𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐤𝐮𝐬 ( 𝐁𝐚𝐠.𝟒𝟐 : 𝐉𝐚𝐧𝐠, 𝐀𝐛𝐚𝐡 𝐇𝐚𝐣𝐢 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 ❗ )


Tangan kiriku menangkis sambil menghindari serangan, sedangkan tangan kananku dengan sigap mengambil pentungan yang aku tangkis. Inilah jurus pertama yang aku pelajari, tangkisan yang dibarengi mengunci. Dan aku berhasil merebut pentungan bersamaan dengan serangan yang kembali mengarah ke kepalaku. Reflek aku menagkis dengan pentungan yang berhasil aku rebut.

Dan orang yang pentungannya berhasil aku rebut tiba tiba melancarkan tendangan menyapu kakiku. Sapuan yang sia sia, kakiku sudah terlatih dengan kuda kuda cimande, tulang kering betisku sudah sangat keras karna bertahun tahun ditempa. Justru kakinya yang menyapu aku hantam dengan pentungan yang berhasil aku rebut membuat pria itu bergulingan menahan sakit.

Melihat temannya bergulingan menahan sakit, pria itu kembali menyerangku membabi buta membuatku kewalahan menahan serangannya, sehingga lupa prinsip dasar Cimande yang sudah aku latih bertahun tahun. Ketika menangkis, harus disusul dengan serangan.

Aku terus mundur menghindari serangannya, hal yang tidak diajarkan dalam silat Cimande, karna dengan menghindar mundur, posisiku justru dalam bahaya. Dan ketika aku menyadarinya, aku jatuh tersandung batu. Melihatku terjatuh, pria yang menyerangku tidak memberiku kesempatan sama sekali. Kakinya menendang wajahku yang jatuh terduduk

Dalam keadaan terpepet kemampuanku yang sebenarnya kembali muncul. Aku merebahkan tubuhku ke belakang, kakiku menendang kaki kirinya membuat pria itu terjatuh. Pria itu berguling menjauhiku agar terhindar dari serangan susulanku. Aku tidak berani mendekatinya karna temannya sudah siap menghadapiku kalau.

Tiba tiba ada mobil berhenti dan ke dua orang itu masuk ke dalam mobil. Aku hanya bisa memandangi mobil itu berlari meninggalkanku. Siapa mereka? Apa mungkin anak buah Codet yang mau mencelakakanku? Lalu kenapa mereka meninggalkanku begitu saja, padahal di dalam mobil aku melihat beberapa orang. Kalau mereka mengerubutiku, bukankah aku benar benar celaka saat ini. Lalu kalau itu anak buah Codet, dari mana dia tahu tentang keberadaanku? Apakah Anis menghianatiku seperti dia menghianati ayahku? Tapi aku tidak menghianatinya seperti ayahku yang menghianatinya.

Tadi dari kejadian ini aku sadar, kemampuan silatku masih belum teruji di pertarungan jalanan seperti tadi. Aku harus berlatih lagi dan harus meningkatkan kewaspadaanku. Terutama juga aku harus mulai memikirkan keselamatan keluargaku. Tapi bagaimana caranya melindungi keluargaku sedangkan aku tidak selamanya bersama mereka. Ingin rasanya aku kembali pulang ke rumah, tapi pasti akan menimbulkan kecurigaan. Dan kalau istriku dan Lilis tahu apa yang terjadi, tentu mereka akan sangat was was. Untuk sementara aku harus merahasiakannya.

*******

Di pasar pikiranku tidak terlalu fokus menjaga tokoku. Bahkan beberapa kali aku salah mengambil permintaan pembeli, apa lagi aku belum hapal letak barang barang maupun harganya. Untungnya Lastri sudah hapal letak barang barang dan juga harganya. Aku berkali kali mengucapkan terimakasih dengan tulus ke Lastri. Tanpa dia, hari pertamaku berjualan akan berantakan.

"A, sepertinya sedang banyak pikiran?" tanya Lastri saat tidak ada pembeli. Dia menatapku penuh selidik.

Aku menatap Lastri, berusaha mencari tahu apakah gadis ini bisa aku percaya dan bisa aku andalkan. Aku menarik nafas berusaha menarik kesimpulan walaupun mungkin kesimpulanku itu salah. Tapi aku tidak punya pilihan lain, selain bedusaha mempercayainya.

"Aku mau menceritakan sesuatu kepadamu. Tapi kamu harus berjanji untuk tidak menceritakannya lagi ke orang lain. Kamu harus bersumpah akan menjaga rahasia, ini." kataku menatap Lastri berusaha menyqkinkan diriku bahwa wanita ini bisa dipercaya.

