𝐌𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐲𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝐈𝐈 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟏𝟔 Sita dan Syifa

 


40 hari sudah berlalu sejak meninggalnya ustadz Ruslan, tokoh agama dan pemimpin seluruh warga yang ada di kampung tersebut.

Sejak dulu tidak ada satu pun orang di kampung itu berani menentang ustadz Ruslan, bahkan para preman-preman kampung sebelah tidak ada yang berani mengusik ataupun membuat onar di kampung tempat Sita tinggal itu.

Namun kini, sejak tidak adanya ustadz yang disegani itu, para preman kampung sebelah mulai sering melewati dan bahkan memasuki kawasan kampung itu, dan tentu saja dalam keadaan mabuk dan arak-arakan motor yang bising menghiasi mereka ketika mereka melewati jalanan di kampung tempat Sita tinggal.

Saat ini, Sita sedang beres-beres menyapu rumah almarhum ustadz Ruslan pasca acara empat puluh hariannya sang ustadz. Dia ditemani anak semata wayang almarhum ustadz Ruslan yakni Syifa, yang memang sejak diberitahukannya berita kematian ayahnya itu, dia pulang kampung bersama suaminya.

Meski sempat syok ketika pertama kali melihat ayahnya sudah terbujur kaku terbungkus kain kafan, namun berkat dampingan dari suami tercintanya, Syifa kini mulai menguatkan dirinya kembali. Senyumannya sudah kembali berseri di tengah obrolan-obrolannya bersama Sita.
Meskipun dalam hatinya masih dilanda kesedihan atas meninggalnya sang ayah, dan ibunya ustadzah Azizah yang tak kunjung ada kabar.

*****
SORE HARI, menjelang Ashar, Sita sudah berada di rumahnya sepulang dari rumah ustadz Ruslan. Dan karena tentu saja di kampungnya masih dilanda musim kemarau, dan sudah beberapa hari dia tidak mencuci pakaiannya karena sibuk mengelola dan mempersiapkan acara 40 harinya ustadz Ruslan, Sita memutuskan untuk mencuci pakaiannya sore hari ini setelah dia melaksanakan sholat Ashar.

Sore ini, adalah untuk pertama kalinya kembali Sita akan mencuci pakaian ke sungai di bawah kampung sama setelah terakhir kalinya dia kesana ketika bertemu preman kampung sebelah, Erwin alias Rawing.
Karena selama 40 hari ini, dia mandi dan mencuci di rumah ustadz Ruslan yang memang di rumahnya terdapat sumur Bor, sehingga tidak terdampak kekeringan. Namun sebelum ustadz Ruslan meninggal dia tidak berani menumpang mandi dan mencuci di rumah sang ustad karena merasa sungkan dan malu.

Sudah 40 hari pula kini Sita belum kembali melakukan masturbasi atau kegiatan seksual yang terakhir dia lakukan karena sange setelah melihat kejantanan si Rawing. Tentu saja karena pikirannya fokus akan peristiwa kematian sang guru.

Pukul 15.30 WIB, Sita hendak pergi ke sungai. Dengan membawa jinjingan pakaian kotornya dia mulai keluar dari pintu rumahnya, namun ketika dia keluar ternyata sudah ada Syifa yang menunggu di depan rumahnya.

"Eh Teh Sita,, baru aja Syifa mau ketuk pintu. Eh Tetehnya keburu keluar." ,ucap Syifa.

"Eh, iya Sif, Teh Sita mau nyuci baju dulu ke sungai. Udah terlalu banyak ini cucian kotor di rumah. BTW ada apa gerangan nih? Tumben main kesini!?.." ,timpal Sita menjawab.

"Enggak Teh, mau main aja sih. Sengaja ke rumah Teh Sita. Di rumah, Syifa keinget terus sama Abi dan Umi Syifa. Makanya mending main kesini kan." ,jawab Syifa.

"Memangnya suami kamu belum kembali ke sini Sif..? " ,tanya Sita.

"Belum, besok katanya. Nanggung kerjaannya belum beres disana." ,ujar Syifa menjawab.

Jadi, selama 40 hari Syifa menginap di rumah orangtuanya itu, dia hanya ditemani Sita tidur di rumahnya, karena suaminya harus segera kembali ke kota karena kepentingan pekerjaannya.

