𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐊𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐣𝐚𝐰𝐚𝐭 𝐁𝐚𝐠.𝟓

 


Suasana berkabung menyelimuti Madrasah Aliyah (MA) 09.
Kepala sekolah menyatakan hari berkabung selama 3 hari atas meninggalnya Bapak Ir. H. Heriyanto, suami dari Ibu Siti Hanifah dalam usia 40 tahun.

Almarhum yang merupakan wiraswasta sukses dan terkenal dermawan juga merupakan d0natur (jadi d0natur HANYA melalui admin team, BUKAN lewat staff lain) utama sekolah MA 09.

Berjiwa sosial tinggi bahkan terkenal hingga seantero kabupaten membuatnya menjadi kandidat terkuat menjadi calon bupati pada tahun depan.

Tapi untung tak dapat diraih malang tak bisa ditolak.

Peristiwa mengejutkan sekaligus memilukan yang menimpa beliau telah membuyarkan harapan warga masyarakat yang mendambakannya untuk menjadi pamong praja.

Beliau tewas secara tragis di rumahnya dengan dugaan bunuh diri.

Polisi yang turut memeriksa TKP tidak mendapati adanya kekerasan berupa tindak pidana maupun kriminalitas yang menimpa almarhum dan keluarganya melainkan hanya menemukan secarik kertas di atas meja kerjanya.

Isinya lebih merupakan pesan terakhir yang diduga polisi ditulis sesaat sebelum ybs melakukan aksi bunuh diri dengan pistol revolver miliknya.

Selesai autopsi ybs akhirnya dimakamkan di pemakaman setempat diiringi ratusan orang yang turut mengantar kepergian beliau di peristirahatannya yang terakhir.

Siti Hanifah nampak terllihat mengenakan kerudung hitam berkaca mata gelap berdiri paling depan.

Wajahnya yang putih mulus nampak pucat dengan sesekali ia terlihat mengusap air matanya.

Didampingi keluarga dekat berikut rekan sesama guru Hanifah nampak kuat menjalani prosesi pemakaman sang suami di tengah mendung yang mulai menggelayuti.

Beberapa lama kemudian acara pemakaman pun berakhir dan satu persatu warga dan pengantar beranjak pulang ke rumah masing-masing.

Zaenal yang berdiri tak jauh dari liang kubur Heriyanto juga nampak sedih akan kenyataan yang tersaji di hadapannya.

Pria gagah ini syok akan kejadian yang baru saja menimpa Siti Hanifah terutama di waktu dirinya tengah melakukan perbuatan “mesum” dengan istri sang pengusaha.

Beruntung polisi dan keluarga tidak mencium gelagat memalukan yang mereka lakukan alias hanya mereka berdua saja yang tahu.

Zaenal yang berdiri bersama sejumlah guru perlahan mendatangi Hanifah yang masih duduk bersimpuh di samping kuburan suaminya.

Diusapnya lembut bahu Hanifah yang sontak membuat wanita ini menengadah lantas berdiri sambil memeluknya erat.

Hanya sebentar Hanifah memeluk Zaenal sebelum ia melepaskan kacamatanya.

Matanya yang bening nampak sembab dan sedikit bengkak karena menangis sekian waktu lamanya.

“Aku turut berduka atas meninggalnya suamimu apalagi dengan cara seperti ini, Mbak …”
“..akuu…sangat menyesali apa yang telah terjadi antara kita….”ucap Zaenal penuh sesal.

Hanifah terdiam lantas menggelengkan kepala.

Senyumnya nampak membias di sudut bibirnya yang polos tak bergincu seperti biasanya.

“kita tak perlu menyesalinya Nal….karena…karena kita melakukannya suka sama suka…”
“....aku lebih menyesal karena menuntut terlalu banyak kepada mendiang suamiku…”
.......
“Nobody Perfect…tak ada yang sempurna di dunia ini Nal…. terutama saat kita telah berkeluarga…lebih-lebih kepada pasangan kita masing-masing….”
......
“...siap menerima kekurangan satu sama lain dan mensyukuri kelebihannya jalan terbaik yang seharusnya kita lakukan…terutama aku…hahhh…”
.......
“...semuanya telah terlambat dan…kini aku tinggal sendiri bersama anak-anakku, Nal…”

Hanifah kembali menarik nafas sembari mengusap wajahnya yann masih nampak rona kesedihannya.

Zaenal yang makin tak enak hati hanya memandang nanar Siti Hanifah.

“Adakah yang bisa kulakukan untukmu supaya bisa mengurangi kesedihanmu, Mbak…?”
“....aku…aku akan melakukan apapun…termasuk…termasuk siap untuk menjadi wali bagi anak-anakmu…sebagai suamimu…itu pun jika kau menginginkannya…”ucap Zaenal yang segera ditanggapi oleh Siti dengan sebuah senyuman manis.

“Kau memang pria istimewa di satu sisi, Nal tapi yang kubilang tadi…tak ada pria yang sempurna untuk menjadi seorang suami…dan…dan aku telah menyadarinya meski terlambat…”
..........
“....saat ini aku ingin sendiri bersama anak-anak….dan mungkin entah sampai kapan….”
....
“Anak-anaklah sekarang yang menjadi fokus perhatianku ketimbang menuruti hawa nafsu yang kerap membuat orang terjerumus….”
........
“Biarlah apa yang terjadi antara kita berlalu dengan sendirinya…”
........
“...biarlah menjadi masa lalu yang indah di lubuk hatiku yang paling dalam dan tak perlu siapapun tahu soal ini…”ucao Hanifah seraya mengusap lembut paras tampan Zaenal.

Hanifah lalu mengenakan kacamatanya kembali dan berjalan ke arah pendopo di mana anak-anak dan keluarganya telah menanti.

“Setelah ini kau akan terus mengajar khan Mbak…?”tanya Zaenal yang sontak membuat langkah kaki mulus Hanifah terhenti.

Hanifah menoleh sambil tersenyum simpul di paras cantiknya yang berkerudung.

