Menjelang maghrib suamiku baru pulang. Dan seperti di hari-hari sebelumnya, lelaki itu tetap biasa saja dan bahkan cenderung diam. Pertanyaan yang kunanti tidak kunjung keluar dari mulutnya, padahal kata pak Kandar tadi, suamiku bakal menanyakan dulu ke aku, aku berkenan atau nggak. Di malam harinya, sebelum tidur kita bahkan sempat ngobrol beberapa waktu tapi arahnya sama sekali tidak menyinggung rencananya di hari jum’at malam besok.
Hal senada juga dengan keesokan harinya. Aku yang kala itu ikut ke lahan sampai dengan malam harinya tidak menemukan tanda-tanda untuk pembicaraan tentang rencananya dungan pak Kandar dan Made sehingga aku berkesimpulan kalau suamiku ingin memberiku kejutan besok di hari jum’at. Aku pun mencoba tidak menanyakannya, hanya mengikuti alur yang dibuat suamiku dan terus berpura-pura tidak tahu akan wacana hal itu.
Jum’at pun tiba, aku memutuskan untuk tidak ikut suamiku ke lahan pagi itu. Aku ingin ke salon langganan untuk perawatan rutin aja. Sekedar merapikan rambut dan mencukur bulu ketiak yang sudah mulai tumbuh subur. Aku juga ingin tampil spesial untuk acara nanti malam. “Yang bawah nggak sekalian di bersihkan mbak?” tanya Santi, pegawai salon yang selalu menanganiku ketika aku ke sana. Wah, ide bagus juga itu. Akhirnya pagi itu bulu jemb*t yang menghiasi bagian kewanitaanku pun hilang, bersih mulus kayak punya anak kecil, hehe.
Di siang harinya, pas ketika suamiku mengantarkan si Bayu pulang sekolah, pun masih tetap tanpa ada kata-kata. Hanya makan siang lalu kembali berangkat ke lahan. Akhirnya aku pun tidur siang itu sekalian persiapan nanti malam meski nggak tahu gimana jadinya rencana itu.
Aku sudah terbayang-bayang gimana nanti ketika aku berhubungan badan dengan tiga pria sekaligus di waktu yang sama. Aku langsung teringat adegan di film yang pernah kutonton ketika satu wanita main dengan tiga laki-laki. Pepek sama anal dimasuki semua plus sambil blowjob ke yang lainnya. “ihhh… gimana rasanya juga” gumamku dalam hati.
Perlahan kubuka mataku sore itu. Kulihat jam menunjukkan pukul setengah tiga sore. Aku kemudian bangun dan beranjak keluar kamar dan betapa terkejutnya aku ketika mendapat ayah dan ibuku ada di ruang tengah. “Nah, itu mamamu bangun… ayo pah, kita berangkat. Bayu, Doni pamit ke mama” kata ibuku. Aku yang masih setengah sadar, bingung dengan apa yang terjadi. “Anak-anak tak ajak ke Malang Nuk, besok mereka ijin sekolah ya. Minggu nanti tak antar kesini” kata ayahku. “Loh… loh gimana sih… kok nggak ngasih tahu aku dulu” tanyaku protes dengan rencana dadakan mereka. Tanpa banyak penjelasan, sekitar jam 3 sore anak-anakku sudah berangkat ke rumah kung dan utinya di kota kelahiranku.
Bener-bener penuh kejutan. Bisa kupastikan ini merupakan bagian dari rencana suamiku untuk acara nanti malam. “Apa mama terlibat dalam rencana ini??” hmmm pasti kayaknya… gumamku dalam hati. Bagaimana nggak, tidak ada hujan tidak ada angin, mereka tiba-tiba datang dan mengajak anak-anakku pergi sampe hari minggu.
