𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐤𝐮𝐬 ( 𝐁𝐚𝐠.𝟑𝟓 : 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐫𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐓𝐞𝐫𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 )


Eh, udah waktu bayi." jawabku salah tingkah.

Marni tertawa geli yang melihatku gugup dan tiba tiba berkeringat dingin. Sehingga dia tidak menyadari kalau bayinya sudah terlelap dan puting teteknga sudah tidak lagi dikulum bayinya. Ada sisa sisa ASI yang terlihat samar membuatku meneguk air liur yang memenuhi rongga mulutku.

"Idih mata kamu sampe melotot liat tetek, Marni." kata Marni yang menyadari anaknya sudah tidak lagi menyusu sehingga puting teteknya menjadi tontonan gratis. Bukannya memasukkan teteknya ke dalam baju, Marni malah memencet teteknya sehingga ASInya menetes dari putingnya.

"Susunya banyak ya, Jang? Kalau gak sering dikeluarin jadi sakit." kata Marni sambil mengusap bukit payudaranya yang besar.

Melihatku yang melotot melihat payudaranya, Marni tertawa geli lalu memasukkan payudaranya ke dalam dasternya yang kebesaran lalu Marni bangun dari duduknya.

"Marni mau nidurin si kecil di dalam dulu, ya!" Kata Marni berjalan masuk kamar meninggalkan aku yang bengong sendiri.

"Jang, bisa minta tolong ?" tanya Marni dari dalam kamar.

"Minta tolong apa?" tanyaku dari ruang tamu.

"Tolong ambilin bungkusan plastik hitam di atas lemari kamar depan." kata Marni lagi.

Aku masuk kamar yang akan aku tempati sampai malam Jum'at Kliwon, di atas lemari ada sebuah bungkusan dalam plastik hitam, mungkin ini yang dimaksud Marni. Iseng aku melihat dalamnya, ternyata sebuah dildo berukuran sebesar kontolku. Wah ternyata Marni cewek maniak.

Aku masuk ke ruang tengah, ada 3 kamar, entah yang mana kamar marni. Ada 1 kamar yang pintunya terbuka bersebelahan dengan kamar yang aku tempati. Mungkin ini kamar Marni. Aku melongok ke dalam, Marni duduk di pinggir ranjang sedang membetulkan posisi tidur anaknya. Marni tersenyum melihatku berdiri di pintu.

"Tolong taruh di meja, Jang. Sebagai ucapan terima kasih, kamu aku kasih ASI. " kata Marni sambil mengeluarkan payudaranya dari dalam daster lewat celah daster yang kancingnya sudah terbuka.

Marni duduk di pinggir ranjang, tangannya menarik tanganku menyentuh payudaranya yang besar. Tentu saja aku tidak menolak meremas payudara besar yang sudah menjadi perhatianku saat tersembunyi di balik dasternya.

Penasaran dengan rasanya, aku menunduk dan menghisap putingnya yang berwarna coklat kehitaman, ada cairan yang keluar dari puting, rasanya gurih tapi berbeda dengan rasa susu kaleng yang manis maupun susu bubuk yang pernah aku minum.

Marni memeluk kepalaku, badannya semakin condong ke belakang hingga ahirnya rebah di kasur membuatku ikut tertarik menimpa payudaranya yang jumbo membuatku gelagapan sulit bernafas saking kerasnya Marni memeluk leherku.

Aku menarik nafas lega saat pelukan Marni mengendor. Kembali aku menghisap ASI yang keluar dari payudara Marni yang gurih dan menyegarkan, sementara payudaranya yang satunya aku remas remas dengan lembut sehingga ASInya keluar membasahi tanganku.

Puas menyusu aku bangkit berdiri menegakkan badanku yang pegal karna membungkuk terlalu lama membungkuk. Marni tersenyum melihatku, kakinya diangkat.ke tas ranjang sehingga dasternya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang besar dan mulus. Marni mengangkat pinggulnya dan tangannya menurunkan celana dalamnya yang berwarna putih.

"Jang, jilatin memek Marni, donk.!" Marni bicara tanpa malu malu, pahanya mengangkang lebar memperlihatkan bibir memeknya yang bergelambir dan tembem. Warnanya hitam jembutnya jarang.

Aku langsung saja berjongkok di pinggir ranjang, mulutku langsung menyosor ke memek Marni, baunya sangat tajam dan memeknya sudah sangat basah terlihat olehku. Tapi baunya yang menyengat bukanlah masalah buatku. Aku mulai menjilati lobang memek Marni dengan rakus mengisap cairanya tanpa merasa jijik.

"Aduhh Jang. Marni cuma becanda minta memek dijilat, kamu malah beneran. Ennnak banger, Jang. Padahal suami Marni gak pernah mau. " Marni mengangkat pinggulnya menerima hujaman lidahku di memeknya. Aku semakin bersemangat menjilati memek Marni dan kadang aku gigit gelambir memeknya sambil aku tarik tarik pelan. Itilnyapun aku hisap membuat Marni blingsatan mengangkat pinggulnya.

"Jang, Marniii kelllluarrrrr.... !" Marni menjambak rambutku dan menekannya ke memeknya membuatku meringis menahan sakit. Aku menarik nafas lega saat Marni melepas rambutku.

Marni tidak menyadari saat aku beridiri dan membuka celana terburu buru. Marni masih terpejam menikmati sisa sisa orgasmenya. Aku langsung mengarahkan kontolku ke lobang memek Marni yang agak terbuka, sebelum Marni menyadarinya kontolku sudah .enerobos masuk memeknya dengan mudah.

"Aduh memekku kok kamu entot? Tanya Marni mengangkat tubuhnya melihat ke arah memeknya yang sudah tertembus kontolku.

Aku nenarik kontolku hingga tersisa kepala kontol yang masih terbenam lalu kembali kudorong menerobos masuk hingga dasar memek Marni yang melihat takjub memeknya diterobos kontolku yang besar dan panjang.

"Gila, kontol kamu gede amat dan panjang banget." Marni terus melihat kontolku yang bergerak mengocok memeknya.

"Ennak banget kontol kamu sampe mentok...!" Marni kembali merebahkan tubuhnya, tangannya memegang kakinya agar mengangkang lebar.

Aku semakin kencang mengocok memek Marni, berpacu dengan waktu sebelum Bi Narsih kembali. Tanganku meremas payudara jumbo Marni.

"Memek kamu ennnak banget, Mar..." ucapku semakin mempercepat kocokanku sehingga ranjang ikut terguncang.

"Ammmmmpuuun, Marni kelllluarrrrr...." Marni menjerit lirih saat badai orgasme kembali menghempaskannya ke langit ke 7, tangannya mencengekeram sprei hingga kusut.

Tanpa memperdulikan Marni, aku terus mengocok memeknya membuat Marni semakin blingsatan keenakan. Tiba tiba Marni bangun dan mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari memeknya. Kontolku terlihat mengkilap oleh lendir memek Marni.

"Jang, kamu di baaah, gantian aku di atas." Marni menarikku naik ke ranjang. Aku lalu terlentang di atas ranjang di samping anaknya yang tidur pulas.

"Kontol kamu gede banget, Jang." kata Marni memenggenggam kontolku lalu dengan bernafsu Marni melahap kontolku disertai lidahnya menjilati kepala kontolku membuatku menggelinjang kegelian.

Setelah puas menghisap kontolku, Marni berjongkok mengarahkan kontolku ke lobang memeknya yang sudah sangat basah. Perlahan Marni menekan kontolku memasuki memeknya hingga dasarnya. Nikmat sekali rasanya.

Marni mulai memompa kontolku dengan cepat sehingga payudara jumbonya berguncang keras begitu indah dan menggiurkan. Yanganku meraih payudara jumbonya agar tidak terjatuh. Gesekan kontolku di memeknya menimbulkan bunyi keciplak yang merdu.

"Marni, kok bisa kamu ngajak aku ngentot kan kita baru kenal ?" tanyaku penasaran sambil terus meremas teteknya.

"Ini Gunung Kemukus, orang bisa bebas milih pasangan ngentot setiap saat, Jang. Ennnak kontol kamu sampe mentok." kata Marni.

"Marni, apa apaan kamu. Suami kerja kamu malah enak eanak ngentot sama orang yang baru kamu kenal.!" kata Bu Tris yang tiba tiba sudah ada di kamar membuatku pucat ketakutan, berbeda dengan Marni yang kelihatan cuek dengan kehadiran ibu ya dia terus memompa kontolku dengan cepat.

"Gak apa toch, Bu. Memekku sudah lama gak dipake suamiku. Kontolnya Mas'e guede banget, Bu....ampunnnnn akkkku kelllluarrrrr lagiii..!" Marni mengeram menyambut orgasme ke 3nya di depan Bu Tris yang melihat kami.

Setelah badai orgasme reda, Marni bangun dan menyuruh bangun juga. Marni merebahkan tubuhnya di bekas tempatku, dasternya di angkat hingga perut, pahanya yang besar mengangkang lebar.

Buruan, Jang. Entot Marni lagi. Ibu gak akan marah dan gak akan bilang bilang ke orang
" kata Marni cuek dengan kehadiran Ibunya. Mungkin benar apa yang dikatakannya, ini Gunung Kemukus.

Aku merangkak di atas tubuh Marni yang langsung menuntun kontolku ke lobang memeknya. Dengan mudah kontolku kembali amblas di memek Marni. Aku melirik ke arah Bu Tris, ternyata sudah tidak ada. Aku mengocok Marni dengan cepat agar secepatnya menyemprotkan pejuhku ke memeknya. Sementara mulutku menghisap ASInya dengan rakus, nikmat dan mengeyangkan.

"Marniii akkkku kelllluarrrrr...." aku mengeram menembakkan cairan pejuhku ke lobang memeknya dan tidak berapa lama Marni pun mendapatkan orgasmenya lagi dan lagi dalam waktu hanya beberapa detik.

Kami berciuman lama setelah badai orgasme reda. Perlahan aku menarik keluar kontolku dari lobang memek Marni, aku melihat cairan pejuhku perlahan keluar dari memek Marni.

"Jang, makasih sudah muasin Marni, selama ini Marni gak pernah puas sampe pake dildo buat muasin diri sendiri." kata Marni mencium pipiku.

Aku tersenyum lalu memakai celanaku kembali sebelum Bi Narsih mergokin aku habis ngentot dengan Marni. Kemudian aku ke kamar mandi buat mencuci kontolku agar sisa sisa lendir memek Marni hilang.

Selesai mencuci kontol, aku langsung masuk kamar. Rasa kantukku tidak mampu aku tahan lagi dan aku berharap mimpi yang sambung menyambung itu tidak datang lagi setelah Senapati Kebo Abang jatuh ke jurang dan pasti dia sudah mati, berarti mimpi anehku yang sambung menyambung akan berahir juga.

Perlahan kesadaranku hilang.

******

Aku terjatuh ke dalam jurang , untungnya ini bukan jurang yang tegak lurus, tapi mempunyai kemiringan sehingga banyak pohon pohon kecil yang tumbuh liar. Aku masih sempat meraih batang pohon yang sedikit banyak menahan tubuhku agar tidak terperosok makin dalam.

Aku menendang tanah yang lembab penuh dengan tumbuhan liar sehingga ujung kakiku amblas, kakiku yang satunya kembali menendang tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pijakan.sedangkan tanganku berusaha nencengkeram tanah yang dipenuhi akar. Aku merayap naik dengan perlahan.

Dari atas aku mendengar jeritan Mbakyu Sekar memanggil namaku. Aku tidak berani menjawab panggilannya. Musuh yang menyerangku dari belakang pasti masih mengintai, kalau dia tahu aku selamat pasti dia akan kembali menyerangku begitu aku muncul.

Satu gapaian tangan lagi aku sampai.tempatku terjatuh. Aku diam merapal Ajian Sapta Pangrungu berusaha mendengar suara nafas dari musuh yang menyerangku. Hanya ada 3 irang yang bernafs dan aku yakin ke nafas itu adalah Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang. Setelah aku yakin tidak ada orang lain, aku naik.

"Adik Kebo Abang, kamu selamat?" Mbakyu Sekar berteriak kegirangan melihatku muncul dari bibir jurang.

Tiba tiba ada serangan lagi yang mengarah kepalaku, dengan gesit aku memiringkan kepalaku dan serangan itu lewat tidak mengenaiku. Sekarang aku bisa meluhat si penyerang gelap itu sedang bergelantungan di pohon. Ternyata itu adalah seekor Lutung. Berarti yang menyerangku tadi hanyalah seekor Lutung.

Aku benar benar marah, seorang bekas Senopati Majapahit dipermainkan seekor Lutung. Aku mengambil 2 buah batu sekepalan tangan dan melemparkannya ke arah Lutung. Hebat, Lutung itu bisa menghindari lemparanku yang terkenal jitu. Lutung itu bisa menghindar dari lemparan pertamaku, tapi tidak dengan lemparan ke duaku yang tepat menghantam dadanya. Lutung itu terjatuh dan langsung lari diikuti oleh teman temannya.

