Hidup Ale pun bergulir Kembali.
Wajah kelingnya yang selama ini agak muram, kini sudah bersinar kembali. Kini Ale makin rajin bekerja dan juga giat berolahraga. Maklum sekarang dia harus bersiap membagi staminanya untuk meladeni tiga wanita sekaligus, yaitu Ci Wei, Ati kekasihnya, dan juga Ci Fany bossnya.
Seminggu sudah semenjak dia mulai bercinta dengan Ci Wei, dan 3 hari selepas bercinta dia harus puasa karena Ci Wei bocor gede akibat dihajar paralon Ale. Sehingga dia harus menunggu 3 hari, baru undangan kedua kalinya dilayangkan oleh Ci Wei untuk Ale Kembali berkunjung menikmati tempe bacem ala panlok stw milik Ci Wei.
Dia juga harus bisa mengatur kunjungannya ke rumah Ati. Diri Ati sudah menganggap Ale sebagai kekasihnya dan pasangannya, sehingga mereka berdua sudah seperti sepasang kekasih. Ale juga harus bisa melayani Ati dengan baik agar tidak ada kecurigaan sama sekali, bahwa dia sudah membagi isi paralonnya dengan wanita lain.
Ale bisa merasakan bahwa keberuntungannya memang berkat dari sikap baiknya dan sopannya dia, senang menolongnya, dan juga sikap santun dan sabar menunggu, sehingga kesan wanita yang melihatnya garang di awal, ternyata berubah saat tahu akan kelembutan hati Ale.
Urusannya dengan Ci Fanny pun berjalan biasa, meski sudah mau 3 minggu belum ada panggilan untuknya agar menengok kodok milik Ci Fanny yang sebetulnya sangat Ale rindukan. Namun karena dia melihat Ci Fanny masih bete dan kesal terhadapnya, Ale memilih diam dan menunggu saja, sampai emosi boss nya reda.
******************************
Ci Fanny sendiri bukannya tidak merindukan Ale. Dia pun kangen merasakan saktinya paralon hitam milik si black yang kuat dan terbukti Tangguh di segala medan pertempuran. Namun selain masih kesal, dia juga disibukkan dengan mengawasi ujian akhir anaknya Thomas. Dia tidak ingin anaknya gagal dalam ujian karena ibunya sedang asyik hanya bermadu kasih dengan selingkuhannya.
Hubungannya dengan sang suami Alvin pun sebetulnya sudah di titik nadir yang terendah. Yang mereka lakukan saat ini hanyalah lebih kepada melanjutkan pernikahan atas nama sebuah harga diri dan saling menjaga bisnis mereka, serta nama baik di depan keluarga dan anak-anak mereka.
Komunikasi mereka sudah benar-benar pudar dan hanya berlangsung karena ikatan bisnis semata. Pemasukan, rencana bisnis, anak-anak sekolah atau mau beli sesuatu yang harganya diatas angka kesepakatan mereka untuk harus dibicarakan sebelum beli.
Bercinta?? Sudah hampir 6 bulan mereka sama sekali tidak bercinta. Alvin enggan menyenggolnya, dan Fanny juga agak tegas tidak pernah menunjukkan sikap berminat untuk bercinta dengan Alvin. Meski Alvin percaya seratus persen ke istrinya, karena dia tahu Fanny tidak pernah aneh-aneh, atau keluar kemana tanpa bersamanya atau bersama anak. Waktunya pun banyak dihabiskan hanya di toko saja, sehingga rasanya tidak ada pria lain yang akan mampir di hatinya, atau menggoda istrinya.
Sebaliknya Fanny curiga dengan Alvin. Namun karena dia sadar dia juga punya hubungan gelap dengan Ale, yang nota bene diluar dugaan dari Alvin, maka dia juga enggan mencampuri perselingkuhan Alvin. Selama Alvin tetap terbuka dan dia bisa akses ke semua keuangan Alvin, maka Fanny pun enggan bertanya lebih lanjut.
Fanny tidak bisa membayangkan jika ada yang sampai tahu jika dia punya hubungan dengan Ale. Pembantu rumahnya yang selama ini jauh dan kalah segala-galanya dibanding suaminya, atau mantan pacar-pacarnya dulu, lalu ketahuan berbagi tubuh dengan majikannya.