"Lastri bersumpah akan menjaga rahasia, A Ujang." kata Lastri mengucapkan sumpahnya.

Lalu aku mulai menceritakan semuanya kepada Lastri, dimulai dari terbunuhnya ayahku. Aku menceritakan semuanya hingga penyerangan tadi. Hanya pernikahanku dengan Anis yang tidak kuceritakan.

"A Ujang mulai sekarang harus hati hati. " kata Lastri dengan tatapan mata penuh kehawatiran.

Aku lega setelah menceritakan semuanya ke Lastri. Entah kenapa aku tiba tiba mempercayai gadis itu. Walau aku tahu dai tidak akan bisa membantuku. Satu satunya bantuan yang busa diberikannya adalah urusan kios dan terbukti dia sangat terampil.

*****

Jam 4 sore kios tutup, aku langsung ke rumah Bi Narsih untuk menceritakan kejadian yang menimpaku tadi pagi. Sampai rumah bi Narsih aku kaget bukan kepalang melihat dua orang pria yang menyerangku ada di ruang tamu sedang mengobrol dengan Mang Karta.

"Duduk, Jang. Jangan takut, ke dua orang ini memang Mang Karta suruh untuk menyerang kamu tadi shubuh. Biar kamu terbiasa dengan pertarungan jalanan dan juga mengasah kewaspadaan kamu." kata Mang Karta menjelaskan panjang lebar.

"Jadi, ?" tanyaku bingung.

"Selama ini Mang Karta maksa kamu belajar silat ke Abah Haji tujuannya biar kamu siap menghadapi semua kemungkinan. Bisa menjaga dirimu. Tapi sekarang kamu harus lebih siap lagi menghadapi pertarungan yang sebenarnya. Pertarungan yang liar. Makanya Mang Karta menyuruh Herman dan Jeger menguji kemampuan kamu. Mereka ini dulunya bekas anak buah kesayangan Ayahmu. Kamu juga masih kenal dengan orang ini kan?" tanya Mang Karta menunjuk seorang pria berumur 45 an yang dari tadi hanya duduk dan tidak sempat aku perhatikan.

"Mang Udin !" Ujarku kaget melihat kehadiran Mang Udin Tompel yang pernah bertemu denganku di Garut.

Aku menyalami ke 3 orang itu, para pria yang usianya tidak jauh berbeda dengan Mang Karta. Walau usia mereka sudah berumur, aku yakin kemampuan bertarung mereka tidak diragukan. Terutama Herman dan Jeger, aku yakin kalau tadi mereka bersungguh sungguh tentu aku sudah celaka sekarang.

"Sudah dulu ngobrolnya, ini kopi dan pisang gorengnya dimakan." kata Bi Narsih keluar membawa kopi dan pisang goreng.

Kami meminum kopi dan makan pisang goreng yang dibawa Bi Narsih sambil menyusun rencana yang tidak sepenuhnya aku mengerti. Aku tidak tahu apa apa tentang dunia premanisme. Hidupku selama ini lurus dan cenderung monoton. Semuanya berubah setelah aku melakukan ritual di Gunung Kemukus.

"Jang, si Herman ini jago taekwondo, dia megang pasar xxxx. Walaupun wilayahnya kecil, tapi preman preman besar segan sama dia. Dulu dia pernah bentrok dan dihianati oleh Codet sehingga mendekam di penjara selama 10 tahun. Baru bebas setahun yang lalu.

Si Jeger dulu pernah jadi tangan kanan si Codet, tapi dalam sebuah transaksi Narkoba dia dihianati, sehingga mendekam di penjara 12 tahun. 6 bulan dia baru menghirup udara bebas.

Kalau Mang Udin pasti kamu kenal. Adiknya dijerumuskan menjadi PSK oleh Codet. Kejadiannya 14 tahun yang lalu. Kamu jangan menganggap remeh kemampuan Mang Udin ini. Di antara anak buah ayahmu Yang paling tangguh adalah Mang Udin. Bahkan Mang Karta tidak bisa mengalahkan Mang Udin dalam pertarungan satu lawan satu. Dia menguasai Silat Sera yang sempurna." kata Mang Karta memperkenalkan teman temannya.

"Bagaimana dengan, Anis ?" tanya Bi Narsih kepadaku.

"Anis sudah mengakui bahwa dirinya yang mencampurkan racun." lalu aku menceritakan semua kejadiannya dengan detil, kecuali pernikahanku dengan Anis yang aku rahasiakan.

"Kamu harus hati hati terhadap Anis, bisa saja dia akan menikammu dari belakang." kata Bi Narsih mengingatkanku.