"Tenaga saktimu sudah mulai pulih, Adik Kebo Abang !" Mbakyu Sekar tersenyum senang melihatku sudah mulai bisa bergerak lincah. Dan aku baru menyadarinya.

"Benarkah itu, Mbakyu?" tanyaku ingin meyakinkan ucapan Mbakyu Sekar. Aku memejamkan mata berkonsentrasi pada cakra dasar, kurasakan hawa panas yang membakar.

Aku segera bersila menuntun hawa panas di cakra dasar naik ke cakra pusar, perlahan aku mengalirkan hawa panas itu memasuki senua cakra utama yang ada di dalam tubuhku hingga ahirnya mencapai cakra mahkota. Dari cakra mahkota aku mengalirkan hawa panas itu turun ke tulang punggung, semakin turun je tulang ekor hingga kembali ke cakra dasar. Aku mebgulanginya sebanyak 7x, sehingga semua cakraku benar benar bersih dan terbuka kembali.

Aku bangkir, menyalurkan tenaga saktiku ke telapak tangan menghantam pohon sebesar paha kaki orang dewasa. Dhuar, pohon itu tetap berdiri tegak tidak bergeming sedikutpun. Aku melangkah mundur. Perlahan lahan pohon itu tumbang. Batang bagian dalam yang terkena pukulanku telah hancur. Inilah kehebatan ajian Gelap Sayuta,. Bagian dalam yang terkena pukulanku akan hancur.

"Adikku Kebo Abang, tenaga saktimu sudah pulih bahkan kamu sudah mencapai tingkat tertinggi Aji Gelap Sayuta." Mbakyu menatapku kagum.

Tiba tiba aku mendengar teriakan di atas bukit dan suara senjata yang beradu. Telah terjadi pertempuran di atas bukit. Apakah para prajurit pajajaran telah mengetahui keberadaanku ?

"Mbakyu, telah terjadi pertempuran di atas bukit, mari kita bantu Kakang Ginggi." aku tidak menunggu jawaban Mbakyu Sekar, aku langsung mengangkat tubuh Chentini dan Nawang, kedua gadis itu berteriak kaget dan tangan mereka memeluk leherku agar tidak terjatuh.

Aku berlari dengan menggendong Chentini dan Nawang di kiri kananku. Tenaga saktiku sudah pulih, tubuh ke 2 gadis itu terasa enteng. Hanya saja lariku tidak bisa secepat biasanya sehingga Mbakyu bisa mengimbangi kecepatan lariku yang dibarengi dengan aji Kidang Kancana.

Sesampainya di puncak bukit aku melihat Kakang Ginggi sedang menghadapi 5 orang lawan yang mengeroyoknya. Sedangkan ke 5 anak buah Kakang Ginggi sudah tewas dan ada juga 5 orang lawan yang tewas.

Aku segera menurunkan Chentini dan Nawang, secepat kilat aku melakukan serangan ke orang orang yang sedang mengeroyok Kakang Ginggi. Belom sempat pukulanku nengenai orang orang yang mengeroyok Kakang Ginggi, sebuah tangan yang kuat memotong seranganku sehingga aku terhuyung ke samping karna tidak menduga.

"Senapati Setan Kober !" teriakku kaget melihat musuh bebuyutanku yang telah menghancurkan tenaga saktiku. Setan Kober adalah bekas Senopati Majapahit yang bergabung dengan kerajaan Demak. Ada dendam pribadi di antara kami. Tepatnya Setan Kober sangat membenciku karna aku pernah menjalin asmara dengan istrinya yang terkenal cantik.

"Hari ini kamu akan mati, Kebo Abang." belum habis ucapannya, Setan Kober sudah menusukka tombak panjangnya ke ulu hatiku.

Aku bergerak ke samping menangkis tombaknya panjangnya dengan tombak pendek yang selalu terselip di pinggangku. Unilah pertaruhan hidup mati yang sering kami lakukan. Ini harus menjadi pertarungan terahir. Salah satu di antara kami harus mati hari ini.

Setan Kober mulai menggunaka ilmu pamungkasnya Aji Jala Sutra, sebuah ilmu yang berasal dari daerah pesisir, maka tidak heran langkah kakinya lebar dan agak tegak. Seperti jala, gerakkanya melingkar mengurungku dengan serangan bertubi tubi. Selalu bergerak menghindari pertarungan jarak dekat. Itu sebabnya tombak panjang menjadi andalan Setan Kober.

Berbeda denganku yang berasal dari daerah pegunungan, aji gelap sayutaku mempunyai langkah yang pendek dan rendah, selalu melakukan serangan dengan jarak dekat, sedekat mungkin. Maka tombak pendek menjadi senjata paling cocok.

Setelah melalui pertarungan panjang dan melelahkan, ahirnya aku melihat celah yang sangat kecil, aku melesat mendekat sambil menghindar dari tusukan tombak yang mengarah leherku. Tombakku menusuk ulu hati Setan Kober yang tidak mampu menghindar. Satu satunya gerakkan yang bisa dilakukan Setan Kober adalah menghantam kepalaku dengan tombak panjangnya. Reflek aku bergulingan menghindar dan melepaskan tombakku yang tertancap menembus ulu hati Setan Kober.

Aku berdiri tegak melhat Setan Kober terjungkal ke belakang. Ahirnya musuh bebuyutanku tewas di tanganku dan juga ke 10 orang anak buahnya. Ginggi dan ke 5 anak buahnya juga tewas. Tinggal aku, Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang yang masih hidup.

Aku menarik nafas panjang, lalu mulai menggali tanah untuk mengubur semua mayat yang ada dengan dibantu Mbakyu Sekar. Setelah selesai mengubur senua jenazah, kami masuk pondok.

"Mbakyu, berikan Chentini dan Nawang hadiah uang emas, besok kamu antar mereka pulang. Sebarkan ke setiap orang bahwa kalian telah mendapat hadiah dari Pangeran Samudra, sebarkan pada setiap orang, barang siapa yang datang ke tempat ini, semua keinginannya akan terkabul." kataku kepada Mbakyu Sekar.

"Tapi Adik Kebo Abang, apabila tersiar berita tentang keberadaan kita di sini, pasukan dari Demak akan menyerang kita." kata Mbakyu Sekar, khawatir.

"Prajurit Demak tidak akan ke sini, Mbakyu. Aku ingin semua orang mengenal nama Pangeran Samudra, hingga tempat ini akan menjadi terkenal sepanjang masa hingga dunia mengetahui nama Pangeran Samudra. " kataku tegas.

Tiba tiba semuanya menjadi gelap. Keadaan sekelilingku berubah, tidak ada pondokan, Mbakyu Sekar, Chentini dan Nawang. Semuanya hilang, bahkan Kebo Abang pun hilang.

"Ritualmu sudah sempurna, anakku." aku mendengar suara tanpa wujud.

******

"Jang, bangun. Udah 2 hari kamu pingsan. " aku mendegar suara panggilan Bi Narsih sambil menangis.

"Mbak, kita bawa ke RS saja y? Sudah 2 hari gak bangun bangun." suara Pak Tris terdengar khawatir.

"Iya, Pak. Anter saya nyari mobil buat bawa Ujang ke RS." kata Bi Narsih pelan.

"Bu, saya nitip ya. Saya mau nyari mobil diantar Pak Tris" kata Bi Narsih.

"Iya, Mbak. Hati hati di jalan" sekarang aku mendengar suara Bu Tris yang bicara.

Lalu hening, tak ada suara. Ada seseorang yang meraba keningku, tanganya begitu halus dan wangi bedak bayi. Apakah ini tangan Marni?

"Badannya mulai dingin, Bu." sekarang suara Marni yang berbicara.

"Jangan jangan anak ini sakit gara gara minum ASI kamu? Dia keracunan ASI Kamu. Dia kan langsung sakit sehabis nyusu ke kanu." kembali suara Bu Tris.

"Ibu, dedek aja minum ASI malah sehat. Ibu ini ada ada saja." kata Marni.

Bersambung.........?




Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 - 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟐𝟓 | 𝐑𝐞𝐣𝐞𝐤𝐢 𝐓𝐚𝐤 𝐓𝐞𝐫𝐝𝐮𝐠𝐚 𝐂𝐢𝐞𝐥𝐥𝐨...


"Kalo udah ngurusin anak... Nggak pernah bakal bisa kelar..." Ucap Citra dalam hati, "Semakin besar mereka tumbuh.... Semakin banyak pula hal yang harus diurusin...."

Dengan malas, Citra melangkah ke meja riasnya. Duduk di bangku pendek sambil menatap lurus kedepan, kearah cermin rias yang menampakkan wajah cantiknya.

"Ooohh lendir Clara..." Bisik Citra sambil mengamati wajah lepeknya yang baru saja disembur oleh cairan kenikmatan putri kandungnya, "Mama sama sekali nggak nyangka... Kalo kamu juga senakal itu Sayang... Sudah mulai bermain-main dengan kontol Mike... "

"Putri kandungku... Mempermainkan kontol suamiku...."
"Bakal sejauh apa kamu bermain-main dengan ayahmu Sayang...?"
"Ohhh....Clara...Mike.... dan Ciello....Kalian benar-benar membuatku pusing...." Ucap Citra yang kemudian merayap naik ketempat tidur. Berusaha menenangkan kekalutan pikirannya.

"Apa Mike sudah tahu kelakuan mesumku dengan Ciello ya...? Sehingga ia berani berbuat seperti itu bersama Clara...?" Batin Citra berusaha mengkoreksi diri, "Ah... Tapi nggak mungkin... Mike sama sekali tak pernah berada dirumah ketika aku sedang bermesraan bersama Ciello..."

"Tapi... Kalo Mike beneran bisa tahu mengenai hubunganku dengan Ciello... Kenapa ia tak pernah membahasnya sama sekali...? Malahan dia bermain api dibelakangku...?"

"Bermain api....?" Ucap Citra lirih.

"Sama sekali nggak kebayang... Kalo memek Clara yang mungil itu beneran dientot oleh kontol panjang dan besar milik Mike..." Pikir Citra lagi sambil membayangkan segala kemungkinan yang terjadi pada hubungan putri dan suaminya, "Kalau begitu... Apa itu artinya aku juga harus membalas Mike dengan melakukan perbuatan yang sama...? Ngentotin kontol Ciello yang tak kalah besar itu...?"

"Oooohhh.. Kontol Ciello.... " Lenguh Citra yang tiba-tiba, mulai meraba-raba liang kewanitaannya sambil membayangkan sodokan tajam penis anak kandungnya, "Kalo Mike sampai berani berlaku mesum kepada Clara.... Kenapa aku tidak ya...?" Tambah Citra yang entah kenapa merasa semakin terangsang karena bayangan erotis penis Ciello membelah liang sempit vaginanya
"Sssshhhh... Ciellooo.....***ra-gara Papa... Mama bisa ngewujudin kepengenan Mama nih... Oohhh... Disodok kontol besar anak sendiri..... Ehhmm..." Desah Citra yang dengan satu jarinya, mulai mengusap biji klitorisnya yang perlahan mulai membesar. Menggosok dan mencubiti daging mungil yang ada diantara liang bibir kenikmatannya. Semakin lama semakin cepat, cepat dan cepat. Hingga tak memerlukan waktu lama, kecipakan lendir vaginanya mulai terdengar nyaring. Meleleh keluar seiring gerakan kocokan jemarinya keluar masuk di liang peranakannya.

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK.... CLOK CLOK... CLOK CLOK...

"Oooohhh.... Ssshhhh... Cielloo.... Sini'in kontolmu Sayang... Mama pengen ngejilat batang panjangmu... Oooohhhh...Ciellooo Saayaaangg..." Lenguh Citra sambil meremas-remas kedua payudaranya. Tak lupa, ia juga memilin sembari menggigit-gigit putingnya pelan.
"Eeehhmmmhhh... Iyaaa Sayang.... Ssshhh.... Ooohhh..... Isep tetek Mama... Iseep... Issep yang kenceng Sayaaang... "Racau Citra keenakan sambil terus mengobel vaginanya sendiri.

CLOK... CLOK CLOK... CLOK CLOK

"Oooohhh... Iyaaa... Iyaaahhh... Terus Saayang... Isep tetek Mama yang kenceng Sayang... Isep yang kenceeng... Ooohhhh..." Sambung Citra yang makin tenggelam dalam gelombang birahinya.


CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK.. CLOK CLOK.. CLOK CLOK..

Tak henti-hentinya, Ibu dua anak itu terus mengocok liang vagina sempitnya dengan kecepatan tinggi, berharap agar kedutan getar birahinya dapat segera ia rasakan dengan nikmat.

