𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟕 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐀 𝐈𝐍𝐆𝐈𝐍 𝐀𝐊𝐔​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ ]

 


POV YOGA
[Minggu, 29 Mei 2022]

Suasana di bandara pagi ini cukup ramai, tapi hatiku kosong.. termasuk perutku yang sejak tadi pagi sama sekali belum diisi makanan. Aku membeli sebuah burger dan beberapa cemilan kecil untuk mengganjal perutku, sambil makan aku terus memperhatikan sekeliling dan ponselku, masih berharap istriku berubah pikiran.

Seharusnya aku sudah check in, menunjukkan beberapa dokumen sebagai persyaratan kelengkapan penumpang, tapi aku masih ragu-ragu untuk melangkah dan memilih menunggu beberapa saat lagi di ruang tunggu bandara… hati kecilku berkata bahwa aku benar-benar ingin berangkat bersama istri tercintaku.

Burger telah habis kulahap, kini kubuka cemilan yang lain, sedikit berbasa-basi kutawarkan makanan ini pada lelaki yang duduk di sampingku. Dia tampak terkejut dan wajahnya begitu ketakutan ketika aku menawarkan makanan ini, mungkin aku menawarkannya terlalu tiba-tiba hingga dia bertingkah seperti ini. Lelaki itu kemudian menolak tawaranku.

Aku kembali melihat ke kanan dan kiri, hatiku benar-benar gelisah… tapi sepertinya lelaki yang usianya berada di bawahku yang sedang duduk disampingku ini jauh lebih gelisah, setidaknya itu yang kulihat dari ekspresi wajahnya yang tampak murung dan terus menerus melamun.

Daripada kesepian di tempat seramai ini, aku yang sedang merasakan kegalauan yang teramat sangat mencoba membuka obrolan dengan lelaki disampingku ini.

“Ngelamun aja, Pak..”, ucapku sok kenal dan mencoba bersikap akrab.

Laki-laki itu kali ini sama sekali tak melirikku, matanya kosong tertuju ke depan. “Saya gila, Pak…”, ucapnya datar.

Aku terkejut tak menyangka mendengar jawaban itu. Aku perhatikan penampilannya rapi dan bersih tak menunjukkan dia mengalami gangguan jiwa kecuali dari sikapnya saja yang terus menerus melamun.

“Ah, suka becanda Bapak…”, balasku mencoba mencairkan suasana.

Kali ini lelaki itu menatapku, pandangannya tetap kosong… “Sekarang sudah jauh lebih baik, hari ini pun aku mau berobat lagi ke Singapore… untung ada kawanku yang mau menolong dan membiayai..”, ujar laki-laki itu bercerita tanpa diminta.

“Jadi…. yang Bapak bilang tadi itu beneran?”, tanyaku lagi masih setengah tak percaya, aku yang sekarang merasa memiliki masalah yang begitu berat, ternyata masih ada orang yang jauh lebih berat masalahnya.

Laki-laki itu mengangguk, tatapannya kembali ke arah depan. “Bagaimana aku tak berlarut-larut dalam kegilaan, saat pikiranku sempat pulih setahun yang lalu… istriku tiba-tiba mati di pelukanku dengan darah mengucur dari belakang kepalanya….”, ujar lelaki itu bercerita dengan getir.

“Oh, maaf kalo saya mendengarnya… saya turut berduka cita”, ucapku cepat-cepat karena jadi tak merasa tak enak hati. Entah benar apa yang diucapkannya barusan, atau itu hanya imajinasinya saja karena masalah kejiwaan seperti pengakuannya.

“Lidya…. Dia istriku yang sangat kucintai, tiba-tiba dia pergi…”, katanya lagi.

“Oh Maaf….”, ucapku yang merasa semakin bersalah telah membuat laki-laki ini membuka luka di masa lalunya.

Entah mengapa ketika dia menyebut nama Lidya, aku jadi teringat pada seorang perempuan kecil bernama sama… dia anak guru bela diriku dulu saat aku berkuliah di Bogor. Anak kecil cantik yang masih SD itu dulu sering melihatku ketika aku berlatih dengan ayahnya, dia sangat dekat denganku…. Sepertinya dia sudah besar sekarang, semoga dia baik-baik saja, lama aku tak berjumpa dengannya.

“Sayangi istri Bapak ya, jagain dia…. Jangan sampe nyesel kaya saya”, ucap laki-laki itu membuyarkan lamunanku.

Aku hanya mengangguk pelan, kalau mau jujur…. nasib pernikahanku pun sebenarnya kini sudah begitu gelap.

