𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟑 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐀​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 𝐁𝐄𝐓𝐀𝐏𝐀 ]

POV YOGA
[Sabtu, 13 Maret 2021]

Hampir 4 atau 5 bulan sejak pengkhianatan dan transformasi istriku, kini Mila telah berubah menjadi wanita yang sangat luar biasa cantiknya. Hanya perlu 1 bulan saja, kulit wajahnya sudah benar-benar glowing sempurna. Semakin hari kemampuan berdandannya semakin mengundang decak kagum dariku. Treatment wajah dan rambut pun kini dilakukan rutin setiap bulan, yang tentu saja aku yang mengantarnya. Bahkan sekarang juga dia sudah rajin senam di dalam rumah yang menurutku membuat badannya semakin kencang dan berisi.

Diluar kecantikannya yang menurutku meningkat beberapa level, sikap kaku dan canggung dia kepada orang lain kembali lagi ke sifat awalnya, tapi kali ini aku membiarkan hal itu. Aku masih trauma apabila dia berdekatan dengan lelaki lain. Aku pikir sikap membatasi diri itu sudah benar-benar pas bagi dia, apalagi setelah berubah menjadi super cantik seperti sekarang ini, aku tak rela dibagi-bagi!!!

Lima bulan terakhir ini, rumah tangga kami seolah di-refresh. Kemesaraan dari kami jauh melebihi masa-masa bulan madu di awal pernikahan kami yang begitu hambar.

Fantasiku pun perlahan meredup walau belum hilang sepenuhnya, tapi setidaknya kini aku sudah cukup puas dengan penampilan istriku tanpa perlu dipancing oleh fantasi lagi. Hanya dengan melihat tubuh atau suara istriku saja membuat kemampuan ereksiku sudah hampir kembali ke kondisi normal, walaupun tanpa pengobatan apapun. Betapa bahagianya aku di saat ini!!!

Dengan semakin baiknya kondisi diriku, hubungan suami istri pun kini sudah sering dilakukan, bahkan dalam 1 minggu kami melakukannya 1-2 kali. Hanya saja kemampuan ‘bertahan’-ku masih cukup payah, merasakan nikmatnya goyangan Mila yang semakin sexy dan desahannya yang kuminta lebih berani membuat pertahananku masih terlalu mudah untuk jebol… durasinya mungkin tak lebih dari 3 menit.

Bagiku, kenikmatan di ranjang itu sudah sangat-sangat memuaskan, tapi bagi istriku mungkin masih kurang. Mungkin dalam waktu 5 bulan ini kami sudah berhubungan badan kurang lebih sebanyak 30 kali, dan yang aku ingat dari sebanyak itu Mila hanya mencapai orgasme melalui penetrasiku mungkin dibawah 10 kali saja. Sisanya aku puaskan melalui oral yang sekarang sudah tak canggung lagi dilakukan.
--+++--​

Kini fantasi yang tersisa dariku hanyalah kepuasan ketika melihat mata dari para lelaki yang melirik atau melihat istriku dengan pandangan nafsu. Ada kepuasan tersendiri.

Karena itu, minimal seminggu sekali kami jalan-jalan ke tempat keramaian, paling seringnya sih ke Mall. Lagi-lagi untuk sisa fantasiku ini tak pernah diungkapkan secara vulgar kepada istriku.

Seperti sore hari ini, kami berjalan-jalan untuk nonton dan makan di salah satu Mall di Jakarta. Sejak turun dari mobil, pandangan laki-laki yang berpapasan dengan istriku selalu membuat jantungku berdegup kencang. Padahal Mila di sore ini hanya mengenakan kemeja chiffon tanpa lengan berwarna putih yang sedikit ketat dipadu oleh celana hitam denim ¾ berhasil membuat para lelaki itu memutar badan 180 derajat setelah melewatinya.

Saat menonton, tentu saja film-nya tak aku tonton karena aku sibuk ‘menghabiskan’ istriku yang menggemaskan ini. Film berdurasi hampir dua jam itu berlalu begitu saja.

