoba untuk melakukan gerakan loco 5-1 agar otaknya tidak lagi berpikir ke arah sana lagi. Dia takut dianggap tidak sopan oleh Ci Wei, meski dia melihat sepertinya Ci Wei seperti memancingnya. Namun Ale tetap saja agak sedikit kuatir, makanya dia ingin melepaskan hasratnya dengan swalayan di toiletnya Ci Wei.

Agak sulit bagi dirinya untuk berkosnentrasi, selain ini tempat orang, baginya 5-1 atau loco atau coli, perlu ilham juga, dan perlu bahan untuk jadi bacolan dia. Dan meski sudah ngacung berat, masih belum bisa juga dia crot.

“Le.....”

Ale kaget. Ci Wei memanggilnya

“berak lu?” tanya Ci Wei

“ngga Ma Ci.....”

Ale dengan agak gugup lalu segera memasukan burung kutilangnya ke dalam sangkar, menaikan retsluitingnya, dan pura-pura menekan tombol bilas, lalu keluar dari WC.

Ci Wei ternyata ada dikamar menyusulnya

“berak apa pipis lu?”

“pipis Ci...” agak malu Ale pas di depan pintu kamar mandi. Ci Wei berdiri sekitar 1 meter di depannya.

“kok lama?”

“tadi mules, mo coba buang air besar tapi ngga keluar....”

Ci Wei tersenyum melihat Ale

“trus kenapa tangan lu itu?”

Tangan Ale emmang agak mendekap burungnya yang sejak tadi galak betul dan siap terbang.

“ngga apa-apa Ci Boss....”

“Ci Boss??”

“eh... Ma Ci.... maksud saya....”

Ale memaki dirinya sendiri yang sakling gugupnya sudah salah sebut nama

“trus kenapa lu pegang pegang?” tanya Ci Wei setengah menggoda

“eh...ini Ma Ci....” gugup betul Ale jadinya

Melihat anak ini gugup, Ci wei makin penasaran dan makin senang menggodanya

“lepaslah....”

“iya Ma Ci....”

Ale lalu mencoba melepaskan tangannya, dan tak urung pentungan beruratnya yang memang sudah tegang, apalagi mencium bau harum dikamar Ci Wei, dan melihat Ci Wei yang berdiri didepannya dengan tubuh yang mulus di bagian pundaknya, dan buah dada besarnya seperti menantangnya, Ale sulit mengendalikan isi celananya

“ya ampun.... itu ngaceng?” tanya Ci Wei sambil pura-pura tidak tahu dan menutup mulutnya dengan tangannya

Ale tertunduk malu melihat ekspresi kaget dari Ci Wei

“ngaceng lihat gue?”

Ale sudah malu dan kadung, jadi serba salah dan bingung apalagi didepannya Ci Wei yang tersenyum menggodanya

Sementara Ci Wei dibuat takjub dengan benjolan di selangkangan Ale. Hanya mereka berdua dikamar bahkan di dalam ruko ini, membuat suasana terlihat sekali mendukung untuk kedua insan ini menyatukan fantasi mereka di masing-masing kepala.

Ale yang punya fantasi untuk bisa mencoblos lubang yang baru, apalagi dengan tampilan Ci Wei yang seperti minta untuk diterkam. Sedangkan Ci Wei yang sudah lama tidak mendapatkan siraman air surgawi, juga punya fantasi liar bagaimana bercinta ala interracial seperti film-film biru yang dia lihat. Kulit hitam Ale terlihat sangat membuat dia penasaran, apakah benar pria dengan kulit legam dan otot kuat ala Ale, juga punya kekuatan yang berbeda, dan size yang jumbo.

“bukain dong.....” pinta Ci Wei akhirnya

Ale kaget medengarnya

“buka Ma Ci?” Ale bagaikan orang bodoh. Dia sampai memaki dirinya sendiri, dari tadi penasaran dan ingin terjun ke laut, sekarang disuruh terjun malah kayak anak bego

“iye.....”