“Pah…..”, tiba-tiba kudengar suara perempuan yang suaranya sangat kukenal memanggil dari arah belakang. Aku dan laki-laki disampingku itu refleks menoleh.

“Mah…”, ucapku terkejut hampir tak percaya, tiba-tiba hatiku merasakan kebahagiaan yang teramat sangat ketika perempuan yang menyapaku tadi adalah Mila, istri yang sangat aku cintai.

Aku langsung memburu dia dan memeluknya dengan erat, mata Mila tampak berkaca-kaca.. seperti juga mataku yang tak bisa lagi menahan perasaanku ini.

“Maafin aku Pah….. aku terus menerus ngecewain Papah…”, ucapnya dengan nada yang sangat menyesal.

“Mamah mau ikut Papah?”, tanyaku cepat masih dengan posisi memeluk tubuhnya.

“Boleh?”, balasnya.

“Boleh Sayaaaang…….”, jawabku sambil memeluknya semakin erat dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Aku tak sadar jika pelukan dengan istriku ini berada di tempat umum, begitu aku melihat ke belakang laki-laki ‘tak waras’ itu masih menatap ke arah kami. Pandangannya kini tertuju pada istriku, matanya tetap kosong, tapi entah mengapa aku melihat ada sesuatu yang lain dari sorot matanya.

Aku pun menghampiri tempat dudukku untuk mengambil barang bawaan dan koperku, aku akan segera check in.

“Saya duluan, Pak… semoga cepat sembuh…”, ucapku menyampaikan ucapan perpisahan.

“Ini… istrinya Pak…?”, tanya laki-laki itu lagi sambil terus menatap ke arah Mila, dari bola matanya kini tampak berkaca-kaca, aku duga tadi kami terlalu mempertontonkan kemesraan didepannya sehingga dia kembali mengingat kenangan masa lalunya.

“Eh, iya Pak…”, jawabku sambil sibuk membawa barang bawaanku.

“Ada yang mirip sama Lidya…. Apanya ya?”, tanya lelaki itu tidak jelas.

“Rief, ayo langsung..”, tiba-tiba laki-laki bertubuh tinggi besar seperti keturunan China menyapa laki-laki yang tadi duduk disampingku. Aku menduga dia adalah sahabatnya yang tadi disebut sebagai orang yang menolong dan membiayai pengobatannya.

Lelaki ‘tak waras’ itu kemudian bangkit memenuhi panggilan temannya. Kini justru temannya yang baru datang itu terus menerus menatap pada Mila. Bahkan tatapannya sangat dalam seperti yang memperhatikan Mila dengan seksama. Kedua lelaki itu kemudian saling bertatapan dan sekali lagi memandang ke arah Mila, lalu mereka seperti berkata-kata sesuatu, sampai akhirnya mereka pun pergi tanpa berpamitan. Dua laki-laki aneh!

----++-----​

Kami berangkat pukul 1 siang dari Jakarta, tiba di bandara Heathrow, London pukul 1 dini hari setelah sekitar 2 jam sempat transit di Abu Dhabi. Aku mencocokkan jam tanganku dengan waktu setempat, disini masih pukul 6 sore.

Ketika berjalan di tempat kedatangan, seorang laki-laki setengah baya mengacung-acungkan kertas bertuliskan Mr. Yoga. Aku tersenyum dan menghampirinya, rupanya dia utusan dari M Company yang bertugas untuk menjemputku di bandara.

Begitu keluar dari bandara menuju tempat parkiran, hawa dingin langsung menusuk, padahal di waktu ini sudah memasuki musim panas, tapi tetap saja suhu disini masih relatif dingin dibandingkan dengan Jakarta, suhunya kurang lebih 19-20 derajat celcius.

Dari bandara, sang pengantar langsung membawa kami ke Apartemen yang jaraknya sekitar 1 jam dari Heathrow Airport. Sepanjang perjalanan aku dan istriku tak melepaskan genggaman tangan, ini mimpi yang menjadi kenyataan. Ini perjalanan pertamaku ke luar negeri, bahkan bagi Mila pengalamannya kali ini adalah kali pertama dia naik pesawat terbang.

Sepanjang jalan sang pengantar menjelaskan beberapa tempat di kota London dengan ramah. Apartemen yang sengaja disewa oleh M Company untukku ini letaknya di Linhope Street, letaknya di North West District, bisa dibilang di pusat kota. Hanya berjarak 10 menit berjalan ke Madame Tussauds Museum, 10 menit berjalan kaki ke tempat kuliahku, salah satu universitas bisnis di Regent’s Park. Aku pun disediakan sepeda sehingga cukup 10 menit menuju kantorku. Benar-benar strategis, pasti biaya sewanya mahal di lokasi seperti ini… tapi aku tidak perlu memikirkan soal biaya karena semua sudah ditanggung oleh perusahaan.