Sehabis menonton, kami makan di resto siap saji karena tiba-tiba aku ingin mencoba makanan disitu. Begitu melangkahkan kaki ke dalam resto, tampak seorang laki-laki yang duduk menghadap pintu masuk langsung memandangi penampilan istriku, matanya liar seolah menelanjangi, tapi seperti biasanya Mila tampak cuek dan tak melirik sedikitpun pada siapapun lelaki yang melihatnya, sikapnya itu membuat dia terlihat judes sehingga di mataku raut wajahnya tampak semakin sexy.

Setelah kami memilih tempat duduk, kami memilih menu. Sambil menunggu makanan datang kami berbincang santai.

“Mi, laki-laki yang duduk di belakang Papah tadi ngeliatin Mamah terus..”, ujarku mengomentari laki-laki yang duduknya kurang lebih terhalang 3 kursi kosong di belakang kami.

“Yang itu ya Pah?”, jawab Mila sambil matanya menatap tajam ke kursi tempat laki-laki itu duduk.

Ketika aku menoleh ke belakang, ternyata lelaki itu telah pindah posisi dan kini duduknya sudah menghadap langsung ke istriku. Istriku tiba-tiba bangkit dan kini dia memilih duduk di sampingku sehingga membelakangi lelaki yang sepertinya terus memperhatikannya, Mila sepertinya risih dengan tatapannya. Tapi justru aku menikmatinya.

Setelah makanan tiba kami langsung menyantap makanan tersebut dan melupakan si lelaki tadi. Tak sampai satu jam kami sudah menyelesaikan acara makan di resto tersebut dan kami pun bergegas pulang. Begitu sampai di pintu keluar Mila izin untuk ke toilet sebentar, akhirnya aku keluar dari resto tersebut sendirian. Kebetulan tepat di depan resto tersebut ada toko yang menjual action figure dan diecast, aku langsung masuk ke toko tersebut sambil menunggu Mila dari toilet. Aku memang suka dengan mainan-mainan seperti itu walaupun tak mengoleksinya… mungkin sisa-sisa jiwa kekanakanku masih ada.

Sambil melihat-melihat koleksi di toko tersebut, pandanganku sesekali diarahkan ke luar toko, takutnya Mila mencariku. Tapi saking asyiknya melihat diorama sebuah kota berikut pemandangannya yang ada di toko tersebut, tak terasa waktu sudah lebih dari setengah jam… namun istriku belum keluar juga dari toilet. Ketika aku mau meneleponnya karena khawatir istriku kenapa-napa, tampak dari arah lorong toilet, lelaki yang dari tadi memperhatikan terus istriku berjalan dari arah toilet dan kembali menuju tempat duduknya. Lelaki yang kupikir telah pulang itu ternyata masih ada, dan tak lama kemudian istriku menyusul berjalan di belakangnya.. mungkin hanya beda 4 langkah saja. Istriku langsung keluar Resto.

Aku hampiri istriku, dengan penasaran bertanya mengapa dia lama sekali, dia menjawab perutnya tiba-tiba mulas dan agak mual, dan sekarang dia ingin langsung pulang saja. Aku bertanya-tanya… apakah istriku hamil??? Semoga saja itu terjadi setelah 9 tahun kami menikah, maklum kami akhir-akhir ini begitu gencar melakukan hubungan seksual.

Setibanya di rumah, istriku langsung minta izin untuk tidur duluan, sepertinya dia benar-benar sedang sakit. Aku yang sejak dari mall masih sangat horny melihat istriku sebenarnya ingin mengajaknya untuk ML dulu di malam ini… tapi ya sudahlah.

15 menit menonton TV rasanya cukup kesal tanpa ditemani istriku, akhirnya aku menyusul dia untuk tidur. Tak seperti malam-malam sebelumnya yang selalu memakai lingerie, kini Mila tidur menggunakan piyama, dibalik selimutnya. Mungkin dia kedinginan, tapi begitu kupegang keningnya… suhu tubuhnya normal-normal saja. Aku pun tidur di sampingnya sambil memeluk.

Nafsuku tak bisa diajak kompromi, mencium harum tubuhnya gairahku naik lagi.. tanganku pun mulai nakal menggerayangi buah dadanya. Istriku bangun dan memohon padaku agar malam ini tidak dulu melakukan hubungan suami istri. Tapi aku tak mempedulikannya. Aku terus meremasnya dan kubuka kancing piyamanya itu. Istriku menolak lagi, tubuhnya langsung membelakangiku sambil berkata, “Pusing, Pah…”.