Ale tertunduk sedikit malu

“malu Ma Ci....”

“ih, udah ngaceng gitu.... buka, gue mo lihat.....” kini agak berani Ci Wei memerintahkan ke Ale.

Dia tahu Ale ini pasti ngaceng melihat dia, jadi kalau dia minta dibuka pasti akan dibuka juga.

Ale lalu pelan-pelan membuka retsluiting celana jins pendeknya, lalu membuka celana dalam dengan menurunkan tepian celana dari atas.

Mata Ci Wei terbelalak melihat pentungan hansipnya Ale yang keluar terjulur.

“gila, gede banget.....”

Tatapan kaget, bingung dan sekaligus takjub terpancar dari matanya.

Ale yang melihat ekspresi dari Ci Wei, langsung bangga rasanya melihat ular cobra kebanggaannya dengan gagah berani mengacung dan kencang, seperti menantang sang lawan untuk adu patuk.

“berapa senti itu?” tanya Ci Wei sambil matanya tidak lepas dari pentungan itu.

Ternyata memang ukuran jumbonya Ale yang selama ini menggembul dari celananya, bukan bayangan dan angan lagi. Tapi nyata kini didepan matanya, dan mengayun ayun seperti menggodanya untuk menyapa

Gila, bisa robek memek gue dihajar kontol jahanam ini, bisik Ci Wei.

Ukuran suaminya dan ukuran mantan-mantannya dia mah tidak ada apa-apanya dengan milik Ale. Selain nyalinya besar, ototnya juga terlihat kekar, kini isi celananya pun memang luarbiasa besarnya.

“lu ngaceng dari tadi?” tanya Ci Wei sambil tangannya terulur dan mulai memegang urat kebanggaan Ale, yang bagaikan tersetrum saat tangan itu membelai dengan lembut

“Ngaceng melulu kalau lihat Ma Ci....”

“masa sih?”

Pengakuan Ale membuat Ci Wei tersipu, ternyata pentungan ini ngaceng melulu melihat bodi tua miliknya, yang suaminya saja sudah tidak bergairah menyentuhnya, padahal tiap hari lihat dia di rumah.

“gue khan sudah kepala 4 Nyong... sudah tua....”

“bagi beta, masih Top abis, Ma Ci....”

Ci Wei masih takjub melihat batang besar itu. Tangannya meremas dengan gemas. Pentungan yang kini rambutnya sudah ditrimming rapi oleh Ale, terlihat semakin kokoh dan menantang, apalagi urat-urat dan kepalanya yang seperti jamur, besar dan hitam legam.

Ale yang melihat Ci Wei sudah sudah masuk dalam perangkapnya, dengan tenang kini dia lalu menurunkan semua celananya ke lantai, dan kini hanya kaos saja yang masih melekat di badannya. Dia lalu mendekati tubuh Ci Wei, lalu dengan setengah mendorong, dia mendesak wanita montok itu ke dinding kamar, pintu yang masih setengah terbuka didorongnya agak tertutup, lalu dikuncinya.

Ci Wei yang masih terkesima kaget mendapat serangan Ale, dengan cepat Ale lalu memeluk Ci Wei, lalu mendorong merapat ke dinding, dan kemudian ciumannya menyerang leher dan pundak Ci Wei yang mulus dan terbuka itu.

“oh, gila kamu......”

Sergapan bibir dan lidahnya Ale bagaikan mobil ngegas dijalan tol yang licin. Leher yang terbuka dan pundak yang bersih itu menjadi sasaran ciuman dan jilatan lidah Ale, dan ini membuat Ci Wei kaget, namun menyambutnya dengan terbuka dan senang.