Namun aneh. Pada permainan jarinya kali ini, Citra merasa ada sesuatu yang berbeda. Ia merasa jika masturbasinya ini jauh lebih nikmat daripada biasanya. Terlebih ketika ia memikirkan tentang perbuatan mesum Mike ketika mencabuli putri kandungnya, membuat orgasmenya terasa lebih cepat datang. Oleh karenanya, tak jarang Citra lepas kontrol untuk menahan diri supaya tak berteriak karena kenikmatan kobelan jarinya sendiri.

"Ooohhh... Kamu nakal Maasss.... Kamu ... Ooohh... Nakal..... Shhhhh....." Seru Citra terus mengobel vaginanya, "Kamu tega mencabuli putri kandungmu... Oooohhh... Kamu tega menyemprotkan pejuh kontolmu pada putrimu sendiri.... Ooohhh... Kamu nakal Maaasss....."

CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK

Semakin nikmat Citra merasakan gelombang orgasmenya datang, semakin kencang pula ia mendesah dan berteriak keenakan. Akibatnya, Ciello yang baru saja selesai membersihkan lantai didekat ruang keluarga, mampu mendengar lenguhan-lenguhan ibu kandungnya yang sedang memacu birahinya itu. Akibatnya, Ciello pun penasaran dan mendekat kearah kamar Citra. Mencari tahu lebih jelas tentang apa yang sedang terjadi pada ibunya. Dan begitu ia sampai didepan pintu kamar Citra, ia mendapati pemandangan yang seketika mampu membuat penisnya tegang kembali.

"ASTAGA... Memek Mamaaa..." Kaget Ciello dengan mata terbelalak menatap suguhan vagina berdaging merah muda tanpa rambut milik Citra yang menghadap tepat kearah pintu. Dengan lutut yang tertekuk keatas membentuk huruf M, membuat Ciello dapat dengan puas melahap semua tingkah mesum ibu kandungnya..

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK

"Oooohhh... Maaassss.... Adek bakal balas kamu Maaass.... Adek bakal balaaaasss kaamuuu...." Lenguh Citra sambil terus mengaduk jemari tangannya pada liang beceknya, "Cieeeelllooo.... Sini Sayaannggg... Oooohhh.... Ayo masuk...." Panggil Citra ditengah khayalannya.

Mendengar namanya dipanggil, membuat Ciello mengira jika Citra benar-benar mengajaknya masuk kekamar dan bermain birahi bersamanya. Penis Ciello pun langsung ikutan mengeras melihat kondisi telanjang Citra yang begitu menggairahkan. Membuanya langsung meremas-remas batang penis kebanggannya dari luar celana.

"Ooohhh... Ciellooooo.... Isep memek Maaamaa Sayang... Sssshhh... Ooohhh....Isep yang kenceng... Oooohhh... Ciello Sayaaang..." Erang Citra berulangkali, seolah benar-benar sedang berbicara dengan putranya.

Mendengar kalimat-kalimat mesum Citra, membuat Ciello menjadi kehilangan akal. Ia merasa jika lenguhan-lenguhan yang diucapkan ibunya itu adalah sebuah undangan baginya untuk bisa ikut bergabung dan bermain birahi bersama wanita yang telah melahirkannya.

"Oooohhh... Ssshhh.... Iya begitu Sayangg... Isep memek Mama Sayang... Iseeepp... Ooohh...Jilatin juga itil Mama Sayang... Ooohhh... Ngentottt..... Enak sekali lidah Sayang...Ooohhh...Enak sekali...."

Karena berulangkali mendengar desahan ibu kandungnya, Ciello pun mulai terbuai dalam imajinasinya. Sehingga perlahan, ia pun membuka pintu kamar Citra dan melangkah kedalam. Mendekat kearah ibu kandungnya yang sedang telanjang dan memacu birahinya cepat-cepat.

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK

"Oooohhh.. Ngeentttooott.... Ciello Saaayaaaanngg... Isep yang kuat Sayang.... Ooohh... Enak sekali Saayaaanngg... Jilatanmu... Bikin memek Mama makin nyut-nyutan... Bikin Mama cepet mau keluaaarrr... Ooohh... Enaakk... " Erang Citra dengan tubuh yang terus meliuk-liuk keenakan. Matanya terpejam erat dengan punggung yang melengkung-lengkung kebelakang

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK

"SSHHH....Oooohhh... Ngeentttooottt... NGENTTOOTTT... Ciiieellloooo... ISEP yang kenceng Sayang... Oohh... Jilaat memek Mama....Gigit itil Maamaa... Ooohh.. Ngeentttooott....NGEENTOOOTTTTT....."

"Oohh... Mama... Ciello nggak tahan lagi Maaa... " Desah Ciello yang tak mampu lagi membendung gejolak birahinya., "Kalo memang Mama mau Ciello entotin... Ciello bakal bantuin...." Tambah putra kandung Citra yang makin gelap mata.

Selagi Citra masih tenggelam dalam kenikmatan birahinya, Ciello pun buru-buru melepas semua baju yang menempel pada tubuhnya. Setelah itu, ia merangkak naik keatas tempat tidur Citra. Dengan perlahan, Ciello mendekat ke tubuh Citra yang masih terus mengocoki vagina beceknya sambil menatap gerakan jemari tangan ibu kandungnya dari dekat.

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK

"Mama rupanya sudah benar-benar tenggelam dalam lautan birahinya.... "Celetuk Ciello ketika ia naik ketempat tidur. "Mama benar-benar nggak sadar akan adanya aku..." Tambah Ciello girang.

"Oooohhh... Ciieeellloooo... Bantuin Mama orgasme Sayaangg... Bantuin Mama buat ngebales tingkah mesum Papamu..... OOHHH.. Iyaa.... Begitu Sayang... Ssshh... OOHHHHH.... NGENTOOTTT...."

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK

"SSSHH... OOOHH... NGENTOTTT... OOHH... Jilatan lidahmu memang enak banget Cielloo... Bikin memek Mama nyut-nyutan... Oooohh... Terus Sayang... Oohhh... Ssss.... Bentar lagi Mama keluar Sayang.... Oooohh.. Bentar lagi Mama mau ngecrot Cielloku Saayang... Oooohhh...."

"Inilah saaatnya..." Batin Ciello ketika melihat tanda-tanda tubuh Citra yang mulai kelojotan karena akan mendapat gelombang orgasmenya, "Aku harus bisa menyodok memek Mama.... Iya... Harus bisa...." Tambah Ciello yang ingin segera mewujudkan khayalan mesumnya itu. Ia benar-benar ingin bisa menyetubuhi tubuh ibu kandungnya secepatnya.

"Heh Kontol....Itu lubang memek yang bakal menjadi target tujuanmu... " Ucap Ciello pada batang penisnya dalam hati, sambil merangkak lebih dekat ke tubuh ibu kandungnya, "Itu lubang nikmat yang bakal ngambil keperjakaanmu....." Tambahnya lagi sambil mulai mengocok dan mengarahkan kepala penisnya maju keselangkangan sempit Citra.

CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK... CLOK CLOK CLOK...

"Ooohhhh... Ciellooooo.... Iyaaaa.... Iyaaa terus begitu Saaayaaanggg.... Jilat yang kuaaat... Sedot lendir memek Mamamu ini Sayaaang... Ooohh issseeeeppp.... Ssshhh... Ooohhhh.... " Desah Citra sambil terus mengobok-obok liang kewanitaannya, tanpa mengetahui jika ujung penis kebanggaan putranya sudah tertuju kearah vaginanya, "Kalo Papamu bisa bermain mesum dengan adikmu... Kenapa Mama nggak bisa bermain mesum ama kamu ya Sayang... Ohhh Cielloooo.... OOOHHH... NGENTOOOTT.... Mama bentar lagi keluar Sayaaang... Oooohhh.... Cieeellloooooo...."

"Iya Maaa... Kita balas aja perlakuan Papa...." Seru Ciello yang tiba-tiba sudah berlutut di depan selangkangan Citta. Ia kemudian memegang dan membentangkan kedua lutut Citra kesamping, hingga membuat celah vaginanya terbuka lebar. Setelah itu, putra kandung Citra buru-buru mengarahkan kepala penisnya maju, ketengah-tengah selangkangan ibu kandungnya.

"Looohhh...? CIELLOOO....?" Kaget Citra ketika merasakan sentuhan tangan Ciello pada kakinya, "Kok kamu ada disini Sayang...?"
"Iya Maaa.... Ciello bakal bantuin Mama ngebalas perbuatan Papa Maaa... "
"Eehh...? Tapi kok kamu telanjang bulat Sayang...?" Heran Citra.
"Ooohh... Ini... Ciello juga bakal bantu Mama buat ngedapetin orgasme Maamaaa.... " Jawab Ciello enteng sambil mecabut jemari tangan Citra yang masih mengobok-obok vaginanya lalu menggantikannya dengan batang penisnya.
"Loooh...? Sayang....? Kamu mau apa...?"

Tak menjawab pertanyaan Citra, Ciello hanya tersenyum lebar sambil menempatkan batang penisnya pada liang senggama ibu kandungnya. Setelah itu, ia memukul-mukul celah kenikmatan yang ada didepannya itu dengan penis panjangnya pelan.

PLEK.... PLEK PLEK... PLEK....
Suara batang penis Ciello yang ditepuk-tepukkan pada pada mulut vagina Citra sebelum akhirnya, ia mengarahkan kepala penisnya tepat pada lubang kenikmatan ibu kandungnya. Dan, tak lama kemudian Ciello mulai mendorongnya maju.

CLEEEEPPPP...

Tanpa pemanasan dan basa-basi, Ciello langsung menjejalkan kepala penisnya yang berukuran jumbo itu kearah liang sempit ibu kandungnya. Membuat Citra yang masih kaget karena keberadaan Ciello makin kaget lagi karena ulah nekat anak kandungnya.

"HUUUOOOHH... SSSHHH.... SAYANG....? ... Kookk... ? KAMU MAU APAAA.....?" Kaget Citra begitu mendapati kepala batang penis putranya mulai menyeruak masuk kedalam celah vaginanya.

"Ciello mau bantuin Mama..."
"ASTAGA.....Besar sekali kontol Ciello...." Jerit Citra dalam hati begitu melihat kearah batang kelamin putranya yang mulai terbenam kedalam liang kenikmatannya.

"Uuuhhhh... Heeeeggghhh.... Susah banget masuknya ya Maaa...." Erang Ciello yang merasa begitu kesulitan dalam menembus gerbang pertahanan vagina ibunya.
"LOOOHH.. JANGAN SAYANG... JANGAN SODOKIN KONTOLMU KE MEMEK MAMAA..." Panik Citra sambil berusaha menghalau tubuh putranya maju sembari mendorong mundur perut Ciello sebisa mungkin, "Aaarrgghhh..... Ssshhh.... Jangan sodok memek Mama nak... Sakit Cielloooo.... Kontol kamu KEGEDEAN Sayang.... Memek Mama nggak muaaatt.... Aaarrgghhh... Sakiiitt... Sssshh..."

"Heeeggghhh..... Bentar Maaa... Memek Mama pasti muat kok... Ciello cuman mau bantu Mama ngebales perlakuan Papa..." Seru Ciello yang kemudian mengambil ancang-ancang sebelum merangsek maju, mendorong kepala penisnya kedalam lobang sempit milik ibu kandungnya sekuat tenaga.

CLEEEPEGG... JDUGH...
"Aduuuhhh.... Ssshhh... SAAAKKKIITTTT CIELLOOO.... " Teriak Citra ketika merasakan ada sesuatu yang melenting keluar dari vaginanya sebelum mendapat tubrukan dari tubuh Ciello.
"Uuuhhh... Aduuhh.... Maaf Maaa..." Ucap Ciello yang ikutan kaget karena melihat penisnya melenting keatas, terlepas dari jepitan liang kenikmatan ibu kandungnya. Buru-buru, putra kandung Citra itu kembali mengarahkan kepala penisnya ke lubang senggama Citra dan menekannya maju," Bentar maaa.. Ciello masukin kontol Ciello lagi..."

CLEEEPPP..
"Uuugghhh..... Heeegghhhh... " Erang Ciello yang segera berusaha menjejalkan kepala penisnya lagi secara paksa kedalam vagina Citra dengan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya, "Lemesin otot memeknya Maa... Biar kontol Ciello bisa masuk....."
"Ooohhhh... Sayang.....Sakiiittt.... Ssshhh... Jangaaannn sodok memek Mama lagi Sayang... Uuuhhhh... Ssshhh... Kontol kamu tuh kegedeaaann.... " Rintih Citra sambil terus mencoba menjauhkan tubuh Ciello dari selangkanganya.

Namun rupanya hal itu sia-sia. Karena sekuat apapun Citra berusaha mendorong tubuh Ciello menjauh, tetap saja anak kandungnya itu tak bergeming sedikit pun. Ia masih saja terus mencoba merangsek maju guna menyodok vagina ibu kandungnya kuat-kuat.