Aku masih membandel, tiga kancing atas terlepas, aku memainkan payudara kenyalnya sambil memeluk dari belakang. Tangannya beberapa kali mencoba menepis tapi aku tetap tak menyerah. Sampai akhirnya kunaiki tubuhnya, justru Mila yang akhirnya menyerah, dia mengatakan agar lampu dimatikan terlebih dahulu, dia pusing melihat cahaya lampu. Sambil sekalian membuka celana, aku bangkit untuk mematikan lampu kamar dan kini hanya menggunakan lampu tidur berwarna kuning temaram tapi masih cukup jelas untuk melihat objek.

Mila tetap berada di balik selimutnya, sehingga terpaksa aku pun masuk kedalamnya. Setelah kupelorotkan celananya hingga tanpa penutup lagi, langsung kumasukkan batang penisku ini ke lubang kemaluannya dengan begitu bernafsu. Aku mulai menggerakkan pinggul, istriku mulai mendesah dan menggelinjang, aku semakin semangat.

Mulutku memburu buah dada dengan sedikit menyingsingkan bra-nya, istriku kembali menepis tangan dan kepalaku, alasannya sama.. dingin! Aku tak mendengarkan penolakannya itu, kepalaku kini terbenam dan berhasil menjilat dan menghisapi buah dada dan putingnya itu. Tapi….. DEGGGGGG!!!! Begitu kubuka mata, meski dibalik selimut dan cahaya yang redup, aku masih bisa melihat kalau di kulit putih payudaranya itu tampak dua tanda merah yang tampak samar.

Aku pura-pura tak melihatnya, tapi otakku terus berpikir dan mengingat-ingat sejak kapankah tanda ini ada? Kemarin malam saat berhubungan dengannya aku belum melihatnya, lagi pula aku memang tak pernah sampai membuat cupang setiap kali mencumbuinya. Tanda ini pasti baru ada di hari ini, tapi kapan dan oleh siapa? Dadaku bergemuruh…

Otakku langsung melayang membayangkan istriku bersetubuh dengan lelaki lain, yang membuat aku ejakulasi di dalam vaginanya, dalam waktu yang lebih cepat dari biasanya… CRTTT CRTTT CRTTT.

Aku melepaskan penisku tanpa berlama-lama menikmati dulu ejakulasiku ini. Sambil membersihkan batang kemaluan di kamar mandi aku terus berpikir, aku ingat kalau sepanjang hari ini dia selalu berada denganku, kecuali saat dia berada di toilet resto dengan waktu yang cukup lama, mungkin sekitar setengah jam lebih… disanakah istriku melakukan hal itu?!?!?

[Minggu, 14 Maret 2021]

Sejak bangun tidur istriku tampak murung dan tak bergairah. Begitu juga aku yang terus bertanya-tanya, apakah istriku telah mengkhianatiku lagi? Apakah dengan lelaki misterius di resto itu?

Sekitar pukul 9 pagi, aku izin untuk pergi pada istriku. Mila kebingungan karena kepergianku ini mendadak dan tak mengajaknya. Aku juga kemarin mengatakan tidak akan kemana-mana di hari Minggu ini. Aku beralasan akan ke rumah teman kantorku sebentar untuk mengambil dokumen pekerjaan, aku katakan kalau pergiku ini tak akan lama dan jam 1 siang sudah berada di rumah. Istriku pun akhirnya mengizinkan.

Daripada aku memendam kepenasaranan, lebih baik aku periksa langsung ke resto semalam…. aku akan meminta rekaman CCTV di resto tersebut.

Sesampainya di resto tersebut, keadaan resto masih sepi. Begitu masuk aku disambut pelayan dan mempersilahkanku untuk duduk, tapi aku langsung berbelok ke arah kanan, lorong menuju toilet. Aku melihat ada satu buah CCTV yang mengarah ke lorong tersebut. Aku masuk ke dalam toilet pria, tentu saja disana tidak ada kamera pengintai sama sekali, aku sudah tahu itu… hanya sekedar untuk memastikan…

Aku keluar toilet dan menuju ruang tengah tempat makan, disana terlihat ada 3 titik CCTV, dari arah dalam menyorot ke pintu masuk, begitu juga sebaliknya dan dari samping ke arah tengah ruangan.