Sekitar jam setengah empat sore suamiku pulang. “Lho, anak-anak berangkat jam berapa tadi Nuk?” tanyanya padaku. “Barusan mas, jam tiga an. Mas tahu kalo anak-anak ke Malang? Tanyaku balik, mencoba memancing lelaki itu untuk bilang kalau ini juga bagian dari rencananya. “Ya tahu lah Nuk, lah tadi pak Eko telepon, bilang itu. Sampe minggu katanya di Malang. Eh, besok jangan lupa tulis surat ijin untuk Bayu ama Doni ya.
Aku mandi dulu” kata suamiku, masih tetap belum mau mengatakan tentang agendanya nanti malam. Cepat-cepat aku menelepon pak Kandar untuk mencari informasi terbaru. Dan memang benar katanya, ada perubahan rencana, pak Kandar sama Made disuruh ke rumah nanti malam, setelah isya atau sekitar jam 8 an. Dia juga mengatakan tadi mencoba menghubungiku tadi siang tapi tidak kuangkat.
“Nuk sini bentar…” panggil suamiku ketika aku baru saja mandi sore. “Iya mas..” kataku kemudian duduk pas di sebelah suamiku. “Makasih ya Nuk…” katanya lalu memelukku dan mengecup keningku. “Loh ada apa ini mas, kok tumben” tanyaku sambil tersenyum. “Kamu nggak inget tah, hari ini kan aniversary kita?” tanyanya. Aku menggeleng pura-pura lupa. “Lha terus, kado nya mana mas??” tanyaku menggodanya. “Tenang Nuk, kadonya ada, tapi nanti malem ya” jawab suamiku santai. “Nanti malem? Apaan mas” tanyaku dengan memberinya raut muka penasaran.
“Kamu inget waktu kamu bilang mau untuk main sama Kandar??” tanya suamiku. Aku mengangguk. “Nah nanti malem Kandar bakal kesini untuk main ama kamu..” kata suamiku. “Hah? Pak Kandar?? Serius??” tanyaku pura-pura terkejut. “Iya Nuk dan bukan cuma Kandar, nanti Made juga kuminta kesini… kamu tahu si Made kan?” tanyanya lagi. “Made yang… oh iya Ninuk tahu.
Trus kado nya kok Pak Kandar sama Made sih mas? Kok Bukan Kim Taehyung atau Junkook” tanyaku yang membuat laki-laki itu tertawa lebar. “Adanya ya itu Nuk, hehe. Oh iya, Kandar sama Made ini aman kok Nuk. Mereka sudah kusuruh medical check up di Lab, hasilnya oke. Jadi nanti meskipun tanpa pengaman pun ga papa” jelas lelaki itu yang membuatku tersenyum dalam hati. “Aku sudah tahu mas” gumamku dalam otakku sendiri.
“lha terus jadi mereka sudah tahu kalo nanti kesini mau gituan sama Ninuk?” tanyaku masih dengan raut wajah terheran-heran. “Iya Nuk, mereka tahu. Tapi nanti sebenarnya terserah kamu sih… mau apa nggak” kata suamiku. “Terus mama tahu rencana ini?” tanyaku lagi seakan menginterogasi suamiku. “Kok tiba-tiba Bayu sama Doni dijemput untuk ke Malang” lanjutku. Lelaki itu tersenyum. “Ya ini memang dari bu Eko Nuk” sahutnya. “Ihhhh…. Maamaaaa” gumamku. “Kok bisa mas, maksud Ninuk, berarti mas hubungi mama? Atau gimana?” tanyaku lagi. “Nanti wis tak ceritakan semuanya” jawabnya. “Nggak, nggak mau.. harus cerita sekarang, kalo nggak, Ninuk ga bakal mau nanti” kataku.
“Iya iya… jadi gini ceritanya Nuk…” jawab suamiku. Lelaki itu pun menceritakan semuanya, dari awal sampai termasuk acara ngambil anak-anak hari ini. Yang penting, katanya, It’s just sex, tidak lebih dari itu.