"Ciello pasti sudah kehilangan akal sehatnya..." Batin Citra ketika menatap tajam kearah penis kering putranya yang berulang kali bengkok setiap kali didorongnya maju ke liang vagina Citra, "Ciello pasti sudah nggak mampu lagi menahan hasrat birahinya..."

Berulangkali melihat putranya kesulitan untuk menjebol otot vaginanya, membuat Citra pun kasihan karenanya. Apalagi, dengan adanya Ciello, Citra bisa sekalian membalas dendam kepada suaminya sekaligus mendapatkan orgasmenya secepat mungkin.

Sembari menahan rasa sakit pada vaginanya, Citrapun akhirnya pasrah dan membiarkan dirinya menjadi bulan-bulanan Ciello. Hanya saja, Citra harus bermain cantik supaya persetubuhan yang telah lama ia ingin lakukan bersama putranya sendiri tak membuatnya menjadi terlihat murahan dimata Ciello.

Dengan kata lain, walaupun Citra memang berhasrat untuk dapat bersetubuh dengan Ciello dan merasakan kenikmatan dari sodokan penis panjangnya, namun ia harus bertingkah seolah sama sekali tak menginginkannya.

"Uuuhh... Udaaahh... Jangan sodok-sodok memek Mama lagi Sayang... Saaakiitt... Kontolmu terlalu besar buat memek Mama..." Seru Citra yang masih berpura-pura mendorong tubuh Ciello menjauh darinya.
"Yah Mama... Bentaran lagi dooong.... Ini bentar lagi kontol Ciello bisa masuk Maaa...."
"Aduuuhhh... Apaan siiihhh.... Memek Mama tuh udah perih... " Bohong Citra, "Memek Mama tuh nggak bakalan muat buat disodok kontolmu Sayang... Nih lihat.... Memek Mama sampe merah begini..."

"Kok bisa Sakit sih Maa...?" Heran Ciello yang melihat kepedihan pada wajah ibunya, "Bukannya kontol Papa juga sebesar kontol Ciello Maa..?" Tanya Ciello sambil menepuk-nepukkan batang penisnya ke celah vagina ibunya.

PLEK PLEK PLEK....

"Ooohh... Ssshhh.... Mama juga nggak tahu kenapa Sayang... Sssshhh..."Jelas Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Yang jelas... Kontol kamu ini terlalu besar buat memek Mama...." Tambah Citra sembari menggigit bibir bawahnya, membuat wajah cantiknya makin terlihat begitu menggairahkan.
"Hmmm... Mungkin karena kontol Ciello masih kering kali ya Maa...? Jadi susah masuk ke memek Mama ini.... JUH...."
"Heeehhh... Kok kamu ngeludahin memek Mama...?"
"Hehehe....Biar nggak seret Maaa...." Celetuk Ciello singkat sambil kembali mengambil ancang-ancang guna menyodokkan kepala penisnya ke vagina Citra, "Tahan bentaran ya Maa... Sebentar lagi pasti bakalan terasa enak kok..." Ucap Ciello berusaha menenangkan pujaan hatinya.

CLEEEPPP....

"Aaarrgghh... Aaaduuuhhh... " Jerit Citra karena sodokan kasar penis putranya, "Udah udah.. STOP CIELLO... Mama nggak mau kamu entotin..." Hardik Citra dengan nada serius namun pelan., "Kalo begini caranya... Itu artinya... Kamu sama aja memperkosa Mama Sayang... "
"Bentar Maaa... HEEEGGGHHH... Ciello pasti bisa ngasih Mama enak kok.... Heeegghh... Bentar lagi Mama pasti ngerasa enak... " Erang Ciello yang karena birahinya sudah terlalu tinggi, sama sekali tak menggubris keberatan Citra. Malahan, ia terus berusaha melesakkan kepala penisnya kevagina Citra.

CLEPEEGG... JDUGH...
"Aduuuhhh...." Teriak Citra spontan karena lagi-lagi kepala penis Ciello terlepas dari lubang vaginanya dan melesak kebawah, kearah liang anusnya.
"Uuuhhh... Maaf Maaa...." Ucap Ciello yang lagi-lagi gagal mendobrak vagina Citra, "Kok susah banget sih nembusin memek ini...?" Heran Ciello sambil kembali menepuk-tepukkan batang penisnya kelubang kelamin Citra.

Karena sudah berulangkali Ciello gagal menembus vagina sempit Citra, membuat remaja tanggung itu pun memutar otak. Hingga tiba-tiba, Ciello segera merangkul kedua paha Citra dan merapatkannya ketengah tubuh kekarnya.

"Eeehh... SAYANG... ?? KAMU MAU NGAPAIN LAGI...?" Heran Citra panik ketika tiba-tiba tubuh bagian bawahnya terangkat tinggi-tinggi.
"Ciello mau kasih Mama enak...." Ucap Ciello singkat sambil memanggul kedua betis Citra di pundaknya dan kembali menyelipkan batang penisnya ketengah-tengah selangkangan Citra. Menembus paha mulus Citra.

SLEEEPPP...
"Ehhhmmm... Ssshh....Nggak dapet lubang memek Mama... Dapet jepitan bibir memeknya juga nggak apa-apa..." Ucap Ciello sebelum akhirnya ia menggoyang pinggulnya maju mundur dengan kecepatan tinggi

PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK...

Rupanya, karena sudah merasa putus asa akibat tak berhasil menyelipkan kepala penisnya pada liang vagina ibu kandungnya, Ciello memutuskan untuk menyodok-nyodokan penisnya ke sela-sela antara kedua paha ibunya. Menggesekkan batang panjangnya pada pangkal selangkangan Citra tanpa melakukan penetrasi sama sekali.

PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK..... PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK PLAK.....

"Oooohhhh... CIIEEELLLOOO.... STOOOPPP.... Geli baaanget Sayaaang.... Ooohh... " Seru Citra masih berpura-pura berusaha menjauhkan tubuh Ciello darinya. "Berhenti Sayang... Berhentiiii...."
"Sshhh....Bentar Maaa... Bentaran.... Ssshhhh... Uuhhh... Uuhhh... Uuhhh...Oooohh..." Lenguh Ciello sambil terus menyodok-nyodok pangkal paha Citra. Mulutnya meringis dan matanya merem melek keenakan.

Merasa diperlakukan kasar oleh putra kandungnya, entah kenapa membuat Citra sama sekali tak merasa terganggu. Malah anehnya, ia mulai bisa merasakan nikmat pada pangkal paha dan bibir vaginanya. Terlebih ketika klitoris Citra juga ikut terkena gesekan urat-urat yang ada pada sekujur batang penis putranya, membuat ibu muda itu pun mulai membalas perlakuan kasar Ciello.

PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK..... PLAK PLAK PLAK..... PLAK PLAK PLAK.....

"Ohhhh... Mamaaaa... Enaaak bangeeet ini Maaaaa....." Seru Ciello sambil terus menghentak-hentakkan tubuhnya maju mundur pada paha Citra. Menabraki sela-sela paha belakang dan pantat bulat Citra kencang-kencang.

"Kamu iniihh.. Hhhh... Kok... Nakal banget sih Sayang.... Kalo begini caranya.... Uuuhhh... Kamu sama aja memperkosa Mamamu...." Seru Citra lagi sambil terus berusaha melepaskan kakinya dari pelukan kasar Ciello, "Mama nggak bakal memaafkan kamu Sayang.... Hhhh... Nggak bakal....." Ucap Citra menegaskan, namun dengan nada yang tak menampilkan kemarahan sama sekali. Sehingga membuat Ciello makin bersemangat mempermainkan tubuh ibunya lebih jauh.

" Uuuhhh.... Uuuhhh.... Uuuhhh.... Ciello nggak merkosa Mama kok.... Ssshhh.... " Jawab Ciello singkat sambil sesekali mengecup paha dalam Citra. Membuat Citra makin merasa kegelian karena tingkah putranya. "Kontol Ciello khan cuman ngegesek pangkal paha Mama aja kok Maaa... Sama sekali nggak ngentotin memek sempit Mama... Uuuhhh.... Uuuhhh...." Jawab Ciello pede dengan nafas yang begitu menggebu-gebu.
" Hhh... Hhh... Hhh...Sama aja Sayang.... Kamu tetep aja merkosa Mama.... " Balas Citra sengit, "Kamu merperkosa ibu kandungmu sendiri.... Ssshshhh...."
"Maaf Maaa... Tapi ini juga gara-gara Mama.... Uuuhhh.... Uuuhhh...."
"Ssshhh... Gara-gara Mama gimana...?"
"Ya gara-gara Mama manggil-manggil Ciello buat ngentotin Mama... "
"Loohhh...? KAMU DENGER.....?" Kaget Citra.

"Iya Maaa... Jelas banget..." Jawab Ciello spontan, "Apalagi pas Mama bilang... Kalo memek Mama pengen dientot ama kontol Ciello... Uuuhh....Mamaaa.... Emangnya.... Mama beneran mau Maaa...?"
"ASTAGAAA... Kamu ternyata memang denger semua ya Saayang...? "Tanya Citra seolah lupa.
"Makanya... Gara-gara Mama manggil-manggil nama Ciello... Ciello jadi pengen beneran bisa ngentotin memek Mama... Oooohhh.. Mama.... Pasti rasanya enak banget ya Maa...?" Seru Ciello yang tiba-tiba menghentikan gerakan pinggulnya dan mengangkat betis Citra menjauh dari pundaknya. Setelah itu, Ciello membetangkan kedua kaki Citra lebar-lebar dan merebahkan diri diatas tubuh ibunya.

"Eeehh.. Eehhh... Sayang...? Kamu mau apaa...?" Kaget Citra yang melihat wajah Ciello mendekat kearah payudaranya.
"Ciello pengen netek Maa...." Kata Ciello singkat sambil menangkap kedua payudara besar Citra dan menghisapnya kuat-kuat. "HAAPPP... Sluurrpp... Sluurrpp... Sluurrpp... Cuuuupppp...."
"HUUUOOOOooooohhhh.... SAAAYAAANG....." Erang Citra kelojotan karena geli.

Dari seringnya melihat persetubuhan kedua orangtuanya, Ciello tahu jika payudara Citra adalah merupakan salah satu titik terlemahnya. Karena setiap kali Mike menjilat ataupun menghisap puting payudara ibu kandungnya itu, ia mampu membuat birahi Citra menjadi semakin terbakar. Hasilnya, Mike dengan mudah dapat dengan bebas memperlakukan tubuh Citra sepuas hatinya.

Begitupun dengan apa yang dilakukan oleh Ciello sekarang. Ia sengaja menghisap dan menyelomoti payudara Citra demi bisa memperlakukan tubuh ibu kandungnya sesuka hatinya.

"Huuooohh Saaayaaannngg... Jaaangaaan Iseppp tetek Mama Saayaaang...." Lenguh Citra yang mendadak pasrah. Tubuhnya yang semula tegang dan melakukan perlawanan karena tak ingin dijamah Ciello, pun langsung melemah. Tak mampu berbuat banyak karena hisapan kuat mulut putra kandungnya.

Melihat ibu kandungnya kelojotan, membuat Ciello semakin bersemangat. Ia segera menyelipkan batang penisnya pada kedua bibir vagina Citra sebelum akhirnya, anak lelaki Citra itu mulai menggerakkan lagi pinggulnya maju mundur. Menggesek liang kenikmatan ibunya tanpa melakukan penetrasi sama sekali.

SLEEP... SLEEP SLEEPSEP SLEEP... SLEP SLEEP SLEEP
Suara gesekan penis Ciello menggiling bibir kewanitaan ibunya yang terhempit antara tubuhnya mereka berdua.
"Ooohhh... MAMAAAA... Memek Mama pastinya rasanya enak banget ya Maaa...?"Tebak Ciello sambil terus menghisap dan menjilat puting payudara ibu kandungnya, "Bibirnya aja berasa enak gini... Apalagi lubangnya....Uuuhh... Mamaaaa....".
"Oooohhh... Ssssshhhh.... Sotoy deh kamu Sayang.... Aaaww... Uuuhhh... Geliiiii..." Jawab Citra pasrah.
"Masa geli sih Maaa...? Ini enak tauuukkk..... Cuuuppp Sluurp...Sluuurrpp."

Walau Citra sudah sering mendapatkan jilatan pada payudaranya, namun entah kenapa jilatan yang dilakukan Ciello saat itu benar-benar terasa nikmat. Jauh lebih nikmat daripada jilatan dan hisapan suaminya. Begitupun dengan gesekan yangbsedang Ciello terus lakukan pada bibir vaginanya. Walau penis besar Ciello sama sekali tak masuk kedalam vagianya, tetap saja hal itu mampu membuat bulu kuduk Citra merinding keenakan.