"Padahal kalo mau nyuci tinggal ke rumah Syifa saja atuh Teh. Air banyak, ada mesin cuci juga" ,ucap Syifa pada Sita.

"Enggak ah, udah terlalu sering. Gak enak juga nyucinya terlalu banyak . Nanti kalo mesin cuci kamu kecapean akan kasihan." ,jawab Sita sambil bercanda.

"Hemmm... Ada-ada aja nih Teh Sita, mana mungkin mesin kecapean. Ya udah atuh ya, Syifa ikut aja ke sungai sama Teteh.." . Ucap Syifa.

"Ya udah ayo kalo mau ikut, keburu makin sore nanti. Tapi pulangnya jangan minta digendong ya.." ,kembali Sita mencoba bercanda terhadap Syifa
Karena memang jalan pulang yang menanjak dari sungai tentu saja Sita takut Syifa kelelahan ketika menaiki jalan yang menanjak nantinya.

Beberapa waktu kemudian, mereka sudah hampir sampai di sungai. Namun Sita sedikit merasa kaget karena harus kembali berpapasan dengan si Rawing.

POV Sita
Aku yang sedang berjalan sambil ngobrol dengan Syifa dalam perjalanan menuju sungai, dari kejauhan aku mulai melihat sosok laki-laki yang dulu membuatku kembali melakukan dosa.
Hal itu membuatku tidak fokus pada apa yang sedang diobrolkan Syifa terhadapku. Dan sialnya aku malah fokus ke arah celana si laki-laki itu kembali mulai dari jauh hingga dia mendekat.
Detak jantungku mulai mengencang seiringan dengan jarak laki-laki itu yang semakin mendekat.

"Mbak, bisa bicara dulu berdua??" , tiba-tiba saja laki-laki itu bicara kepadaku seolah mengenalku.

Namun aku tidak menanggapi ucapannya dan terus saja melangkah bersama Syifa menuju sungai.

"Siapa itu Teh? Kelihatannya bukan orang baik." ,ujar Syifa padaku.

Sebelum aku menembali ucapan Syifa tiba-tiba saja, laki-laki itu menangkap tanganku dari belakang ketika kami sudah berpapasan.

"HEI... Tunggu dulu cantik.. sudah kubilang aku ingin bicara empat mata dulu denganmu.!!", perkataan laki-laki itu sambil mencengkram pergelangan tanganku dengan erat.

"Lepaskan saya Mas, saya mau nyuci...!" ,aku mencoba meronta menarik tanganku agar terlepas dari genggamannya.
Akan tetapi laki-laki itu malah menjauhkanku dengan memaksa menuntunku sedikit menjauhi Syifa yang hanya bisa terdiam melihatku diperlakukan seperti itu.

Aku yang semakin merasakan kesakitan dicengkramannya pada lenganku akhirnya mulai mencoba mengikuti tuntunan tangan laki-laki itu untuk menjauh dari Syifa.

"Sif, tunggu dulu sebentar ya..!!" ,ucapku pada Syifa agar dia tidak merasa cemas.

Setelah menjauh dari Syifa, laki-laki itu tiba-tiba mengeluarkan Handphone dari saku celananya, dan mulai mengotak-atik HP nya.

"Mau kamu apa sih? Saya buru-buru mau nyuci. Jangan ganggu saya ya.. !" ,ucapku padanya ingin segera pergi darinya.
Dan ketika aku hendak berbalik ke arah Syifa untuk pergi darinya, tiba-tiba;

"TUNGGUuu...!!! Lihat ini.!!" , ucapnya sambil mengarahkan layar HP nya ke arahku.

"Aaaahhh.....aahhhh...aahahhhh...." ,kudengar suara desahan perempuan di HP nya begitu kencang. Namun silaunya matahari sore membuatku tidak bisa melihat dengan jelas isi video yang dia tunjukkan.

"Apa Sih.. malah nunjukin sesuatu mesum begitu ke saya..!? Udah ah, saya pergi.!!", ucapku kembali hendak meninggalkannya.

"HEH BEGOOo... Lihat dulu ini baik-baik.. ini video kamu sedang colmek waktu itu..!!", ucapnya padaku yang sudah mulai melangkah hendak pergi. Namun tidak jadi karena aku kaget mendengar ucapannya.