Namun hanya Ale yang mampu membuat dia bisa merasakan jadi wanita yang sesungguhnya . Sentuhan dan perlakuan Ale selalu membuat dia menjadi wanita yang utuh. Wanita yang jadi dirinya sendiri saat dia bersama pria hitam itu. Apalagi jika bicara masalah seks, Ale punya tongkat Ajaib yang luarbiasa keras, besar dan sangat memuaskannya. Dia selalu dibuat puas oleh Ale. Dan yang membuat dia senang ialah sikap Ale yang meski sudah menidurinya, namun dia bisa selalu menempatkan dirinya sebagaimana posisinya dia sebagai seorang pembantu biasa yang tidak ada kesan ‘belagu’ didirinya.
Ini yang membuat Fanny selalu merasa Ale punya sesuatu yang beda, meski dari fisiknya jauh dibanding mantan pacarnya Marco yag bule Italy itu, atau bahkan suaminya sendiri, namun ada rasa nyaman dan rasa diperlakukan sebagai wanita saat dia bersama Ale. Selalu saja dia dibuat puas baik oleh kontolnya Ale, maupun oleh lidahnya Ale.
Membayangkan Ale, tiba-tiba Fanny merasa agak hangat di selangkangannya. Sudah beberapa minggu ini dia belum disentuh oleh cobra hitamnya Ale, membuat dia tiba-tiba ingin dibelai oleh Ale, dan merasakan penuhnya vaginanya dengan paralon Ale. Ini membuat dia tersenyum sendiri mengingat itu.
Dilihatnya Ale sedang sibuk menyusun batu bata diluar, membuat hayalan Fanny entah melayang kemana. Senyum tersungging di bibirnya mengisyaratkan bahwa dia sedang ingin bercinta, dan ingin menuntaskan dahaganya dengan sodokan black mamba milik Ale, yang selalu tegang jika melihatnya dengan tanktop atau daster mini yang menerawang.
*******************
Ale baru saja selesai mandi dan bersih bersih. Bau sabun tercium dari dalam kamar mandi, setelah dia menyelesaikan ritual mandinya. Setelah memakai roll on di keteknya, celana pendek rumahan serta kaos hariannya, dia lalu keluar ke arah dapur untuk mengambil makan malamnya yang biasanya sudah disediakan oleh Mbak Rat.
Saat Ale masuk ke dapur dari arah kamarnya, dia dikejutkan dengan penampakan Ci Boss nya yang sedang meracik jus buah untuk menu makan malamnya sendiri.
“Ci Boss…. “ sapa Ale
“eh, Le… udah mandi..?”
“sudah Ci Boss…” Ale menagnggukan kepala setengah menunduk
“oh…. Makanlah…” senyuman Fanny kini sudah beda dari biasanya yang suka agak jutek ke Ale belakangan ini
Dalam hati Ale, bendera putih sudah berkibar ini……
“siap Ci Boss….”
Penampakan Ci Fanny dengan daster mini ketat, seketika membuat Ale jadi gagal focus. Tubuh indahnya sang boss tercetak jelas, dan putingnya juga nampak terpetak di dibalik daster dengan tali satu, dan pundaknya yang putih mulus membuat Ale seketika mulai bertanduk dan sesak isi celananya.
Aih, itu toto bekeng beta punya kalot kancang macam meriam di benteng Tidore, yang selalu mengacung arah angkasa, meski tidak ada pelurunya. Demikian isi otak mesum Ale.
Dia lalu mengalihkan pandangannya ke arah meja kecil dekat kompor belakang tempat Mbak Rat suka taruh makanan untuk dirinya. Tempe dan tahu plus daging rendang dan sayur sop merupakan makan malamnya kali ini, yang selalu Ale syukuri selama kurang lebih mau setahun dia tinggal bersama boss nya ini, menu makanan yang sehat dan jauh lebih baik disbanding dia di jalanan dulu.
Dia tiba tiba dikagetkan dengan teguran dari belakang
“sudah disiapin?” suara Ci Fanny dari belakang
“sudah Ci Boss….” Agak kagok dan sedikit malu-malu biasa di wajahnya
Melihat Ale yang agak menundukkan kepalanya, Ci Fanny tidak mampu menahan dirinya untuk tidak memeluk Ale. Badan kekar hitam kayak petinju itu pun dipeluk dari belakang dengan eratnya
“ci Boss….”
