𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐤𝐮𝐬 ( 𝐁𝐚𝐠.𝟓𝟏 : 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐫𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐃𝐢 𝐒𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐏𝐫𝐞𝐦𝐚𝐧 )


Aku bersiaga menghadapi kemungkinan terburuk. Pertarungan terbuka bisa terjadi setiap saat, apa lagi melihat orang orang itu sudah bersiap sejak pertama kali aku datang ke halaman belakang.

Ternyata dugaanku tidak salah, seorang pria yang berada tidak jauh dariku menghantamkan tinjunya ke arah wajahku. Reflek aku menghindar ke samping. Tapi justru aku disambut oleh sebuah pukulan yang mengarah ke wajahku. Aku menangkis sambil bergerak menghantam ke wajah pria yang berada di sampingku.

Strategi yang salah, karena gerkanku sudah terbaca oleh pria itu, hanya dengan memiringkan wajahnya, pukulanku yidak mengenainya. Justru pukulannya yang menghantam telak perutku. Aku terhuyung hyung ke belakang menahan sakit dan mual di perutku.

Saat aku menahan sakit, sebuah tendangan mengarah ke wajahku, reflek aku menggulingkan tubuhku ke samping menghindari tendangan. Aku bergulingan menjauh, tapi justru badanku tertahan oleh sebuah kaki yang menginjak leherku.

Wajahku pucat dan semakin pucat begitu tahu siapa yang menginjak leherku. Ternyata Mang Udin yang sudah beberapa minggu menjadi lawan latih tandingku. Mang Udin mengangkat kakinya dari leherku dan mengulurkan tangannya membangunkanku yang tergeletak tidak berdaya.

"Kang Ujang harus lebih giat berlatih lagi melawan lebih dari 4 orang. Terutama kewaspadaan Akang yang masih kurang. Akang terlalu percaya sama orang." kata Mang Udin menepuk nepuk pundakku.

Mang Udin kembali mendorongku ke tengah lapangan untuk bertarung. Bukan, bukan bertarung. Tapi berlatih menghadapi 4 oranv sekaligus tanpa memberiku kesempatan istirahat.

Entah berapa kali aku terkena pukulan di sekujur tubuhku. Aku harus jatuh bangun menahan sakit. Ada rasa penyesalan di hatiku karena dulu tidak mengikuti Ujian terahir Silat Cimandeku. Yaitu bertarung menghadapi 4 orang sekaligus dengan tangan kosong sebelum dinyatakan lulus.

Dan sekarang aku harus menghadapi ujian melawan 4 orang dengan berbagai macam ilmu bela diri yang berbeda aliran denganku.

Ahirnya Mang Udin menyuruh kami berhenti setelah badannku babak belur. 2 orang pria yang mau menolongku berdiri aku tepiskan tangannya. Aku marah pada diriku sendiri yang tidak mampu memenangkan pertarungan dengan 4 orang. Bagaimana aku bisa melindungi orang orang di sekelilingku?

Mang Udin duduk di sampingku, tangannya merangkul pundakku. Tepulan yang mampu menghiburku.

******

"Ini tempat apa?" tanyaku ke Mang Udin setelah sekujukur tubuhku dipijit dengan menggunakan minyak Balur Cimande yang terkenal dengan hasiatnya yang dahsat. Konon mampu menyambung tulang yang patah.

"Tempatnya Kang Karta, di sini tempat kumpul para mantan jagoan yang sudah insyaf, mereka berkumpul dan tinggal di sini dengan keluarga mereka. " kata Mang Udin.

Pantas aku melihat banyak anak anak dan perempuan, rupanya mereka tinggal dengan keluarga mereka. Tidak seperti pertama kali aku datang hanya melihat beberapa pria berwajah sangar. Mungkin karena sudah malam, jadi anak anak sudah pada tidur. Rencana yang matang dan penuh perhitungan.

"Kenapa mereka semua dikumpulkan di sini?" tanyaku heran.

"Mereka lama berkecimpung di dunia hitam, banyak musuh yang mungkin saja dendam dan berniat mencelakakan mereka. Dengan bersatu kami bisa saling bantu. Kami jadi lebih kuat." Mang Udin menjelaskan. "Terutama untuk bersiap menghadapi orang itu." Mang Udin meneruskan perkataanya dengan bibir yang terlihat jelas olehku bergetar.