Aku pun berbalik padanya kembali, dan ku lirik video yang masih dia tunjukkan ke arahku. Dam ternyata benar, perempuan di video itu adalah diriku.
" Sial, bagaimana dia bisa merekamku. Ternyata benar kemarin itu aku lupa menutup pintu rumah sebelum masuk ke kamar untuk masturbasi." ,pikirku dalam hati.

Seketika itu juga aku merebut Handphone di tangannya dan melemparkannya ke arah bebatuan di sekitar sungai.

Dan..."PraaAAkkk..." , handphone itu pecah berkeping-keping.

"KURANG AJAR...!!! Apa yang lho lakuin lonte...????" , laki-laki itu mulai marah dan memakiku dengan sebutan lonte.

"Lho pikir gue gak punya video lho lagi setelah lho hancurin HP gue...???" , laki-laki itu semakin menaikkan nada bicaranya padaku namun aku tak berani menanggapinya.

Sejurus kemudian dia mendekatkan wajahnya ke muka ku, "gue udah back up video ngocok lho ke beberapa perangkat HP gue yang lain. Lho harus nurut sama gue ,kalau gak mau video lho tersebar." ,ancamnya padaku.

Namun aku menjawab dengan biasa saja,
"Masa bodo kamu mau ngancem apa. Aku gak peduli." ,ucapku padanya lalu meninggalkannya dan kembali ke Syifa yang masih berdiri di tempat yang sama ketika kutinggalkan tadi.

"Siapa itu tadi Teh..?" ,tanya Syifa padaku.

"Gak tau, Teteh gak kenal." ,jawabku sekenanya.

"Kalo begitu mending kita pulang aja yuk. Nyuci nya di rumahku aja, aku takut sama dia Teh..! ,ajak Syifa.

Karena aku mengkhawatirkan Syifa, aku pun mengiyakan ajakannya. Demi keselamatan kami berdua terutama Syifa. Karena aku sudah tidak terlalu peduli pada diriku yang memang sudah berkali-kali ternodai oleh laki-laki.
Sehingga ancamannya tidak berarti bagiku.

>>>>
Malam hari tiba, Rawing beserta para anak buahnya sedang menuju kediaman Sita untuk melakukan aksi bejatnya. Rawing yang sudah pernah melihat Sita yang sedang colmek di rumahnya menjadi semakin bernafsu untuk merasakan perempuan yang terlihat alim diluar dan binal di dalam itu.

Ya, memang bagi yang belum pernah melihat tubuh Sita yang bertatto dan bertindik di puting dan pusarnya itu akan melihat Sita sebagai akhwat muslimah biasa. Namun bagi yang pernah melihatnya tentu saja akan merasakan rasa penasaran yang besar.
Karena merasakan seorang perempuan yang terlihat alim di luar dan binal di dalam mempunyai sensasi tersendiri sendiri yang amat luar biasa. Kira-kira begitulah yang Rawing rasakan sekarang ini. Dia amat sangat penasaran dan ingin menaklukkan Sita yang kini sedang berada dalam masa taubatnya.

Rawing ditemani 4 orang yang notabene adalah bawahannya, ba'da Isya mereka mulai memasuki kampung tempat tinggal Sita. Dimana di kampung itu sudah mulai sepi selepas waktu Isya. Selain jarang ada orang yang keluar malam karena memang agak jauh dari akses untuk ke jalan besar, orang-orang disana juga jarang sekali melakukan ronda malam. Hal itu dikarenakan begitu tentramnya kampung itu di bawah komando almarhum ustadz Ruslan dulu, sehingga warga merasa tidak perlu menambah keamanan di jam malam.
Bahkan ketika ketua RT nya saja menghilang, mereka menganggap jikalau sang ketua RT tersebut pergi bekerja keluar kota. Dikarenakan memang pak RT suka juga bekerja kuli bangunan ke luar kota.

