𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟕 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐁​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 𝐔𝐍𝐓𝐔𝐊​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ ]

POV YOGA
[Rabu, 22 Juni 2022]

Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya aku memilih di hari libur ini untuk melakukan pembesaran penis secara temporer. Aku tetap merahasiakan pada istriku, aku beralasan bahwa di hari ini aku harus bekerja seperti biasa karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Semua ini kulakukan tentunya untuk kebahagiaan istriku.

POV MILA
[Rabu, 22 Juni 2022]

Biasanya setiap hari Rabu, suamiku libur dan kami isi dengan berjalan-jalan di sekitar kota London, tapi sayangnya di hari ini dia harus bekerja. Untuk mengatasi kebosananku berada di rumah, aku berjalan-jalan siang ini di sekitar rumahku. Menyusuri pertokoan di Marylebone Road, tentunya aku melakukan ini setelah izin melalui telepon pada suamiku.

Aku lihat hari ini jalanan cukup ramai, karena banyak pegawai di London yang memilih hari libur di hari Rabu. Di sekitar Museum Madame Tussauds terlihat antrian dari wisatawan, aku lihat beberapa orang dari Asia tampak berkumpul di depan museum tersebut. Kali ini aku tidak mengunjungi museum tersebut, hanya lewat saja karena selama di London aku pernah mengunjunginya bersama suamiku.

Tiba-tiba seseorang dengan jarak sekitar 20 meter didepanku berdiri menghadapku dan memandangku dengan pandangan tajam. Faisal!!! Mengapa dia bisa ada disini? Aku langsung berbalik arah, aku sangat tak mau lagi berhubungan dengan lelaki itu, kali ini aku hanya ingin menjadi istri yang setia, aku tidak akan tergoda lagi pada dirinya.

Aku menoleh ke belakang, ternyata Faisal mengikutiku, aku langsung mempercepat langkahku. Aku berbelok ke jalan kecil yang disebut dengan Baker Street, banyak sekali café dan resto di jalan ini, aku langsung berlari dan langsung masuk ke sebuah bar dengan perasaan sangat ketakutan.

Di luar Bar, tampak beberapa anak muda yang sedang duduk bersantai di kursi yang disediakan di trotoar jalan tampak memperhatikanku.

Begitu aku masuk bar dengan raut wajah bingung dan ketakutan, tiba-tiba seorang lelaki dari luar bar tadi ikut masuk dan bertanya kepadaku… “Anda ada masalah?”, tanyanya.

Aku melihat ke arah luar, tampak Faisal dari kaca jendela bar sedang mencari-cari keberadaanku, sepertinya dia akan segera masuk ke bar ini.

“Tolong dimana aku bisa bersembunyi?”, tanyaku pada lelaki itu tanpa memberitahu alasan ketakutanku.

“Cepat masuk sini…”, jawab laki-laki itu cepat dan mengarahkanku ke meja bartender dan aku disuruh jongkok dan merunduk disana. Tampaknya lelaki ini sudah mengenal dengan seluruh pelayan di bar ini dan menitipkan kepada pelayan agar melindungiku.

Setelah beberapa menit, laki-laki itu kembali datang menemuiku… “Mizz, sepertinya anda sudah aman… aku akan membawa anda pulang, dimana tempat anda menginap?”, tanya laki-laki itu sopan yang sepertinya menganggap aku ini wisatawan yang sedang berlibur.

“Saya tinggal disini, tolong antarkan ke Linhope Street…”, jawabku penuh harap.

Laki-laki itu membiarkan aku jalan lebih dulu, dia berjalan di belakangku, sepertinya dia menghalangi tubuhku dari pandangan orang-orang di belakangku.

“Tolehkan sebentar ke belakang, apakah benar laki-laki itu yang sedang mengejarmu?”, ucap laki-laki itu sambil berjalan di belakangku yang kini sudah berada di trotoar jalan.

Aku menoleh ke belakang, dan kulihat Faisal memang masih ada di sekitar bar.

“Ya benar, tolong lindungi aku…”, jawabku sambil mempercepat langkahku.

“Belok dulu ke arah kiri..”, perintah lelaki itu. Akupun mengikuti perintahnya.

“Belok lagi ke kiri”, perintah laki-laki itu lagi, kini aku masuk ke sebuah gang kecil di jalan Crawford Street. Gang kecil itu ternyata pintu masuk ke sebuah rumah.

“Ini rumahku, anda boleh bersembunyi disini sementara waktu”, ucap laki-laki itu sambil menyerahkan kunci rumahnya kepadaku.