"Siapa orang itu, Mang?" tanyaku heran.

"Nanti kamu akan tahu sendiri." katanya.

"Aku mau pulang, kasian Ningsih nanti hawatir karena aku belum pulang." kataku ke Mang Udin.

"Kamu tidak akan bisa pulang sebelum mengalahkan para jago yang berada di sini, Kang." kata Mang Udin sambil meninggalkanku sendirian di kamar.

Mendengar apa yang dikatakan Mang Udin membuatku marah karena merasa dikhianati dan juga putus asa, bagaimana caranya agar aku bisa mengalahkan para jago di sini. Sedangkan menghadapi 4 orang saja aku tidak mampu.

Tiba tiba aku teringat dengan mimpiku di Gunung Kemukus, ketika Senopati Kebo Abang berusaha memulihkan kesaktiannya. Entah kenapa aku jadi teringat semua caranya, mungkin cara ini bisa aku gunakan memulihkan tubuhku yang babak belur dihajar oleh 4 orang.

Aku mulai bersila membayangngkan hawa hangat di antara alat kelamin dan anusku atau yang dibilang oleh Senopati Kebo Abang sebagai Chakra Dasar (Maludara). Sifatnya tanah. Hawa hangat yang makin panas. Aku menggerakkan hawa panas itu dengan pikiranku menuju Chakra Seks (Svadhisthana) yang terletak di bawah pusar seperti yang dilakukan senopati Kebo Abang, hawa panas itu berputar. Lalu kembali aku menggerakkan hawa panas menuju Chakra Pusar (Manipura) yang terletak di pusar. Pinggangku terasa lebih enak oleh rasa hangat yang nyaman. Perlahan hawa itu aku salurkan ke Chakra Jantung (Anahata), terasa hawa sejuk mebyelimuti dadaku. Setelah dadaku terasa nyaman. Kembali aku menggerakan hawa itu Chakra Tenggorokan (Vishudda), lalu ke Chakra Mata Ketiga (Ajna) yang terletak di tengah ke dua mata, lalu kembali aku gerakan menuju Chakra Mahkota (Sahasrara). Agak lama hawa itu berputar di ubun ubunku atau cakra mahkota.

Lalu aku menarik hawa itu ke bawah melalui kepala bagian velakang, tulabg leher merambat ke tulang punggungku kembali ke tulang ekor, berkumpul di Cakra Dasarku.

Setelah sejam bermeditasi mengikuti cara yang aku dapatkan dalam mimpi, tubuhku terasa lebih segar. Memar di sekujur tubuhku mulai hilang dan pikiranku terasa lebih enteng.

Aku segera keluar kamar, di ruang tamu Mang Udin sedang mengobrol dengan seseorang yang belum pernah aku temui. Mang Udin menoleh. Aku pamitan mau ke Rani dan Rini yang tentunya sudah menungguku dari tadi.

Rani berteriak kegirangan melihatku datang, Rini langsung memelukku senang. Janggal rasanya, dua anak gadis yang ayahnya pernah jadi lawanku kini begitu tergantung padaku.

"Kang Ujang kok baru datang? Rani cemas takut ada apa apa
" tanya Rani.

Melihat ke dua gadis itu mengingatkanku dengan mimpiku di Gunung Kemukus, saat Senopati Kebo Abang mengambil keperawanan dua orang gadis untuk memulihkan kesaktiannya. Hampir sama dengan kejadian aku mengambil keperawanan ke dua gadis ini dan aku bisa memulihkan kondisi tubuhku yang babak belur dengan cepat.

Apakah benar dengan bersetubuh seseorang bisa meningkatkan kekuatan dan kesaktian seperti dalam mimpiku. Atau yang sudah menjadi kepercayaan orang turun temurun dengan berzina di Gunung Kemukus semua keinginannya akan terkabul. Entahlah, semuanya masih teka teki. Kalaupun sekarang tiba tiba aku menjadi kaya dan dikelilingi oleh wanita wanita cantik, itu karena ada seseorang yang mengaturnya. Dan menurut pengakuan Bu Dhea, orang itu adalah Bi Narsih.

Kenapa aku tidak mempraktekannya seperti dalam mimpiku. Ide yang menarik dan situasinya sangat mendukung. Kedua gadis ini sudah dengan sukarela menyerahkan dirinya untuk kunikmati.

