Meski tinggal dirumah setiap hari, tapi Fany jarang sekali naik ke lantai 2. Rumah besarnya mereka yang terdiri dari 2 lantai dan dikelilingi pagar tinggi disekeliling rumah, memiliki halaman depan yang lumayan luas, garasinya bisa menampung 4 mobil. Alvin sendiri sehari hari mengendarai Toyota Avanzanya yg dianggap lebih irit dibanding Fortuner yang hanya dipakai jika keluar dengan keluarganya.
Fany sendiri lebih banyak memakai Honda City setelah Jazz nya ditukar tambah dengan City yang baru.
Ada 3 kamar di lantai bawah, plus satu kamar pembantu di belakang dekat taman belakang. Diatas ada 4 kamar termasuk satu gudang yang diubah fungsi untuk kamarnya si Mbak Ratmi, pembantu mereka yang menginap.
Dibawah selain kamar utama milik Fany dan Alvin, ada kamar tamu lagi di dekat ruang keluarga di depan, dan setelah dapur dan ruang makan, ada pintu keluar ke halaman belakang kearah gudang, plus kamar buat pembantu yang tembus juga kesamping ke garasi.
Hari ini tiba-tiba Fany naik keatas dan melihat jemuran serta balkon diatas dibagian samping, dia kaget melihat perubahan besar diatas. Atapnya yang bolong sudah diganti dengan atap transparan buat jemuran, terus biasanya banyak barang-barang berantakan diatas, kini sudah hilang, dus-dus bekas barang elektronik juga sudah tidak ada, semua tertata rapi dan juga tali-tali jemuran sudah hilang dan diganti dengan aluminium retractable yang pernah dibeli tapi belum dipasang pasang. Tempat mesin cuci serta setrikaan juga sudah banyak berubah, dan bekas sofa yang sudah tidak dipakai, ditaruh di sudut dekat tempat setrikaan, yang sepertinya suka dipakai duduk-duduk.
“siapa yang rapihin, Mbak?” Tanya fany ke Mbak Ratmi
“Ale, Bu…”
“Ale? Rajin amat? “
Dia mengedarkan pandangannya ke balkon depan, ada pot bunga dari keramik bekas berjejer diatas dan ditanami bunga yang segar.
“ini bunga siapa yang tanam?”
“Ale juga, Bu…”
“bunga dari mana?”
“Yang dihalaman depan yang mau layu pada dipindahin ke atas Bu” jawab Ratmi lagi….
Wow……
“kaget gue lihat atas udah rapih sekarang” Kata Fany ke suaminya yang lagi duduk sarapan roti dan kopi
“iye, dia kemarin bilang mau rapihin depan juga, tapi katanya mau nanya ama lu” jawab Alvin sambil nyalain rokoknya
“ya sudah, nanti gue Tanya di pas di toko” Fany masuk ke kamar untuk bersiap siap ke toko…..
Ale sendiri berusia 28 tahun, setelah sempat lontang lantung pindah-pindah kerja, dia diajak kerja oleh Koh Alvin.
Nama aslinya Ruslan Abdul Pettu. Postur badannya lebih mirip petinju sebenarnya, kulit hitam dengan tinggi 168 cm, badannya kekar berisi, tangannya kasar seperti kebanyakan orang jalanan yang bisa bekerja keras. Mukanya pun jika orang baru kenal pasti agak seram melihatnya.
Alvi pertama kali melihatnya di tempat cucian mobil, dimana Alvin jika memancing, mobilnya suka dititip sekalian dicuci disitu, dan diantara para pekerja disana, dia kagum dengan kesigapan kerjanya Ale. Makanya saat cuci mobil tersebut mau ditutup oleh pemiliknya, Alvin lalu menawarkan Ale untuk kerja dengan dirinya, dia percaya tenaga cekatan Ale akan sangat berguna baginya.
Di saat yang bersamaan orang kerja di toko bangunan malah pada mundur, akhirnya Ale ditugaskan disana oleh Alvin. Awalnya Fany keberatan, dia takut pelanggannya kabur lihat tampang Ale yang seram mirip debt collector tersebut.
Tapi Alvin meyakinkannya.
“lu lihat aja dulu beberapa hari gimana kerjaannya, kalo memang ngga bagus tinggal lu pecat lah…” ujar Alvin ketika itu.
Dan kekawatiran Fany tidak terbukti.
Malah Ale yang baru kinerjanya jauh lebih cepat dan cekatan dan cepat menguasai medan, tidak hanya itu, dia juga rajin beres-beres dan membersihkan area toko dan gudang. Fany dan Alvin jadi suka lihat kinerja anak buahnya ini, dan juga tidak hitung-hitungan sama kerjaan, hidupnya dia sepertinya hanya untuk kerja.
Ada satu moment dimana kemudian Alvin memutuskan untuk meminta Ale pindah ke rumah mereka….
“Ci Boss dan Ko Boss…” sapa Ale, saat menerima gaji, kebetulan Alvin ada disitu di toko bangunan.