KINI, Rawing sedang mengelilingi rumah Sita, mencoba mencari akses untuk masuk ke dalam. Dia mencoba membuka pintu depan rumah Sita namun terkunci, kemudian dia mencoba lewat pintu belakang, namun terkunci juga.
Akan tetapi Rawing tidak kehabisan ide.. dengan perawakan tubuhnya yang lumayan besar, dia mencoba mendobrak pintu belakang rumah Sita yang sepertinya pintunya hanya dikunci menggunakan selot pintu dari dalam, karena pintu tersebut tidak terlihat memiliki pegangan pintu ataupun lubang kunci.

Sekali, dua kali, pintu masih enggan terbuka. Namun pada dobrakan yang ketiga, "BRAaakkk..." ,pintu pun berhasil terbuka.
Rawing pun memanggil ke empat temannya dengan sedikit berbisik..
"Woooyy... Lewat sini .!! ", ucapnya.

Ke empat temannya pun menghampiri Rawing Yang berada di pintu belakang, kemudian mereka masuk.
Rawing dan kawan-kawan mulai mengendap masuk menyusuri ruangan dapur, lalu melewati kamar mandi, dan mulai masuk ke ruangan tengah. Dia pun teringat dimana kamar milik Sita tempat kala perempuan itu melakukan masturbasi yang sempat dia rekam..

Dia mulai membuka pegangan pintu kamar Sita, dan ternyata dirasakan pintu tersebut tidak dikunci, dia pun membukanya sekaligus. DANNNNnnnnnnnn.... KOSSONG...

Ternyata Sita sedang tidak ada di rumahnya, misi Rawing dan kawan-kawan gagal. Mereka sekarang merasa kikuk sendiri.

"Lah si boss, ngapain masuk ke rumah kosong. Kocak nih si boss. " ,ucap salah satu anak buahnya.

"Iya anjing, gue juga kaget. Jadi merasa ****** nih gue. Setelah mengendap-endap melangkah biar gak kedengaran, eh si anjing, rumahnya kosong." , ucap si Rawing yang selanjutnya ditertawakan oleh para anak buahnya itu.

****
SEMENTARA ITU, di kediaman ustadz Ruslan.
Ternyata malam ini, Sita diminta untuk menginap di rumah Syifa. Dikarenakan suami Syifa yang tidak jadi menjemputnya hari ini, maka Syifa pun mengajak Sita untuk kembali menemaninya tidur di rumah orangtuanya malam ini karena Syifa takut jikalau harus tidur sendirian di rumah ustadz Ruslan yang lumayan luas.

Kini Sita sedang berada di kamar milik Syifa, saat ini dia sedang berdiri di depan cermin, tanpa mengenakan jilbabnya.
Dia merenung melihat dirinya sendiri;
"Aku ini sebenarnya apa, dari luar terlihat seperti akhwat saleha, sementara ketika aku membuka hijab, mulai terlihat jatidiriku yang seperti seorang lonte. Berambut pirang dan bahkan mulai terlihat tatto dari dalam dekat kerah bajuku. Bagaimana aku memperbaiki ini semua.." ,begitulah dia berucap pelan kepada dirinya sendiri di balik cermin tersebut.

Sita masih bingung bagaimana cara agar membuat dirinya kembali menjadi Sita yang dulu. Tanpa tatto, tanpa tindik, dan berambut hitam normal seperti dahulu.

Dia pikir jika harus menghapus tatto-tatto yang sempat Indra ukir di tubuhnya, maka dia harus kembali merasakan sakit ketika harus menghapusnya. Dan lagi, biaya menghapus tatto yang ternyata lumayan mahal menurut Sita setelah dirinya searching di google.
Ditambah lagi, terdapat tindikkan di puting, pusar dan bahkan di kemaluannya. Dia malu jika harus membuka aibnya di depan oranglain, meskipun misalnya yang melakukannya nanti seorang perempuan. Sita sungguh malu juga image nya yang seorang hijaber akan terbongkar oleh orang asing karena ternyata di dalam tubuhnya, dia bagai seorang lonte murahan.

Ketika dalam lamunannya, tiba-tiba saja suara pintu kamar terbuka. "kreeeeeekkkk..." , suara pegangan pintu memutar. Sita pun segera kembali memakai jilbabnya, karena dia takut Syifa melihat sisi lain yang ada pada dirinya.