"Iya, b!" kataku.

"Menghancurkan si Codet bukan hal mudah. Dia mempunyai jaringan yang kuat. Dia menguasai klub malam di beberapa tempat yang dijadikan sarang prostitusi dan peredaran Narkoba. Dia juga dilindungi orang orang penting di Jakarta. Selain orang penting, dia juga berhasil mengkordinasi sebagian besar preman di Jakarta. Dia sangat licik. Kita tidak bisa berhadapan langsung dengannya, kita bisa mati konyol." kata Mang Karta meneruskan.

"Tugas Ujang sekarang apa?" tanyaku bingung. Otakku tidak mampu berpikir. Aku terlalu naif untuk urusan seperti ini.

"Mang Karta sudah berhasil membongkar kedok Club xxx, salah satu club milik Codet. Ini akan membuat Codet marah dan bisa mengalihkan perhatian dia." kata Mang Karta tidak menjawab pertanyaanku.

Club xxx, bukankah itu club tempat Pak Budi diciduk polisi. Bahkan sampai sekarang Pak Budi masih belum keluar. Ternyata Club itu milik Codet.

******

7 hari setelah berkumpul di rumah Mang Karta.

Di kios aku lega melihat hasil kerja Lastri yang sangat bagus. Sejak 5 hari yang lalu semua urusan Kios aku serahkan ke Lastri, dari mulai menyusun pembukuan, keuangan dan keluar masuknya barang semua bisa dijalankan dengan baik. Aku juga menambah pekerja yang akan membantu semua pekerjaan Lastri.

Sebenarnya ini cukup beresiko, bagaimana kalau ternyat Lastri tidak jujur dan menggelapkan keuangan ? Kios ini akan bangkrut. Tapi semuanya sudah aku pikirkan.

Ada rencana besar lainnya, yaitu balas dendam. Kata yang terdengar aneh buatku. Jujur, rencana balas dendam jauh dari pikiranku. Kalaupun Balas Dendam menjadi tujuanku, karna aku ingin membalas budi ke Mang Karta dan Bi Narsih.

Hal yang yang paling aku takuti sekarang adalah mati muda. Bagaimana anak yang dikandung Ningsih kalau aku mati?

Untung saja Mang Karta da. Bi Narsih memberiku tungas ringan, yaitu mendekati anak si Codet. Aku melhat foto yang kupegang.

Namanya Sisca, anak pertama Codet dari istri pertamanya. Seoranv Mahasiswi di salah satu Univ Swasta di Bogor. Cantik juga, walau masih lebih cantik istriku. Mendekati seorang gadis, terdengarnya mudah. Tapi menurutku itu hal yang sulit. Aku belum pernah mendekati seorang gadis apa lagi harus mengeharnya. Selama ini aku mendapatkan kemudahan lewat ritual Sex Gunung Kemukus. Tanpa basa basi dan proses yang berbelit.

"Jang, kok dari tadi melamun terus?" tanya Lastri mengagetkanku.

"Gak apa apa, Las. Nanti malam kamu kuliah, gak?" tanyaku berbasa basi.

"Enggak, kan malam minggu. Emangnya kenapa?" tanya Lastri tersenyum manis.

"Tutup kios kita jalan jalan yuk!" ajakku.

"Gak mau. Ke kontrakan Las, aja. Mumpung suaminya Mbak Heny keluar kota." kata Lastri.

"Kan ada Mbak Heny." kataku.

"Gak apa apa, lagi pula kamu ditungguin Mbak Heny." kata Lastri lagi.

"Mbak Heny ada perlu, apa?" tanyaku heran.

"Pengen dihamilin, kamu." kata Lastri setengah berbisik membuatku kaget. Wah, aku bakalan 3some lagi, nich.

Setelah menutup kios aku mengantar Lastri pulang ke kontrakannya yang tidak jauh dari pasar. Ternyata Heny kakaknya Lastri sudah pulang lebih dahulu.

"Wah Ujang, ke mana aja? Lupa ya sama Heny? Kan kamu udah janji mau ngehamilin. Heny!" kata Heny tanpa basa basi lagi.

"Mbak Heny, A Ujang baru sampe udah ditagih janji. " kata Lastri tertawa geli melihatku yang salang tingkah.

"Eh, sibuk Mbak." kataku agak risih mendengar perkataanya yang tanpa tedeng alingnya.

Mbak Heny tidak menggubris ledekan Lastri, dia duduk di sampingku, sementara Lastri masuk dapur mau membuatkanku kopi.