SLEEP... SLEEP SLEEPSEP SLEEP... SLEP SLEEP SLEEP

"Ooohhh..Ssshhh... Eeehhmmmhhh... Sssshhh.... Sayang... " Bingung Citra karena tak mengira jika orgasmenya akan datang secepat itu.
"Ohhh.. Iya Maaa...? Kenapa...?"
"Sshhhh... Ehhhmmm.... ENAK.... " Jawab Citra spontan sambil menggigiti bibir bawahnya.

"Hehehe..... Mama mau keluar yaa....?"
"Ooohhh... Shhh... IYAAA SAYANG.... Oooohhh... Sshhh... Uuhhh.... Uuhhh...."
"Yaudah... Kalo gitu... Kita keluar bareng aja yuuk Maaa... " Bisik Ciello pelan sambil mempercepat gesekan batang penis jumbonya pada luaran bibir vagina Citra.
"Ooohhh... Hhheemmhhh... " Jawab Citra sambil menganggukkan kepala yang kemudian, ia langsung membuka kakinya lebar-lebar, supaya urat-urat dibatang penis jumbo milik anaknya dapat menggaruk rasa gatal yang amat sangat di vaginanya.

SLEEP... SLEEP SLEEPSEP SLEEP... SLEP SLEEP SLEEP SLEEP... SLEEP SLEEPSEP SLEEP...

"Ooooooohhhh.... Cielloooo... Ooohhhh.... Ssshhh... NGENTOOOOTTT KAMU SAYANG... NGEENTOOT... " Racau Citra yang karena birahinya semakin tinggi, meremas-remas payudara besarnya sendiri.
"Oooohhh... Mama seksi banget Maa kalo mau ngecrit.... Meng... Gaa... I... Rah... Kan...."

"Oouuugghhh... Sayaang... Jangan goda Mama aaahhh.... Ooohh... Mama mau keluaar nih Sayang... OHHH... NGENTOOOTTT... MAMA mau KELUAR SAYAAANGGG..." Seru Citra yang merasa gelombang orgasmenya sudah begitu dekat, ikut-ikutan menggoyangkan pinggangnya. Mengimbangi gerakan-gerakan penis putranya ketika menggesek bibir vaginanya.
"Ooohhh... Maaamaaa... CIELLO JUGA MAAA... CIELLO JUGA PENGEN NGEECROOTT NIIH MAAA.... OOOOHHH... MAAMAAAA LONTEKKUU......"
"IYAAAHH... IYAAAHHH... IYAAAAAAHHHH OOOUUUGGGHHHH.... NGEEENTTTOOOTTT.... MAMA KELUAR NIH SAYANG... MAMA KELUUAAARRR.... OOOOUUUUGGGHHHH..."
"CIELLO JUGA MAAAAHHH... CIEEELLLOOO JUUUGGGAAAA... KITA KELUAR BARENG MAAAA...."

Dalam hitungan detik, kedua insan yang sudah tebenam dalam birahinya itupun akhirnya merasakan kenikmatan tertinggi dari sebuah persetubuhan.

CRRREETTT... CRREEETT.. CREECEETTT CREET CREETTT... CREEETTT...
CRROOOOTTT... CROOOTT... CROOCOOOTT CROOOTT.. CRRROOOOTTTTT...

Dalam nikmat orgasmenya, keduanya sama-sama kelojotan. Berkelejat-kelejat karena merasakan kedut nikmat hasil dari persetubuhan darurat mereka. Tubuh Ciello menekan-nekan batang penisnya kebawah, seolah berharap bibir vagina ibunya mampu mengurut batang penisnya hingga tetes sperma terakhir. Begitupun Citra, yang semakin membuka kedua kakinya lebar, bertujuan supaya klitoris dan celah vaginanya ikut merasakan garukan nikmat dari urat-urat penis putranya.

Berdua, mereka pun saling melenguh, saling mengerang, dan saling mengejat. Hingga pada akhirnya, semuanya sama-sama terdiam. Larut dalam sensasi nikmat orgasmenya masing-masing.

Sama-sama lemas. Sama-sama puas.

"Ooohhh Mamaaa.... Enak sekali Maaa..."
"Uuuhhh... Iya Sayang... Enak banget..."
"Makasih ya Maaa... Udah ngasih kesempatan ama Ciello... Buat bisa ngerasain nikmatnya meniduri tubuh seksi Mama... " Ucap Ciello yang kemudian memeluk tubuh Citra erat sambil mengecup bibir ibunya pelan.
"Uuuhhhsss... Ssshhh... Iya Sayang.... Jawab Citra singkat dengan tubuh yang masih menggigil-gigil keenakan, "Walau Mama sebenernya nggak mau ikut terlarut dalam kemesumanmu... Tapi jujur... Mama juga menikmatinya...."
"Beneran Maa...? Mama menikmati apa yang Ciello lakuin tadi....?"

Citra mengangguk,
"Wooww... Jadi... Mama suka Ciello entotin seperti tadi....?"

Tak menjawab pertanyaan Ciello, Citra pun hanya tersenyum. Ia memandang wajah putranya yang masih cengar-cengir diatas wajahnya. Sambil menatapnya kedua mata putranya yang memancarkan aura kesenangan yang amat sangat, ia kemudian menyentil kening Ciello dengan jari lentiknya..

PLETAK
"Aduh... Sakit Maaa..." Gerutu Ciello.
"Hihihi... Rasain..." Jawab Citra

PLETAK
Lagi-lagi, Citra menyentil kening Ciello, "Itu...Buat anak Mama yang nggak mau nurut..."

PLETAK...PLETAK
"Itu... Buat anak Mama yang nggak mau ngikutin perintah Mama... "

PLETAK...PLETAK....PLETAK...
"Itu... Buat anak Mama yang ternyata nakal dan mesum sekali..."

PLETAK...PLETAK....PLETAK... PLETAK...PLETAK....PLETAK...
"Itu... Buat anak Mama yang ternyata dengan gilanya... Memperkosa ibu kandungnya sendiri..."

"Hehehehe... Habisan... Mamanya juga siiihhh... Jadi Mama kok ngegemesin banget.... " Jawab Ciello beralasan, "Jadinya khan bikin Ciello makin sayang ama Mama...."
"Kalo Sayang... Ya nggak sampe merperkosa Mamanya sendiri dooong... " Celetuk Citra yang kemudian menyentil kening ciello untuk terakhir kalinya.

PLEETTTAAAKKK...

"Addduuuuuhhhh... Sakiiit Maaa.... " Gerutu Ciello lagi
"Sakit...?" Tanya Citra spontan, "Coba bandingin... Kira-kira, sakitan mana...? Disentil...? Apa disodok paksa ama kontol besarmu..?"
"Hehehe.. Makasih ya Maaa...." Cengir Ciello yang alih-alih menjawab pertanyaan Citra langsung memeluk tubuh ibu kandungnya erat-erat, "Maaakaaasiiihhh baaanyaaakkk...."

"Uuuuhhh... Iyaaa... Udah udah... Kamu tolong bangun dulu dong... Badan Mama sakit semua nih kamu tindihin begini.." Celetuk Citra sambil mendorong tubuh Ciello mundur.
"Eh iya Hehehe.. Maaf Maaa... Habisan badan Mama emang enak kalo ditidurin... "
"Huuuusssh... Emang badan Mama kasur...?"
"Kasur yang seksi dan enak Maaa.... Hehehe... " Jawab Ciello terus cengengesan sambil segera bangun dari posisi tengkurepnya.

"Hoooaaahhh... Akhirnyaaaa... " Lega Citra begitu terbebas dari tindihan tubuh kekar putranya. Namun begitu Ciello bangkit, betapa kagetnya ia ketika melihat jika tubuhnya bergelimangan begitu banyak sperma, "Astaga... Sayaaang... Pejuh kamu kok bisa sampe segini banyaknya sih... ? Badan Mama khan jadi basah semua gini...."
"Hehehe... Maaf Maaa... Sini-sinih Ciello bantu bersihin badan Mama... " Ucap ciello yang lalu meraih beberapa helai tissu dan mengelap tubuh ibunya.
"Kamu tuh yaaa.... Udah memperkosa Mama... Mejuhin Mama juga... Sumpah deh... Kamu tuh bener-bener... Jor... Roookkk... " Ucap Citra ketus sembari mengelap semua ceceran sperma Ciello pada tubuhnya.

"Yaaahhh.... Sprei mama jadi kotor deh... " Gerutu Citra sambil terus membesihkan lelehan sperma Ciello yang mengalir turun ke sprei, "Ntar pokoknya.... Kamu yang nyuciin loh yaaaa..."
"Hehehe iya Maaa Sayaaaanggg.. Pasti ntar Ciello cuciin ini semua... Bahkan kalo perlu... Ciello juga mau kok nyuciin badan ama memek Mama sekalian... "
"Yeeeee.... Maunyaaa...." Ucap Citra singkat.
"Hehehehe..... Ya mau lah Maaaa....." Jawab Ciello cengengesan sambil mengocok batang penisnya yang mulai menegang kembali.

"Astaga Sayang... Kontolmu kok masih aja ngaceng... " Kaget Citra begitu melihat batang penis Ciello yang sudah mengacung tinggi, "Emangnya tadi kamu belom puas memperkosa Mama...?"
"Hehehe... Puas sih... Cuman masih kurang aja... " Jawab Ciello sambil terus mengocok batang penisnya, "Yuk Maa... Ngangkang lagi... Kali ini Ciello mau nyoba nyodokin kontol Ciello ke lubang memek Mama yang ngegemesin itu..... Uuuhhh... Pasti kali ini kontol Ciello bisa masuk deh...."
"Astaga Sayang... Bener-bener deh.... "


 


Read More

𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐤𝐮𝐬 ( 𝐁𝐚𝐠.𝟑𝟒 : 𝐒𝐚𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐤𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧 )


Gubrak, aku terjatuh dari ranjang brrtepatan dengan Bi Narsih yang datang membuka pintu dari luar kamar.

"Jang, kamu kenapa?" Bi Narsih malah tertawa geli melihat aku terjatuh dari ranjang. Aku hanya tersenyum malu dipergoki Bi Narsih jatuh dari ranjang.

"Narsih sudah mandi?" pertanyaan yang tidak perlu aku tanyakan, karna dari rambutnya yang basah semua orang pasti tahu kalau Bi Narsih sudah mandi.

"Udah donk, emang kamu baru bangun tidur. Masih bau iler
" kata Bi Narsih sambil mencubit pipiku.

"Sih, tadi, sejak di sini Ujang mimpi aneh mulu." kataku gelisah.

"Mimpi apa, Say?" tanya Bi Narsih sambil memeluk pundakku.

Aku menceritakan semua mimpiku sejak datang di Gunung Kemukus secara detil tanpa ada yang aku lewatkan. Bi Narsih mendengarkan ceritaku dengan seksama.

"Begitu, Sih." kataku mengahiri ceritaku.

"Ya sudah, sekarang kamu mandi dulu." kata Bi Narsih sambil memberikan handuknya.

Aku menerima handuk dari tangan Bi Narsih. Tak perlu lama, aku sudah selesai mandi dan kembali masuk kamar. Kulihat Bi Narsih sudah selesai berdandan. Dengan memakai celana leging hitam dan kaos warna biru, Bi Narsih terlihat lebih cantik dari biasanya. Selesai aku berpakaian, Bi Narsih mengajakku makan.

"Bu, tahu kalau mau beli kambing untuk sedekahan di mana, ya ?" tanyaku kepada pemilik Warung.

"Kamu mau sedekah kambing?" tabya Bi Narsih heran. Lalu aku menjelaskan tentang impian Lilis dan Ningsih. Bi Narsih hanya mengangguk.

"Ya sudah, kita temui kuncen dulu, siapa tahu dia bisa membantu." kata Bi Narsih. Entah kenapa tidak terpikir olehku. Mungkin karna aku sibuk dengan mimpi mimpiku hingga tidak terpikirkan olehku hal itu.

Sekarang adalah saat yang tepat memikirkan mencari kambing untuk sedekah. Apa lagi Mbak Wati dan Didin sudah berangkat pulang tadi pagi.

Selesai makan kami ke bangsal Sonyoyuri menemui kuncen. Setelah bicara dengan kuncen, dibantu dengan beberapa warga, aku dan bi Narsih mencari kambing yang di maksud. Beban kami jadi jauh berkurang. Mencari kambing di tempat asing tentu saja hal yang sulit.

Ternyara kambing yang kami maksud ada di tempat tidak jauh dari area Gunung Kemukus, dengan diantar seorang warga kami mendatangi pemilik kambing. Setelah harganya cocok, aku segera membayarnya.

Kami membawa dua ekor kambing itu untuk disembelih di area Gunung Kemukus, separuh dari daging kambing akan dibagi bagikan kepada warga dan separuhnya lagi akan diolah menjadi masakan matang untuk sedekahan yang dihadiri oleh warga.

Serelah semua semua urusan selesai, Bi Narsih mengajakku istirahan di bangunan samping Bangsal Sonyoyuri. Kami rebahan berbantalkan makam di dalam bangunan. Bi Narsih yang kelelahan langsung tertidur. Nafasnya teratur dan tenang. Semua bebannya seperti hilang saat dia tidur.