Pelayan tampaknya bingung melihat perilaku-ku ini, aku langsung meminta maaf dan mengatakan pada pegawai tersebut bahwa aku ingin menemui resto manager. Masih dalam keadaan bingung, pegawai itu menurutiku dan langsung masuk ke sebuah ruangan. Tak lama kemudian…….

DEGGGG!!!!

“Andre….”, ucapku pelan dan sangat terkejut begitu melihat Andre dengan kemeja putih berdasi hitam itu keluar dari sebuah ruangan.

Kemarin malam, lelaki misterius itu memang perawakannya tinggi besar seperti Andre, tapi aku melihat wajahnya dari dekat saat melewatinya ketika pertama kali datang… jelas bukan Andre yang memelihara kumis dan brewok tipis. Lelaki semalam kulitnya lebih putih dan tanpa ada kumis atau janggut di wajahnya. Tapi jangan-jangan Andre lah yang menggauli istriku di dalam toilet, hmmm… cari gara-gara lagi dia!!!

Andre pun sepertinya kaget begitu melihatku, tapi dia tetap secara profesional mendatangi dan menyalamiku.

“Selamat Pagi, Pak Yoga… ada yang bisa saya bantu?”, ucap Andre ramah.

“Bisa panggilnya ‘Kang’ aja? Nyebut ‘Bapak’ kesannya terlalu formal”, jawabku pada Andre datar.

“Oh baik Kang, gimana Kang… ada yang bisa dibantu?”, ujar Andre terlihat sopan sambil mempersilahkanku untuk duduk. Dia memang sopan seperti saat membeli mobilku dulu, tapi saat ini dia jauh lebih sopan lagi, bahkan badannya membungkuk-bungkuk setiap berbicara, entah SOP resto ini atau memang masih takut setelah sempat kusiksa di parkiran Samsat.

“Maaf, Ndre… kamu disini sebagai apa ya?”, tanyaku mulai menginterogasi.

“Saya Manager Resto, Kang..”, balasnya yang kelihatan masih bingung dengan kedatanganku ini.

“Berarti kemaren malem ada disini kan…”, tanpa basa-basi aku langsung memojokkannya.

“Malem? ngga, Kang… kemaren saya pulang jam 5 sore.. emang ada apa ya, Kang?”, jawab dia yang semakin kebingungan. Kalau dari ekspresi wajahnya sih tampaknya dia memang jujur dan tak tahu apa-apa, tapi entahlah.

Aku menjadi sedikit ragu untuk menceritakan kepada Andre tentang kejadian semalam, apalagi ini melibatkan istriku. Tapi setelah kutimbang-timbang, daripada tidak membuahkan hasil sama sekali akhirnya aku akan bercerita jujur kepadanya.

“Sepertinya ada kejadian di resto ini pas kemaren malem… bisa saya liat rekaman CCTV-nya? Semua fungsi kan?”, ucapku sambil melihat-lihat ke arah CCTV.

“Fungsi kang, boleh.. boleh… tapi ada kejadian apa ya Kang? soalnya saya ga dapet laporan apa-apa dari yang tugas semalem”, jawab Andre sepertinya belum juga menemukan jawaban.

“mmm… liat aja dulu deh, CCTV-nya..”, balasku sambil bangkit berdiri untuk memaksa Andre agar segera memperlihatkan CCTV resto ini. Aku memang sedikit kebingungan untuk menyusun kata menjelaskan kejadian itu, biarlah nanti saat diperlihatkan CCTV mungkin dia bisa paham maksudku.

Kemudian aku diajak ke dalam ruangan, di dalam ruangan itu ada ruangan kecil lagi dimana terdapat beberapa layar monitor.

“Bisa ditutup, pintunya Ndre?”, pintaku yang memang sedikit kurang ajar, aku yang bertamu malah aku yang banyak mau.

“Oh siap, Kang… kejadiannya jam berapa ya Kang?”, tanyanya lagi sambil langsung menutup pintu.