“Aku dan keluargaku memutuskan untuk pindah ke luar kota, Nal….”
........
“....aku ingin melupakan semua kenangan pahit di kota tercinta ini….”
.......
“...kebetulan suamiku memiliki usaha di kota lain…dan aku ingin mengurusnya sesuai wasiat yang ditulisnya…”

Zaenal yang mendengarnya tertegun lalu berjalan hingga saling berhadapan dengan Hanifah.

“Aku…akuu menghargai keputusanmu…dan kuharap kepergianmu bukan karena aku…atas semua yang ku perbuat terhadapmu, Mbak..”

Hanifah lagi-lagi tersenyum.

“Tak perlu kau khawatirkan itu, Nal…”
........
“....bukankah yang tadi kukatakan…kita melakukan itu atas dasar suka sama suka….”
“...aku hanya ingin membuka lembaran baru dan suka atau tidak…kurasa ini lah saat yang tepat…”kata Hanifah.

“...apa kita akan bertemu lagi, Mbak ?”tanya Zaenal masih terdengar berat menahan sedihnya.

“...entahlah, Nal…”
“...seperti yang diucapkan oleh tokoh kartun dalam film yang disukai anak-anakku…Master Oogway…Yesterday is history, tommorrow is a mystery “. But today is a gift, that is why its called a present…”
Mendengar ucapan itu membuat Zaenal merasa lega bukan main.

Sorotnya tajam dengan wajah tampannya perlahan sumringah menatap Hanifah yang telah berkumpul bersama keluarga besarnya.

Seiring kepergiannya, Zaenal hanya menatap rombongan itu dari kejauhan berharap wanita cantik itu akan mendapatkan kebahagiaannya di hari esok.

Zaenal yang masih merasa serba salah hanya termangu di tengah pekuburan dimana matahari masih bersinar dengan terik.

“Ehh…Mas Kok ngelamun nanti kerasukan demit kuburan lho…”
“...yuk aah…”kata seorang wanita merdu mendayu di telinganya lantas menggandeng begitu saja lengan kekar Zaenal.

“Eehhmmm…Za…hehehehe…”ucap Zaenal setengah terkejut sambil memandang sosok yang menggandengnya.

Tanpa sungkan Zaskia mengamit mesra Zaenal yang berada di sampingnya.

Buah dadanya yang menonjol padat dan indah seolah menantang setiap lelaki untuk mencoba meremasnya.

Pantat indah Zaskia yang membulat kencang tercetak samar berikut garis celana dalamnya dari balik rok ketat seragamnya bergoyang ringan seiring betis indahnya yang putih mulus mengintip di bawahnya.

Keduanya yang kini terlihat semakin akrab berjalan bersama menyusuri petak makam menuju pintu keluar di mana rombongan sekolah telah menantinya.

“Pak Heriyanto….maafkan saya…”ucap Zaenal nyaris tak terdengar seiring matanya menatap jauh di tengah gundukan nisan sang pengusaha yang memerah oleh bunga mawar dan melati.

Zaenal pun berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia takkan lagi menemui Siti Hanifah sebagai wujud penyesalannya.

Sebelum berpaling sudut matanya seperti menangkap sosok pria berdiri sendirian di samping tanah liang lahat Heriyanto.

Sosok itu menatapnya dengan dingin serta wajah sepucat mayat sambil menggenggam seperti sepucuk pistol !

Wajahnya tak asing….Heriyantokah ??

Zaenal yang sempat melihatnya sekejap merinding dan segera berlalu seraya beristighfar.

Sosok mirip Heriyanto pun tiba-tiba lenyap seiring angin semilir berhembus dingin.


========


“Esihhhhh….sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan si Zaenal…aku tidak suka kau dekat dengannya…”
“...apa aku musti memberinya pelajaran dengan menghajarnya supaya kau paham…HEHHH..!!”ucap Anton dengan lagak garang.

Pria yang berprofesi sebagai kepala security sebuah pabrik ini menghisap rokok kreteknya dengan lagak angkuh.

Tubuhnya yang tambun berisi berkulit rada gelap nampak kokoh pertanda pria ini hobi angkat beban alias nge-gym meski ala kadarnya.

Esih yang ada di samping nampak tak senang dengan perkataan pacarnya ini.

“Abang tak perlu cemburu dengan Bang Zaenal….”
“...dia cuma Esih anggap kakak sendiri…karena dia juga banyak membantu Esih…”
“...Bang Anton hanya prasangka berlebihan terhadapnya….”ucap Esih setengah sebal sembari asyik membuat teh.

“Kau milikku, Sih…kau paham itu…”
….
“...tak ada laki-laki lain termasuk Zaenal apapun alasannya yang boleh dekat-dekat denganmu apalagi menyentuhmu kecuali aku….”
“...dan jika aku sampai tahu ada pria yang mencoba-coba pdkt dengan gadisku…tahu sendiri akibatnya…HAHHH…!!”ucap keras Anton sambil mengangkat sebilah belati besar di tangannya sembari memegang dagu lancip Esih setengah meremasnya.

Esih yang menoleh sebentar nampak melengos sambil menaruh cangkir teh di meja untuk pacar galaknya ini.

Esih pun berlalu sebelum tangan Anton secara kurang ajar menepuk pantatnya yang meski kecil namun seksi dari balik dasternya.

Pukkk….

“Aakhh…”Pekik kejut Esih sebelum berlalu menuju beranda belakang rumahnya.

Rutin beberapa hari sekali pria berwatak berangasan ini main ke rumahnya yang hanya ditinggali oleh Esih dan budhenya yang telah berusia cukup lanjut.

Esih sendiri bukannya tanpa alasan menjadikan pria ini menjadi pacarnya.

Dulu Anton yang memintanya di saat Esih terlibat utang piutang dengan sebuah Bank Thitil dan kebetulan kepala debt colectornya tak lain adalah Anton.

Esih yang merasa berutang budi terhadap pria ini “terpaksa” menerima ajakannya untuk menjadi pacarnya.

Umumnya lelaki sudah barang tentu sangat menjaga kekasihnya terlebih Anton yang rada posesif.

Meski tahu Zaenal adalah tetangga desa Esih tidak luput dari pengawasan Anton yang sepertinya cemburu akan kedekatan Esih dengan guru tampan itu.

