Wulan menatap jendela kamar, menghindari bertatap muka dengan Rio. Matanya sembab, ia baru saja bisa menghentikan tangisnya saat Rio masuk dan duduk disampingnya.
"Bunda ...." panggil Rio "Kenapa tidak cerita kalau Bunda hamil?"
Wulan tidak menjawab, tetap memalingkan muka dari Rio. Rio mengerti. Tiba tiba saja ia merasa begitu bodoh mengajukan pertanyaan yang sudah ia tau jawabannya
"Iya ... Ayah yang salah tidak menghubungi Bunda .. sampai Bunda tidak bisa cerita kalau Bunda sedang hamil ..." Rio memilih perkataannya dengan sangat hati hati, takut membuat Wulan semakin bersedih
"Tapi kata dokter, belum waktunya kita memiliki seorang anak, Bun ... karena Bunda sedang sakit, kondisi Bunda juga bisa mempengaruhi calon anak kita ... Nanti anak kita bisa terlahir tidak sehat." ucap Rio. Wulan tidak bergeming, namun Rio melihat sudut mata Wulan mulai berkaca kaca
"Ikhlaskan ya Bun .. semoga Tuhan nanti memberikan ganti yang lebih baik lagi ..."
Tetes air mata mulai mengalir di pipi Wulan .. satu demi satu. Wulan masih tetap melayangkan pandangannya keluar jendela, tidak mau menatap Rio yang masih mencoba mencairkan suasana
"Bunda siap untuk operasi kuret? Boleh Ayah tandatangan persetujuannya sekarang?" tanya Rio lembut
Air mata semakin deras mengalir membasahi pipi Wulan. Sedih memenuhi rongga dadanya. Sudah sangat lama ia menantikan hadirnya buah hati, bukti cinta Rio dan dirinya. Namun saat Tuhan memberikannya, mengapa secepat itu pula Ia mengambilnya kembali
"Ayah tidak mau anak kita ini?" tanya Wulan tiba tiba mengejutkan Rio "Kenapa Ayah begitu mudah menyetujui dokter untuk mengambilnya dari perut Bunda?"
"Bukan begitu Bun ..." jelas Rio dengan suara cemas "Berbahaya untuk Bunda juga dan calon anak kita nantinya ... Dokter sudah menjelaskannya pada Ayah"
"Kenapa Ayah tidak menanyakan cara lain? Alternatif lain supaya Bunda bisa tetap melahirkan anak kita?" desak Wulan
"Bunda ...." bujuk Rio "Ayah tidak ingin Bunda menderita. Kalau terjadi apa apa dengan bayinya, Bunda juga akan ikut terpengaruh sayang .. dan Bunda tidak kasihan pada anak kita kalau sampai dia sakit didalam sana nanti atau cacat kalau sudah lahir nanti?"
Wulan kembali terisak. Rio meraihnya dalam pelukan dan kali ini Wulan tidak menolak
"Kita berdoa lagi ya .. semoga Tuhan segera mempercayai kita untuk menimang seorang anak secepatnya ... Bunda jangan sedih, harus kuat untuk operasi nanti. Ayah akan selalu ada disamping Bunda ..." bisik Rio lembut, membiarkan Wulan menangis dipeluknya, melepas semua beban yang ada dihatinya.
Visit dokter terakhir sebelum kepulangan Wulan. Dokter Internis menyatakan Thypoid Wulan sudah sembuh total, namun ia masih harus berhati hati menjaga kondisinya untuk lebih menyempurnakan kesembuhannya. Karena Riwayat Gastritis yang dimiliki Wulan juga, dokter menyarankan Wulan untuk menghindari beberapa jenis makanan tertentu yang dapat memicu terjadinya peningkatan asam lambung.
Sementara dokter obgyn menyatakan bahwa Wulan bisa mengandung kembali dalam waktu dekat, setelah ia menerima haid normal berikutnya. Wulan bertanya tentang kapan sebaiknya ia dan Rio bercampur agar segera hamil, mengingat ia dan Rio memiliki keterbatasan waktu untuk bertemu. Dokter Andi menjelaskan panjang lebar tentang perhitungan masa subur agar Wulan dapat segera hamil
"Jadi Dok .." tanya Rio di sela sela penjelasan dokter Andi "Bila isteri saya mengandung 10 minggu, berarti kapan tepatnya kira kira pembuahan itu terjadi?"