Setelah sampai di Apartemen, ternyata bentuknya tak seperti dugaanku. Lebih mirip rumah 2 lantai. Kami disambut oleh pemilik rumah, Mr. and Mrs. Arnold, sepasang kakek-nenek berusia sekitar 60 atau 70 tahun tapi mereka masih tampak sehat dan ramah.

Begitu masuk ke rumah, dari lorong di lantai 1 ada pintu besar ke arah kiri… disitu adalah kediaman pemilik rumah, kami sempat berbincang disana sebentar, kemudian kami langsung diajak ke kamar kami di lantai 2. Di lantai ini hanya ada 2 kamar, tetapi kamar yang satu kosong karena sang pemilik memang sangat selektif menerima penyewa. Mereka bilang tidak suka anak kecil dan keributan, karena itulah mereka menerima kami.

Begitu masuk kamar, lagi-lagi ini diluar ekspektasi. Kamar berukuran 8 x 7 meter ini begitu nyaman dengan furniture yang modern. Begitu masuk kami langsung berada di ruang dapur mini di sebelah kiri yang bersebrangan dengan lemari di bagian kanan. Di ujung lorong selebar 3,5 meter ini adalah ruang santai dengan TV yang tergantung di dinding sebagai pembatas antara ruang tersebut dengan ruang tidur. Dari arah lorong ke kamar tidur tidak ada pintu sehingga ruangan terkesan luas. Tempat tidur dengan ukuran Queen Size dengan kamar mandi yang modern membuat Mila tampak senang sekali dengan ruangan yang akan ditempati satu tahun kedepan ini.

Setelah Mrs. Arnold keluar kamar, kami berpelukan dengan sangat bahagia, merasa bersyukur atas apa yang telah kami capai selama ini.

Di malam itu kami memilih langsung tidur meskipun waktu masih menunjukkan pukul 9 malam, ada perbedaan waktu antara Jakarta-London sehingga kami harus memulai beradaptasi.

[Senin, 30 Mei 2022]

Kami terbangun sekitar pukul 6 pagi, suasana di luar masih sangat gelap, karena matahari disini baru muncul pukul 7. Karena itu kami mulai keluar rumah pukul 8 saat matahari mulai muncul ke permukaan.

Aku berjalan di pagi hari ini bersama istriku, mencoba menikmati jalanan kota London yang begitu ramah untuk pejalan kaki ditambah lagi banyak taman disini yang membuat istriku tak henti-hentinya mengagumi kota ini.

Aku pun begitu menikmatinya, ini seperti bulan madu yang tertunda. Aku tidak menanyakan ihwal mengapa istriku sampai tak pulang dan baru menemuiku di bandara, aku sudah tak peduli jika kemarin istriku mungkin sempat terlintas untuk meninggalkanku, yang pasti aku sudah bertekad untuk melupakan masa laluku dan mencoba membuka lembaran baru di kota ini.

Setelah sarapan di salah satu café yang ada di Marylebone Road, aku memutuskan untuk mengunjungi M Company. Sebenarnya jadwal resmi memulai kerja adalah hari Rabu, tapi kali ini aku hanya ingin memperkenalkan diri lebih cepat bersama istriku.

Aku memang baru masuk perkuliahan di akhir bulan Agustus, mengambil program Master untuk studi Analytics and Management dan selasai cukup dalam waktu 1 tahun saja. Jadi, selama 3 bulan pertama aku harus bekerja dulu secara full time di perusahaan yang membiayai kehidupanku di London.

Walau aku dan istriku sempat ragu-ragu untuk menjejakkan kaki di gedung perusahaanku yang cukup megah ini, akhirnya kami memberanikan diri untuk masuk. Setelah sempat kebingungan dan sempat bertanya pada orang disana, akhirnya aku dipertemukan dengan Mr. Rob. Orang inilah yang kemudian mengenalkan pada rekan-rekan kerja yang lain. Awalnya aku menduga orang Inggris itu kaku dan tak ramah, tapi kenyataannya berbeda, mereka jauh lebih ramah dari penduduk Jakarta, setidaknya ini menurut penilaianku.