Puncaknya saat Esih justru meminta bantuan Zaenal untuk membetulkan rumahnya yang sempat rusak terkena angin beliung beberapa waktu lalu.

Antok memergokinya tengah asyik berduaan kontan marah besar dan sempat terjadi percekcokan antara kedua pria tersebut.

Zaenal yang berusaha mengalah hampir saja kena bogem namun dengan cantik berhasil dielakkannya.

Esih pun segera melerai pun Zaenal menjernihkan persoalan meski Anton tetap emosi.

Dari sinilah akar permasalahannya.

Cemburu buta….

Esih yang sebenarnya menaruh hati terhadap Zaenal hanya bisa menyimpan rapat rasa ini karena takut akan keselamatan guru ganteng tersebut.

Ia khawatir pacarnya yang brangasan dan ia tahu kerap berhubungan dengan sejumlah dedengkot Genk maupun preman bertindak brutal menyakiti Zaenal yang ia sayangi.

Entahlah apa gadis ini masih bisa menahan rasa cintanya yang terus tumbuh dan di waktu yang sama bersandiwara di hadapan sang kekasih alias Anton….?

=========

Sore itu selepas menunaikan ibadah ashar di masjid sekolah ,Zaenal bergegas menuju pasar untuk berbelanja sebentar.

Tiba-tiba hpnya berdering dan dilihatnya ternyata Esih yang menelponnya.

Sejenak bercakap Zaenal kemudian melajukan sepeda motor lawas kesayangannya itu dengan kecepatan sedang.

Pasar relatif sepi dengan hanya beberapa kios saja yang masih buka.

Tanpa ia ketahui dua motor RX King plus empat pengendaranya membuntuti Zaenal memasuki tegalan yang relatif sepi.

Hingga salah satu motor itu tiba-tiba menyalip Zaenal lalu menghadangnya.

“Hiyaaatt….!!!”

“Heyyy…!!”

Pekik salah satu dari mereka pecah seiring hantaman tangannya ke arah sang guru namun berhasil dielakkan oleh Zaenal.

Menyusul tiga orang sisanya mengeroyok Zaenal bahkan dengan mengenakan senjata tajam berupa pisau komando.

Tak…takk…

“Hiyaaatt…!”

Meski dikeroyok oleh 4 pria tegap bersenjata tajam namun sejauh ini Zaenal masih bisa mengelak tanpa membalas.

“Hentikan…siapa kalian…?!
“Kenapa mendadak menyerang ku…?! Apa kalian begal dan mau merampokku…?!”tanya Zaenal yang sudah menjaga jarak dengan sikap tenang namun waspada.

Keempat pria yang sudah mengitari nampak bersikap garang dengan nafas memburu.

Berbeda dengan Zaenal yang masih teratur nafasnya karena biasa berolah jasmani.

Wajah mereka tak kelihatan karena mengenakan topeng kain ala ninja.

Zaenal yang tetap waspada memincingkan mata saat melihat seorang pria mendekat dengan motor ninja warna hijau bersama seseorang.

“Dia…Anton, pacarnya Esih…??”desis Zaenal menyadari siapa yang datang.

“Zaenal…kau tentu tahu siapa aku….”
“...hari ini aku ingin memberikan peringatan kepadamu untuk yang terakhir kalinya…”
......
“....jauhi Esih…karena dia gadisku….”
“...
“....jika kau masih ngeyel jangan salahkan aku bila terjadi yang fatal terhadapmu…”kata Anton sembari turun dari motor ninja nya diikuti sosok asing bertopi lebar itu.

“Aku tak ada hubungan apa-apa dengan Esih selain hubungan teman…”
“...aku mengenalnya lebih dulu sebelum kau jadi pacarnya, Nton….”

“Aku tahu dia gadismu tapi bukan berarti kau berhak melarang Esih untuk bergaul dengan pria lain…”
..........
“...itu lebay namanya, Ngawur….”

“Esih beberapa kali bercerita kepadaku tentang sikap egois mu yang berlebihan dan aku ingin mengatakan bahwa Esih bukan bonekamu yang bisa kau atur seenak perutmu…”

“Aku tidak ingin melanjutkan perkelahian ini namun bila kau tak segera sadar dan tetap memaksakan kehendakmu terhadap Esih…aku sebagai teman baiknya…takkan rela dan siap di belakang Esih….”kata Zaenal tegas tanpa sungkan lagi.

Anton yang berangasan dan emosian nampak memerah wajahnya.

Segera setelah itu terdengar bentakannya memberi komando kepada keempat orang tadi kembali menyerang Zaenal dengan buas.

Sementara ke-lima pria di depan tengah beradu laga. Sosok pria asing di samping Anton nampak terdiam sembari memperhatikan Zainal yang sejauh ini mampu bertahan dari serangan pengeroyoknya.

“Laki-laki itu bukan orang biasa. Dia punya keahlian silat yang hebat. Aku yakin dia mampu menyerang balik jika dia berniat…”

Anton yang mendengarnya mengerenyitkan dahi.

Ia sendiri merasa gemas dan ingin terjun ke gelanggang melihat Zaenal masih bertahan dan bahkan tak terlihat kepayahan.

Bukkk…dugghh…

“Aakhh…uuughhh…!!!”

Tiga penyerangnya terjengkang ke belakang sambil meringis kesakitan memegangi pergelangan tangan mereka yang linu kena hantam Zaenal.

Pisau yang mereka bawa pun tergeletak di atas tanah.

Zaenal yang menahan serangan berdiri mantap sambil menyilakan mereka untuk pergi.

“Aku…tak ada niat untuk menyakiti apalagi melukai kalian…”
“...biarlah aku yang menyelesaikan persoalan ini dengan Anton…”kata Zaenal lalu berjalan ke arah Anton dan berdiri beberapa meter di hadapannya.

“Sekarang apalagi maumu, Bang…”
.......
“....aku tak berniat memusuhi…tapi jika kau masih keras kepala aku pun takkan tinggal diam…”kata Zainal dengan penuh wibawa.

Matanya masih memperhatikan sosok pria asing di samping Anton yang sepertinya bukan sosok main-main.