Tapi, tujuanku saat ini adalah mencari kebenaran tentang teka teki yang membuatku pusing. Tentang kebenaran berita kematian Ayahku, tentang kebenaran bahwa Bi Narsih yang mengatur Ritual Sex di Gunung Kemukus hingga aku bisa menikahi Ningsih, tentang keterlibatan Mang Karta. Tujuan yang sebenarnya akan bermanfaat buatku atau tidak.

Dan kenapa harus dimulai dari Gunung Kemukus. Jalan hidupku berubah total. Apa kah ini sebuah awal. Atau sebuah "KARMA".

Dalam tulisan-tulisan Tantra, energi seksual dan spiritual seorang wanita yang sering disebut sebagai shakti. Dewi Shakti merupakan prinsip atau energi perempuan. Meskipun Shakti adalah kekuatan perempuan, kekuatan ini berada baik pada perempuan maupun laki-laki. Perempuan dipandang sebagai “wali/wakil” dari energi shakti. Menurut tulisan-tulisan Tantra kuno, kekuatan shakti tak terbatas. Setelah terbangun, kekuatan spiritual, energik, dan seksual ini dapat disalurkan menjadi kekuatan.

Setelah kebangkitan, Shakti bangkit tulang belakang untuk bertemu Shiva, pasangan laki-lakinya. Bersama energi gabungan keduanya menciptakan “kekuatan”.

Aku terhentak dengan pikiran yang datang tiba tiba, pikiran yang muncul karena teringat mimpiku tentang Senopati Kebo Abang. Tidak aku coba.

"Kang Ujang dari tadi ngeliatin Rani mulu. Pengen lagi, ya?" tanya Rani menggodaku dengan meremas dadanya yang jumbo.

"Iya nich Kang Ujang yang diliatin dadanya Kak Rani mulu, mentang mentang dada Rini kecil." kata Rink merajuk.

Aku tertawa lucu melihat Rini yang cemburu. Aku bangkit dan menggendong Rini masuk kamar. Aku akan berusaha mempraktekan Ritual Sex yang aku dapat di Gunung Kemukus untuk mendapatkan kekuatan agar bisa mengalahkan para jago yang berada di sini.

Dikamar aku segera menelanjangi gadis cantik yang kesenangan aku gendong. Aku juga segera membuka bajuku. Lalu aku membaringkan tubuh Rini.

Kucium bibinya yang tebal dan sexy, tanganku membelai dadanya yang berukuran sedang dan terlihat indah. Lalu tanganku bergerilya di lembah sempit yang mulai basah.

Mulutku bergerak menciumi dan menghisap dadanya, kubayangkan yang kuhisap adalah kekuatan Shakti yang terdapat di dalamnya. Aku berusaha menghisap sepuasnya agar semua kekuatan Shakti terkumpul di dan menyatu di tubuhku mengalir melalui tulang shumsuna ku.

Mulutku beralih menjilati lobang sempit yang tersembunyi di selangkangannya. Kuhisap cairan hang keluar dari dalamnya, inilah Cawan Anggur kenikmatan milik Shakti. Cawan Anggur Kenikmatan yang akan membuatku lebih kuat lagi. Kuhirup aromanya yang memabukkan.

"Aduhhhh Kang, memek Rini ennnak banget." suara rintihan Rini terdengar samar. Aku berkonsentrasi penuh untuk membangkitkan kekuatan tersembunyiku.

Setelah puas menghirup tetes anggur kenikmatan yang keluar dari memek Rini, aku menarik tangan gadis belia itu agar menduduki kontolku yang menjulang dengan perkasanya menembus memek mungil Rini hingga dasarnya.

Kubiarkan gadis belia itu memacu kontolku, sedangkan aku larut dalam meditasiku. Larut dalam kekuatan alam semesta yang berpusar diantara tubuh kami. Aku berusaha membangkitkan kekuatan yang selama ini tertidur dalam diriku.

"Kang, kontolnya ennak banget." Rini semakin larut dalam gelora birahinya.

Entah sejak kapan Rani masuk kamar dalam keadaan telanjang, dia memelukku dari belakang. Menciumi leherku membuatku semakin larut dalam meditasiku.

"Kang, Riniiii gak kuat, ennnnak dientot....!" Gadis belia utu mengejang melepaskan Shakti dari tubuhnya memasuki tubuhku. Menembus jalur Shumsumnaku yang selama ini tersumbat.