"Jang, kok kamu tegang amat? Santai aja, kan mau dikasih enak. Mau dapet dua memek." kata Heny sambil meraba kontolku yang masih tidur dari luar celana.

Lastri yang membawa kopi hanya geleng geleng melihat kelakuan Mbaknya yang gak tahu malu.

"Mbak, jaga image apa. Ketauan amat pengen ngentotnya." kata Lastri mengingatkan Heny sambil meletakkan kopi di meja.

"Namanya juga ngebet pengen hamil." Kata Heny cuek.

Melihat kelakuan Heny yang kegatelan membuatku horny, aku memeluk wanita bersuami itu. Kucium bibirnya dengan bernafsu. Tanganku menyusup masuk ke selangkangannya yang ternyata sudah tidak memakai celana dalam, sehingga tanganku menyentuh jembutnya yang lebat dan belahan memeknya yang ternyata sudah basah.

"Memek Mbak sudah basah, ya?" tanyaku sambil jariku menusuk masuk memeknya.

"Iya, liat kamu datang memekku langsung basah." kata Heny membiarkan jariku mengocok ngocok memeknya. Heny membuka tank topnya dengan cuek.

"Mbak, pindah ke kamar, inikan ruang tamu." kata Lastri memperingatkan. Kali ini Heny mau mendengar perkataan Lastri. Dia menarik tanganku masuk kamarnya. Tidak ada ranjang, hanya kasur busa besar di atas lantai.

Heny membuka roknya sehingga kini dia benar benar bugil mempertontonkan tubuhnya yang langsing menggoda. Ada yang membuka bajuku dari belakang ke atas dan melepaskannya lewat kepala. Aku yakin itu Lastri. Karna Heny sibuk melepaskan ikat pinggang dan kancing celanaku lalu meloloskannya lewat kaki.

Heny berjongkok di hadapan kontolku, dilahapnya kontolku dengan rakus sambil tangannya mengocok ngocok kontolku, wanita yang sangat berpengalaman memanjakan kontol cowok.

Lastri tidak mau kalah, dia menciumi bibirku dengan sepenuh hati, berbeda dengan ciuman Heny yang penuh nafsu. Ciuman Lastri seperti ciuman Ningsih dan Lilis yang penuh cinta dan.perasaan.

"Udah Mbak, aku nanti keburu keluar...!" kataku menahan kepala Heny yang sedang mengocok kontolku.

"Iya, Jang. Kalau mau ngecrot di memek aja, biar aku cepet hamil." kata Heny sambil tidur terlentang dengan paha mengangkang lebar.

Aku segera membungkuk se selangkangan Heny, mulutku nyosor ke memeknya yang agak membuka dan lpbangnya terlihat basah berlendir. Tentu akan terasa nikmat kalau aku seruput cairannya yang gurih.

"Ennnak Jang, memekku diemt kamu, terussss....!" Heny menggelinjang nikmat saat lidahku bergerak liar di lobang memeknya dan itilnya. Sengaja ku permainkan birahinya agar mencapai puncaknya sebelom kontolku mengocok memeknya.

Dan benar saja setelah lidahku menggelitik memeknya, tidak sampai lima menit, Heny menjerit mendapatkan orgasmenya.

"Jang, akkkku kelllluarrrrr.... Gila lidah kamu..!" Heny menjambak rambutku dan membenamkannya di memeknya. Tubuhnya mengejang nikmat. Jambakannya lepas saat orgasmenya reda.

Aku bangkit menoleh ke arah Lastri yang sudah bugil dan duduk memperhatikan kami. Kutarik tangan Lastri agar tiduran di samping Heny. Aku membuka pahanya agar mengangkang lebar. Saat aku membungkuk untuk menjilatinya, Lastri menutupi memeknya dengan telapak tangannya.

"Memek Lastri jangan dijilatin. Memek Lastri kotor, pernah dientot puluhan kontol. Memek Lastri pernah jadi pelacur. Langsung entot, aja." kata Lastri melarangku menjilati memeknya.

Aku mengalah, merangkak di atas tubuh mungil Lastri yang menuntun kontolku di pintu masuk memeknya yang ternyata sudah basah. Terbukti kontolku dengan mudah menerobos masuk memeknya dengan mudah.

"Ennnnak, kontol A Ujang sampe mentok memek Lastri." kata Lastri matanya terlihat sayu, tangannya merangkul leherku.

Perlahan aku memompa memeknya denga lembut selembutnya agar Lastri tidak ingat penderitaannya saat menjadi PSK di Gunung Kemukus. Aku yakin, stiap pria yang dilayaninya akan memperlakukannya dengan kasar dan terburu buru.