“Kau seorang pesilat tangguh….”
“.... perkenalkan namaku…Rojim…”
“... pemilik Padepokan pencak silat “Jagat Ageng”...Sudi kiranya anda mengajari saya untuk saling bertukar ilmu….”kata Rojim lalu bersiap berhadapan muka dengan Zaenal.

Zaenal yang tahu apa yang akan ia hadapi bersiap dengan kuda-kudanya.

“Hiyaat…!”

“Haiittt….!!”

Keduanya segera bentrok dalam adegan laga silat yang dahsyat.

Saling pukul tendang tangkis dan elak mewarnai laga keduanya sementara Anton menatap dengan cemas.

Rojim adalah saudara angkatnya yang sudah ia anggap kakak sendiri.

Diam-diam ia merogoh sesuatu benda bergagang besi berpucuk hitam di balik kaosnya dan memegangnya erat-erat.

“Hiyaaatt….!!”

Bughh…dukkkk….

“Aakhhh…!”

Rojim terjajar ke belakang sambil meraba dada kirinya yang kena hantam.

Ia pun meludah berusaha meredakan nyeri karena hantaman tapak Zaenal yang keras bak beton.

“Pria ini sungguh tangguh….”
.........
“...meski juara di level nasional ternyata ada jagoan tak dikenal yang punya ilmu mumpuni seperti dia….”
“.. haruskah aku menyerah….”pikir Rojim sesaat sebelum bersiap lagi.

Yah, Rojim Abdillah adalah seorang pesilat juara nasional sekaligus guru silat senior dalam kesehariannya.

Dan kini terbuka matanya bahwa di atas langit masih ada langit.

“Cukup Pak Rojim…tak perlu Kita lanjutkan laga yang tak ada gunanya ini…”sergah Zainal yang melihat Rojim bersiap kembali sambil memegang sebilah parang di tangannya.

“Aku takkan puas jika belum mematahkanmu dengan jurus parangku…”
....
“.... waspada….!”

“... hiaaattt….!!”

“Yyaaahhhh…!!!”bentakan Zainal melengking tinggi bersamaan terjangan Rojim dengan senjata tajam mematikan itu.

Wuuuttt....wuuutttt...

Kelebat kilau dari ayunan parangnya sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan luka serius bahkan kematian.

Tapi lagi-lagi Zaenal memang istimewa.

Meski bertangan kosong Zaenal lugas mengelakkan serangan tajam Rojim dengan senjatanya.

Sampai pada akhirnya Zaenal menutup serangan Rojim dengan teriakan keras disusul pekik Rojim yang terhuyung ke belakang.

Parangnya terlepas dan kini telah berada di tangan Zaenal.

Zaenal berjalan ke arah Rojim lalu menyerahkan senjata tajam miliknya sambil menjura.

“Terima kasih telah berbaik hati kepada saya, Bang…”ucap Zaenal yang dibalas Rojim yang balas setengah membungkuk.

“Aku mengaku kalah…anggaplah ini tak pernah terjadi….”sahut Rojim dan berlalu pergi.

“Bang…terusss….??”tanya Anton yang kikuk plus heran melihat kejadian tersebut.

Rojim yang tak ambil pusing segara berjalan terus meninggalkan tempat tersebut.

Tinggalah Anton dengan keempat temannya yang kini terlihat ogah-ogahan menghadapi Zaenal yang ternyata seorang jawara.

Anton yang tak mau kehilangan muka segera saja mengambil senjatanya dan tanpa pikir panjang mengacungkannya ke arah Zaenal.

Dooor….

“Hiyaaatt….!!!”

Zaenal yang sepersekian detik bisa melihat ancaman itu datang secepat kilat mengelak.

dooor….dooorr….

“Aarrgghhh….!!”

Pekik Zaenal terdengar keras ketika sebuah timah panas menyambar lengannya dan membuatnya terpental di semak-semak.

“Banggg Zaenaaaal….!!!”

Mendadak suara wanita muda memecah ketegangan termasuk mengejutkan Anton dan keempat temannya.

Esih nampak bersama tiga lelaki berseragam aparat turun dari mobil patroli. Termasuk yang salah satunya adalah Babinsa TNI kenalan Zaenal bernama Sertu Hudoyo cepat berlari ke arah semak-semak.

Keempat orang segera melarikan diri namun Anton berhasil ditangkap

“Kau…kau telah berbuat kejam terhadap Bang Zaenal…!”
......
“...kau bukan siapa-siapaku lagi…Bangg...."
"....hubungan kita putus sampai di sini…hik..hik…hikk..!!”ucap Esih yang segera menuju ke arah Zaenal.

Anton yang tak menduga hanya bermuka masam dan nampak pucat pasi.

Sementara Esih yang kini berada di samping Zaenal nampak memeluknya erat dengan tangis kesedihannya yang bercampur lega luar biasa.

Beruntung Esih tahu rencana Anton. Ia putuskan untuk meminta pertolongan Bapak Babinsa yang telah dianggap ayahnya sendiri.

Syukurlah, pria tampan yang diduganya telah tewas ternyata “hanya” terluka di bagian bahu dan lengan terkena sambaran peluru yang tadi dilepaskan Anton.

“Kau tak apa-apa, Bang….??”ucap Esih dengan nada begitu khawatir.

Diusapnya lembut lengan kekar Zaenal yang berdarah lalu diambilnya segulung kain untuk membalut kulit dagingnya yang terluka.

“Abang.. baik-baik saja Sih…aakhh…”ucap Zaenal yang sesaat nampak meringis kesakitan.

Esih sontak cemberut sambil menjewer telinga Zaenal dengan senyuman manisnya.

“Luka begini kok baik-baik saja…Abang terlalu…”
....
“...habis ini Esih antar Abang ke puskesmas terdekat agar lukanya tidak infeksi…”
...
“....mudah-mudahan Abang bisa rawat jalan saja supaya nanti Esih yang ngerawat Abang sampai Abang sudah lebih baik…”kata Esih yang membantu Zaenal berdiri ditemani seorang rekan polisi.

“Thk u Sih….kamu baik sekali sama Abang…”kata Zaenal seraya tersenyum manis sambil meremas lembut pipi ranum Esih yang putih mulus.