Mr. Rob banyak menerangkan tentang sistem kerja disini, dia mengatakan kalau M Company sedang menerapkan ujicoba 4 hari kerja dalam sepekan, itu pun hanya 7 jam kerja atau 28 jam/pekan. Jam kerja dimulai pukul 9 sampai 5 sore dipotong istirahat 1 jam. Waktu libur tentunya sama yaitu Sabtu dan Minggu, dan tambahan 1 hari libur lagi yang harinya sesuai dengan keinginan karyawan. Aku pun memilih hari Rabu sebagai hari libur, sehingga belum apa-apa aku sudah mendapatkan hari libur… jadi aku baru bekerja di hari Kamis.

Setelah sekilas melihat cara mereka bekerja, lagi-lagi aku tak menyangka jika ternyata negara maju ini bekerja dengan santai dan relax, tidak seperti di perusahaanku yang dulu yang penuh dengan tekanan. Tampaknya setiap karyawan disini benar-benar menikmati pekerjaannya dan setiap pekerjaan dilakukan dengan santai tapi tetap profesional.

[Kamis, 16 Juni 2022]

Sudah dua minggu aku bekerja disini dengan begitu semangat dan enjoy menjalaninya bahkan menurutku jauh lebih efektif dan efisien. Ternyata penjelasan Mr. Rob yang kuterima saat perkenalan itu belum lengkap, dalam satu hari diluar waktu istirahat… jika kondisi pekerjaan telah selesai tak ada pekerjaan yang harus diselesaikan, karyawan selama 1 sampai 1,5 jam diperbolehkan untuk bermain game, mengobrol, baca koran, melakukan gym yang fasilitasnya begitu lengkap di kantor ini, bahkan karyawan boleh keluar kantor.

Aku memanfaatkan waktu luang ini untuk berkonsultasi dengan psikolog yang lokasinya tak jauh dari gedung kantor. Dengan orang asing sepertinya aku sudah tak ada lagi keraguan untuk mengungkapkan masalahku, ditambah lagi aku sudah benar-benar ingin terlepas dari fantasiku ini. Setiap sesi konsultasi yang berdurasi 45 menit ini begitu sangat berarti, setiap usai konsultasi kurasakan ada sesuatu yang terlepas dari bebanku, aku benar-benar seperti di-refresh.

Ternyata masalah yang menghinggapiku selama ini sudah ditemukan pangkal muasalnya. Ada sesuatu dari masa laluku bahkan masa kecilku yang tak tuntas sehingga bagai bola salju terus menggelinding semakin besar karena selama ini aku tak bisa berdamai dengan masa laluku itu. Kejadian di masa laluku selama ini aku anggap perkara biasa saja dan tak menyangka justru itulah penyebab utama fantasiku ini. Di luar hari konsultasi, aku dibekali teknik pernafasan dari sang Psikolog, semacam yoga untuk melepaskan energi negatif yang ada di diriku. Aku lakukan di setiap waktu luang di kantor maupun sebelum tidur di Apartemen. Tentu saja aku juga berterus terang pada istriku kalau aku sedang mengikuti program penyembuhan di Psikolog, istriku terlihat sangat senang dan sangat mendukung langkahku ini.

[Jumat, 17 Juni 2022]

Pagi hari buta aku dibangunkan oleh Mila, tampak ada raut wajah gelisah di dirinya.

“Kenapa, Sayang…?”, ucapku sambil mengucek-ucek mataku.

“Aku mens, Pah….. maaf…”, jawab Mila sepertinya tampak merasa bersalah.

Aku langsung mendekap tubuhnya, aku memang sangat ingin sekali memperoleh anak, tapi mendengar ucapan istriku ini justru aku menjadi lebih lega, setelah aku berpikir jernih selama di London…. Setidaknya kini aku terlepas dari beban jika harus memiliki anak dari benih orang lain. Jika saja istriku hamil, tentunya ikatan istriku dengan Andre tidak bisa terlepas begitu saja. Justru saat ini aku merasa bersyukur, masih ada waktu 1 bulan untuk menghamili istriku dengan kemampuanku sendiri. Aku akan mencobanya lagi.

“Udah, Mah…. ga apa-apa Sayang… bukan rezeki kita… kalo memang rezeki, masih ada waktu 1 bulan buat hamil.. kali ini Papah ga akan aneh-aneh lagi, Papah yang akan berusaha dengan kemampuan Papah sendiri, tapi kalo ga berhasil… kita harus bisa nerima itu ya….”, ucapku seraya menenangkannya.