“Aku tidak bisa… anda akan kemana?”, tanyaku karena bingung pada laki-laki ini yang tiba-tiba memberikan kunci rumahnya.

“Cepat masuk!”, kata lelaki itu dengan sedikit mendorong tubuhku setelah dia sempat menoleh ke arah jalan utama, aku sempat juga melihat di jalan itu Faisal masih seperti mencari keberadaanku. Akhirnya aku terpaksa masuk ke dalam rumah lelaki itu.

Sebuah rumah yang kecil 2 lantai, dimana begitu masuk langsung ada kursi tamu dan di ujung sana terlihat tempat tidur besar tanpa sekat sama sekali.

“Anda disini saja dulu, apakah laki-laki itu adalah suamimu?”, tanya laki-laki yang mungkin berusia 25 tahunan ini mulai menginterogasiku.

“Bukan…. Saya tidak mengenalnya, tapi entah mengapa dia mengejarku”, jawabku sedikit berbohong.

“Tapi sepertinya dia satu negara denganmu, apa anda orang Jepang?”, tanya laki-laki itu lagi.

“Bukan, saya dari Indonesia”, jawabku.

Laki-laki itu kemudian menyuruhku untuk duduk, dia membuka kulkas kecilnya dan membawa beberapa kaleng bir.

“Oh maaf, saya tidak minum alkohol…”, ucapku,

“Oh OK…”, ujar laki-laki itu yang kemudian kembali ke kulkasnya untuk mengambilkan sebotol air mineral.

“Apa saya perlu memanggilkan anda polisi? Rasanya akan bermasalah jika saya menyembunyikan orang asing di rumahku”, ucap laki-laki itu lagi, sepertinya dia curiga walau diungkapkan dengan santai dan kini dia duduk tepat di depanku.

“Aku akan menghubungi suamiku saja…”, jawabku sambil menghubungi nomor suamiku. Tapi sepertinya suamiku sedang sibuk bekerja sehingga teleponnya tidak aktif.

“Bisa dihubungi?”, tanya laki-laki itu khawatir.

“Belum… bolehkah saya menunggu dulu disini sampai aman?”, tanyaku mulai tidak enak hati karena pasti telah merepotkannya.

“Oh, tak masalah… Nolan…”, ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk memperkenalkan dirinya.

Kemudian kami pun berbincang santai, kami saling mengenalkan diri. Nolan ternyata seorang pelatih sepakbola di Youth Academy di salah satu klub kota London. Dia tinggal di rumah ini bersama dengan adiknya yang bernama Stuart, adiknya itu masih kuliah tapi juga berprofesi sebagai musisi di salah satu cafe.

Dari perbincangan ini aku tahu Nolan adalah laki-laki yang sangat sopan dan tentunya baik karena telah mau menolong orang asing sepertiku. Sialnya, darahku selalu berdesir setiap kali mata birunya memandangku. Wajah Nolan ini memang bisa dibilang diatas rata-rata, tingginya yang diatas 2 meter, ditunjang dengan body yang atletis karena memang olahragawan membuat rahimku menghangat setiap kali aku menatapnya.

Sampai sekitar satu jam aku berada di rumahnya, kami pun semakin akrab. Aku sempat meminjam kamar mandinya untuk buang air kecil, ketika kubasuh vagina, hasratku semakin membesar hingga dengan sadar aku mulai memainkan jari di vaginaku. Aku membayangkan bersetubuh dengan Nolan… untuk kesekian kalinya aku melupakan bagaimana seharusnya seorang istri bersikap.

Setelah terakhir, sekitar dua minggu yang lalu aku benar-benar dipuaskan oleh Andre, selama di Inggris vaginaku tak pernah terjamah lagi. Suamiku sedang berkonsentrasi dengan pengobatan kejiwaannya, sehingga tak sekalipun dia menyentuhku di ranjang.

Karena sudah terlalu lama di kamar mandi, meskipun belum terpuaskan, akhirnya kuputuskan untuk kembali keluar. Di ruangan antara tempat tidur dan kursi tamu tampak sebuah mini kitchen, Nolan langsung menawarkan sebuah makanan kaleng instant kepadaku sebelum dia panaskan di microwave.

“Aku buatkan ini ya?”, ujar Nolan menawarkan.

“Oh terimakasih, tapi aku sudah makan… silahkan kamu saja yang makan”, ucapku menolak karena memang masih kenyang.