“Abang…Abang Zaenal juga banyak membantu Esih. Tak ada salahnya…Esih yang merawat Abang selama beberapa hari…”
“Yang terpenting…Abang cepat sembuh dan bajingan itu…sekarang bukan lagi kekasih Esih…hahhh…”katanya sambil menatap Anton yang kini ditahan di dalam mobil.

Keduanya lantas saling bertatapan dengan Zaenal kembali melepas senyum lalu mendekap kepala gadis manis ini di dada bidangnya.


======


Malam itu Zaenal tinggal sekaligus rawat jalan di rumah Esih.

Zaenal sebenarnya enggan untuk tinggal dan berniat untuk merawat sendiri luka-lukanya.

Namun Esih yang bersikeras membuat Zaenal luluh dan terpaksa memenuhi keinginan gadis ini untuk tinggal beberapa hari.

Selepas Isyak Esih terlihat berada di kamar kosong di bagian samping belakang rumahnya yang sementara ini ditempati oleh Zaenal.

Suara jangkrik dan sesekali kodok ngorek terdengar syahdu menimpali suasana sepi namun asri malam yang cerah dan sejuk ini.

Esih yang mengenakan daster pendek selutut duduk di tepian ranjang menghadap Zaenal yang setengah bugil memakai sarung telentang di atas ranjang.

Dengan cermat dan cekatan Esih mengganti perban di lengan dan bahu tegap Zaenal.

Zaenal terus mengamati Esih yang tengah serius sibuk merawat lukanya dengan sesekali mata mereka saling menatap.

Senyum simpul sesekali terlihat di wajah manis Esih yang putih merona membuat paras cantiknya makin menawan.

Zaenal yang belum pernah mendapatkan perlakuan begitu rupa dari seorang perempuan apalagi gadis secantik Esih nampak terpesona dengan tak jemu menatap Esih.

“Esih, Abang ucapkan terima kasih ya atas perhatian kamu….”
“Sungguh beruntung pria yang kelak menjadi suamimu…mendapatkan wanita yang bukan hanya cantik parasnya tapi juga sangat perhatian…”ucap Zaenal tulus begitu Esih selesai memasang perban.

Esih nampak senang sekali atas pujian Zaenal dengan senyuman manis di bibir tipisnya yang kemerahan.

“Aahh..biasa aja Bang. Siapapun wanita yang berada di posisi Esih pasti juga berbuat serupa sama Abang…”
.......
“...Abang Zaenal yang bukan hanya ganteng tapi juga sangat baik dan begitu pemberani…”kata Esih yang perlahan menunduk malu saat tiba-tiba Zaenal setengah mendekat masih duduk bersandar di ranjang kemudian mengecup pipinya lembut.

Keduanya kini sudah berhadapan muka satu sama lain begitu dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas dan aroma tubuh masing-masing.

Harum wangi lembut tubuh semampai Esih singgah di hidung mancung Zaenal membuat sang jejaka tampan ini meremang bulu tubuhnya termasuk area alat vital kemaluannya.

Pelan namun pasti batang penisnya yang tersembunyi tertutup sarung kontan saja membesar dan menegak kaku.

“Kamu, cantik sekali Esih….”ucap Zaenal lirih seolah berbisik di telinga Esih yang sebagian tertutup rambut panjangnya.

Esih pun mengangkat wajahnya yang berjarak sekian centi saja dari Zaenal diam mematung dengan berjuta romansa terlebih saat pria gagah ini mengecup bibirnya dengan berani.

Cuupp….

Esih meremang sekujur bulu tubuhnya saat Zaenal melakukan hal yang seumur-umur baru ia terima dari seorang pria.

Entah siapa yang memulai wajah keduanya kembali mendekat kemudian saling mengecup bibir.

Kecupan kecil yang lambat laun semakin panas dan bergelora.

Esih mendesah lirih saat jemari tangan Zaenal memegang lembut rambut kepala berikut punggungnya.

Zaenal menarik tubuh sang dara pelan namun mantap ke arah dadanya yang bidang berotot bersamaan bibir tebalnya merangsek bibir Esih makin liar.

“Ehhmmmm..ehhmmmm….ehhmmmm…."

Keduanya saling melumat bibir dengan variasi lidah yang saling menjulur dan menghisap satu sama lain hingga mengeluarkan kecipak suara merdu yang begitu merangsang Zaenal maupun Esih.

“Aaahhhhh…Abanggg ..aaahhhh….!”

Esih menggeliat keenakan saat Zaenal memindahkan cumbuannya ke titik sensitif sekaligus erotis bagi Esih yaitu area telinga dan lehernya yang jenjang.

“Oooohhhh…Bangggg Zaenaaaal….aaahhhh…aahhhh….ooohhhh….!!”

Esih terus merintih bak kepedesan saat cumbuan guru tampan ini berbarengan dengan remasan jemari tangannya membelai area punggung serta pinggang rampingnya. Terus turun meremas-remas pantatnya yang mungil namun indah bulat berisi dari balik daster tipisnya.

“Aakhhh…Esiihhhh…kamuuu cantikkk sekaliihh sayangggg..m.abanggg…abanggg suka sama kamu, Siihhhh…ehhmmmm.ehhmmm….”

“Ooohhhh…Banggg…ooohhhh…aaahhhh…lepasin bannggg…lepasin sajaaa Banggggg….oooohhhhh…..!!”rintih Esih setengah memelas merdu saat Zaenal berusaha menarik lepas daster yang dikenakannya.

Ditariknya lembut daster tipis yang dikenakan Esih setelah sebelumnya meremasi buah dada sang gadis yang mengintip samar dari balik bra nya.

Esih terus menggeliat dan menggelinjang dalam dekapan mesra Zaenal yang kokoh seakan memudahkan sang jejaka tampan untuk menelanjanginya bulat-bulat.

Hingga bra penutup gunung kembar nan sensitif itu terbang ke udara dan hinggap di lantai kamar yang dingin.