“Kenapa ale?’ Tanya Alvin
“beta minta tolong gaji beta yang 1,5 juta boleh Ci Boss transfer saja? “ sambil tertunduk agak malu.
“transfer kemana?” Tanya Fany
“ini ke rekening beta punya ade di kampung, nanti dia kasih sama beta pu mama” Ale menyodorkan kertas agak lusuh bertuliskan no rek BRI atas nama wanita atas nama Halimah Pettu.
“ kata adik saya ada biaya transfer kalau dari bank lain 6500, jadi ini saya kasih ke Ci Boss 1,5 sama 6500” ale menyodorkan uangnya.
Fany tertegun sesaat…..”ngga usah Ale, biar gue kirim ke adik lu yah….gue ambil yang 1,5 ongkos transfernya ngga usah”
Ale kaget sesaat…”makasi Ci Boss….Ko Boss…makasih banya2” sambil nunduk dia minta diri…..
“ini gue transfer sekarang” kata Fany sambil meraih ponselnya
“sudah yah” ujar Fanny sesaat kemudian
“Makasih banyak Ci Boss” ujar Ale
Sebelum Ale pergi…..
“lu tinggal dimana disini?” Tanya Alvin
“kontrak di petakannya Haji Basri dekat gang peong, Ko Boss…’”
“peong dekat sini?”
“Iya Koh Boss…”
Alvin diam sejenak……
“berapa disitu”
“450”
“petakan”
“iya Ko Boss”
“Trus makan lu” cecar Fany
“ pagi palingan beli nasi uduk atau lontong sayur 10 ribu, trus malam paling nasi goreng dan pecel lele 15 ribu, Ci Boss.”
“cukup itu?”
"Cukup, Ci Boss….saya kan ngga ngerokok….paling ada lebih sedikit buat beli paket data” sambil senyum malu…..
Alvin manggut manggut
“ya sudah…..”
“makasih Ci Boss, Koh Boss…’ Ale lalu segera balik ke belakang
Alvin lalu bilang ke istrinya
“Ale lebih baik suruh tinggal di kamar belakang aja kali yah….’ Usul Alvin
“ terserah aja…..”
“ Tommy ngga apa2 khan kalau Ale tinggal dirumah?” Tanya Alvin
“lah, Tommy setiap ada PR prakarya emang siapa yg dia suka minta tolong?”
Alvin kaget, dia baru tahu kalau Thomas anaknya juga dekat dengan Ale
Langsung manggil Ale lagi….
“Ale, baju lu beresin…. Besok lu pindah….tinggal am ague dirumah….dikamar belakang dekat gudang ngga kepake juga…. Nanti lu bawa tuh pickup ke rumah kalau mo pulang, berangkat juga lu bawa ke toko…” perintah Koh Alvin…
Ale kaget, tapi sekaligus dia senang dan bersyukur…..Alhamdulillah Ya Allah…..berkahMu sungguh tidak hambaMu duga……
Ale kemudian pindah dari petakan sederhananya ke rumah Koh Alvin bosssnya dia. Kamar belakang itu meski buat pembantu jauh lebih bagus disbanding kamar petakannya, ada AC juga, kamar mandinya pas disamping kamarnya.
Dia menaruh tas kecil berisi sedikit bajunya dan celananya, ada lemari kecil dan kursi serta meja disamping kasurnya yg tanpa dipan, Mbak Ratmi lalu memberi 2 seprai dan sarung bantal. Ini nanti buat seprai dan gantinya….jangan jorok yah….demikian pesan wanita paruh baya yang sudah lama juga kerja sama keluarga Koh Alvin.
"Makanan ada dimeja belakang dekat kompor” ujar Mbak Ratmi lagi…..” nanti pagi, sama malam makanan kamu dipisahin ditaruh dekat kompor yah”
“makasih banyak, Mbak”
Ale tahu diri, disuruh tinggal gratis dan makan gratis, sepulang dari toko dia sibuk di rumah beres-beres, mulai dari cabut rumput, menyapu halaman depan, beresin loteng atas, sampai pasang keran atau selang yang rusak.
Mobil majikannya juga tidak luput dari kreasinya, setiap hari jika bukan malam, pagi hari langsung dia cuci…..
“Ale, lu jangan tiap hari cuci mobil gue…. 2-3 hari seklai atau kalau kotor aja” kata Koh Alvin…”tipis nanti platnya” sambungnya sambil bercanda.
Yang jelas Alvin dan Fany banyak terbantu oleh hadirnya Ale, karena itu saat Ale merapihkan taman depan yang selama ini dibiarin begitu saja, mereka sangat senang, bahkan mereka berdua ikut untuk hunting tanaman murah untuk ditanam didepan.
Keluarga Alvin dan Fany yang pada datang sampai kaget, biasanya depan rumah gersang, perlengkapan bengkel main ditaruh begitu saja, kita sudah jadi taman yang apik, burung-burung peliharaan Alvin juga digantung rapih berjejer, dan garasi yang jorok juga kini sudah lebih bersih dan rapih….
BERSAMBUNG ...