“Nah, itu awalnya aku masih ragu Nuk.. aku egois memang. Nggak mau kamu berbagi dengan yang lain. Tapi ketika aku inget waktu kamu rela aku main sama bu Eko atau Inah, itu semakin menambah cap kalau aku memang ingin menang sendiri” jelasnya. Aku kemudian menenggelamkan kepalaku di pelukannya. “Pak Dokter, bu Dokter?” tanyaku. “Itu beda kan Nuk, kan aku juga main sama bu dokter” jawabnya.
“Aku tahu birahimu gede, dan aku juga sadar diri di umur. Kasihan kamu, dan aku juga takut kalo kamu malah cari di belakangku. Itu juga jadi alasan rencana malam ini. Selain mungkin bisa aku lebih bergairah kalo kamu sampe dijamah sama laki-laki lain” lanjutnya yang langsung membuatku mengingat sudah berapa laki-laki yang pernah berhubungan badan denganku tanpa sepengetahuan suamiku. Mulai dari Pak Zen, Faris, Aldo, Pak Kandar, Wanto dan terakhir pak Bambang, ayahnya Irfan. Kalo pak Rudi juragan pupuk itu ga masuk dalam hitungan karena memang aku tidak menikmatinya.
“Kok pilihannya ke pak Kandar sama Made sih mas?” tanyaku. Ia pun menjelaskan alasan yang sama persis dengan apa yang disampaikan pak Kandar kepadaku kemarin, bahwa mereka tidak punya pasangan atau isteri.
“Emangnya kenapa Nuk, kamu punya calon lain kah? Siapa Nuk?” tanya suamiku. “Cuma jangan bilang artis-artis korea itu lagi ya!, di sini ga ada” lanjut lelaki itu. “Hmmm… siapa ya…” gumamku. Satu-satunya yang masuk kriteria ya si Faris aja, yang memang belum nikah. “Faris mas?” tanyaku berusaha memasukkan anak muda itu di dalam circle ini. “Faris, yang kerja di sini itu kah? Eee… boleh-boleh kalo itu, masih singel kan?” tanyanya.
Aku mengangguk. “Yess” gumamku dalam hati. “Ya nanti suruh check up dulu, pastikan dia bersih Nuk” jawab lelaki itu. “Ihh… pake medical check up segala, padahal entah berapa kali aku dah main sama anak muda itu” gumamku dalam hati. “Iya mas, nanti tunggu saatnya aja. Apa kata mas wis” sahutku, mengingat harga sebuah test kesehatan yang dilakukan pak Kandar sama Made kemarin menurutku lumayan fantastis. Tapi kupikir-pikir memang sebaiknya gitu kali ya, harga kesehatan kan memang mahal.
“Trus mas, untuk nanti malem ini gimana acaranya? Masak Ninuk ujug-ujug langsung main gitu ta, sama sapa dulu? Apa langsung bareng bertiga eh berempat, hehe” tanyaku. Lelaki itu kemudian tampak berpikir. “Iya lah, langsung mengalir aja… toh mereka kan udah tau yang bakal mereka lakukan. Cuma si Made ini masih belum pernah gituan sebelumnya Nuk. Perjaka ting ting dia nya, hehe” kata suamiku. “Oh iya, punya Made katanya nggak disunat Nuk… kamu ga papa kan?” tanya suamiku lagi.
Dia ga tau kalau sebenarnya aku pernah main ama penis yang berkulup punya pak Zen di Malang dulu, ama pak Rudi juga sih, tapi waktu dengan lelaki itu dia pakai kondom untuk pengaman, jadi kayak ga ada bedanya, secara kan kulupnya tertahan himpitan latex yang membungkusnya, padahal kalau nggak, rasanya agak unik meski sama-sama enak.
“Eh, dah mau maghrib, aku keluar dulu ya Nuk, mau ke Alf*mart. Kamu ikut nggak?” ajak suamiku. “Nggak mas, Ninuk di rumah aja?” jawabku. Palingan dia mau beli rokok atau apa. Kemudian lelaki itu pun keluar rumah.
