𝐁𝐨𝐝𝐲 𝐌𝐚𝐦𝐚 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐀𝐝𝐮𝐡𝐚𝐲 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞.𝟏𝟔

 


POV. Bagus

Setelah pesta urin dikebun belakang rumah tadi, lalu berbincang-bincang sambil berbaring diatas rerumputan sekitar setengah jam, kamipun masuk kedalam rumah untuk makan, walaupun baru sekitar jam 3 sore tapi lapar juga walaupun jam setengah 12 tadi aku sudah makan siang, bisa jadi karna aktifitas kami tadi yang lumayan mengerus emosi dan tenaga sehingga perut menjadi lapar. Dan yang pasti sampai saat ini kami semua masih telanjang bulat.

“Mama cuma sempat beli gado-gado, itupun mama beli dikantin kantor, abis tadi mama gak sabar sih ingin buru-buru cepat pulang untuk bisa gabung diacara ngentot dikebun belakang bersama kalian..hi..hi...hi...” oceh mama sambil membuka beberapa bungkusan gado-gado diatas meja.

“Ah, bo’ong nih mama... paling-paling mama gak rela tuh kalau suaminya cuma ngentot sama aku berdua... mama pasti cemburu tuh...makanya cepat-cepat pulang, iyakan..” goda kak Indah.

“Ih, suka gitu deh kamu... baperan banget sih... enggak gitu juga kali...” jawab mama, seraya mencubit gemas pipi kak Indah. Yang dicubitpun memekik manja.

Selesai makan aku dan kak Indah kembali ke gazebo untuk sekedar mencari angin dan berbincang-bincang sambil rebahan, sedang mama masih membenahi piring-piring sisa makan kami. Kira-kira 15 menit setelah itu barulah mama muncul. Kulihat mama datang sambil membawa sesuatu, sepertinya sebuah corong plastik yang biasanya selalu ada diatas kulkas, dan yang kutahu benda itu biasa kami gunakan untuk memasukan air minum kedalam botol. Tapi untuk apa mama membawa benda itu. Dan apa istimewanya.

“Heeii... mama ada permainan baru nih... “ terang mama sambil menunjukan benda itu.

“Terus apa hubungannya dengan benda itu..?” tanya kak Indah.

“Mmm... ada deh... nanti deh, pokoknya pasti kalian suka...hi..hi..hi...” terang mama dengan agak cengengesan, yang tentu saja membuat kami penasaran.

“Sekarang kalian turutin mama aja... mmm..begini, kamu nungging aja disini...” pinta mama kepada indah.

“Selanjutnya nanti ujung corong ini mama akan tancepin kedalam anus kamu...” terang mama.

“Lalu...?” potongku.

“Lalu... kamu kencingin corong ini, taukan maksudnya...?”

“Oooww... jadi maksudnya supaya air kencing Bagus masuk kedalam anus kak Indah gitu ma...?”

“Nah, itu maksud mama...”

“Lalu setelah itu..?” kembali aku bertanya.

“Lalu setelah itu... apa ya..? Mmm..pokoknya langsung kita praktekin aja deh, nanti kalian tau sendiri....lets go guys...”

Seperti yang dipinta mama, kak Indah menungging dilantai gazebo dengan posisi anus yang menantang.

“Oh iya gus... kamu entot dulu sebentar lubang anus kakakmu biar lubangnya bisa menganga..setelah itukan gampang masukin corongnya...” perintah mama, yang segera aku ikuti.

Bless..masuk sudah batang penisku didalam liang anus kak Indah,diikuti dengan desahan lembut kak Indah, lalu kugenjot beberapa kali....sebelum akhirnya..

“Oke cukup gus, sekarang kamu cabut kontol kamu....”

Seperti yang dipinta mama, segera kucabut batang penisku. Begitu aku cabut, liang anal kak Indah yang tentunya masih menganga segera dimasukannya ujung corong plastik oleh mama. Dan slep.. langsung ujung corong plastik berwarna merah itu telah menancap didalam anus kak Indah.

“Yesss.... oke gus, sekarang mulai kamu kencingin corongnya.. oh iya, nanti kalau sudah luber ditahan dulu aja kencingmu, oke...?”

“Oke ma..paham deh Bagus...” setujuku.
Aku berdiri diatas lantai gazebo dengan agak membungkuk untuk menyesuaikan posisi ujung penisku agar tidak terlalu tinggi dari permukaan corong, sementara mama yang masih berdiri dibawah gazebo memegangi corong tersebut, mungkin agar tidak terjatuh. Setelah kurasakan cukup ideal barulah serrr...air kencingku mulai mancur memasuki permukaan corong yang kemudian terus turun dan masuk kedalam lorong-lorong anus kak Indah.

“Oke gus, stop dulu...tahan dulu sayang....iya..siiip...”komando mama.
Kini mama mulai menarik lepas corong yang tertancap didalam anus kak Indah, dan sekitar sepersekian detik anus kak Indah langsung menutup, itu artinya air kencing yang barusan aku berikan telah tersimpan didalam rongga pembuangan kak Indah.