“...Esiihhhh….pentilmuuuu sayanggg…pentil susumuuuu…aahhhh….ehhhmmm….ehhmmmm…eehhmmmm….”ucap Zaenal dengan terbata-bata kala memandang nanar keindahan bongkahan payudara milik Esih yang begitu indah memukau di dada putih mulus bagaikan salju.

Dicaploknya kedua puting payudara montok Esih dengan bibirnya silih berganti bersamaan remasan tangan di payudara satunya.

“Oooouuuggghhh….Banggggg….kauuu hisaaapp pentilll akuuuhhh…. oooouuuggghhh….!!”
......
“...jilaaatinnn Bangggg…jilaat yang kerassss Banggg Nallll….”
.....
“....gi..giiit putingnyaaaa….oooohhhh Yyaaaa….begituuuu Bangggg ….gigiiit…hisaapp yang kerassss puting Esiihhhh….oooouuuggghhh…”

Esih makin kelimpungan tak berdaya menghadapi serbuan Zaenal di area dadanya sampai dia sendiri tak tahu bahwa jemari kekar sang jejaka telah mulai menyusuri karet celana dalamnya.

Berusaha Zaenal memasuki bagian paling vital dari gadis cantik ini yaitu vagina Esih yang masih tertutupi cawet mungilnya.

“Ssshhhh…aahhhh…. Bangggg….”

Esih kembali mengerang nikmat sambil menggeliat kecil ke kanan ke kiri saat menyadari Zaenal mulai bergerak pada area alat vitalnya di bagian pangkal pahanya.

Jemari kekar Zaenal dengan mudah menelusup ke balik CD kecil warna krem yang dikenakan Esih.

Menjangkau celah kenikmatan bibir vagina sang perawan. Terus menemukan gerumbul jembutnya yang indah tertata di pucuk bukit kemaluan Esih yang makin membasah.

Menemukan kacang kemaluan Esih sekaligus gelambir bibir rapat liang tempik Esih yang belum pernah kemasukan kontol.

Jadilah Esih memekik manja sambil menggigit bibirnya merahnya sendiri takkala jemari Zaenal menusuk dan mengorek celah cintanya yang intim dan sensitif itu.

“Ooohhhh….Bangggg….memmekkkuuuu Bangggg….Memekkkk Esihhhh…. IIYYYAAAAAAHHH….!!”

Menyadari Esih justru mengerang nikmat akibat perlakuannya membuat Zaenal makin tak tahan untuk mencumbu bagian vital Esih.

Zaenal yang hanya mengenakan sarung sontak beralih turun mengecupi perut ramping Esih yang putih mulus bersamaan kedua jemarinya menarik cepat celana dalam Esih ke bawah.

“Ssshhhh…aahhhhhh…!!”erang merdu Esih sesaat menyadari dirinya telah telanjang bulat tanpa busana bersama pemuda idamannya ini.

Esih yang sadar merasa malu dan spontan merapatkan paha mulusnya namun Zaenal yang cekatan cepat tanggap dan segera menghimpit di tengah paha indah itu.

Diloloskannya sarung yang semula menutupi bagian bawah tubuh kekarnya berikut sehelai cawet GT Man hingga teronggok di ujung kaki.

Jadilah kedua insan berbeda kelamin itu dalam posisi tindih menindih.

Zaenal yang jangkung kekar berisi menindih Esih yang padat semampai.

Keduanya telah tanpa busana alias bugil menampakkan pesonanya masing-masing.

Payudara Esih yang bulat mengkal begitu indah dengan puting coklatnya yang menegak kaku.

Bongkahan pantat Esih yang bulat merangsang pejal dan keras dipercantik dengan sepasang paha padatnya yang mulus tanpa cela.

Sungguh kontras dengan Zaenal yang kekar penuh otot jantan termasuk paha kokoh dan pantat kekarnya menambah aura kejantanannya.

Tak mau menunda waktu. Zaenal segera saja mencumbui Esih dengan saling berpelukan dengan si gadis perawan nan manis ini.

Kembali keduanya saling bertaut bibir bertukar liur dan membelit lidah dalam cumbuan panas yang menghentak.

Jemari tangan Zaenal terus berusaha mengeksplore sekujur tubuh indah telanjang Esih hingga sampai kenarea bokong padatnya yang menggemaskan.

“Oooouuuggghhh Banggg…aahhhh…aaahhhh….!!”pekik manja Esih saat Zaenal di tengah ciumannya meremasi pantat indahnya hingga menyingkap belahan anusnya yang peka.

“Banggggg…Zaenaaaal….!!! BESSAAARR Sekaliihh….!!!” Suara Esih tercekat setengah pucat mendapati sesuatu besar menggantung gagah di selangkangan Zaenal.

Zaenal yang sudah memburu nafasnya karena birahi yang makin mendesak hanya tersenyum sambil menarik jari mungil Esih buat menggenggam batang kemaluannya.

“BESSAAARRnyaaa…Bangggg…ooohhh.punyaa ABANGGG terlalu BESSAAARR….”kembali.Esih memekik terlebih jemari lentiknya mulai menggenggam kejantanan Zaenal.

Batang itu tegak mengacung gagah dan besar menonjol tepat di selangkangan Zaenal membuat Esih terperangah dan berusaha membuang muka dengan wajah merona malu.

Zainal yang sadar apa yang terjadi hanya tersenyum seraya mengecup mesra bibir Esih berikut seluruh paras wajahnya.

“Aahhhhh Bangggg….”kembali Esih mendesah lirih dengan nafasnya yang makin memburu pertanda nafsunya sudah mendekati titik merah.

Zaenal terus dengan sabar menggesekkan batang kemaluannya yang mengacung tegak kekar berisi di sepanjang celah sempit kemaluan sang gadis yang perlahan membuka kembang kempis mengeluarkan lendir cintanya.

Lendir rangsang milik Esih makin banyak mengalir di tengah lubang ciut berjembut indah seiring tekanan kepala zakar sang pemuda menggencet kuat.

“Aahhhh…Esiiihhhh…tempikmuuuu cantikkk sekaliihh Esiiihhhh…aaahhhh….ahhhhh….”desah Zaenal dengan nafas memburu.

