POV Ustadzah Azizah
Ustadzah, gelar yang selalu disandingkan dengan namaku ini. Mengingat aku memanglah istri seorang Ustadz, dan memang aku di kampungku memanglah seorang pengajar ilmu-ilmu agama kepada perempuan-perempuan disana.
Namun, melihatku yang sekarang, rasanya sudah tidak pantas gelar ustadzah itu disandingkan lagi dengan namaku. Seseorang yang bernama Indra, meski dia terus merubahku menjadi semakin binal dan liar, namun dia tetap saja memanggilku dengan sebutan Ustadzah. Sungguh hal itu membuatku risih, karena terus saja mengingatkanku pada jatidiriku yang seorang perempuan alim.
Semua ini berawal dari penculikanku dari sebuah salon kecantikan, lalu dilanjutkan dengan penyiksaan mentalku dengan siksaan seksual. Semalaman aku dipaksa terus- menerus orgasme diakibatkan sebuah alat mirip kejantanan pria yang tak henti-hentinya bergerak di dalam lubang vaginaku.
Aku yang awalnya kaget ketika terbangun dalam keadaan terikat dan vaginaku ditancap sesuatu, justru malah mengemis minta perbuatan pelecehan itu dilanjutkan terhadapku, entah siapa yang melakukannya , namun ku hanya dapat berkomunikasi dengan orang itu melewati sumber suara yang dia ucapkan di sudut ruangan tempatku disiksa.
Sampai pada akhirnya, pagi tiba, aku yang kelelahan setelah semalaman digenjot oleh alat yang lelaki itu sebut sebagai mesin seks, akhirnya tersadar. Namun alat di vaginaku sudah berhenti, dan ruangan tersebut sangatlah terang dengan penuh lampu neon di setiap sudut atap ruangannya. Berbeda dengan semalam yang keadaannya gelap gulita, kini ku dapat melihat jelas seperti apa keadaanku sekarang. Aku diikat pada sesuatu yang mirip kursi, dengan posisi kaki mengangkang, dan tentu saja, di depan vaginaku terdapat mesin seks.
Saat ini, seorang lelaki tengah berdiri di sampingku yang masih terikat, ternyata lelaki itu adalah teman Sita, si pemilik salon kecantikan itu.
Sontak aku kini mulai meronta-ronta.
"Mas, tolong lepaskan saya Mas.. biarkan saya kembali kepada suami saya.", Aku memelas kepadanya..
"Asal kamu tau, aku tidak akan pernah melepaskanmu, apalagi mengembalikan kamu kepada si ustadz Sialan itu. Dia sudah merusak rencana dan usahaku..!!" ,jawabnya kepadaku.
Sepertinya dia sangat marah dan dendam terhadap suamiku ustadz Ruslan.
"Dengar ya, kamu yang seorang ustadzah ini akan kujadikan seorang pelacur murahan yang binal. Akan kubuat kamu menjadi seorang wanita yang tidak bisa hidup tanpa kontol." , orang itu melanjutkan ancamannya padaku.
"Sudahlah Mas,, saya mohon lepaskan saya. Saya berjanji tidak akan melaporkan perbuatan ini pada siapapun . Tolong lepaskan saya..!!" ,lanjutku terus membujuk kepada orang itu.
"Heh lonte.... Kamu tidak ingat semalam, kamu malah meminta untuk kupuaskan dengan alat yang menancap di memekmu itu??? Dan sekarang setelah puas, enak saja kamu bicara ingin dilepaskan. Tidak semudah itu.
Aku Indra, tidak akan pernah melepaskan mangsaku. Asal kamu tau itu..!!! Tenang saja, nanti kamu akan terbiasa dengan semua ini, dan kamu akan menjadi wanita seutuhnya." ,Tenang saja, nanti kamu akan terbiasa dengan semua ini, dan kamu akan menjadi wanita seutuhnya." ,orang itu tetap dengan pendiriannya tidak mau melepaskan ku.
Aku pun merasa malu pada diriku ketika seseorang yang bernama Indra itu mengatakan jikalau malam tadi aku meminta dipuaskan olehnya, ya memang benar, malam itu aku lepas kendali, gelombang syahwat yang menyiksaku, tidak bisa kuredam dan kutahan. Sehingga aku malah mengemis meminta untuk dipuaskan dengan alat itu.
Lalu tiba-tiba Indra, sekarang kutahu namanya, menghampiri dan "PLAKKK.." ,dia menamparku sangat keras. Lalu memegang daguku dan memperlihatkan sesuatu di HP nya, dan yang kulihat dia memperlihatkan foto anak perempuanku di HP nya.
"Kamu tau ini siapa??? Jika kamu tidak mau menuruti perintahku, anak mu yang akan menjadi penggantimu disini. Paham???", ancamnya padaku.