Aku memandangi wajah Bi Narsih yang cantik tapi dibalik kecantikannya tersimpan duka. Mungkin secara materi Bi Narsih tidak kekurangan, tapi nafkah batin Bi Narsih harus nyari di luar.

Mataku mulai terasa mengantuk, tapi aku tidak berani tidur. Aku takut mimpi itu datang lagi. Mimpi yang sangat mengerikan terjatuh ke jurang. Mimpi yang sudah pasti buruk. Apakah ini adalah sebuah pertanda aku akan celaka seperti mimpi Ambu ?

Kalau aku mati muda bagaimana dengan anak anakku nanti? Mungkin anakku dari Lilis aku tidak akan hawatir. Ada Pak Budi yang akan menjadi ayahnya. Aku yakin Pak Budi akan menjadi ayah yang baik untuk anakku dari Lilis.

Anakku dari Bi Narsih juga akan mendapatkan ayah yang baik. Mang Karta sudah teruji menjadi ayah yang baik buat anak anak Bi Narsih.

Yang menjadi pikiranku adalah Ningsih dan anaknya yang akan lahir nanti. Bagaimana nasibnya? Sebuah tanda tanya besar yang membuatku ketakutan. Aku menarik nafs lalu duduk memeluk dengkul.

Satu satunya jalan adalah menyempurnakan ritualnya. Tapi aku yakin tidak semudah seperti yang aku bayangkan. Tidak hanya sekedar ngentot dengan Bi Narsih selama beberapa hari di Gunung Kemukus. Pasti ada cara lain selain itu.

Mungkin di dalam mimpiku ada petunjuknya. Tapi kenapa wanita yang ada dalam mimpiku selalu saja wajahnya sangat mirip dengan Bi Narsih, Lilis dan Ningsih. Apakah ini juga sebuah pertanda buruk?

Tiba tiba Bi Narsih memeluk perutku dari belakang, kepalanya menempel di pundakku.

"Kamu kenapa lagi, Jang? Mikirin mimpi kamu?" tanya bi Narsih dengan suara pelan.

"Iya, Sih. Ujang takut." kataku lemas.

"Jangan dipikirin terus, kamu pasti bisa melewatinya. Mudah mudahan selesai motong kambing dan sedekahan kamu gak mimpi yang aneh aneh lagi. " kata Bi Narsih sambil mencium pipiku.

"Iya, Sih. Mudah mudahan setelah sedekahan mimpi mimpi anehnya ilang. " kataku sambil membalikkan tubuh menghadap Bi Narsih.

"Iya, kita ke kamar lagi aja, yuk. " Bi Narsih bangun dan menerik tanganku.

Aku bangkit mengikuti langkah Bi Narsih keluar dari bangunan makam. Kami jalan sambil bergandengan tangan menuruni anak tangga yang cukup banyak. Sampai warung Bi Narsih mejngajakku masuk kamar.

Bi Narsih membuka celana leging dan kaosnya menyisakan BH dan celana dalamnya saja. Tubuh Bi Narsih benar benar indah, perutnya rata tanpa lemak. Benar benar wanita yang bisa merawat tubuh.

Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah. Bi Narsih menindihku, bibirnya mencium bibirku dengan mesra. Semakin ke sini aku semakin suka kalau berciuman dengan Bi Narsih.

Puas berciuman, Bi Narsih menarik kaosku terlepas lewat kepala, lalu membuka celana panjang katunku dan juga celana dalamku.

"Aduh, jagoan kecil masih bobo
!" kata Bi Narsih sambil mengelus elus kontolku dengan lembut. Lalu Bi Narsih menunduk menjilati kantong pelerku dari pangkalnya yang berdekatan dengan anus.

"Geli, Sih.!" sekujur tubuhku merinding nikmat.

Jilatan Bi Narsih naik kearah batang kontolku, dijilati hingga kepala kontolku yang semakin menegang hingga ahirnya menegang sempurna memamerkan urat urat besar yang melingkar di kontolku. Bi Narsih mulai memasukkan kontolku ke dalam mulutnya lalu menghisapnya dengan keras, nikmat sekali rasanya.

Puas menghisap kontolku, Bi Narsih bangun lalu melepas celana dalamnya. Kemudian Bi Narsih mengangkang di atas kontolku, diraihbya kontolku lalu di arahkan ke lobang memeknya.

"Sih, kok langsung dimasukin? Ujang belom jilatin memek Narsih." kataku.

"Narsih udah gak tahan pengen dientot, Say." kata Bi Narsih sambil menurunkan pinggulnya sehingga kontolku menerobos masuk ke memeknya yang sempit dan basah.

"Ennnak banget kontol kamu, Say...!" kata Bi Narsih sambil menggerakkan pinggulnya turun naik dengan pelan sehingga memeknya terasa semakin menjepit kontolku.

"Memek Narsih rasanya makin ennnak aja," kataku sambil meremas tetek Bi Narsih yang menggodaku.

"Masa sich?" tabya Bi Narsih sambil tersebyum senang mendengar ucapanku. Pinggulnya terus bergoyang memompa kontolku, mata Bi Narsih menatapku sayu. Bibirnya sedikit terbuka kadang seperti meringis nikmat. Bi Narsih semakin mempercepat gerakan pinggulnya.

"Jang, Narsih kelllluarrrrr......!" Narsih menjerit kecil menyambut kami orgasme pertamanya.. Memeknya berkedut meremas kontolku disertai dengan rasa hangat.

"Permisi, Mbak. Dicari Pak tris. Katanya disuruh Pak Kuncen. Daging kambingnya sudah dibagi bagi, tinggal persiapan masak masak buat sedekahan besok. Mbaknya disuruh pindah ke rumahnya Pak Tris malam ini." kata pemilik warung dari depan kamar.

"Iya, Mbak. Sebentar lagi saya keluar. " jawab Bi Narsih. Lalu Bi Narsih bangkit dari pangkuanku.

Kontolku terlepas dari lobang memek Bi Narsih. Ada saja gangguannya, padahal pejuhku belum keluar. Kulihat Bi Narsih tertaw geli melihat kontolku yang masih ngaceng.

"Nanti diterusin." kata Bi Narsih sambil mencium bibirku dengan mesra.

Aku dab Bi Narsih segera berpakaian lalu keluar kamar. Di depan ada seorang pria paruh baya yang duduk di kursi panjang. Mungkin ini yang dibilang Pak Tris oleh Mbak warung.

"Maaf Mbak, Mas saya ganggu. Separuh daging kambingnya mau dibagi bagi buat warga. Sisa dagingnya mau dimasak buat sedekahan besok malam. Mbak sama mas malam ini tidur di rumah saya sampai acaranya selesai." kata Pak Tris menjelaskan.

"Loch, saya pikir dipotongbya besok, Pak.!" kataku.

"Kata kuncen harus langsung dipotong. Mumpung masih Jum'at Pon. " kata Pak Tris menerangkan..

Tadi kami dapet kambing jam 11, sekarang baru jam 4. Rupanya mereka gerak cepat.

Setalah mengambil tas berisi baju dan perlengkapan lainnya, kami pindah ke rumah Pak Tris. Rumah Pak Tris bukanlah warung yang menyediakan kamar kamar untuk menginap. Rumah Pak Tris biasanya dipakai untuk acara acar di Gunung Kemukus. Di belakang rumahnya ada bangunan cukup besar yang berfungsi sebagai dapur.

Kami disambut oleh istri Pak Tris. Seorang wanita berusia sekitar 45-50. Bukan usia dan wajahnya yang menarik perhatianku karna kalau dilihat dari wajah, aku akan memberinya nillai 6. Yang menarik perhatianku adalah dadanya yang berukuran besar bahkan lebih besar dari pada milik Mbak Wati yang menurutku sudah besar yang ini lebih besar lagi.

"Ini istri saya, Mbak" kata Pak Tris memperkenalkan istrinya kepada kami.

"Bu, ini Mbak dan Mas yang punya kambing. Mbak, Mas saya tinggal dulu mau ngurus pembagian daging kambing." kata Pak Tris berpamitan.

"Silahkan duduk, Mbak. Walah Mbak, pasangan ritual sampean masih muda benar. " kata Bu Tris membuatku malu.

"Muda umurbya, Bu. Tapi anunya guede. Hihihi." jawab Bi Narsih bercanda.

"Olah, gitu toch. Hihihi. Sampean bisa saja, Mbak." Bu Tris tersenyum menggodaku.

Dari dapur muncul seoran wanita muda membawa minuman. Mungkin dia anak Bu Tris, karna wajahnya mirip dan dadanya besar. Keyakinanku bertambah, itu pasti anak Bu Tris,

"Ini loch anak saya, Mbak. Namanya Marni, suaminya kerja di Semarang. Marni tadinya juga tinggal di Semarang. Sudah 5 bulan tinggal di sini sehabis melahirkan sampai anaknya agak besar.." kata Bu Tris mengenalkan anaknya.

Setelah berbasa basi, Bu Tris mengatakan besaran biaya untuk memask dan biaya peralatan lain. Aku menyanggupinya. Pak Budi sudah memberi uang yang lebih dari cukup untuk buaya beli kambing 2 ekor dan biaya lainnya. Masih tersiaa cukup banyak. Aku langsung memberikan uang sebesar yang Bu Tris pinta.

"Marni, siapkan kamar buat Mbak dan Mas." perintah Bu Tris ke Marni yang duduk di ruang tengah yang hanya dipisahkan oleh dinding papan sehingga terdengar jelas oleh Marni.

Saya mau ke dapur mempersiapkan bahan bahan untuk memasak. Kalau perlu sesuatu panggil saja, Marni." Bu Tris berpamitan kepada kami.

"Iya, Bu. Terimakasih." kata Bi Narsih.

"Mari Mbak, kamarnya sudah saya rapihkan tadi." kata Marni mengajak kami masuk ke dalam kamar yang tepat berada di samping ruang tamu.

Kamar ini cukup luas dan ranjangnya juga besar, kalau tidur berdua tidak perlu berdempetan. Ada jendelanya juga. Aku langsung memeluk Bi Narsih begitu Marni pergi. Bi Narsih membalas ciumanku dengan mesra.

"Nanti malam aja ya, Say. Narsih mau bantu bantu, kan kamu yang punya acara. Sekalian mau ngawasin biar semuanya beres." kata Bi Narsih mendorong tubuhku.

"Sekali aj, Sih. Kan tadi belom keluar. Kontol Ujang masih ngaceng." kataku merengek.

"Nanti aja, Sayang. " kata Bi Narsih keluar kamar lalu memanggil Marni.

Marni datang dari dalam sambil menyusui bayi wanita yang cantik, sehingga aku busa melihat teteknya yang sangat besar.

"Marni, anter Mbak ke tempat Bu Tris,. " kata Bi Narsih. Lalu Bi Narsih melanjutkan. " kalau lagi nyusuin jangan deket deket Ujang. Kamu bisa diperkosa. Hihihi." canda Bi Narsih sambil menunjuk ke arahku.

"Jangan di denger. Mbak Narsih cuma becanda. " kataku malu.

Mendengar becandaan Bi Narsih Marni tersenyum melihatku. Matanya mengedip genit. Jangan jangan aku berhalusinasi ? Masa Marni mengedipkan matanya ke aku. Atau mungkin aku kegeeran.

"Diperkosa beneran juga Marni mau. Hihihihi. Yuk Mbak, saya abtar ke tempat Ibu" kata Marni membalas candaan Bi Narsih.

Setelah Bi Narsih dan Marni pergi, aku memilih duduk di ruang tengah sambil meminum kopi yang mulai dingin. Kunyalakan sebatang rokok kegemaranku. Rasanya nikmat sekali.

"Mas, kalau mau ke kamar mandi masuk aja ke belakang." kata Marni mengagetkanku karna sudah ada di dekatku.

"Eh iya, makasih Mbak." kataku.

Marni duduk di depanku masih menyusui anaknya. Teteknya besar sekali, lebih besar dari teteknya Mbak Wati padahal aku menganggap tetek Mbak Wati sudah besar ternyata ada yang lebih besar lagi.

"Kamu udah pernah nyobain Asi belom?" tanya Marni tiba tiba.

Bersambung....




Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 - 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟐𝟒 | 𝐏𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐚𝐭 𝐂𝐥𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐌𝐚𝐦𝐚


Sedikit-demi sedikit, ciuman Citra dan Clara pun semakin panas. Membuat nafsu Clara pun muncul dan mulai membalas perlakuan nakal ibunya. Hingga tak lama kemudian, mereka berdua sudah berciuman sambil saling bergulat lidah.