Sungguh birahinya telah mendekati titik puncak. Ingin rasanya dia langsung membelah bibir perawan nan cantik itu sekeras-kerasnya dengan zakarnya yang perkasa.

Zakar yang membuat Siti Hanifah menjerit pasrah dalam nikmatnya madu senggama kini mulai bergerilya di ujung nikmat birahi sang bidadari perawan ini, Esih Trianing.

Esih yang terbuai dengan cumbuan Zaenal hanya bisa pasrah saat Zaenal merenggangkan paha mulusnya dan bersiap menghunus batang ngacengnya menembus lubang kenikmatan Esih.

“Essiihhh….!!!”desah macho Zaenal sembari mengayunkan bokong kekarnya.

Sleeppp….Jleebbb…BLESSSeekkk….

“”AAAAKHHHHH….!!!”jerit Esih saat kontol besar Zaenal menusuk kuat membelah duren celah kewanitaannya.

Kepala penisnya yang membonggol besar membelah rapatnya lubang memek Esih yang semula menjepit rapat.

“Dipaksanya” lubang sempit itu semakin terkuak menampung besarnya kemaluan sang guru tampan hingga masuk kian dalam bersamaan pekik merdu Esih merasakan penis gagah Zaenal mengoyak jala perawannya di dalam sana.

“IIYYYAAAAAAHHH…. OOOOUUUGGGHHH….!!!”Esih mencoba menahan laju penis besar Zaenal dengan meremas perut sixpack Zaenal dengan jemari lentiknya.

Namun apa daya, Zaenal yang turut merasakan sempitnya jepitan kemaluan Esih turut mengerang keras penuh nikmat merasakan detik-detik dirinya berhasil menjebol gawang keperawanan Esih.

“Esiiihhhh….TEMPIKMUUUU…NIKMAAAT….!!!”
.......
“...rasakan besarnya kontolkuu di lubang sempit mu sayanggg….ssshhh hahhhh…”ucap Zaenal seraya kembali meremas pantat bulat Esih.

“”KONTOOOL….Bangggg…aarrgghhh KONTOLMUUUHHH….oooohhhh….OOOHHHH….!!”jerit merdu Esih merasakan nyeri sesaat ketika penis besar Zaenal merobek selaput daranya dan terus menusuk dalam liang vaginanya.

Zaenal yang menghentikan aksinya sesaat menatap Esih dengan cinta berharap lubang sang bidadari bisa beradaptasi dengan kontol besarnya.

Dikecupnya lembut wajah dan dada Esih sambil membisikkan kata-kata mesra yang membuat Esih terbuai dan merasa begitu dicintai.

“Abang menginginkanmu sayanggg….”
“....Abang ingin memilikimu seutuhnya Esiihhhh….”
.........
“Malam ini tubuhmu dan hatimu adalah milikku Esiihhhh….”

Esih yang mendengarnya menatap nanar sambil memeluk mesra tubuh kekar Zaenal.

Diremasnya pantat kokoh pemuda tampan ini seraya menggigit bibirnya sendiri.

“Abang menyayangimu Esiihhhh….”
“...kau gadisku…kau milikku Sayanggg….”

“Ooohhhh Banggg….Essiihhh juga cintaaaa Abanggg….”
“.... Essiihhh mau jadi gadismu Bangg Zaenaalll…sshhh…aahhhh…Banggg…Banggggg…. AHAGHHH…!!!”

Jerit tertahan Esih terdengar begitu merdu di kuping Zaenal yang spontan membuatnya tak tahan untuk menjimak memek sempit perawan Esih nan legit penuh nikmat itu.

BLESSSeekkk….

“AHAGHHH…oooouuuggghhh Banggggg….KON..TOLMUUHHH….!!” Kembali Esih memekik keras merasakan tusukan penis besar Zaenal di lubang intimnya.

Melesak jauh hingga menyusup ke menyentuh dasar vaginanya seakan-akan tembus ke jantung.

“Hahhhhh…..aaahhhh….!”

Zaenal mendesah panjang keenakan merasakan jepitan dan remasan daging nikmat kemaluan Esih di sepanjang batang ngacengnya yang perkasa.

Ditekannya kembali selangkangan gadis manis ini yang mengangkang lebar seakan hendak menyatukan dirinya seutuhnya.

Esih mengerang lirih merasakan betapa besar batang kejantanan Zaenal memenuhi lorong kewanitaannya.

Gadis ini memandang lekat Zaenal dengan sorot nanar dan mesra. Ssesekali Esih memejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri saat Zaenal beberapa menusuk tubuh indahnya dengan kontolnya yang kekar bak sebatang kayu.

“Oooouuuggghhh….BESSAAARRnyaaa Bangggg….”
“...Punyaa Bangg Zaenal begitu penuh memenuhi lubang Esih…aahhhh…aahhhh….”

Zaenal menatap mesra sang gadis lalu membelai lembut wajah dan rambutnya.

Dikecupnya kembali kening, mata, pipi dan bibir Esih dengan penuh kasih.

“Esiihh…kauuu siaaap sayanggg….”
“Abang akan membawamu ke langit ke tujuh Sayang…”ucap Zaenal dengan nafas memburu.

Tubuh kekarnya yang telanjang sudah menempel rapat di kulit Esih yang bugil elok dan putih mulus.

Tak sabar dirinya untuk segera menggenjot tubuh indah perempuan muda bernama Esih Trianing yang berada dalam tindihannya ini untuk bersama mengarungi samudra birahi.

“Esih…punya bang Zaenal….semuanya….Esiihhh…cintaa Banggg Zae…AAKHHHHH…OOOOHHHH…!!!!”

Jleeeb….

“Essiihh….kau LONTEEEKUU…. Esiiihhhh…!!!”

BLESSSeekkk…

“Aarrgghhh….AHAGHHH…. AHAGHHH….oooohhhh….!!!!”jerit tertahan Esih bersamaan Zaenal melesakkan kontolnya dalam-dalam hingga jembutbya menempel jembut indah milik Esih.

Esih melolong merdu saat Zaenal mulai menjimak dan memompa lubang kemaluannya yang kini basah kuyup penuh oleh lendir cintanya.

“OOOHHHH…. oooohhhhh…..!!!!”