"Bisa saja tepat 10 minggu yang lalu bila Pak Rio bercampur dengan ibu Wulan tepat disaat Ibu Wulan dalam masa subur" jawab Dokter Andi "Atau bisa sebelumnya .. karena masa subur memiliki rentang waktunya sendiri"
Rio melirik Wulan. Wulan menatap Rio dengan pandangan tidak mengerti. "Apa maksud Ayah bertanya tentang kapan terjadinya pembuahan atas kehamilan Bunda?" tanya Wulan saat dokter Andi meninggalkan ruangan. Mereka bersiap siap pulang karena kedua dokter menyatakan kondisi Wulan sudah sehat kembali.
"Ayah hanya ingin tau," jawab Rio seraya memasukkan beberapa barang yang masih tersisa kedalam tas besar "Apakah kandungan Bunda itu hasil kita di Bali atau ..
."
"Atau apa .....?" tanya Wulan menyelidik
"Bunda .. terakhir kita bertemu kan di Bali sayang .. Ayah hanya ingin tau apakah itu saat terjadi pembuahan sampai Bunda bisa Hamil" jawab Rio menenangkan Wulan
"Ya jelas itu waktu terjadinya pembuahan, Ayah pikir kapan lagi?" tanya Wulan dengan nada meninggi
"Bunda ingat saat 3S partner kita tidak menggunakan pelindung dan ejakulasi di dalam ...." ucap Rio ragu "Atau .. bisa jadi setelah di Bali .. Bunda dekat dengan Evan kan ..."
Wulan ternganga mendengar pernyataan Rio. Ia benar benar tidak menyangka kalimat seperti itu dapat begitu saja keluar dari mulut suaminya
"Ayah keterlaluan ...." desisnya menahan emosi
"Bunda jangan salah paham .. Ayah hanya perlu memastikan saja supaya nanti kita bisa memilih waktu yang tepat untuk ...."
"Tidak!!" jerit Wulan "Bukan itu yang ada dipikiran Ayah"
"Bunda ... melihat kedekatan Bunda dengan Evan wajar kan kalau Ayah sedikit kuatir ...." ujar Rio mencoba mempertahankan argumennya
"Ayah pikir Bunda perempuan macam apa??" seru Wulan "Tega sekali Ayah mempertanyakan kesetiaan Bunda selama ini !!"
"Bunda ... Ayah mengakui posisi Ayah sebagai suami sangat lemah .. Ayah tidak bisa memenuhi keinginan Bunda sebagai suami yang ideal " Rio menjelaskan "Maka .. jika saat ayah tidak ada, ada yang mungkin bisa menggantikan Ayah, Ayah pikir ... Ayah harus mulai berdamai dengan hati untuk merelakannya"
Wulan membelalakan matanya, "Apa ..... Maksudnya ..... Ayah ingin melepas Bunda untuk laki laki lain yang Ayah pikir lebih baik dari Ayah?" tanya wulan tajam
"Ayah hanya .. ingin Bunda bahagia .. tidak lagi menerima kemarahan kemarahan ayah .. Bunda sendiri yang bilang kalau tugas ayah seringkali di gantikan oleh Evan .. lalu Ayah bisa apa?" keluh Rio sedikit putus asa.
"Lalu ?? seperti biasa, Ayah memaksakan apa yang Ayah pikir benar tanpa menanyakan apa yang Bunda mau? Egois!!" Jerit Wulan. Tangisnya pecah, ia berbalik dan berlari keluar kamar, tidak menghiraukan panggilan Rio. Tanpa sepengetahuan Rio, ia bersembunyi di salah satu toilet wanita, menangis sejadi jadinya selama beberapa saat. Ia terluka. Terluka karena kecurigaan rio padanya dan terluka karena Rio meragukan kesetiaannya pada keadaan pernikahan mereka.
Diluar sana, Rio putus asa mencari Wulan. Isterinya baru saja sembuh dan masih harus menjaga kondisinya baik baik. Tapi sekarang ia malah membuat Wulan begitu marah dan tidak tahu ada dimana. Rio mengarahkan mobilnya pulang menuju rumah Wulan, berharap menemukan isterinya disana.
Satu jam terlewati, Wulan melangkahkan kakinya keluar dari toilet Rumah Sakit, menyewa taksi menuju klinik. Disana Ia disambut perawatnya dengan tatapan bingung "Dokter ... ada apa? Dokter sudah sembuh? Tapi kenapa ....."
Wulan tidak menjawab, menuju ruang prakteknya, merebahkan diri di Dental Unit dan mencoba menutup matanya seraya berkata "Malam ini, biarkan aku tidur disini .. aku ingin sendiri " bisiknya pelan ..