Ale kaget mendpaat kejutan berupa pelukan dari bidadarinya
“heheheheh… kangen ngga lu…?” tanya Ci Fanny sambil badannya dengan pakaian seksi itu menempel ke badan Ale
“kangen banget Ci Boss….”
Meski kontolnya ngaceng, namun saraf otak waras Ale masih bekerja dengan baik. Dia celingukan sambil melirik ke arah tangga dan pintu depan, takut Mbak Rat turun dari atas, atau Koh Boss nya datang dari depan.
“ pengen ngga?” pancing Ci Fanny sambil tangannya terjulur meraba paralon Ale
“pengen banet Ci Boss…” Ale trrsenyum malu-malu sambil menunduk
“malam ini gue mau yah…..” Ci Fanny masih memeluk Ale dari belakang.
“Siap Ci Boss…”
Posisi mereka berpelukan seperti gaya Titanic mode on. Bedanya kali ini Ale yang di depan, Ci Fanny yang di belakang.
Namun tempelan buah dada Ci Fanny yang setengah mengeras membuat Ale semakin menegang batangnya. Apalagi bau harum dari tubuh Ci Fanny yang selalu membius hidung dan syaraf Ale, membuat rasa kangennya makin susah ditahan rasanya. Apalagi lembutnya buah dada sang ratu sudah menempel, membuat suasana di dapur sempit itu jadi menyenangkan dan membuat celana Ale sesak.
Saat Ale membalikkan badan dan hendak membalas pelukan Ci Boss nya, tiba-tiba terdengar suara langkah di tangga, dan dengan cepat Ci Fanny pun melepas pelukannya
“ yah sudah, makan sana… trus wa Alvin tanya kalo dia mo dijemput apa ngga….” Suara Ci Fanny tiba-tiba berubah jadi ketus dan agak kencang.
Mbak Rat yang turun dari tangga sedikit menunduk melintas diantara mereka berdua
“siap Ci Boss….” Anggukan Ale seketika
Fanny lalu masuk ke kamarnya dengan agak buru-buru, meninggalkan Ale yang agak bengong dan Mbak Rat yan tidak kalah bengongnya. Meski rasanya agak lucu, namun Ale kemudian bergerak masuk ke kamarnya
“permisi Mbak Rat….”
“Nyong…” cegah Mbak Rat sejenak
“iya Mbak?” langkahnya terhenti sesaat
“ lain kali, lihat dulu… kalo ada Ci Fanny di ruang makan, kamu jangan masuk dulu yah…..” nasehat Mbak Rat ke Ale
“iya Mbak…”
“ngga enak dilihatnya. Kan Ci Fanny suka kebuka pakaiannya, takutnya jadi fitnah..”
“iya Mbak….”
“ya sudah, makan sana….”
Ale dengan cepat masuk ke kamarnya sambil membawa rantangan berisi makan malamnya
Puki lah, maki Ale dalam hati
Ratu drama memang Ci Boss ini, pikir Ale sambil tersenyum sendiri. Mana Mbak Rat pakai acara menasehati pulu, ngga tahu dia kalua sampe itil-itilnya si Co Boss sudah di jilatin sama Ale.
Dia lalu melanjutkan makan malamnya sambil tersenyum dalam hati. Untung tadi langkah Mbak Rat terdengar, jika tidak bisa tertangkap basah dia untuk pertama kalinya dalam setahun ini sedang pelukan dengan Ci Fanny. Situasi penuh intrik dan rahasia bisa terbongkar karena keteledoran mereka berdua, bagusnya lagi dengan cepat Ci Fanny bisa mendeteksi adanya gangguan dari tangga.
****************
Buruan makan lu, gue tunggu di kamar depan
Alvin mancing, pasti tengah malam pulangnya
Dua buah whatsapp dari Ci fanny terbaca oleh Ale setelah dia kembali dari kamar mandi mencuci tangannya selesai makan. Whatsapp tersebut dikirim 5 menit yang lalu, dan dengan cepat Ale lalu membalas
Siap Ci Boss
Ale segera bersiap dan hendak jalan menuju kamar depan, kamar tamu yang selalu kosong jika tidak ada yang bertamu. Kalau sudah begini alurnya, otak Ale cepat sekali mencerna, apalagi kepala bawahnya yang sudah mengangguk angguk dari tadi.