Sebenarnya ada satu yang kurahasiakan pada istriku selama satu minggu terakhir. Aku sudah mengunjungi sebuah rumah sakit, semacam klinik yang bisa mengobati masalah fungsi seksualku. Aku menjalani rawat jalan untuk masalah infertilitas atau memperbaiki gangguan kesuburan dengan terapi hormon dan obat-obatan. Aku didiagnosa mengalami disfungsi ereksi dan ejakulasi dini ringan, ya… RINGAN!!! Setelah masalah kejiwaanku berangsur membaik, fungsi seksualku pun meningkat lagi.. bahkan dengan terapi hormon kini bisa dibilang penisku ini sudah sering menegang sesuai dengan fungsinya. Tapi memang dokter menyarankan untuk tidak dulu menggunakannya sampai terapi ini tuntas beberapa hari lagi. Aku sengaja merahasiakan pengobatanku ini pada istriku, agar menjadi surprise untuknya.

Bahkan aku tergoda untuk memberikan yang lebih baik lagi untuk istriku, di klinik ini menawarkan beberapa paket implan atau pembesaran penis. Aku belum memutuskannya karena biayanya cukup mahal, tapi sepertinya besok aku akan menelepon kawanku di Indonesia untuk menjual salah satu mobilku…. Di sisa hidupku ini, aku ingin memuaskan dan lebih membahagiakan istriku.

[Senin, 20 Juni 2022]

Temanku dari Indonesia sudah mentransfer uang penjualan mobilku. Aku pun di jam istirahat langsung bergegas ke klinik. Disana dokter melayaniku dengan begitu baik dan menjelaskan secara rinci setiap paketnya.

Tidak seperti pedagang yang memaksakan agar dagangannya cepat laku, dokter disini menerangkan baik-buruknya, sisi negatifnya, bahkan resiko terbesarnya, sehingga menjadi dasar pertimbangan bagiku untuk tidak buru-buru memutuskan.

Intinya, semua paket dilakukan secara bedah dengan pembiusan lokal, ada pembesaran yang sekaligus memperbaiki fungsi ereksi.. untuk yang satu ini dokter tidak menyarankan, selain biayanya mahal.. menurut dia aku tidak memerlukan hal tersebut karena ereksiku sudah semakin baik. Aku hanya direkomendasikan untuk implan penis saja, hanya ada pilihan permanen dan temporer.

Untuk pilihan permanen, biayanya cukup tinggi dan bisa menghabiskan seluruh uang penjualan mobilku. Tapi ukuran yang bisa dicapai adalah 2-5 cm tergantung dengan ‘bahan’ kulit lebih yang dimiliki oleh pasien di area penisnya. Dan setelah diperiksa aku berpotensi untuk menambah ukuran 4-5 cm. Jika kini ukuranku hanya 11,5 cm maka setelah operasi aku akan memiliki panjang kurang lebih 15-16 cm dengan diameter yang juga semakin membesar sekitar 30-50%. Memang tidak sebesar Andre tapi tentunya akan membuat istriku lebih puas. Untuk efek negatifnya, dokter berkata jujur bahwa ada beberapa pasien meskipun rasionya kecil merasakan kebas setelah operasi sehingga ketika melakukan penetrasi jadi tidak terasa. Rasa kebas di beberapa pasien hanya terjadi di beberapa bulan awal saja, tetapi ada juga yang berlangsung secara terus menerus sehingga perlu dilakukan pembedahan lagi.

Untuk yang temporer, biayanya jauh lebih murah, hanya sekitar 50 juta jika dirupiahkan, tapi pembesaran hanya 1-3 cm saja, dokter mengatakan bahwa kondisi penis milikku ini bisa diperbesar sampai maksimal berukuran 14 cm dengan diameter ketebalan meningkat 30-40%, pembesaran berlangsung selama 1 tahun, jika ingin tetap besar maka di tahun berikutnya harus melakukan pembedahan lagi. Pembesaran ini menggunakan semacam filler yang berupa Asam Hyaluronic kualitas terbaik yang aman untuk digunakan di dalam tubuh. Faktor resiko pun relatif lebih kecil daripada yang permanen, bahkan selama ini tidak ada pasien yang mengeluh penisnya menjadi kebas setelah dioperasi.

Jika aku sudah memutuskan, maka dokter menyarankan untuk kembali lagi di hari lainnya. Yang pasti proses operasi hanya berlangsung sekitar 1 jam dan setelah itu boleh pulang di hari yang sama setelah di observasi selama 2-3 jam. Operasi ini juga tidak akan mengganggu aktivitas normal sehari-hari pada hari berikutnya setelah operasi, kecuali tidak boleh mengangkat beban yang berat atau bersepeda dan berjalan kaki terlalu jauh. Sehingga mungkin aku harus naik taxi selama satu minggu setelah operasi. Setelah satu bulan, penis baru boleh digunakan untuk hubungan seksual dengan normal.​


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com