“Yesss...sempurna... mmmm...selanjutnya... kamu bergeser sedikit kesini...ya begitu...” pinta mama kepada kak Indah agar memposisikan tubuhnya berada tepat dibibir gazebo, sehingga pantat kak Indah membusung tepat kearah mama yang berdiri dibawah gazebo.

“Nah, nanti setelah mama instruksikan kamu untuk ngeden barulah kamu ngeden...maksudnya supaya air kencing Bagus yang ada didalam lubang anus kamu itu muncrat masuk kemulut mama...paham kan...?” terang mama.

“Oooww...gitu maksudnya..oke deh ma, aku paham...” jawab kak Indah.

“Widiiih... bakalan mantep banget tuh ma.... super sekali...mama emang paling hebat deh kalau ngasih ide yang asik-asik...erotis banget tuh ma...” pujiku

“Siapa dulu dong..mama kamu gitu lho...” bangga mama.

Kini wajah mama berada tepat didepan lubang dibur kak Indah, aku perkirakan sekitar dua jengkal jaraknya, atau kira-kira 40 senti.

“Oke..siap, nanti kalau mama bilang tembak..berarti kamu ngeden ya... seperti kamu lagi buang air besar gitu lho...atau kayak kamu lagi kentut... “

“Siap ma...” jawab kak Indah

“Oke...satu...dua...tiga...tembak...!!” bersamaan dengan itu mama membuka mulutnya, dan srrrooottt...pancuran air memancur dengan cukup deras dari anus kak Indah yang langsung mengarah kedalam mulut mama yang menganga, namun yang membuat mama terpekik adalah ternyata semburannya itu juga ada yang bercabang dan memancur kearah matanya.

“Woooowwww.... hi..hi..hi...kencang juga ternyata semburannya ya...sampai kaget mama..hi..hi..hi... mana ada yang kena mata lagi..hi..hi..hi...” ujar mama setelah meminum cairan yang menyemprot kemulutnya. Kulihat kak Indah sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat bagaimana mama terkejut.

“Waaooww... luar biasa sekali ma... mantaap...” takjubku.

“Ayo gus..lagi gus..kencingin lagi gus... wuuww..mantep nih...” pinta mama, yang segera aku turuti.

Untuk yang kedua kali air kencingku telah kembali tertanam didakam rongga anal kak Indah, dan kembali mama bersiap untuk memberi aba-aba

“Oke...satu..dua... tembaaak...!!”
Prreeeetttt... ternyata suara itu yang keluar dari anus kak Indah, beruntungnya kali ini seluruhnya masuk dengan lurus kedalam mulut mama, karna mama memang telah menyiasatinya dengan cara lebih mendekatkan mulutnya dengan liang anus hingga hanya sekitar satu jengkal saja.

“Mmmm...sedaap... segaar..woooww...ayo lagi gus, cepetan... mama benar-benar suka dengan permainan ini....” pinta mama, yang segera aku turuti.

Setelah 4 kali kami melakukan aksi itu tiba-tiba kak Indah protes.

“Gantian dong ma... aku kan mau juga mencicipi air kencing Bagus dari lubang pantat mama... masa mama terus sih, nanti keburu habis deh air kencing Bagus...” protes kak Indah.

“Iya deh sayang... tapi sabar dulu ya sayang... satu kali lagiiii aja, mama lagi on fire nih...oke ya sayang...”

“Iya kak, tenang aja... air kencing Bagus kayaknya masih banyak deh... masih cukuplah untuk 5 kali lagi...”

“Tuh kan in, masih bisa untuk 5 kali lagi katanya... jadi kalau mama ambil sekali lagi kan kamu masih kebagian 4 kali....”

Akhirnya kak Indah setuju, dan sekali lagi aku kencingi liang anus kak Indah, dan kembali mama menikmati air kencingku yang disemburkan dari anus kak Indah.

“Oke, sekarang giliran mama yang nungging... ayo ma buruan....” pinta kak Indah sambil tangannya memegang corong plastik berwarna merah tadi.
Sejurus kemudian mama telah nungging dibibir lantai gazebo, sedangkan kak Indah menggantikan posisi mama, yaitu berdiri dibawah gazebo.

“Ayo gus, cepetan dong kamu entot dulu lobang pantat mama....” pinta kak Indah yang aku laksanakan, dan setelah aku cabut batang penisku, dengan sigap kak Indah langsung menancapkan ujung corong dianus mama.

Tanpa dikomando lagi segera kukencingi corong itu hingga luber. Dan dengan cepat pula kak Indah segera mencabut corongnya.

“Oke maaa... siap-siap...satu...dua...tembak..!!” komando kak Indah, yang telah siap membuka mulutnya dudepan anus mama.
Brrrooottttt..... wow, kali ini semburan mama sampai mengenai wajah kak Indah, walaupun sebagian besar tetap masuk kemulut kak Indah yang langsung ditekannya.