###########################
"Aku mencari Wulan isteriku" ujar Rio langsung saat Evan membukakan pintu studio miliknya. Pukul 9 malam dan ia belum juga menemukan Wulan. Ibu dan adik adik Wulan menyarankan Rio untuk mendatangi Evan yang mungkin tau keberadaan Wulan saat ini. Mereka semua cemas, memikirkan kondisi Wulan yang belum pulih sempurna.
"Mencari Wulan? Kenapa Wulan?" tanya Evan tak mengerti
"Kami bertengkar dan Wulan pergi. Aku sudah mencarinya kemana mana tapi ... " Rio terpaksa menjelaskan "Mungkin kamu tau dimana isteriku berada"
"Bagaimana bisa .." ujar Evan dengan nada kuatir bercampur emosi "Seorang suami kehilangan isterinya didepan matanya sendiri??"
"Sudahlah .. aku sedang tidak ingin bertengkar " jawab Rio mencoba menenangkan dirinya sendiri "Katakan saja dimana kemungkinan Wulan berada. Kondisinya masih lemah .. aku takut terjadi apa apa dengannya"
"Kau pikir, isterimu akan datang padaku?" tanya Evan seraya tertawa "Suami macam apa yang tidak mengenal isterinya sendiri?"
"Jangan memancing emosiku!!" desis Rio penuh emosi
"Hei " Evan maju satu langkah mendekati Rio. Wajah mereka berhadapan "Wulan .. tidak pernah sekalipun mendekatiku. Tidak Pernah. Isterimu sangat mencintaimu. Ia sangat menghargai posisimu sebagai suaminya. Dengar ini!"
Rio menatap Evan dalam dalam. Dadanya sesak.
"Aku ... aku yang bersusah payah, berupaya merebutnya darimu karena aku mencintainya. Tapi sampai detik ini, aku tidak pernah berhasil memalingkan hatinya darimu untukku." desis Evan. Suaranya dalam, pelan dan jelas "Ia wanita yang sangat luar biasa. Sekali lagi kau buat dia kecewa ... jangan pernah menyesal kalau aku .. Evan .. menggantikan posisimu sebagai suaminya!!"
Rio mendorong Evan keras keras, membuat Evan kehilangan pijakan dan mundur beberapa langkah
"Jangan Kurang Ajar!!" bentak Rio penuh emosi "Apa yang kau lakukan selama ini pada isteriku??"
"Apaaa???" tantang Evan dengan suara tak kalah tinggi "Kau pikir apa?? Aku meniduri istrimu sampai dia hamil demi mendapatkannya?? Aku mau .. aku mauu kalau saja Wulan menyerahkan dirinya padaku!!"
Nafas Rio memburu. Emosinya memuncak mendengar kata kata Evan
"Tapi aku menghargainya!!" teriak Evan lagi "Aku mencintainya!! Aku ingin ia juga mencintaiku tanpa paksaan. Dan kau tau?? sekali aku mendapatkan cintanya, aku tidak akan pernah membagi cinta dengan orang lain. Tidak dengan wanita lain, apalagi dengan laki laki lain !!!"
Rio melepas amarahnya. Kepalannya mendarat di wajah Evan. Evan terdorong, jatuh terduduk. Beberapa karyawan studionya keluar mendengar suara ribut yang terjadi, membantu Evan bangkit . Evan memegangi hidungnya yang mulai mengeluarkan darah segar. Dua orang karyawan Evan bergerak maju kearah Rio, namun Evan menahan mereka.
"Aku tidak menghamili isterimu .. ia tidak pernah membiarkanku melakukannya, dan aku tidak akan pernah bisa menghamilinya.. " ujar Evan terengah menahan sakit "Anak dalam rahimnya adalah anakmu. ANAKMU. Seumur hidupku, aku tidak akan pernah bisa menghamili wanita manapun, termasuk isteriku sendiri karena aku menderita INFERTILITAS!!'
Rio berdiri mematung. Emosi yang bergemuruh di dadanya mendadak surut, berganti dengan perasaan bersalah yang luar biasa. Tiba tiba ia sangat merindukan Wulan. Rio berbalik meninggalkan Evan, memacu mobilnya secepat sepatnya. Ia harus menemukan Wulan sekarang juga.
𝐁𝐄𝐑𝐒𝐀𝐌𝐁𝐔𝐍𝐆 ...