Benar saja Ci Fanny sudah disana, sambil berbaring di balik selimut, dia memainkan handphone, dan tersenyum melihat wajah Ale muncul di balik pintu
“lama ih….”
“maaf Ci Boss…..”
“lu liat dulu si Rat, sama cek pintu depan…..”
“siap Ci Boss…”
Pencegahan awal sebetulnya. Ale pun dengan sigap memeriksa Mbak Rat yang sudah masuk kamar, lalu turun ke pintu depan, digembok supaya jika Alvin datang pasti menelepon dirinya dan dia yang akan membuka pintu depan.
“sudah aman Ci Boss….”
“oke…..”
Melihat Fanny yang terbungkus selimut, pundaknya yang telanjang membuat Ale menelan ludahnya. Rasa kangennya ke sang boss memang selalu berbeda. Meski sudah beberapa wanita yang dia cobain, baik yang muda dan yang tua, namun rasanya Ci Boss nya ini selalu nomor satu. Wangi tubuhnya, keindahan lekuk badannya yang selalu terjaga, serta sikap ambekannya yang selalu bikin Ale mati langkah, namun jepitannya yang mantap membuat dia meski sudah mencoba banyak puki, namun tetap saja pukinya Ci Boss yang nomor satu.
Fanny tersenyum genit melihat Ale mendekat
“buka baju lu….” Perintahnya lagi
Semua pakaian Ale dibuka hingga tidak tersisa. Mata Fanny berbinar melihat paralon yang sudah tegang berdiri dan siap tempur. Batang hitam dengan topi baja besar dan berurat itu membuat selangkangannya semakin basah dan becek.
“gila tuh kontol… gede banget…” desisnya sambil menggigit bibirnya sendiri
Ale lalu naik ke tempat tidurnya, dan dengan perlahan dia membuka selimut dan menyingkapkannya ke samping. Ci Fanny yang tergeletak di ranjang ternyata hanya memakai celana dalam mini berwarna putih, yang membuat bulu jembutnya yang hitam terbayang indah dari balik celana dalamnya.
Dengan rakusnya Ale lalu meremas buah dada indah yang besar itu, dan kemudian tanpa dikomando dia mulai melumat buah dada Ci fanny dengan rakusnya, secara bergantian puting coklat itu dilumatnya, birahi Ci Fanny yang sudah bergairah jadi semakin liar dan tangannya bergerak menekan kepala Ale agar semakin terbenam di dadanya
“ough… enak Le…..”
Jilatan lidah Ale dengan liar bermain menggelitik puting buah dada itu. Tangannya meremas berganti gantian, dan sesekali bibirnya menjepit puting yang semakin menegang itu, dan desisan Ci Fany pun semakin liar dibuat oleh cumbuan bibir nakalnya.
Puas bermain di dada indah indah, kini lidah Ale turun ke perut rata dan bersih. Perut yang tidak terlihat bekas melahirkan Thomas beberapa tahun yang lalu itu masih indah dan tidak ada scratch yang terlihat, kini disapu oleh lidah liar Ale, apalagi saat lidah itu bermain di pusarnya, tangan Ci Fanny dengan gemas meremas kepala Ale, geli namun sensasi nikmatnya melanda tubuhnya.
Hingga akhirnya tangan Ale lalu melepaskan kain penutup terakhir milik Ci Fanny. Lembah hitam lebat yang belahannya sudah basah itu kini terpampang indah. Ale yang sudah merindukan dan kangen dengan lembah indah itu, mengerjapkan matanya saking terpana akan indahnya belahan itu.
“ough……” teriak Fanny saat jari tengah Ale menyentuh bagian daging kecil yang menonjol
“gila…..” teriaknya lagi saat lidah Ale yang kini turun menyapa dan menyentuh belahan itu.
Pantat Ci Fanny bergetar saat lidah Ale mulai masuk dan menyentuh belahan vaginanya. Sensasi yang membuat gelombang birahinya semakin terangkat dan menghempaskannya ke pantai kenikmatan serasa membuatnya bergulung gulung, dimana lidah nakal Ale, ditambah bibirnya yang agak tebal itu melumat belahan bibir vaginanya.