Dia langsung mengarahkan tangannya pada mouse dan keyboard dan mencari file playback di menu. Setelah kusebut perkiraan waktunya dia langsung memutar rekaman tersebut.

Rekaman dimulai ketika aku dan istriku belum datang, lelaki misterius yang kuduga sebagai pelakunya tampak sudah berada di resto sejak pukul 18.43. Sepuluh menit kemudian aku dan istriku mulai masuk ke dalam resto. Begitu melihat istriku, wajah Andre tampak berubah kikuk, mungkin dia tidak menyangka kalau kejadian malam tadi yang masih ia pertanyakan itu melibatkan istriku.

CCTV resto ini cukup baik kualitas gambarnya, sehingga wajah dari ‘pelaku’ pun dapat ditangkap secara jelas. Aku meminta Andre untuk mengulang dan melambatkan gerakan saat aku dan istriku berjalan melewati lelaki itu. Aku pun meminta Andre untuk memperlihatkan dari angle yang lain.

Dari salah satu tangkapan CCTV yang di-zoom, tampak jelas ada ekspresi kaget dari lelaki itu ketika istriku datang, kemudian dia menatapnya dengan tatapan penuh nafsu. Untuk tatapan nafsu ini memang aku menyadarinya sejak kemarin, tapi ekspresi kaget di awal ini tak kusadari.. dan ini adalah temuan baru yang mungkin bermanfaat untuk mengungkap kasus ini.

Tak lama kemudian, lelaki misterius itu pindah posisi duduk ke seberang mejanya sehingga arahnya kini menghadap Mila. Lagi-lagi setelah di zoom, lelaki itu tampak jelas tersenyum ke arah istriku yang kemudian Mila pindah tempat duduk ke sampingku, sehingga membelakangi lelaki itu.

Andre mengamati dan memperhatikan setiap adegan dalam CCTV, aku menduga kalau dia masih bertanya-tanya.

“Kenal cowok ini, Ndre?”, tanyaku mencoba menyelidiki.

“Ngga, Kang… baru liat sekarang, emang siapa dia, Kang?”, Andre balik bertanya.

Aku tak menjawab pertanyaannya, lalu meminta Andre untuk mempercepat waktu ketika makan karena tidak ada kejadian yang aneh. Sampai akhirnya ada kejadian yang kemarin malam sama sekali tidak aku tahu dan sadari, kejadian saat kami selesai makan.

Aku yang duluan mencuci tangan, kemudian disusul oleh istriku.. setelah itu aku menerima telepon dan langsung menerimanya sambil duduk di meja. Di situlah lelaki misterius itu kemudian datang menghampiri istriku yang sedang mencuci tangan. Dia tampak mencuci tangan persis di sebelah istriku, sambil wajahnya terus menatap ke arah Mila sambil tersenyum. Istriku tetap menunduk.

Laki-laki itu kemudian mendahului kegiatan mencuci tangannya, sambil berbalik badan dia dekatkan mulutnya ke arah telinga istriku, cukup cepat.. sehingga aku meminta Andre untuk berkali-kali mengulang adegan tersebut dengan gerakan lambat, untuk memastikan apakah itu gerakan mencium atau berbisik. Sampai beberapa kali aku tetap ragu gerakan apa yang dilakukan lelaki misterius itu, yang pasti mulutnya sangat dekat atau bahkan menempel pada telinga istriku. Tampak Mila kaget mendapat perlakuan itu dan ia seperti membeku sambil terus mencuci tangannya meskipun ia telah melakukannya dalam waktu yang cukup lama dan laki-laki itu telah pergi kembali ke tempat duduknya.

“Kenapa dengan Mila, Kang?”, tanya Andre sedikit ragu-ragu dan raut mukanya tampaknya semakin salah tingkah.

“Ya begitulah, Ndre..”, jawabku tak memberinya kejelasan, aku tak tahu harus berkata apa.

Saat ini kecurigaanku pada Andre sudah sangat menipis, jika Andre sekarang salah tingkah.. aku duga karena Andre dulu pernah berlaku kurang ajar juga pada istriku, sehingga ketika melihat adegan ini dia tampak salah tingkah di depanku.