"Tolong.. jangan apa-apakan anakku. Dia tidak tahu apa-apa. Sudahlah Mas, lepaskan keluarga kami. Saya minta maaf atas kesalahan suami saya terhadap Mas." ,kembali aku coba membujuknya.
Dan "PLAKKKKKk.." , kembali dia malah menamparku. Lagi-lagi tamparannya sangat keras di pipiku.
"Sudah kubilang tadi, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kecuali kamu ingin anakmu menggantikan posisimu disini. Dan hei lonte, mulai sekarang kamu harus memanggilku dengan kata Tuan, enak saja dari tadi sok akrab memanggilku dengan kata Mas." ,jawabnya.
"Tolonglah Mas.. saya mohon." ,aku masih tidak menyerah terus memohon untuk dilepaskan.
Dan "PLAKKKk..." Sekali lagi dia menamparku.
"Sudah kubilang, panggil aku TUAN lonte bodoh.!!!" ,jawabnya.
"Dengar ya, jika kamu tidak mau menuruti perintahku, aku akan segera memerintahkan anak buahku untuk menangkap anakmu di kampung.!!" ,Indra semakin mengancamku.
"Jangan Mas... Iya.. iya.. aku nurut." ,responku terhadap ancamannya.
Dan "PLAKKKK... PLaAkkK..." ,kini dia menamparku dua kali.. hingga kini kedua pipiku terasa memar.
"Panggil aku TUAN, Goblokkk..!!!" , pungkasnya.
"I..ii..iya baik Tuan.." ,dengan berat hatiku memanggilnya dengan sebutan tuan.
Aku yang harusnya hanya tunduk kepada sang pencipta, malah menjadikan seorang lelaki biadab ini sebagai tuanku. Ini semua demi keselamatan putri semata wayangku di rumah. Karena ku tahu tidak akan ada yang melindunginya saat ini selain diriku. Karena meski sudah menikah, suaminya masih dalam masa kuliah di luar negeri.
Semoga pilihan yang kuambil ini bukan pilihan yang salah.
Setelah aku menurutinya dengan memanggil si Indra ini dengan sebutan Tuan, dia lalu memberiku minum. Aku yang memang kehausan tentu saja menerima belas kasihnya itu. Karena kulihat juga hanya air mineral biasa yang dia minumkan padaku yang masih dalam keadaan terikat ini.
Lalu "terimakasih Tuan.." ,ucapku padanya setelah memberiku minum.
"Akhirnya kamu mengerti juga lonte.." ,jawabnya sambil tersenyum menang atas diriku.
Dia pun lalu meninggalkanku kembali sendirian di ruangan ini.
"Tolong lepaskan saya Tuan.. Tuan... Tuann.. aku mohon.." ,namun dia tetap beranjak pergi tanpa memperdulikan perkataanku.
Aku pun hanya bisa meratapi nasibku saat ini dan untuk ke depannya.
Hingga beberapa saat kemudian, vaginaku yang masih ditancap benda yang mirip kejantanan pria ini mulai merasakan sesuatu yang aneh, aku kembali mulai menggoyangkan pinggulku agar benda itu menggesek dinding vaginaku.
Ya, vaginaku tiba-tiba saja merasa gatal. Apa gara-gara minuman yang tadi dia berikan padaku. "Huuuuu...huuu..huuu... Aku gak tahan"
Aku setengah menangis menahan gatal di vaginaku, kepalaku serasa ingin pecah menahan gejolak syahwat ku ini.
Aku ingin dipuaskan kembali.
"TUAaAANNNnnnn.... Tolong hidupkan kembali alat ini Tuann...!!!" ,teriakku meminta-minta kepadanya yang tidak kutahu dia mendengar ku atau tidak.
"Tuaaannn.. pliisssss.. tolong .. aku mohon. Hidupkan benda ini Tuann.. huhu....huhhuuuuu..." , betapa inginku menangis menahan rasa sangeku ini.
Aku yang menggerakkan pinggulku semaksimalnya pun tidak bisa membuat dinding vaginaku yang gatal ini tergaruk oleh alat itu.
"Tuaaan.. kumohon tuan.. vaginaku Gatal.." ,ucapku tetap memohon kepada dirinya yang ku tak tahu dia dimana.
Akan tetapi, akhirnya sumber suara di sudut ruangan kembali berbicara.
"Itu namanya bukan vagina Lonte...!! Itu namanya memek...", ucap suara itu.
Aku yang memang sudah tidak tahan langsung saja merespon ucapannya.
"Iyaaa tuaann.. memekku gatal .. gatal sekali. Tolong hidupkan kembali alat di memekku ini Tuann.." ,kembali aku memohon.