Sreeet…BLESSS…sreeet…BLESSS….

Nampaklah pemandangan yang menggetarkan di atas ranjang Esih saat dua sosok pria wanita dalam keadaan telanjang bulat saling memompa saling menggenjot menyatukan alat kelamin masing-masing dalam sebuah prosesi persetubuhan nan eksotis.

“”Ooohhhh….ooohhhhh…..!!”

“Hahhhh…aahhhh….”

Esih dan Zaenal saling mengerang dan mendesah penuh nikmat saat lubang tempik hangat si wanita menjepit ketat dan meremas kuat batang kaku kejantanan sang pria yang tak henti menusuk keluar masuk dengan gagahnya.

Bokong kekar Zaenal bergerak naik turun memompa selangkangan Esih yang turut dibalas Esih dengan ayunan pantat bulatnya nan seksi ke atas ke bawah.

Keduanya begitu serasi bagaikan melodi orkestra saling menggenjot satu sama lain mencoba terus menggali kenikmatan yang bersumber dari penyatuan alat kelamin keduanya.

Zaenal menusuk dalam ke atas ke bawah ke kanan ke kiri mengaduk-aduk lubang kenikmatan Esih yang ditimpali Esih tak kalah panas.

“Ehhhmmmm…ehhhmmmm….ssshhh…aaahhhhh….aaaahhhhhh….”

Zaenal dan Esih yang telanjang bulat terus berpelukan erat.

Saling cium dan dekap mesra terlihat di antara keduanya dengan sesekali memejamkan mata dan mendesah penuh nikmat.

Zaenal meremas pantat seksi Esih yang putih mulus dan bulat menggemaskan pun sebaliknya Esih berusaha meremas bokong kekar berisi Zaenal.

Sekian menit berjalan….

“IIYYYAAAAAAHHH….!!!”

Esih menjerit keras dengan mata membelalak saat klimaksnya datang tak diundang bersamaan sodokan penis sang lelaki di ujung rahimnya.

“Oooouuuggghhh…AHAGHHH…!!”

Esih menggelepar dan mengejang kuat dalam dekapan kokoh Zaenal yang kontan mendesah keras merasakan penisnya serasa diremas dan dihisap begitu rupa ketika Esih sampai di puncak senggamanya.

Wajah Esih yang manis memerah pucat dengan mata melotot bibir menganga terus menggeliat seksi ketika orgasmenya datang kembali hanya dalam beberapa detik.

Luar biasaaaa…!!!

Sekian saat setelah klimaks Esih yang ke sepuluh kalinya Zaenal yang makin buas ganti melumat bibir Esih saat detik-detik air maninya kian mendekati lubang kencingnya.

“Esssihhh….!!!!”

“AARRGGHHH….KELLUUAARRR…!!!!”

Croooottt…. croooottt….croot….

Zaenal mendekap tubuh telanjang Esih sambil meremas-remas bokong indah sang gadis saat berejakulasi begitu dahsyat dan nikmatnya di lubang kemaluan Esih.

“OOOOUUUGGGHHH….Essiihhh….!!!”

“....ENNAAAAKK….!!!”

Croooottt….

Pantat bugil Zaenal mengejan kuat lalu mengejat-ngejat mendesak pangkal paha mulus Esih yang mengangkang lebar kala ia memuncratkan mani kentalnya.

Terus Zaenal berusaha menusuk-nusuk liang cinta sang dara dengan kontol besarnya sementok mungkin tanpa ampun.

Tak terkira pancutan spermanya yang melimpah ruah memenuhi saluran peranakan Esih hingga meluber ke sisi luar lubang vagina Esih yang semula rapat kini menganga lebar.

Kedua sosok bugil itu nampak diam setelah puncak seksualnya berhasil mereka gapai bersama-sama.

“Esihhh….”ucap Zaenal mesra sambil mengecup pipi sang dara.

Esih yang nampak kelelahan memandang sayu Zaenal dengan sorot mata mesra.

“Yah, Banggg….”

“Maafkan Abang yahh….”
“...Abang tak bisa menahan diri sampai terlanjur melakukannya…”

Esih tersenyum sambil membelai paras tampan Zaenal.

“Esihhh…ndak marah kok Bang. Esih justru bangga dan bahagia bisa mempersembahkan yang paling berharga milik Esih buat Abang…”
“...sekalipun Abang mungkin tidak mencintai Esih…esih tak peduli…”
......
“...sekalipun Esih cuma sebagai lonte abangg….
........
“Esihhh hanya pengin bilang ke Abang…bahwa malam ini…Esih sangat bahagia…”

Zaenal tersenyum tipis mendengarnya.

Ia sebenernya tak bermaksud sama sekali menganggap Esih seorang L*nte. Itu hanya ucapan spontanitasnya saja yang tengah dimabuk nikmat birahi.

Sesaat rasa sesal yang menggelayut di dadanya berangsur hilang.

Ia tahu Esih seorang gadis yang terbilang lugu. Oleh karenanya mudah saja bila seorang pria bajingan hendak mempermainkan dirinya.

Ini tentu membuatnya sedikit khawatir.

Setelah membersihkan diri bersama-sama di kamar mandi Zaenal pamit sambil memberikan pesan kepada gadis manis ini.

“Esih, Abang akan tetap berusaha di dekat kamu…”
“Jika ada sesuatu yang kamu butuh bantuan Abang…Bang Zaenal siap membantu…yahhh…”ucap Zaenal sambil memegangi lembut pipi Esih lalu mengecup keningnya.

“Bangg Zaenaaaal….!!”ucap Esih sekonyong-konyong memeluk Zaenal dengan keras.

Zaenal yang tak siap terjengkang ke atas sofa dengan Esih menindih dirinya.

“Bangg…”
......
“Sekalipun Esih tak bisa menikah dengan Bang Zaenal…Esih pengin sekali punya anak dari benih Abang…”
......
“...maukan Abang menusuk Esih lagi lain waktu…”ucap Esih sambil tersenyum manis sekali.

Kontan Zaenal hanya melongo tak bisa menjawabnya.

Alamak…..!!

……..

Bersambung…..

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com