"Ennak A, ngentotnya....!" Lastri mencium bibirku, terlihat rona bahagia di wajahnya yang cantik.

Pinggulku terus memompa memeknya dengan berirama berusaha memberikan kenikmatan maksimal ke wanita yang sudah sangat membantuku mengelola kiosku. Hingga ahirnya Lastri merteriak lirih menyambut orgasme yang begitu dahsat. Pinggulnya terangkat menyambut hantaman kontolku.

"A Ujang,,,,,,, Las kelllluarrrrr..... Nikmat...!" memek Lastri berkontraksi meremas kontolku dengan lembut disertai rasa hangat menyelimuti batang kontolku. Tangannya memelukku sangat erat.

Lastri melepaskan pelukannya setelah badai orgasmenya reda, aku bangkit dari atas tubuhnya lalu pindah merangkak di atas tubuh Heny yang langsung mengangkang siap menerima hujaman kontolku di lobang memeknya.

Dengan mudah kontolku menerobos masuk memeknya yang sudah sangat basah. Pelahan aku mulai memompa memek Heny yang sangat becek sehingga jepitannya tidak begitu terasa.

"Cepetin ngentotnya, Jang, biar enak." kata Heny sambil menggerakkan pinggulnya naik turun dengan cepat.

Aku memompa memeknya dengan cepat dan bertenaga menimbulkan bunyi keciplak yang merdu. Aku melirik kontolku yang keluar masuk memeknya terlihat berkilat dan lengket oleh cairan memek Heny berpadu dengan lendir memek Lastri.

"Gilaaa, Jang. Kontol kamu samle mentok memek gue..." kata Heny sambil memegang pinggulku membantunya agar bergerak semakin cepat mengocok memeknya yang sudah sangat licin.

"Jang, gueee kelllluarrrrr lagiii..." Henya menarik pinggulku agar kontolku terbenam hingga dasar memeknya.

Seyelah badai orgasmenya reda, aku kembali memompa memeknya membabi buta agar secepatnya meraih orgasme. Agak lama aku memompa memeknya dengan cepat, hingga ahirnya aku merasa kontolku berkedut akan menembakkan pejuh disertai rasa nikmat yang membuat tubuhku mengejang tanpa dapat aku tahan.

"Mbak, akkkku kelllluarrrrr...." tubuhku mengejang nilmat. Dan tidak lama kemudian.

"Gueeeee jugaaa kelllluarrrrr...." Heny mengejang dan tangannya memeluk pinggangku dengan keras.

*****

Jam 8 aku sampai rumah, betapa kagetnya saat aku melihat Ningsih yang membuka pintu sambil menangis.

"Ada apa, Ning?" tanyaku hawatir.

Ningsih tidak menjawab, memegang tanganku masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu ternyata Lilis juga sedang menangis membuatku semakin hawatir, apa yang sebenarnya terjadi?

"Abah Haji meninggal, Jang..!" kata Lilis sambil memelukku.

"Abah Haji siapa, Lis?" tanyaku bingung. Setahuku, mertuaku belum jadi Haji.

"Ayahnya A Budi, A.. Kena serangan jantung." Ningsih menjawab pertanyaanku.

Aku kaget mendengar berita mendadak ini. Saat itu juga tanpa meminta persetujuan Lilis aku menelpon Mang Karta memberitahu kabar duka ini dan sekalian minta tolong dicarikan supir untuk mengantar kami ke Garut malam ini juga dengan menggunakan mobil Pak Budi.

Untungnya Mang Udin masih ada di rumah Mang Karta dan dia biasa jadi supir. Jam 10 kami berangkat ke Garut. Alhamdulillah perjalanan lancar, jam 3 pagi kami sudah sampai di rumah orang tua Pak Budi.

Sampai rumah, Ambu ibunya Pak Budi langsung memeluk Lilis, je dua wanita itu berpelukan sambil menangis. Setelah bisa menguasai diri, Ambu mengajak Lilis masuk kamarnya, cukup lama mereka di dalam kamar, sedangkan aku dan Mang Udin langsung mengaji Yassin di samping jenazah.

Tiba tiba Ningsih memanggilku dan mengajakku masuk kamar yang biasa di tempati Lilis. Kulihat Lilis sedang memperhatikan beberapa lembar foto.

"Ada apa Lis?" tanyaku was was.

"Abah kena serangan jantung setelah melihat foto foto ini. Foto yang sama seperti yang Lilis teri.a sehari sebelum Ujang pulang dari Gunung Kemukus." kata Lilis sambil memperlihatkan foto foto Pak Budi sedang bermesraan dengan seorang pria tampan yang pernah aku temui di penginapan.



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com