Nolan kemudian mendekatiku yang masih berdiri di belakangnya dan tanpa diduga dia menyentuh perutku.

“Kamu kelelahan dikejar-kejar orang itu… kamu pasti lapar..”, ucap Nolan sambil mengelus-elus perutku. Darahku semakin berdesir merasakan sentuhan tangannya itu.

“Oh tidak. Nolan… beneran aku masih kenyang…”, jawabku sambil menatapnya. Kami pun bertatapan, mataku menjadi sayu ketika menatapnya… apalagi saat tangannya itu tak juga ditarik dari perutku.

Tiba-tiba kepala Nolan semakin mendekat ke arah wajahku, tangannya kini memegangi kedua pipiku.

“Yakin..?”, tanyanya sambil terus menatap mataku dari jarak yang cukup dekat, pandangannya itu kurasakan sedikit berbeda, seperti ada nafsu yang mulai membara.

Aku hanya mengangguk dan tanpa kusadari mataku terpejam, hingga bibir Nolan kemudian menyentuh bibirku…. Aku pun membalas ciuman itu.

"Kamu cantik sekali.... Mila..", puji Nolan setelah melepaskan ciumannya itu.

Aku tak menjawabnya, tapi kini aku yang kembali memburu bibirnya itu. Saat kujulurkan lidahku, dia menghisap dan melumat lidahku dengan gemas. Tangannya dengan liar sudah menyelinap di balik t-shirt-ku yang dia singkap.

Aku semakin tak terkendali, tanganku dirangkulkan di lehernya. Nolan pun mengangkat dengan mudah tubuhku hingga kini kami berciuman liar dengan posisi tubuhku yang digendongnya.

Nolan melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, dia kemudian secara perlahan menurunkan tubuhku tanpa melepaskan ciumannya. Tangannya semakin bebas bergerak, tanpa sedikitpun penolakan akhirnya kini aku benar-benar telanjang di hadapan lelaki tampan ini.

"Ooouughhh....", aku hanya mampu melenguh saat jarinya mulai masuk ke dalam lubang vaginaku. Nolan merentangkan kedua kakiku hingga terbuka lebar, tatapan mata Nolan tertuju pada vaginaku yang merekah dan tanpa bulu sedikitpun. Akhirnya ia merunduk dan mencium vaginaku.

"Ooooooogghhh...”, lenguhku ketika lidahnya dengan liar menjilati klitorisku. Aku semakin mengangkangkan kakiku saat Nolan begitu liarnya menciumi vaginaku. Aku menggelinjang tak tentu arah.

"You’re so pretty, babe…", puji Nolan sambil membuka baju dan celananya hingga benar-benar telanjang.

Aku tercekat melihat penis milik Nolan ini. Aku anggap selama ini milik Andre adalah yang terbesar, ternyata ada yang lebih besar lagi….. aku pun semakin terangsang. Jika Andre saja dengan ukurannya sudah mampu memuaskanku, apalagi milik Nolan ini… aku langsung meraih penisnya itu dan menuntunnya untuk segera masuk ke lubangku ini. Aku sudah tidak sabar….

"Aaaarggghhhhh...", jeritku menyertai kontol yang mungkin berukuran 20 cm lebih ini mulai menusuk dan menyeruak lubang kenikmatanku. Kepala kontolnya melesak semakin dalam membuatku merintih nikmat saat pinggulnya mulai mengayun dan kontolnya menghantam vaginaku ini dengan begitu perkasanya. Aku merasakan kenikmatan yang sangat, tapi kadang aku merasa tak kuat menahan hentakan penisnya ini, aku coba untuk menahan pinggulnya agar dia memelankan genjotannya namun justru dia semakin cepat. Berkali-kali Nolan melenguh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil memuji begitu nikmatnya memekku ini.

"Aaaaaaaahh.... Nolaan… aku keluaarrrr", jeritku melawan kontolnya yang mungkin terlalu besar untuk ukuran vaginaku ini. Tapi ini benar-benar nikmat dan hanya dalam waktu 3 menit saja tubuhku mengejang dan bergetar mencapai orgasme. Nolan tersenyum melihatku terengah tak berdaya, dia cabut penisnya dan membelai rambut lalu mengecupku dengan mesra... seperti perlakuan pada seorang kekasih, aku pun semakin nyaman bersetubuh dengannya.