Apalagi saat tangan Ale lalu menurunkan tali dasternya, dan kemudian dasternya itu jatuh ke lantai, membuat buah dadanya terbuka, dan menyisahkan celana dalam hitam yang menutupi selangkangannya. Tubuh yang putih mulus, bening dan bersih. Meski buah dadanya sudah terlihat agak ngondoi, namun tetap saja yang namanya Cici, pasti beda dengan kapista busuk macam Ale yang hitam. Tubuh Ci Wei tetap saja mulus dan bersih, meski putingnya agak besar, jika dibandingkan Ci Fanny yang masih bagus isinya.

Ale langsung merengsek lagi, dengan sambil mendesak Ci Wei didinding, mulutnya lalu menjepit putingnya Ci Wei dengan jepitan bibirnya.

Suara Ci Wei yang mendesah lirih saat buah dadanya dilumat Ale, membuat kamar ini jadi sedikit gaduh. Mulut dan bibir hitam tebal milik Ale dengan liarnya mulai melumat, dan menjepit putting itu bergantian, dan lidahnya juga bermain dan mengelitik ujung dadanya Ci Wei, membuat wanita yang sudah lama tidak merasakan jilatan pria jadi semakin histeris dalam birahinya.

Mulut Ale kembali berpindah ke lehernya.

Matanya mereka lalu bertatapan. Mata yang penuh birahi dan sudah kehilangan nalar sehat, dan sambil tangan Ale turun bermain di vaginanya Ci Wei yang masih terbungkus celana dalam, bibir Ci Wei langsung dilumat dengan liar oleh Ale. Bibir hitam tebal itu melumat keindahan bibir wanita setengah baya yang masih terawat dan selalu dilumuri oleh lipstick berkelas, memang membuat Ale bagaikan bujang bangsat yang naik derajat.

Basah sudah celana dalam Ci Wei.

Dan Ale kemudian sedikit mengangkat pantat Ci Wei, sambil mulutnya kembali bermain di puting dan dada wanita itu. Suara penuh birahi terdengar merintih memenuhi isi kamar itu.

Ale lalu mengangkat tubuh Ci Wei dengan pelukannya, dan kaki wanita itu melingkar di pinggang Ale, sambil bibir mereka saling bertautan.

Pemandangan yang sangat kontras, Ale yang bertubuh hitam legam, sambil pinggangya dijepit oleh kaki mulus dan sangat terawat milik Ci Wei. Dan segera tubuh yang masih memikat itu rebah di kasurnya, telentang pasrah untuk menanti garapan sang petani parlente dari Ternate.

Ale tidak puas-puasnya terus melumat buah dada Ci Wei, yang mulutnya merintih menahan birahi.

Lalu tangan Ale meluncurkan kain terakhir yang menempel di tubuh Ci Wei. Dan hutan belantara hitam bagaikan semak belukar kemudian muncul dihadapannya. Ale lalu membuka pahanya Ci Wei lebar-lebar, dan tanpa dikomando mulutnya segera menempel di bibir bawah milik Ci Wei.

“aough.... enak banget nyong.....” tangan Ci Wei memukul pundak Ale dengan manja.

Jilatan lidah Ale kini bagaikan menyeterum sekujur tubuh Ci Wei. Vaginanya menjadi sasaran empuk. Lembah yang sudah basah itu makin basah dengan jilatan Ale. apalagi saat lidah dan bibir Ale memainkan orchestra indah dan tepat di sasarannya, membuat Ci Wei makin liar dan berteriak lirih.

“gila....enak eh.....”

Pantatnya naik turun menyambut jilatan lidah Ale, tangannya menekan kepala Ale, dan lidah Ale serta bibirnya bekerja keras dalam melumat lembah basah itu yang dilengkapi permadani hitam dihamparan hutan diatas bukit selangkangan Ci Wei.

Dan akhirnya ci Wei yang sudah lama tidak merasakan rangsangan sehebat ini pun berteriak

“gue mo keluar sayang......”

Ale makin gencar menjilati itilnya yang megar dan belahannya yang basah itu

“boleh gue keluar??’’ tanyanya sudah setengah tidak sadarkan diri akibat rangsangan dari lidah dan bibir Ale

Lalu

“ough.....gue keluar...... gila.... enak banget.....”