"Ooohh.. Mama.... Cuupp... Sluurrpp..Sluuurrpp... " Lenguh Clara sambil menyusupkan lidah basahnya dalam-dalam ke mulut Citra. Mengajak lidah ibunya untuk terus bergulat didalam mulutnya.
"Ooohh.. Sayang... Kamu ternyata sudah mahir banget ya berciumannya... Cuupp.. Sluurrpp..."
"Sshh.. Sluurrpp... Eeehhhmmm... Lidah Mama lembut banget Maaa..."
"Oohh....Clara... Kamu bikin Mama sange deh Sayang..."

"Oohh.. Clara juga Maa... Udah sange banget..."
"Hihihi... Pantes memekmu udah basah licin begini..." Celetuk Citra sambil menyelipkan jari tangannya lagi kedalam liang senggama putri kandungnya.
"Looohhh... Mamaaa.... Sssshhh... Mama mau apa...?"
"Hihihihi... Mama mau kasih kamu enak Sayang..." Jawab Citra, "Kamu mau khan....?"
"Nnngg... Oooohhh... Iya Maaa... Mau banget...."
"Kalo begitu... Lepas rok dan celana dalammu Sayang... Mama mau jilatin memekmu...." Ucap Citra yang kemudian beranjak dari samping Clara dan berjongkok didepan selangkangan putrinya.
"Beneran Maa....?"
"Iya Sayangnya Mamaaa... " Kecup Citra pada paha dalam Clara, sembari menyelipkan tangannya ke belakang rok Clara dan melepas kaitan rok seragamnya.

"Ooohh.. Geli Maaa...."
"Hihihihi... Bentar lagi... Kamu juga bakal ngerasain rasa geli yang lebih enak lagi Sayang... Jaauuuhhh lebih enak lagi..." Ucap Citra sambil terus mengusap paha mulus putrinya. "Ayo dibuka semuanya...."

Dengan menaikkan sedikit pantatnya, Clara pun melepas rok dan celana dalamnya. Turun melewati kedua kaki jenjangnya yang mulus dan ramping. Hingga tak lama kemudian, Clara sudah benar-benar telanjang bulat sambil rebahan dihadapan ibu kandungnya.

"Hmmm.... Badan kamu memang bener-bener sempurna Sayang...." Ucap Citra sambil terus merabai paha Clara. "Kulitmu bener-bener mulus sayang... Dan memekmu... Hihihi... Gemuk dan masih gundul yakk..?" Tambah Citra sambil mengusap gundukan lembut pada selangkangan putrinya.
"Sssshhh.. Mama.. Geli Maaa... " Lenguh Clara yang mulai terbawa kedalam permainan birahi ibu kandungnya.

"Ck.. Ck... Ck... Memek kamu ini... Bener-bener memek yang cantik Sayang... " Puji Citra lagi sembari terus memijat otot-otot selangkangan Clara, "Ini memek..... Masih perawan khan...?"
"Iyalah Maaa... Clara masih perawan...."
"Kamu udah pernah masturbasi...?" Tanya Citta lagi sembari menguak celah vagina putrinya. Seolah memeriksa selaput dara Clara lebih dekat.
"Ngggg... Gimana ya... Nggg..."
"Jawab aja yang jujur Sayang... Mama nggak marah kok..."
"Nnnggg.... Udah Maa..." Jawab Clara takut-takut.
"Hihihi... Bagus... Nggak apa-apa kok Sayang... Tenang aja... " Ucap Citra sambil tersenyum, "Pake jari atau pake alat...?
"Nnggg... Jari Maaa..."
"Hmmm... Coba... Kasih liat ke Mama dong gimana caramu kalo sedang ngobelin memek..?"

"Aduuhh.. Clara malu Maaa..."
"Kok malah malu sih Sayang..? Masa ama Mama sendiri malu...?" Ledek Citra yang terus mengamati vagina putrinya yang makin membasah banjir.
"Ya khan Clara belom pernah ngobelin memek didepan Mama... Jadi ya malu Maa..."
"Hihihi... Yaudah kalo malu.... Mama juga nggak masalahin... Karena ntar pelan-pelan... Rasa malumu ke Mama juga bakalan hilang...... Cuuppp...."

Tiba-tiba, Citra memajukan wajahnya keselangkangan Clara dan langsung mengecup serta menjilati liang penuh lendir milik putrinya. Membuat anak gadisnya itu seketika menggeliat-geliat keenakan karena gatal birahinya.

"Huuuooohhh... Maaamaaaa... " Jerit Clara kelojotan.
"Enak khan Sayang....?"
"Ooohh... Ooohhh.... Hiyaah Maaaa... Ooohhh.... Eeeenaaaakkk....."
"Nikmatin aja Sayang... Nikmatin... " Desah Citra kembali melahap vagina basah putrinya, "Sluuurppp.. Sluuurrrppp....Muuuah.. Cup cup... Sluuurrrppp..."
"Oooohhh... Mamaaaaaaa...."

Walau Clara sudah beberapa kali merasakan jilatan lidah pada vaginanya, namun bersama ibu kandungnya, ia merasakan jilatan yang jauh lebih enak daripada seblumnya. Hisapan mulutnya, selipan lidahnya, hingga seruputan bibir ibunya, berpuluh-puluh kali lebih nikmat daripada apa yang telah dilakukan oleh Karnia ataupun Mike. Membuat gelombang orgasmenya cepat sekali meninggi.

"Ohhh... Mamaaa... " Lenguh Clara dengan tubuh kelojotan tak terkontrol, saking enaknya. Kakinya berulangkali menendang-nendang kesamping, karena tak mampu menahan gelombang orgasmenya yang semakin dekat, "Ooohhh... Heeehhhggghhh.. Heeehhhggghhh.. Mamaaa.... Ooohhh..."
"Hihihi... Jangan ditahan Sayang... Teriak aja kalo kamu suka memek kamu dijilatin begini...."
"Ooohh..... Iyaaa Maaammaaaaaa... Ooohhh... Clara sukaaaa... Sukaa bangeett Mama jimekin gini... "

"Sluurrpp.... Cruucuupp... Sluurrpp.... Cup cuuppp...." Suara kecipakan lidah dan mulut Citra yang tak henti-hentinya menyeruput serta menggelitik vagina putri kandungnya yang makin lama makin membanjir basah karena lendir birahinya.

"Lendir kamu gurih banget Sayang... Mama sukaa.."
"Ooohhh.... Mulut ama lidah Mama juga enak Maaa... Geli bangeeett... Ooohhh.... Ooohhh.... Bikin Clara mau ngecrit Maaa.. Ooohh.... Ooohhh.... Ooohhh.... "
"Woow..... Cepet amat Sayang...? Cup... Cuupp... Muaaahhh...."
"Nggak tau Maaa.... Yang jelas... Ooohhh... Anjrit... Clara sepertinya udah mau ngecrit Maa..." Jerit Clara karena mendapat jilatan dan hisapan dari mulut Citra. Matanya tiba mendelik-delik keatas, mulutnya menganga lebar dan mendesah-desah keenakan.

"Yaudah kalo kamu mau ngecrit Sayang..? Sookk.... Ngecrit aja yang banyak...Sluurrpp... Cup Cup... "
"Ooohh..... Mamaaa... Ooohhh.... Ssshhh... Ooohhh.... ANJRIITT... MAAAMMMAAAAA..... Clara maaau ngecrittt niiiihhhhh... Ooohhh.... Ooohhh.... Ooohhh...."
"Iya Sayang... Iyaa... Keluarin aja semuanya... Sluurrpp.. Sluuurrppp..."
"OOOHHH.... OOOHHH.... OOOHHH.... MAAMMAAAA... OOHHH..... NGENTOTTTTT... CLARA KELUAR MAAA... CLARA KELUAAARRR...OOOOHHH.... AAARRRGGGHHHH......"

CRET CREETCREET... CREECEEET CREET.... CRET CREETCREET... CREECEEET....

Dalam hitungan sepersekian detik, vagina Clara menyemburkan cairan orgasmenya. Memancarkan cairan kenikmatannya dengan kencang, banyak dan deras kewajah ibu kandungnya. Hingga dalam sekejab, hampir seluruh wajah dan pakaian Clara langsung dibuat basah olehnya.

CRET CREETT... CREETCREET CREECEEET

"Ooohhh Mamaaaa... Ooohh... Ngentooott....Ooohh... Ooohh... Ooohh... Enak sekali Maaa...." Lenguh Clara keenakan dengan tubuh yang masih menggelijang-gelijang nikmat.
"Astaga Clara Sayang... Kamu bisa squirting... " Kaget Citra dengan wajah yang sudah basah kuyup akan lendir orgasme putri kandungnya, "Iya... Bener... Kamu bisa squirting..."
"Oohh.. Iya ya... Ooohhh..."

"Berarti... Kamu bisa multiple orgasme tuh sayang...." Iseng Citra yang kemudian kembali menjilat tonjolan klitoris putrinya sembari menggelitik vagina yang terus-terusan memancarkan cairan kenikmatannya.

"Ooohh... Oohhh... Oooohhh... Jangan dijiat lagi Maaa..."
"Hihihi... Mama cuman pengen tahu aja Sayang...."
" Ooohhh... ..Oooohhh.... MAMAAAA.... OOOHHH.... NGENTOOOOTTT.... JAANGAAANNN MAAAA... OOOHHH... JANGAAANNN.... NTAR CLARA NGECRIT LAAAGIII MAAA....OOOHH...."

CRET CREETTT... CREETCREET... CREECEEET CREET.... CRET CREETCREET... CREECEEET....

Lagi lagi semburan orgasme vagina Clara menyemprot begitu kencang dan banyak. Hingga semakin membasahi tubuh Citra yang masih berjongkok di depan selangkangannya.

" Ohhh.... Ohhh.... Ampun Maaa.... Ampuunn.... Jangan jimek memek Clara lagi... Clara lemes Maaa... Hhh... Hhh... Hhh... Bikin memek Clara ngilu bangeeett...." Ucap Clara dengan nafas putus-putus.
"Hihihi... Nggak apa-apa dong Sayang... Ngilu-ngilu enaaak... Sluurrppp... "
" Ohhh....Beneran Maaa.... Memek Clara... Jangan dijimek lagi... Hhh.. Hhh... Hhh... Ampuuunn...."
"Harus dibiasain Sayang... Biar multi orgasmemu makin dahsyat...."
"Ooohh... Ampun Maaa.. Mungkin nanti lagi aja ya Maa jimek memek Claranya... Jangan sekarang.. " Pinta Clara lirih, "Clara udah bener-bener lemessss.... Hhh... Hhh... "
"Hihihi... Baiklah kalo begitu... Cuuupp... " Kecup Citra untuk terakhir kalinya pada vagina putrinya.

"Ooohhh Mamaaa... " Seru Clara dengan nada bergetar.
"Hihihi... Muka kamu lucu deh Sayang kalo abis keluar... Cantiknya makin keliatan..."
"Iiihhhsss.... Mama mesum dehh...." Balas Clara malu-malu
"Hihihi... Kok mesum sih...?"
"Habisan... Mama bikin Clara jadi sange mulu Maaa.... Kalo memek Clara dijilat-jilat gini..."
"Hihihi... Kamu juga bikin Mama sange Sayang... Gara-gara jimek memek kamu... Mama jadi becek juga nih... " Ucap Citra yang kemudian merogoh kedalam celana dalamnya dan mencolek liang vaginanya.

"Serius Maa...?"
"Uuuhh.... Beneran Sayang... Memek Mama udah basah banget inih..... " Tambah Citra sambil mengeluarkan jemarinya yang belepotan lendir birahinya dan mendekatkannya pada wajah Clara, "Lihat nih... Udah becek banget khan memek Mama Sayang...?"

Melihat jemari penuh lendir didepan wajahnya, entah kenapa Clara tiba-tiba menangkap pergelangan tangan ibunya, dan mendekatkannya pada wajahnya. Dihirupnya pelan aroma vagina ibunya dalam-dalam sebelum kemudian Clara tersenyum lebar. Setelah itu, ia langsung menjilat jari Citra lekat-lekat.
"Slluuurrrppp.... Nyam nyam..."
"Loh...? Eeehhh...? Sayang...?" Kaget Citra melihat kebinalan putrinya.
"Hihihi... Lendir Mama ternyata rasanya enak ya Maa...? Asin-asin gurih... " Ucap Clara yang tiba tiba mencaplok semua jari ibunya.
"Enak...? Emang kamu suka Sayang...?"
"Sluurrpp... Suka Maaa... "Jawab Clara singkat, "Malahan.. Kalo ngejilat lendir memek Mama gini.... Bikin Clara jadi sange lagi Maaa.... Hihihihi..."
"Wah wah waaaahhh... Ternyata anak Mama nakal juga yaaa...? Sluuurrrppp... Cuupp... Cuuppp..." Ucap Citra sambil kembali mengecup dan menyeruput lendir vagina putrinya.