Setelah beberapa saat dia kemudian membalikkan tubuhku dan memposisikan tubuhku ini untuk menungging. Tangan kekarnya meremas dan mengusap pantat indahku ini sambil sesekali menampar…. PLAKKK PLAKKKK PLAKKKK

"Aaaahhh... ooh Baby…..", lenguhku setiap kali tangannya menampar bokongku ini. Tanpa meminta persetujuan dariku kini kurasakan lubang memekku kembali dijejali kontol besarnya.

BLESSSHHH

Aku menjerit saat pinggul Nolan mulai mengayun dengan tangan mencengkeram pinggulku.

PLACK PLOCK PLOCK PLECK PLOCK PLECK PLOCK

Benturan kulit ditambah vagina ku yang semakin basah membuat suara yang khas dan mengiringi setiap desah dan rintihanku. Aku menggeliat tak karuan, baru kali ini aku merasa benar-benar tersiksa oleh kenikmatan… sulit rasanya mengungkapkan kenikmatan yang kurasakan ini.

Tubuhku kembali bergetar dan mengejang nikmat menemui oragasmeku yang kedua. Aku mengatur nafas, rasanya tak sampai 10 menit aku sudah 2 kali merasakan klimaks.

Dengan gerakan lembut, Nolan kemudian mengangkat tubuhku hingga aku duduk membelakanginya diatas pangkuan dengan kontol yang tentunya masih gagah berdiri. Perlahan aku menurunkan tubuhku hingga kepala penisnya tepat di mulut vaginaku, aku menurunkan lagi tubuhku hingga kontol yang mulai saat ini sepertinya akan menjadi kontol kesayanganku masuk melesak dengan nikmatnya. Aku langsung mengayunkan pinggulku dengan jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulutku tanpa terkontrol. Tak ada yang lebih enak dari rasa dijejali kontol Nolan ini, rasanya benar-benar mengaduk-aduk liang vaginaku, sepertinya tak ada ruang longgar sedikitpun disana, semuanya begitu penuh dan menyentuh setiap sisi dinding vagina hingga ke area paling dalam.

"OOOUUUGGGHHH...", kali ini aku benar-benar menjerit keras ketika aku kembali mengalami orgasme untuk yang ketiga kalinya dalam jarak waktu yang berdekatan. Aku menggeleng-gelengkan kepala antara merasakan nikmat dan hampir tak percaya dengan kenikmatan yang kurasakan di siang ini.

Nolan mengangkat tubuhku untuk mencabut penisnya, badanku dia putar hingga berbalik ke arahnya. Sambil memeluk tubuhku dengan lembut, dia dengan sabar menungguku merasakan kenikmatan orgasme hingga tubuhku berhenti bergetar. Setelah semuanya terkendali, wajahnya dibenamkan ke dadaku, kedua tangannya meremas-remas payudara ranumku yang membuatku menggelinjang lagi, aku kembali mengarahkan kontolnya untuk kembali masuk ke vaginaku, tanpa aba-aba aku kembali mengayunkan pinggulku untuk kembali mencapai kenikmatan yang sepertinya terasa baru bagiku.

"Oooouggghh...", desahku saat batang besar itu menguasai liang kemaluanku.

Posisi ini tak terlalu lama karena Nolan kemudian membaringkan tubuhku ke posisi missionaris.

"Ouuggghh.....", lenguh Nolan sepertinya dia pun merasakan kenikmatan yang sama, kini wajahnya tampak memerah saat penisnya kembali dia benamkan.

Kedua kakiku mengangkang lebar hingga penis besar itu dapat leluasa keluar masuk di sela-sela selangkanganku. Wajah kami berpandangan, sepertinya kami sama-sama mengagumi setiap apapun yang dimiliki pasangan bersetubuh ini dengan penuh nafsu dan gairah.

"Sayaaaang... enakkk bangettttt", lenguhku dalam bahasa Indonesia, aku tak peduli dia tak mengerti dengan ucapanku. Nolan semakin cepat saja menggoyangkan pinggulnya yang sesaat kemudian ia melenguh dan pinggulnya dihentakkan begitu keras dan dalam………. sesaat kemudian aku mencapai orgasme yang keempat bersamaan dengan kurasakan kehangatan cairan memenuhi liang vaginaku. Nolan menyemburkan spermanya di dalam vaginaku dengan jumlah yang sangat banyak, semprotan yang begitu kencang…..

"Ouugh... baby...", gumam Nolan sambil perlahan mencabut penisnya, lelehan sperma keluar dan mengucur deras dari lubang vaginaku, saking banyaknya sperma yang ditumpahkan oleh Nolan barusan.