Aku mengangkat tubuh Rini dan membaringkannya tanpa melepas kontolku dalam cengkeraman memeknya. Perlahan aku mulai memacunya, mendorong energi Shakti yang sedang menjalar di jalur shumshunaku.

Kuatur nafasku sehalus mungkin agar tidak terbawa oleh oleh birahi yang akan membuat energiku buyar.

"Ampunnnn Kang. Rini kelllluarrrrr lagi. Dientot ennnak." tubuh gadis itu menggeliat menggapai orgasmenya yang ke dua.

Aku bangkit dan kembali bersila, mengatur energi yang masuk ke dalam tubuhku. Aku tersenyum ke Rani dan menyuruhku menunggangi kontolku yang menjulang gagah siap menerobos memeknya yang mungil.

Rani yang sudah terangsang segera menduduki kontolku yang langsung menerobos memeknya. Tubuh kami kembali bersatu. Kupeluk tubuh montoknya dalam meditasiku, sementara Rani memacu kontolku dengan irama yang halus seirama dengan aliran nafasku.

Kubiarkan Rani memacu tubuhku, mengalir seirama nafasku dan menyatu dalam pusaran energi yang bergejolak di dalam tubuh kami.

"Kang Ujang, enak kontol." kata Rani terdengar semakin merdu. Seperti musik yang mengiringi kekhusukan meditasiku.

Wajahku terbenam di dada jumbonya yang akan segera mengeluarkan ASI ketika dia hamil.

"Kang, ennak....!" Rani mengejang menyambut orgasme.

Aku gulingkan tubuhnya, lalu aku mulai memacunya dengan lembut dan bertenaga. Membuat Rani semakin mengerang diombang ambing badai birahi. Hingga ahirnya bendunganku jebol membanjiri memek Rani.

"Akuu kelllluarrrrr lagiii..." Rani memelukku menyambut berjuta benih kehidupan yang tumpah di memeknya.

*****

Keesokan harinya tubuhku terasa sangat segar bertenaga. Gerakanku menjadi ringan dan rasa percaya diriku meningkat. Aku berjalan dengan keyakinan tinggi menemui Mang Udin.

Dengan penuh percaya diri aku berpamitan pulang ke Mang Udin. Walau aku belum tahu hasil ritualku dengan Rani dan Rini apakah benar benar bisa membuatku lebih kuat dan bisa mengalahkan para jago yang dikumpulkan oleh Mang Karta. Tapi aku tidak punya pilihan lain, untuk bisa keluar dari tempat ini aku harus bisa mengalahkan mereka.

Mang Udin hanya yersenyum lalu mundur menjauh. Seorang pria langsung menyerangku bersamaan dengan temannya. Dua pukulan yang datang dari arah yang berbeda. Cepat dan bertenaga. Inting dan refleksku secara ajaib meningkat, aku bisa menangkis dan menghindar serta membalas pukulan mereka dengan cepat yang tidak bisa mereka hindari. Tubuh ke dua orang yang menyerangku terjungkal.

Para jago yang melihat gerakanku terkejut kaget, gerakanku berbeda sekali dengan yang kemarin. Aku sendiri juga merasa terkejut dengan kemampuanku yang meningkat dalam waktu semalam.

Beberapa orang langsung mengelilingiku, melancarkan pukulan bertubu tubi bergantian dengan temannya. Serangan mereka seperti gelombang yang tidak memberi kesempatan buatku untuk balas menyerang. Mereka bergerak mebyerang dengan kompak seperti sebuah team, ketika temannya diserang, teman lainnya menghadang seranganku.

Hebatnya aku bisa mengimbangi mereka, kemampuanku meningkat dalam semalam. Bahkan setelah beberapa saat terlibat dalam perkelahian keroyokan ini, aku semakin mengerti dan paham dengan gaya berkelahi jalanan. Pukulanku mulai bisa mengenai mereka satu persatu.

Lawanku mulai berkurang setelah pukulanku menghantam tiga orang pengeroyokku. Aku semakin menggila, dua orang lagi berhasil aku lumpuhkan.

Saat aku mulai berada di atas angin, ada sebuah pukulan dari samping yang menghantam wajahku tanpa bisa aku hindari, tubuhku terpelanting jatuh.

"Mang Karta...!" teriakku kaget melihat orang yang berhasil memukulku ternyata Mang Karta.

Bersambung......


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com