"Itu hukuman untukmu, nikmati saja rasa sange mu itu. Aku akan kembali lagi nanti siang... Bye Bye.." , dia pamit kepadaku. Dan meninggalkanku dalam keadaan sange berat.
Dan memekku, ya memekku masih terasa gatal dan dia tidak menghidupkan mesin seks ini.
"Huuuu....hu..huu....huuuuuu....." ,aku pun kini menangis tidak kuasa menahan gatalnya memekku, ya memekku gatal sekali. Namun dia tidak memberikan apa yang aku mau, dan malah meninggalkanku.
Aku pun hanya bisa berusaha menggesek-gesekkan benda itu yang memang masih tertancap di vaginaku dengan cara menggoyangkan pinggul dan pantatku.
>>>>>>>>
***SIANG HARI, Indra kembali ke ruangan tempat ustadzah Azizah dia sekap. Terlihat Indra membawa makanan untuk calon budaknya tersebut.
Ketika Indra memasuki ruangan tersebut, terlihat wajah Ustadzah Azizah begitu frustasi, raut wajahnya lusuh dengan tatapan kosong, kantung matanya juga bengkak seperti habis menangis seharian.
Pandangannya begitu kosong, seperti sedang melamun, namun terlihat pinggul dan pantatnya masih berusaha bergoyang. Sepertinya ustadzah Azizah frustasi karena gelombang syahwatnya tidak tersalurkan, bayangkan saja ketika rasa gatal tidak dapat digaruk, sebegitu mengganggunya bukan.
"Assalamu'alaikum... Ustadzah... Bagaimana? Sudah puas memeknya???" ,ucap Indra ketika menghampiri sang Ustadzah.
Namun ustadzah Azizah tidak menjawab, hanya terlihat ekspresi nya yang tengah menahan rasa sange, dia mengigit bibir bawahnya. Dan pantatnya dia hentak-hentakkan ke arah dildo itu menancap.
"Heh Lonte.. kalo ditanya sama tuanmu itu, JAWAB...!!! PLAAAAkKKkk..." ,Indra menampar sang ustadzah yang tengah berusaha meraih kenikmatan di liang vaginanya.
"Ampuun Tuan.. vaginaku gatal tidak tertahan.. tolong nyalakan alat ini. Tolong..." ,jawab Azizah.
"PLAKKK....""" Kembali tamparan mendarat di pipi ustadzah Azizah .
"Sudah kubilang, namanya Memek bukan Vagina." ,jelas Indra.
"Iii... Iya tuan.. memekku gatal.." , ustadzah Azizah membenarkan ucapannya.
Namun Indra tidak berniat menghidupkan alat itu, karena memang remot kendali mesin sex itu berada di ruang CCTV ,dan dia tidak memegangnya. Indra kemudian malah melepaskan sabuk-sabuk pengekangan yang mengikat ustadzah Azizah.
Setelah dilepaskan.
"Ini.. kubawakan makanan untukmu ustadzah. Agar tenaga mu pulih.." , Ucap Indra sambil mengasongkan sepiring nasi beserta lauk pauknya
Namun respon ustadzah Azizah bukannya menerima piring makanan itu, dia malah langsung duduk bersimpuh ke arah celana Indra, dan dengan segera dia berusaha membuka sabuk celana Indra, hingga beberapa saat celana Indra pun merosot. Namun ketika ustadzah Azizah hendak meraih kontol Indra, Indra malah menamparnya.
"PLAAAAKKKKK.. mau apa kamu lonte??? Aku suruh kamu makan bukannya bertindak mesum." ,ucap Indra pada Azizah.
"Maaf Tuan, memekku gatal sekali sudah tidak kuat. Bolehkan aku merasakan penismu." ,rajuk Azizah.
Dan "PLaAKkKk..." Kembali, Indra menamparnya.
"Penis kau bilang, ini namanya kontol. Bicara yang benar. Bicaralah sebagaimana mestinya seorang lonte.." ,pungkas Indra.
"Iya Tuan.. izinkan aku merasakan kenikmatan kontolmu. " , kembali ustadzah Azizah meminta pada Indra.
"TIDAK.. Aku Tidak Mau." ,jawab Indra singkat.
Lalu meninggalkan ruangan itu kembali.
Dan meninggalkan makanan yang dia bawa bersama sang ustadzah di ruangan tersebut.
Namun sepeninggal Indra, Ustadzah Azizah bukannya langsung makan. Namun malah melakukan masturbasi dengan mengocok memeknya dengan jari tangannya sendiri.
Indra yang ingin memperbudak Ustadzah Azizah sudah memulai aksinya, menjadikan seorang ustadzah yang tadinya alim menjadi wanita yang haus akan seks dan sangat mendambakan kontol laki-laki.
BERSAMBUNG...