Nolan membaringkan tubuhnya di sampingku, dia raih kepalaku dan diangkat untuk disandarkan di dadanya. Aku membelai dadanya dan sedikit memainkan putingnya.

Tiba-tiba pintu terbuka dan seorang laki-laki dengan rambut sebahu dan kumis serta brewok tipis masuk ke rumah ini, postur tubuhnya setinggi Nolan namun dia sedikit kurus, penampilannya seperti seorang rocker. Jelas saja dia melihatku dan Nolan yang sedang bermesraan dalam keadaan telanjang ini.

“Pelacur mana yang kau bawa kesini, Bro!!”, ucap lelaki itu santai dengan ucapannya yang kasar.

Aku mencoba meraih sesuatu untuk menutupi tubuhku tapi tidak ada yang bisa kugunakan. Lelaki itu melangkah semakin dekat dan kini dia berdiri tepat di pinggir tempat tidur dan memandangi tubuh telanjangku dengan tatapan nakal dan liar.

“Pergilah ke kamarmu, Stuart!!!!”, bentak Nolan pada lelaki itu. Ternyata lelaki itu adalah adiknya yang tadi sempat diceritakannya.

“Tak maukah kau berbagi pelacur Asia cantik ini?”, jawab Stuart sambil membuka ikat pinggangnya seperti yang siap membuka celananya.

“Jaga mulutmu!!! Dia bukan pelacur!! Dia kekasihku!!”, balas Nolan yang langsung bangkit berdiri dan mendorong adiknya itu hingga terjerembab ke pagar tangga.

Stuart kemudian bangkit dan akan membalas tindakan Nolan tadi, sampai akhirnya aku berteriak… “Hey STOPP!!!!”, teriakku yang berhasil melerai perkelahian dua orang kakak-adik ini. Mereka berdua memandangku.

“Tidak bisakah kalian bersenang-senang bersama?”, ucapku lagi yang sudah tak memikirkan harga diriku. Kini aku bernafsu pada mereka berdua dan ingin mereka menjamahku bersama-sama.

“Aku tunggu di kamarku!”, jawab Stuart sambil tersenyum puas dan bergegas naik ke kamar atas. Ini diluar keinginanku, rupanya Stuart ingin menikmati tubuhku sendirian tanpa kakaknya.

Setelah Stuart naik, kini Nolan kembali ke tempat tidur dan bertanya, “Apa kamu yakin?”, ucapnya dengan raut wajah heran dan sepertinya kecewa dengan ucapanku.

“Ya, kalian tidak perlu berantem seperti itu….”, jawabku sambil tersenyum lalu kembali mencium bibirnya dengan mesra.

“Aku tak ingin berbagi perempuan secantik kamu dengan dia”, ujar Nolan setelah melepaskan ciumanku, tampak dia masih kesal dan sepertinya dia tak pernah akur dengan adiknya itu.

“Kamu bisa menunggu, milikmu ini belum berdiri.. kan?”, balasku sambil tersenyum dan mengusap penis besar yang masih terkulai itu.

Kini aku sudah layaknya seperti seorang pelacur, kutinggalkan Nolan dengan senyuman menggoda lalu menyusul Stuart naik ke kamarnya di lantai 2.

POV YOGA

Operasi berjalan lancar, aku pulang ke rumah tanpa mengalami rasa sakit yang berarti, hanya saja saat melangkah ada sedikit rasa ngilu. Masih ada perban di penisku ini, sehingga aku tidak bisa telanjang di depan istriku minimal sampai beberapa hari ke depan sampai perban dibuka. Mungkin juga aku tak bisa dekat-dekat dengan istriku dulu. Kebetulan selama di Inggris ini, belum ada seks diantara kami… dan istriku pun tampaknya sudah mengerti jika aku belum ada hasrat untuk melakukannya.

Tapi kemana istriku? Aku dari tadi memang sengaja tak mengaktifkan ponselku selama berada di rumah sakit, kini giliran dia yang teleponnya tidak aktif. Tapi aku yakin istriku hanya akan berjalan-jalan di sekitar sini saja, dia sangat menyukai taman, perpustakaan dan museum yang memang banyak tersebar di sekitar tempat tinggalku ini. Aku yakin istriku tak akan macam-macam di negara orang, lagipula jika melihat dari sikapnya selama di Inggris, dia sepertinya sudah berubah… terlihat begitu menyayangiku dan selalu mengucapkan terima kasih kepadaku, seperti rasa syukur karena telah kubawa ke tempat yang tak pernah terbayangkan sama sekali dalam hidupnya.​

𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓
 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com