Ci Fanny dibuat sulit menahan diri saat mendapat serangan seperti ini.
Lidah Ale dengan liarnya melumat daging kecil di area vaginanya, dan saat kelentitnya tersentuh lidah Ale, apalagi ditambah dengan masuknya jari tengah Ale, membuat dinding vaginanya bagaikan banjir bandang dengan mengeluarkan cairan yang tidak berhenti-henti.
Nikmatnya sungguh luar biasa, sensasi dari jilatan pembantunya ini, membuat Fanny lupa diri dan tidak ingat dia siapa. Yang dia tahu hanyalah Ale yang lidahnya dan cumbuannya yang selalu bisa membuat dia puas.
Lidah itu semakin nakan dan liar, bermain terus di pinggiran bibir vagiannya, dan saat itilnya disentuh, suara lenguhan dan teriakan kecil Ci Fanny terdengar memenuhi ruangan kamar itu
“gila lu Le…. Pintar banget sih sayang…..” racau Fanny tidak menentu.
Matanya bagaikan tenggelam, badannya melengkung , pantatnya bergetar liar, dan tangannya menekan kepala Ale, agar tidak beranjak dari libang kehangatannya itu, dan lidah liar serta sodokan jari Ale yang agak kasar, membuat Ci Fanny sulit menahan orgasmenya.
Kelentitnya yang semakin menegang, lalu disentuh oleh lidah liar Ale yang bergetar dan bergerak tiada henti, sertu kecupan bibirnya Ale di bibir bawahnya Ci Fanny, terus membuat aliran kenikmatan dan setruman birahi tergerus kencang menuju muara dan titik yang Bernama orgasme.
“sayang…. Gue mo keluar…”
Jilatan Ale seolah tidak mempedulikan teriakan Ci Fanny, malah semakin ganas dan menerjang seisi vaginanya. Ludah dan cairan vaginanya bercampur menjadi satu. Kepala Ale yang hitam legam dan rambutnya cepak, bergoyang goyang seirama dengan lidahnya saat menerpa isi vagina Ci Fanny
“ale….gue keluar…..”
Lalu….
“gila….. gue keluar sayang… ough…ough…. Ough……”
Teriakan Fanny terdengar kencang sekali, dia menekan kepala Ale dalam dalam
Badannya bergetar dan menggigil nikmat
Matanya terpejam
Bibirnya mngatup dan giginya gemertak
sensasi orgasmenya yang sudah hampir 3 minggu tidak dia rasakan akhirnya dia cicipi dengan luarbiasanya malam ini dan sangat dia nikmati lewat jilatan lidah sang pembantunya itu.
Badannya seketika jatuh lemas, dan dan dengan agak keras dia mendorong kepala Ale agar beranjak dari selangkangannya
“geli sayang……”
Wajah puas dan genit itu tersenyum malu malu.
“gila, enak banget……”
Ale membiarkan ci Boss nya menikmati orgasmenya dan beristirahat sejenak. Matanya redup dan terpejam. Ale yang melihat dari sampingnya bagaikan terpukau melihat kecantikan Ci Fanny. Buah dada indahnya pun tetap terlihat menjulang indah meski dia sedang terabring tidur.
Puki Ale, nikmat mana lagi yang kau dustakan?
“sini….” Dia membuka tangannya agar Ale masuk kedalam pelukannya
Ale lalu naik keatas tubuh Ci Fanny, dan menyambut pelukan sang majikannya. Dengan eratnya mereka saling berpelukan.
“kangen ngga lu?”
“kangen banget ci Boss…..”
binar-binar mata Fanny terlihat mengerjap saat tubuhnya tenggelam dalam pelukan Ale. Dia bagaikan sudah tidak peduli dengan status social mereka berdua jika dalam situasi seperti ini, yang dia tahu hanyalah Ale adalah sosok yang mampu memberinya kepuasan dan kenyamanan sebagai seorang wanita.
Bibir Ale lalu dengan gansanya melumat bibir Fanny.
Mamayo…… wajah sangar hitam garang, namun kali ini tenggelam dalam pelukan majikannya yang cantik jelita, berkulit putih bersih dan wangi, membuat tubuhmereka yang kini saling bertindihan terlihat bagaikan begitu kontras, yang satu hitam legam, dan yang satu putih bersih.