"Ooohhh.. Mamaaa.... Sssshhhh.... Gara-gara Mama nih Clara jadi demen lendir memek Mama.... Oohh.. Maaa... Pelan-pelan ngobel memeknya Maa.....Memek Clara masih... Ooohh..... Ngiluu..."
"Ngilu tapi doyan dijimek ya Sayang...?"
"Habisan... Clara jadi bener-bener sange Maaa... Ooohhh... Mamaa...." Lenguh Clara sambil terus menjilati jemari Citra sampai benar-benar bersih, "Ooohhh... Bagi lendir memeknya lagi Maaa..." Pinta Clara supaya Citra mencolek lendir vaginanya dengan jari tangannya yang lain.
"Waaahhh... Doyan kamu Sayang...? Sluurrpp... Juuhh.. Sluuurrppp...."
"Hihihi... Nggak tau kenapa Maaa... Lama-lama... Kok rasanya jadi makin enak ya Maaa....?"
"Enak gimana Sayang..?Sluurppp..."
"Ooohhh... Ya enak aja Maaa... Mirip rasa pejuh...." Ucap Clara keceplosan.

"Haaahh...? Rasa pejuh...?" Kaget Citra, "Emang....Kamu udah pernah ngerasain pejuh...?"
"Eeehhh... Nggg.... Anu.... Itu...." Jawab Clara dengan nada bingung.
"Pejuh siapa sayang...?" Tanya Citra lagi, "Kamu udah pernah ngerasain pejuh siapa...?"
"Nnnnggg.... Anu.... Maaa... Clara.... Nggg......"

"Jawab Sayang.... Kamu udah pernah ngerasain pejuh siapa...?" Cecar Citra sambil buru-buru beranjak dari posisinya dan kembali duduk disamping Clara. Matanya menatap tajam kearah Clara sambil mengangkat dagu lancip putrinya, "Kamu udah punya cowo ya...?"
Clara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Temen deket...?"
Lagi-lagi Clara menggelengkan kepalanya.

"Lalu... Kalo kamu belom punya cowo... Kok kamu bisa tahu rasanya pejuh...?"
"Nnnggg... Clara.... Nngg...." Bingung Clara menjawab pertanyaan ibunya.
"Lihat ke mata Mama Sayang... " Ucap Citra yang mulai emosi. Lagi-lagi Citra mengangkat dagu putrinya dan membelokkan kepala putrinya supaya menghadap kearahnya. Setelah itu, ia menatap mata Clara dalam-dalam.

Dengan wajah penuh ketegangan, Clara mau tak mau menuruti permintaan Citra. Ia menatap mata bulat ibu kandungnya dengan perasaan takut. Detak jantungnya berdebar begitu kencang karena tahu, ibunya pasti bakal marah dengannya. Dan lebih parahnya lagi, jika ia membuka mulut dan memberitahukan tentang hal mesum yang sering ia lakukan bersama ayah kandungnya, bisa jadi jika hal itu bakal merusak hubungan kedua orangtuanya.

"Bodoh kau Clara... Kamu benar-benar bodoh..." Rutuk Clara pada dirinya sendiri.

"Clara..." Panggil Citra lagi.
"Ehh.. I...Iya Maaa...?" Jawab Clara gugup.
"Mama nanya ke kamu sekali lagi ya Sayang...? Kalo kamu belom punya cowo ataupun temen deket... gimana ceritanya kamu bisa ngerasain rasa pejuh...?"
"Nggg... Anu Maaa... Itu... Nggg...."
"Tinggal jawab aja kok susah banget sih...?" Tanya Citra berusaha menebak dengan nada yang mulai meninggi, "Ayo Claraaa... Jawab..."
"Ngggg.... Anu... Itu pejuhh... Ngggg..." Jawab Clara makin bingung. Ia benar-benar tak tahu harus berkata apa. Berulangkali Clara berusaha menundukkan kepala, menghindar dari tatapan tajam ibunya.

"Clara....? Jawab Mama dong Sayang... Pejuh siapa yang udah pernah kamu rasain itu...?" Ulang Citra lagi dengan nada bicara pelan, tegas dan dingin. Khas nada bicara ketika Citra mulai emosi.

Karena takut, Clara sama sekali tak berani menjawab pertanyaan Citra. Gadis belia yang masih bertelanjang bulat disamping ibu kandungnya itu hanya bisa terdiam sambil terus menundukkan kepalanya. Yang bisa ia lakukan hanya terisak ketakutan sambil mendekap tubuh telanjangnya.

Melihat ketakutan diwajah putrinya, Citra pun sadar jika sikap emosional sama sekali tak akan bisa memecahkan sebuah perkara. Terlebih ketika putrinya mulai sesenggukan dengan butiran air mata yang sedikit demi sedikit menetes jatuh dari pipi dan dagu Membuat Citra buru-buru menarik nafas panjang dan sedikit meredakan emosinya. Setelah itu, Ia mengusap paha Clara pelan sembari mengelus rambut panjangnya.

"Aduuhhh.... Aduuuhh..... Cup Cuuuppp Cuuuppp... Jangan nangis gitu dong Sayang... Mama khan cuman pengen tahu aja..." Ucap Citra lembut sambil memeluk tubuh telanjang putrinya, "Mama nggak marah kok Sayang.... Mama cuman nggak pengen kamu salah pergaulan...."
"Hiks hiks... Beneran Mama nggak marah...?" Tanya Clara yang akhirnya membuka suara.
"Iya Sayang... Mama nggak marah...."
"Janji...?"
"Hhhhhh.... Iya Sayang... Mama janji...." Ucap Citra sambil menghela nafas panjang, "Jadi... Kamu dah pernah ngerasain pejuhnya siapa Sayang...?"

"Pejuh Kakak Maaa...." Ucap Clara lirih dengan wajah yang masih menunduk.
"Pejuh Kakak...? Maksud kamu... Kamu pernah ngerasain pejuh Ciello...? pejuh daro kontol kakak kandungmu...?"
"Iyyaa Maaaa..."
"Cuman kakakmu aja...?" Tanya Citra lagibdengan tatapan mata penuh selidik, "Nggak ada yang lain...?"

Clara menggeleng. Dengan wajah makin menunduk.

"Ayo jujur aja Sayang... Mama tahu kok kamu juga pernah ngerasain pejuh siapa lagi..." Ucap Citra mencoba berspekulasi, "Mending Mama tahu hal itu dari mulut kamu... Daripada Mama tahu dari mulut oranglain..."

"Sebenernya...." Bingung Clara lagi,
"Iyaa...? Cerita aja Sayang..."
"Nnngggg... Sebenernya... Clara juga.... Nnnggg... Clara juga pernah ngerasain pejuhnya Papa Maa..."
"Pejuh Papa...?" Heran Citra, "Emang Papa sering ngapain kamu...? Kok kamu bisa sampe ngerasain pejuh Papamu...?"
"Ngggg.... Papa sering... Nnnggg... Papa sering minta tolong Clara buat... Nnnggg... "
"Buat apa Sayang....?"
"Papa sering minta tolong ke Clara buat ngocokin kontolnya Maaa..."

Bak mendengar petir di siang bolong, Citra kaget bukan kepalang. Ia tak mengira jika hubungan antara putri dan suaminya sudah sejauh itu. Yang walau semenjak awal Citra sudah cukup mengetahui tentang hasrat Mike untuk bisa meniduri Clara mulai terlihat, namun ia sama sekali tak mengira jika suaminya itu sudah mulai mewujudkannya secara diam-diam.

"Tapi.... Memek kamu... Masih perawan khan Sayang...?" Bisik Citra sambil melirik kearah vagina Clara yang masih becek.

Tak menjawab pertanyaan Citra, Clara hanya bisa mengangguk pelan.
"Papa udah pernah masukin kontolnya ke memek kamu belom.....?"
Clara menggelengkan kepala.
"Jadi bener nih... ? Kamu masih perawan...?"
"Iya Maaa... Memek Clara masih perawan... Belom pernah dimasuki kontol siapapun juga..." Jelas Clara lirih, "Ya kalo Mama nggak percaya... Nihhh.... Lihat aja sendiri..." Tambah Clara yang buru-buru membuka kedua kakinya dan menyibakkan liang vaginanya lebar-lebar ke hadapan Citra.

"Astaga Sayaang.... Kalian berdua kok bisa sampe ngelakuin hal itu sih...?" Heran Citra menatap suguhan pemandangan vagina putrinya dengan tatapan penuh rasa penasaran, "Emangnya... Gimana ceritanya sih kalian sampe bisa ngelakuin hal mesum seperti itu...?"
"Nnnggg... Jadi....."

Belum juga Clara sempet menceritakan awal mula kejadian mesum antara dirinya dan ayah kandungnya, tiba-tiba, terdengar suara benda terjatuh dari arah tangga. Yang membuat kedua wanita itu spontan menengok .

GEEDDDEEEBUUUGGHHH...

"Ciello....", "Kakak... " , Kaget Citra dan Clara secara bersamaan.

"Ssshhh.... Aduuuhhh... Sssshhh... Aaadaaawww.... " Rintih Ciello kesakitan sambil tiduran dilantai dekat tangga. Dengan wajah bersemu merah, ia buru-buru memasukkan batang penisnya kedalam celana. Tak peduli dengan muncratan cairan bening yang masih memancar-mancar dari ujung penisnya.

"Aduuuhh... Hati-hati Sayang....Kok bisa sampe jatuh gitu sih...?" Ucap Citra buru-buru beranjak dari depan putrinya dan berjalan mendekat kearah Ciello.
"Ssshhhh... Nggak kenapa-napa Maaa..." Bohong Ciello dengan nada kikuk.
"Beneran nggak kenapa-napa...?" Lirik Citra kearah tonjolan yang ada diselangkangan Ciello, "Nggak ada yang patah...?" Tambahnya lagi sambil memeriksa setiap jengkal tubuh putranya.
"Iya Maaa... Ciello nggak kenapa-napa kok..." Tambahnya lagi sambil buru-bur membuka kaosnya dan mengelap ceceran cairan bening di anak tangga.

"Emang kamu habis ngapain sih Sayang...? Dan itu dilantai air apaan...?" Tanya Citra penasaran.
"Ehhhh... Ini air minum Ciello tumpah Maaa..."

"Bohong Maaa... Itu bukan air minumm... Itu pejuh Kakak... " Celetuk Clara dari ruang keluarga.
"Pejuh Kakak...? Kamu kok tahu Sayang..?"
"Itumah sudah kebiasaan Kakak Maaa.... Dia khan suka ngocokin kontol jeleknya dimana aja..." Jawab Clara sewot.

"Kak Ciello tuh pasti tadi sedang ngocokin kontolnya.... Dan dia juga jatuh gara-gara kepleset pejuhnya sendiri..." Tambah Clara sambil memunguti baju beserta tas sekolahnya yang masih berserakan di ruang keluarga. Setelah itu, dengan tubuh yang masih telanjang bulat, ia ikut mendekat kearah ibu kandungnya berada. "Makanya Kaaak... Jadi orang tuh jangan suka ngintip...."

"Yeeee..... Siapa juga yang onani dan ngintipin...? Orang ini Kakak beneran kepleset...." Seru Ciello mempertahankan alasannya.
"Ya kalo Kakak ngintip nggak sambil ngocokin kontol... Mana mungkin dilantai tangga itu ada pejuh yang berceceran begitu..." Celetuk Clara sambil berjalan naik melalui anak tangga, namun dengan langkah berjingkat, khawatir menginjak ceceran lendir dilantai dengan kakinya.

"Eehhh... Jangan asal nuduh kalo nggak ada bukti...." Sangkal Ciello,
"Mau bukti apalagi Kak...? Liat aja kontolmu Kak... Wong masih ngecrotin pejuh gitu kok malah mau menyangkal..." Tunjuk Clara kearah selangkangan kakaknya.
"Huuuhhh.. Kamu tuh yaaaa... Dasar tetek wewe gombel..." Seru Ciello kalah debat sambil meremas salah satu payudara Clara.
"Iiihhhhsss... Kaakaaakkk.... Apaa'aan siiiihhhh.... " Seru Clara sambil berusaha menepisi tangan jahil kakakk kandungnya.

"Ciellooo.... Claraaaa.... Udah... Udah... Udah.... Kalian tuh ya... Kerjaannya berantem mulu..." Hardik Citra keras kepada mereka berdua. Membuat keduanya langsung menghentikan pertengkarannya.

"Clara... Udah udah... Kamu buruan cepet naik keatas... Pake baju trus tunggu Mama dikamar.... Mama nanti mau ngobrol banyak ama kamu..." Jelas Citra tegas, "Dan kamu Ciello.... Buruan pel lantai sampe bener-bener bersih... Mama nggak pengen ada yang kepleset gara-gara pejuh kamu yang berceceran..."

"Hhhh... Mama kadang nggak habis pikir ama kalian berdua... Kerjaannya kok beranteeeemm mulu... Bikin Mama puyeng aja... " Seru Citra sambil berjalan meninggalkan kedua anaknya dan melangkah masuk kedalam kamar tidurnya.



Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com