"Assalamu'alaikum Teteh..." ,ucap Syifa ketika dia masuk ke kamarnya sendiri yang di dalamnya sudah ada Sita.

"Waalaikumsalam Sif... Lama amat sholatnya." ,jawab Sita.

"BiasaLah Teh, ngedo'ain dulu Abi sama Umi. Sama minta segera diberi momongan. Hehe" ,ujar Syifa.

TIBA-TIBA; "tok tok tok..." , ada yang mengetuk pintu rumah Syifa.

<<<<
BEBERAPA SAAT yang lalu;
Rawing dan anak buahnya keluar dari rumah Sita dan kembali berjalan ke depan rumah Sita. Saat hendak meninggalkan rumah tersebut, beberapa bocah kecil lewat dan memberitahu Rawing jikalau sang pemilik rumah sedang menginap di rumah almarhum ustadz Ruslan.

Rawing pun bertanya dimana alamat rumah ustadz Ruslan tersebut, dan karena polosnya bocah-bocah kecil itu, mereka pun dengan santai memberitahu alamatnya tanpa mengetahui niat jahat dari Rawing dan kawan-kawan.

****
Kembali ke saat ini;
"TOK..TOK...TOK....××" berkali-kali Rawing mengetuk pintu yang disinyalir merupakan rumah dari ustadz Ruslan tempat Sita menginap, menurut info dari bocah-bocah yang lewat tadi.

"Bagaimana rencananya Boss??? Apa langsung kita sekap mereka? ",tanya salah seorang anak buahnya.

"Karena menurut bocah itu di rumah ini hanya ada dua orang perempuan, kita sikat saja langsung gass. Sudah tentu kita akan menang melawan mereka berdua.", ucap si Rawing.

SEMENTARA ITU, di dalam rumah Syifa;
"Sebentar ya Teh,, Syifa bukain dulu pintu..", ucap Syifa kepada Sita, tanpa curiga akan siapa yang datang berkunjung ke rumahnya malam-malam.

Ketika membuka pintu, Syifa pun langsung dibekap mulutnya oleh tangan Rawing yang cukup lebar...
"Eeemmmmppppp.... Emmppphhh..", Syifa tidak bisa berteriak karena bekapan tangan Rawing di mulutnya.

Seketika, Rawing memutar badannya ke belakang Syifa mendekap badan dan membekap mulut Syifa lalu berbisik.
"Diam.. atau kami bunuh kalian..", ancamnya pada Syifa.

Syifa pun yang awalnya terus meronta, kini mulai menghentikan aksinya karena takut mereka berbuat macam-macam pada dirinya dan Sita yang berada di rumah itu.

"Cari perempuan itu..!!!" ,perintah Rawing kepada anak buahnya.

Sementara dia tetap menahan Syifa, ke empat anak buahnya mulai menyusuri rumah tersebut untuk menemukan perempuan yang mereka cari, yakni Sita.
Dan dengan isengnya Rawing kini mulai membuka kancing baju yang dikenakan Syifa satu demi satu. Kemudian dia pun menyelusupkan tangan kanannya ke balik pakaian yang Syifa kenakan. Tentu saja payudara Syifa yang jadi sasarannya.

Ketika tangan kasar Rawing menyentuh puting payudaranya, Syifa mulai bereaksi dengan meronta kembali agar bisa terlepas dari aksi Rawing...
"Eeemmmmppppp.... Emmmpp... Emmphhh.." ,terus menerus usahanya melepaskan diri dari dekapan Rawing. Kepalanya dia gelengkan dan badannya dia coba geserkan agar bisa terlepas. Namun Syifa masih belum bisa lepas dari dekapan Rawing yang begitu kuat.

Tiba-tiba; "Kami menemukan perempuan itu Boss..!!" ,ucap salah satu dari mereka kepada Rawing.

Sita pun dibawa paksa keluar dari kamar milik Syifa dengan mulut dibekap dan tangan dipiting ke belakang. Tentu saja Sita juga tidak bisa terlepas dari kuatnya tenaga anak buah Rawing.

"Eeeeeeemmmppppphhh....empppp...eeeemmppp..." ,Sita meronta-ronta ketika melihat pelecehan perbuatan cabul yang dilakukan oleh Rawing kepada Syifa.

BERSAMBUNG...

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com