Rekaman berlanjut, lelaki misterius itu beranjak dari mejanya lebih dulu dibandingkan dengan kami. Tapi dia berbelok ke arah kiri menuju toilet. Aku baru menutup telepon sekitar dua menit setelah lelaki itu pergi ke toilet, kemudian kami pun bermaksud pulang.. tapi saat mencapai pintu keluar, tampak istriku meminta izin padaku untuk ke toilet, dia pun berbelok ke arah kiri.. sementara aku melanjutkan meninggalkan resto tersebut.

Aku meminta Andre untuk mengganti view CCTV yang mengarah ke lorong menuju toilet yang sejak tadi hasil tangkapan kamera ini belum pernah diperlihatkan.

Ternyata lelaki misterius itu sedang berdiri di depan pintu toilet untuk perempuan. Mila mendatanginya sambil tertunduk. Ketika Mila hendak melewatinya, tampak lelaki itu menghalangi gerak langkah Mila. Ia dengan cepat langsung menarik dengan paksa tangan Mila untuk masuk ke dalam toilet wanita. Setelah rekaman diulang berkali-kali, tampak ada penolakan dari Mila saat tangan lelaki itu mencengkram kuat lengan Mila. Mereka pun masuk kedalam toilet. Anjng!!!! Apakah ini pemerkosaan?!?!? Aku harus mencari lelaki ini!!!

Aku pun meminta Andre untuk mem-pause dulu rekaman. Aku mengatur nafas, wajahku merah padam menahan kemarahan. Sepertinya Andre pun sudah semakin paham kejadian semalam yang dimaksudkan olehku. Dia mengambilkanku sebotol air mineral.

“Rekaman ini bisa jadi bukti untuk kepolisian, Kang…. Saya siap menjadi saksi kalau Akang tidak keberatan…”, ucap Andre, tanpa harus bercerita… pikiran kami berdua sepertinya sudah sama-sama mengarah pada dugaan yang sama.

“Saya minta copy-an rekaman ini ya Ndre… tolong jangan ribut dulu sama pegawai yang lain tentang kejadian ini..”, balasku pada Andre yang kali ini sudah kuanggap sebagai teman.

“Siap, Kang… rahasia terjaga… nanti saya simpan di G-Drive… saya minta alamat e-mail Akang”, jawab Andre. Aku pun langsung menyebutkan alamat e-mail ku dan Andre mencatat dalam ponselnya.

“Bisa dimulai lagi rekamannya, Kang?”, ucap Andre yang tampaknya sekarang dia yang lebih penasaran… setelah menenangkan diri sejenak akhirnya aku menganggukkan kepala.

Selama 41 menit tidak ada aktifitas apapun di lorong tersebut, tidak ada sama sekali pengunjung yang mendatangi toilet baik pria maupun wanita. Sampai kemudian tampak kepala istriku muncul seperti mengintip dan mengamati sesuatu dari pintu toilet, kemudian kepala dia menengok lagi ke belakang, ke arah dalam toilet. Tak lama kemudian, lelaki misterius itu keluar dengan terburu-buru melewati Mila yang langkahnya kemudian diikuti oleh istriku di belakangnya. Lelaki misterius itu kembali lagi ke mejanya, sementara istriku langsung berbelok ke arah pintu keluar.

Adegan terakhir ini membuatku semakin bingung, jika tadi aku merasa yakin kalau malam tadi adalah pemerkosaan… tapi di akhir, tampaknya istriku bekerja sama dengan lelaki itu, sangat jelas kalau Mila mengamati dulu keadaan sekitar lalu seperti memberi kode aman pada lelaki itu untuk keluar dari toilet perempuan. Atau jangan-jangan istriku saat itu dibawah tekanan lelaki tersebut untuk mengamati dulu. Entahlah….

Aku pun pamit pulang kepada Andre, lagi-lagi lelaki yang pernah bermain gila dengan istriku ini kembali menawarkan bantuan jika aku membutuhkannya. Aku hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Aku pulang masih dengan beribu pertanyaan, belum ada keputusan apakah kasus ini akan dilaporkan kepada pihak berwajib atau tidak. Sepertinya aku akan meminta keterangan dari istriku dulu agar dia mau berkata jujur.​

BERSAMBUNG


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com