Teriakan seakan memenuhi seisi kamar itu, dan sambil menekan kepala Ale, dia pun menggoyangkan pantatnya naik turun dengan liar dan kemudian berhenti, sambil menggertakkan giginya, memejamkan matanya dan sekujur tubuhnya bagaikan tidak ada jiwa lagi didalamnya, kecuali birahi yang terpuaskan dengan mendadak oleh jilatan Ale

“oh.... enak banget nyomg....”

Nafasnya terengah -engah, dia lalu memeluk Ale dengan eratnya.

Orgasmenya akhirnya tiba, dengan jilatan yang liar diselangkangannya.

Sedangkan Ale nyaris putus nafas akibat ditekan oleh Ci Wei.

Ada sedikit yang mengganggu hidung Ale sebetulnya, dia seperti mencium ada sedikit bau yang kurang enak dari vagina Ci Wei, namun karena nafsu sudah di kepalanya, ditambah dengan tekananan tangan Ci Wei, semua itu tidak diperdulikannya. Kapan lagi bisa ngewong dengan wanita berkelas seperti Ci wei.

“ayo.... masukin Nyong.....” pinta Ci Wei

Wanita ini ingin merasakan aslinya seperti apa rasanya pentungan hansip Ale, yang semenjak tadi terus mengacung, dan berayun ayun, menggoda imannya untuk mencoba.

Pahanya kini terbuka lebar, dan lubang vaginanya meski ditumbuhi liarnya rumput ilalang hitam, namun belahannya terlihat memerah indah, dan menggoda Ale untuk segera membenamkan pentungannya disitu.

Ale lalu bangkit, naik keatas tubuh Ci Wei, lalu dengan lembut dia menggosokannya ke bagian bibir luar vaginanya.

Badan Ci wei bagaikan tersetrum kembali saat mendapat rangsangan seperti ini. Batang sebesar itu membuat dirinya penasaran untuk mencoba seperti apa rasanya, dan bisa bertahan berapa lama.

Dan pelan tapi pasti, Ale mulai mamasukannya

“pelan-pelan nyong.... gila gede banget sih......” bisiknya ke telinga Ale

Ale menunggu agak tenang sedikit, lalu mulai mendorongnya, hingga akhirnya semua masuk dan tenggelam.

Jepitan urat dan bibir vaginanya ke kontol Ale, membuat cairannya kembali keluar dan menetes dari dinding vagina.

Merasakan betapa penuhnya isi memeknya, membuat Ci Wei lupa daratan, sambil berteriak dan memeluk badan Ale erat-erat, dia lalu menekan pantat Ale agar masuk dan terbenam di dalam kubangan vaginanya yang basah.

“goyang nyong.....”

Ale mengangguk

“pelan-pelan....”

Goyangan dan gerakan naik turun Ale yang lembut namun tepat sasaran, ditambah jepitan dari memeknya Ci Wei, membuat Ale bagaikan berada di surga dunia. Apalagi saat pelukan Ci Wei mendekapnya erat, gesekan dadanya dengan kelembutan dada Ci Wei, menimbulkan nuansa indah yang rasanya membuat dia jadi raja malam ini di kasur dan kamar Ci Wei

“oug... enak banget sih....”

Ale dengan gencarnya menggoyang

“kamu enak Nyong???” bisiknya lirih

“enak Ma Ci.....”

Ale dengan nikmatnya mendorong pantatnya agar menekan vagina Ci wei, serta merasakan jepitan vagina yang baru kali ini dimasukin urat besar seperti milik Ale, yang bagaikan bor besar yang mengobrak abrik isi vaginanya

Bibir mereka kembali bertautan.

Ale merasa sangat tersanjung, biasanya wanita lain suka dengan jilatannya Ale, tapi suka malas jika diajak ciuman bibir. Namun Ci Wei dengan ganas meladeni semua ciuman Ale, dan ini yang membuat dia semkin bersemangat menggoyang Ci Wei

“rapat sekali Ma Ci.....”