Lidah Ale dengan liar mendorong lidah Fanny, bibirnya saling melumat hingga mengeluarkan bunyi saling bercipokan liar.
“ale…….”
Rintihan Ci Fanny saat bibir mereka terlepas, lalu Kembali bibir seksi itu melumat bibir legam dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling berpilin dan bibir saling melumat, dan tangan Ale meremas pantat Ci Fanny dengan penuh nafsu.
Lidah Ale dengan liar kini mulai menyerang leher mulus milik Ci Fanny, membuat leher mulus dan indah kegelian mendapat serangan dari Ale.
Fanny lalu mendorong Ale, agar tubuh kekar itu jatuh disamping tempat tidurnya. Dan kini Ale terlentang, sambil memperlihatkan batang kemaluannya yang tegang dan keras.
Mata Fanny berbinar saat melihat batang keras dan besar itu. Dengan lembut digenggamnya dan diurut dengan penuh kemesraaan
“sayang…..”
“iya Ci Boss….”
“Cuma punya gue kan ini?” kini agak sedikit diremas, membuat Ale agak terkejang dibuatnya
“iya ci Boss, cuma buat Ci Boss….”
“makasih sayang….”
Pukima si Ale. Darah putih sudah naik di kepala pun masih bisa dia bokisin si Ci Boss nya itu
Dan mulut Fanny pun terbuka lebar dan melahap kepala kontol Ale. Pria hitam itu pun melenguh kenikmatan, saat mulut hangat Ci Fanny menelan batangnya, dan lidahnya ikut menjilat dengan liarnya, menyapu urat-urat yang menegang itu.
Tangan Ale membelai rambut hitam legam milik Fanny, sementara kepala Fany naik turun seirama dengan keluar masuk paralon Ale ke dalam mulutnya.
Menikmati indahnya sensasi sepongan dari Ci Boss, rasanya membuat Ale jadi raja di kamar ini. Bagaimana tidak, batang kemaluannya yang sering dipakai kencing itu, kini malah masuk ke dalam mulut bidadari cantik sekelas Ci Fanny.
Apalgi sambil menjilat dan melumat batangnya, Ci Fanny juga sering menyapu dengan lidahnya buah lato lato yang tergantung di tengah selangkangan Ale, membuat dia jadi kejang kejang dibuatnya. Ditambah sambil menghisap batangnya dalam-dalam, mata nakal Ci Fanny nampak menggoda Ale dengan genitnya.
Ci Fanny dibuat tidak tahan akhirnya, dia lalu melepaskan batang kemaluannya Ale. Dia lalu beranjak naik di pangkuan Ale. Dia sudah tidak tahan ingin merasakan kerasnya batang itu menerobs masuk dinding vaginanya yang cenat cenut.
Namun Ale tidak kalah akal, sebelum Ci Fanny hendak memasukan batangnya ke vaginanya, Ale dengan cepat menarik pinggulnya Ci Fanny keatas, sehingga vaginanya Ci Fanny kini malah menimpa wajah Ale.
Dan dengan liar dia menahan pinggulnya Ci Fanny yang kelimpungan menopang badannya dengan menahan tangannya ke dinding kamar di kepala tempat tidur, sambil selangkangannya kini mendapat serangan dari mulut dan lidah Ale
“sayang, nakal banget sih……”
Dia mendesah menikmati jilatan Ale di vaginanya
“gila kamu sayang…..”
Dengan posisi diatas, membuat dia dengan mudah meletakkan kemana isi vaginanya untuk disentuh oleh lidah Ale.
Lama-lama bisa jebol lagi aku ini, pikir Fanny.
Dia lalu dengan segera manarik pinggulnya agar lepas dari mulut Ale.
Dengan liarnya kini bibirnya menyerang bibir Ale, melumat dengan ganasnya dan memilin lidah Ale dengan lidahnya.
Lalu, tangan kanannya meraih batang kemaluan Ale, sambil digesekkan ke belahan vagiannya, seakan memberi sentuhan perkenalan di bibir vaginanya, lalu pelan tapi pasti, batang kemaluan besar dan perkasa itu masuk ke dalam vagina Ci Fanny.