“Waaaauuuuu....anjiiirr..kena mukaku nih...hii..hi..hi...” pekik kak Indah.

“Hi..hi..hi... rasain kamu kamu...rasain tuh semprotan maut mama...hi..hi..hi...” goda mama sambil tertawa terpingkal-pungkal.

“Gak apa-apa koq ma...aku suka.... ayo lagi gus....”

Ahirnya setelah 4 kali aku mengencingi anus mama, sepertinya stok urin ku sudah habis, hingga mamapun akhirnya bangun.

“Wooww... luar biasa sekali ma... aku betul-betul puas walaupun wajah dan rambutku penuh dengan siraman air kencing...” ujar kak Indah.

“Tapi enggak adil nih, aku juga mau dong mencicipi air kencing kalian dari luban anus... masak cuma cewek aja sih...” protesku.

“Tenang aja gus, nanti kak Indah kan bisa juga kencingin anus mama, begitu juga mama nanti akan kencing dilubang anus kak Indah....wah, kamu bakalan kebih puas sayang....” terang mama.

“Siip lah kalau begitu... mmm..sekarang siapa dulu nih yang lubang pantatnya mau dikencingin....?” tanyaku.

“Oke deh, mama dulu...” jawab mama, seraya mama kembali memposisikan diri menungging dibibir gazebo seperti tadi.
Sambil aku berdiri dibawah gazebo, kuentot liang anal mama beberapa kali, lalu segera kusumpal ujung corong nya.

“Ayo kak... langsung kencingin...” perintahku kepada kak Indah yang memang berdiri diatas gazebo.
Disibaknya bibir vaginanya dengan kedua tangannya, kedua kakinya agak mengangkang serta tubuhnya agak membungkuk, lalu seerrrr... ternyata tidak seperti aku tadi yang lebih efektif dan hampir seluruh urin yang aku keluarkan bisa dengan mudah mengarah ketempat yang kuinginkan, tapi saat kak Indah pipis, sebagian mengalir keluar melalui sela-sela pahanya, bahkan tidak sedikit pula yang membanjiri pantat dan punggung mama, walau tentunya tidak sedikit pula yang masuk kepermukaan corong dan terus turun mengisi rongga-rongga dubur mama.

“Oke kak, cukup...tahan dulu....” perintahku, yang segera diikutinya.
Sejurus kemudian kucabut corongnya bersiap untuk segera kunikmati cairan spesial itu. Kudekatkan mulutku hanya sekitar 2 senti saja dari lubang anus mama untuk mengantisipasi agar semburannya tidak muncrat kesegala arah yang tentunya akan menjadi mubajir, karna aku ingin semua itu masuk kedalam mulutku.

“Ayo ma...satu...dua..tembak...!!”
Brooobooottt...bretetetet..creeetttt... yes, semua cairan keluar berhasil aku tampung seluruhnya kedalam mulutku yang kemudian langsung aku telan.

“Ayo lagi kak.. kencingin lagi...” pintaku, seraya aku entot lagi bo’ol mama beberapa saat sebelum kemudian aku tancapkan kembali corongnya.
Hanya 3 kali kak Indah berhasil mengisi liang anus mama dengan urinnya, karba setelah itu sepertinya tidak mampu lagi keluar kecuali hanya tetesan-tetesan kecil saja.

“Wah, banyak yang mubajir sih kak...banyak yang kebuang sih.. jadi Cuma 3 kali udah abis tuh...” protesku.

“Ya, namanya juga cewek gus, kalau kencing gak bisa lurus kaya cowok lah..kita kan gak punya kontol....” jawabnya.

“Gak apa gus, kan masih ada mama yang nanti akan ngencingin lubang anus kakakmu...” hibur mama.

“Iya ma... cepetan ma...kak Indah, ayo nungging sini....”

Seperti yang aku perintahkan, kak Indah segera nungging menggantikan posisi mama. Dan tanpa basa-basi langsung aku toblos batang penisku kedalam anusnya, kugenjot beberapa kali, lalu segera kumasukan corongnya.
Seerrrr.... belum aku komando tiba-tiba mama sudah langsung mengencingi anus kak Indah. Sama seperti kak Indah, banyak air kencing mama yang terbuang percuma hingga membadahi punggung bahkan sampai rambut kak Indah.

Seperti halnya tadi, mulutku kudekatkan liang anus kak Indah. Preeeeetttt.... masuk seluruh air kencing mama memenuhi rongga mulutku yang segera aku telan. Dan sama seperti kak Indah, mama hanya berhasil mengisi rongga anus kak Indah sebanyak 3 kali, tapi tak apa, itu artinya sudah 6 kali yang masuk kedalam perutku. Hmmm...sungguh puas rasanya.

BERSAMBUNG ...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com