Ci Wei senang mendnegarnya

“suka?”

“suka banget Ma Ci....”

Sodokan batang besar yang jalur keluar masuknya seperti menghantam kelentitnya Ci Wei, membuat Ci Wei sulit untuk menahan kembali orgasmenya. Keadaan dia yang suduh lama tidak dibuahi, dan kemudian sekalinya dibuahi mendapat ular cobra liar seperti milik Ale, ditambah sensasinya merasakan dihajar oleh kontol hitam, Ci Wei jadi sulit menahan orgasmenya

“gue mo keluar lagi....”

Ale semakin bersemangat

Dia dengan segera menggoyang Ci Wei dengan agak cepat iramanya.

Bunyi kontol ke dalam vagina, ditambah dengan bersatunya badan mereka, menimbulkan suara indah yang merdu ditambah rintihan Ci Wei, yang memang tipikal wanita yang berisik dalam bercinta, dan ini disukai oleh Ale, wanita yang ekspresif dan liar diranjang, meski diluar terlihat sangat santun

“mo keluar lagi gue...” rintih Ci wei

Dan kemudian

“keluar lagi kahn gue..... ough,,,ourgh,,,aggghhhhhh........”

Teriakan lirihnya sambil memeluk Ale, tangannya seperti meremas lengan Ale, dan kemudian disusul oleh Ale.

Pria hitam legam itu tiba-tiba memeluk Ci Wei dengan eratnya, dan sambil mendengus kencang, dia lalu menekan dan menumpahkan semua isi pentungan hansipnya ke dalam vagina basah milik Ci Wei

Ci Wei senang sekali mendapat siraman rohani kali ini, dia memeluk Ale yang sedang dilanda orgasmenya setelah berhari hari puasa.

“enak??”

“enak banget Ma Ci....”

Ci Wei tertawa

Ale lalu menggelosor di samping tubuh Ci Wei.

Wanita itu tiba tiba bangkit, lalu segera lari ke kamar amndi

“aduh, netes nih banyak banget....”

Rupanya cairan peju Ale saking banyaknya sampai luber ke luar vaginanya Ci Wei, dan wanita itu segera masuk ke kamar mandi untuk cebok.

Sedangkan Ale masih termenung memikirkan nasib baiknya. Yang untuk ketiga kalinya bisa menaklukkan wanita panda lokal M!LF type. Biar sudah mama mama, namun jepitan Ci Wei masih seperti perawan rasanya.

Ale meilirk ke arah pentunagnhya yang seperti ular kelelahan , menjutai di pahanya. Dan betapa kagetnya Ale, ada darah menempel di kontolnya. Dia kaget seketika.

Buset, masih poci berarti ini Ci Wei??? Tanya dia dalam hati

Masih poci, tapi punya laki punya anak?? Bisiknya lagi

Tiba-tiba, Ci Wei keluar dari kamar mandi.

“cuci sana... “perintahnya ke Ale

“siap ma Ci....” Ale bangkit dari kasur

Lalu

“haduh, abis disodok sama lu, langsung datang deh tamu bulanan gue....” ujar Ci Wei tertawa “sakti kontol lu, Le....”

Ci wei mencubit lengan Ale yang berjalan ke kamar amndi

ha??? Dapat haid?? Tanya Ale dalam hati.

Berarti darah yang nempel di kontol beta itu darah haid?? Bukan darah poci?? Pukimai

Ale mengutuk dirinya yang tolol bin dongo jika sudah lihat memek wanita, apalagi memek seindah tubuhnya Ci Wei. Pantas tadi saat dia sedang melakukan ritual slaber atau isep memek, bau memek Ci Wei agak lain, ternyata bau haidnya dia yang baru menetes.

Bangsat bangsat.... maki Ale dalam hati

Dia yang dapat jilat enak, beta yang sial jilat memek ada darahnya.

Puki lah......


NB :
- Poci : Perawan


Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com