Fanny berteriak, karena meski vaginanya sudah basah kuyup, namun ukuran piston yang super dan berurat itu, tak pelak membuat dia sedikit meringis saat masuk menerobos lubang vagiannya. Biasa lubangnya diterobos milik Alvin, lalu dihajar dengan kobra hitam Ternate, memang lain dan penuh rasanya.
Sesaat dia mencoba menahan agar uratnya kendor dan terbiasa
Lalu mulai perlana dia menaikan dan menurunkan pinggulnya
Kini pinggul Ci Fanny dengan liarnya kini bergoyang.
Tangannya menekan dada Ale
Tangan Ale dengan liarnya bergantian meremas pinggulnya, kadang meremas buah dada indah yang bergoyang goyang liar seirama dengan goyangan pantatnya Ci Fanny. Wanita itu bagaikan joki yang bergerak liar, menikmati kerasnya batang kemaluan Ale yang tertanam di vaginanya.
Rintihan dan dengusan silih berganti memenuhi ruangan itu.
Goyangan pantat Ci Fanny makin liar.
Dada Ale yang hitam legam agak berkeringat akibat liarnya pertempuran mereka, dan sodokan paralon sakti itu membuat gesekan vagina dan itilnya yang terstimulasi dengan lincahnya, sehingga dia sulit untuk menahan dirinya untuk tidak segera orgasme kembali.
Kini jepitan bibir Ale melumat buah dadanya, membuat Fanny sulit menahan dirinya
Bunyi keciprak pertemuan vagina basah dengan kontol yang keras dan hitam, terdengar serirama dengan hantaman pantat Fanny menimpa panggul Ale.
Gesekan di vagiannya dan memenihu dinding vagiananya, ditambah dengan remasan dan lumatan bibir Ale di buah dadanya, membuat serangan atas bawah yang sulit diredam oleh Ci Fanny.
Dia berusaha menahan, namun tetap saja nalurinya membawa gyangan pantatnya dan arah penetuan posisi itilnya untuk disentuh kepala kontol Ale, membuat dia selalu sulit menahan lajunya alur birahinya sendiri.
Dan akhirnya
“gue mo keluar lagi Le….”
Ale dengan ganasnya menggoyang pantatnya dengan sambil tangannya menahan pinggul Ci Fanny
Dan sambil berteriak kencang seakan tidak peduli dimana dia berada, tubuh Ci Fanny tiba tiba mengejang. Tangannya dengan kerasnya mencengkram dada Ale, wajahnya terdongak keatas dan gignya saling gemertak gemas, sambil mengerem semua goyangannya, dan badannya melengkung dengan mata terpejam.
“ougrrhhhhh,….. arghhhhh…..” pinggulnya terdiam sesaat, lalu kejang kejang akbibat dilanda orgasme yang keduanya.
Ci Fanny lalu ambruk di samping Ale.
Lemas dan senyum kepuasanya tersungging
Ale tidak membuang waktu, posisinya sudah di UP alias Ujung Peler, dia lalu segera menaiki tubuh Ci Fanny.
Bibirnya dengan nakalnya melumat bibir Ci Fanny yang kini terbaring pasrah.
Kini kakinya Ci Fanny menganggkang lebar. Vaginanya yang basah dan merah terlihat terbuka dibawah, yang dihiasi jembut tebal yang basah dengan keringat mereka berdua.
Ale lalu dengan cepat memasukan paralon Ajaibnya, dan lubang nikmat basah itu pun pasrah diterobos oleh rudal milik Ale.
Mata Fanny terpejam saat semua batang Ale masuk.
Kini badan Ale menimpah sepenuhnya di tubuh Fanny. Kaki Fanny melingkar di pinggul Ale, dan tangannya memeluk Ale dengan ketatnya. Bibir Ale lalu bermain di leher Ci Fanny, sedangkan dadanya menekan buah dada indah milik majikannya itu
“enak sayang?”
“enak banget Ci Bos….”
“kangen yah…”
“iya Ci boss….”
“ough…..”
“Auh…..”
“sodok sayang…”
Fanny memberi semangat agar Ale semakin ganas menggoyang dirinya.
Bercinta seperti ini, rasanya memang berbeda. Saling bertatapan, dan saling melumat bibir, lalu dadanya Ci Fanny yang gempal dan putingnya yang tegak, seakan menempel di dada Ale, dan vaginaya tertancap rudal milik Ale yang keras dan liar keluar masuk, seakan tidak ada sekat diantara pembantu yang berkulit hitam legam, dengan majikan cantik berkulit putih mulus dan berwajah jelita. Yang ada hanya dua insan yang sedang dimabuk nafsu dan saling beromba untuk menggapai kepuasan.
Pilinan urat vaginanya Ci Fanny membuat kontol Ale seperti tersedot
Dia makin sulit menahan lajunya arus menuju puncak
“keluarin sayang….”
“iya Ci Boss….”
Lalu
“buang dimana Ci Boss?”
“didalam sayang….” Racau Ci Fanny
“aman Ci Boss…..”
“iya… gue maunya didalam….”
Dan kemudian tiba-tiba Ale memeluk Ci Fanny dengan erat, pantatnya menghujam erat ke vagina Ci Fanny. Dan semua cairan kenikmatannya pun tumpah kedalam lubang kenikmatan itu, sambil badannya kejang kejang menikmati indahnya jepitan majikannya.
Tubuh Ale pun tumbang dan rebah disamping Ci Fanny.
Sambil mengatur nafasnya, dia lalu melirik kea rah Ci Fanny
“banyak banget ih…..” ujar genit Ci Fanny
Ale tersenyum
“sudah lama Ci Boss…..”
Puki Ale ini, padahal sering dia ngecretin ke memek lain, tapi bokisnya masih saja membuat dia berkelit, mentang-mentang lagi laku keras nih si Black.
“makasih Ci Boss…..” dia lalu memeluk Ci Fanny yang juga terengah engah, sambil mengambil dasternya untuk menahan agar cairan Ale tidak tumpah ke seprai
“iya sama-sama…..”
Senyuman Ci Fanny manis banget
“ nanti pas Alvin ke Pontianak sama Thomas, gue suruh Mbak Rat pulang kampung dulu seminggu…. Biar kita bebas berduaan yah….”
Ci Fanny membelai wajah Ale yang berkeringat
“iya siap Ci Boss….”
Membayangkan seminggu hanya dia berdua, membuat adrenalin Ale kembali seakan terpacu. Dengan rakusnya dia kemudian melumat bibir Ci Fanny lagi
“udah cukup dulu malam ini…. keburu Alvin pulang nanti….” Ci Fanny tersenyum mengingatkan Ale.
Ale pun terdiam seketika, dia langsung ingat jatah dia hanya cukup segitu. Maklum bukan hak milik, jadi dia pun harus tahu diri. Dikasih memek gratis, tumpangan gratis, dikasih kerjaan, sudah cukup dan membuat dia sangat mensyukuri, jadi dia pun tahu diri untuk tidak meminta lebih, meski kontol biadapnya masih pengen ronde kedua lagi.
Punggung indah seakan menggodanya saat berjalan ke arah kamar mandi, membuat Ale tidak tahan, dia segera bangun juga dari ranjang dan memeluk Ci Fanny dari belakang dengan eratnya. Membuat Ci Fanny tertahan langkahnya sesaat dan menikmati pelukan Ale
“udah yah…. Nanti besok lagi deh di toko, pas anak-anak pulang…..”
Ci Fanny meski tidak menunjukkan, namun dia tahu bahwa Ale sedang kangen dan ingin satu putaran lagi. Namun dia tahun bahwa kondisi ini belum aman sepenuhnya dan bisa saja Alvin pulang dan mergokin mereka jika mereka tidak waspada.
Ale hanya terdiam dan menganggukkan kepalanya.
“iya Ci Boss….”
Dia seakan merasa berdosa sama Boss nya, karena sudah nakal main dengan wanita lain dibelakang boss nya. Sedangkan Boss nya meski suka marah sama dia, namun tetap sayang dan selalu memberinya jatah lebih.
“le… cuci yuk….”
“iya Ci Boss…”
Bibir Ale lalu melumat bibir Ci Fanny dengan lembut dan dibalas oleh Fanny dengan melumat bibirnya kembali. Sambil berpelukan dalam keadaan telanjang, mereka berciuman di dinding kamar tepatnya di depan kamar mandi kamar tamu itu dengan mesranya. Siluet dan paduan tubuh dua insan itu bagaikan kopi susu yang belum bercampur, namun saling berpadanan bersisian, terasa kontras dan indah.
BERSAMBUNG ...