Ketika Syifa melihat jam dinding di rumahnya, waktu menunjukkan jam 8 malam, Syifa berfikir jika dia berhasil kabur ataupun teriak saja, akan masih banyak orang yang akan keluar di kampung ini untuk menolong mereka berdua.
Namun posisi Syifa kini masih dibekap oleh Rawing, dan tentu saja toketnya masih digerayangi oleh tangan kasar Rawing.
Bahkan sensasi gerayangan dari tangan orang asing ini sekarang telah menimbulkan sensasi tersendiri yang terasa luar biasa bagi dirinya.
Pikirannya masih ingin melawan dan meronta, namun badannya tak kuasa melepaskan diri karena kuatnya dekapan Rawing pada badannya. Ditambah sensasi aneh pada tubuhnya yang merasakan geli-geli nikmat. Bahkan Syifa merasakan mekinya sekarang mulai terasa basah.
"Eenggghhh..." ,desahnya pelan merasakan nikmatnya sensasi pada toketnya yang sedang dipilin dan diremas oleh Rawing. Bahkan paha kakinya kini mulai terlihat dia gesek-gesekkan menahan sebuah rangsangan yang dirasakan oleh vaginanya.
"Lepaskan dia BAJINGANNnn...!!!" ,teriak Sita yang berhasil melepaskan bekapan tangan anak buah Rawing di mulutnya. Bahkan tubuh Sita pun mampu melepaskan diri dari anak buah Rawing, dan kini dia mulai berlari menghampiri Rawing yang sedang memainkan Syifa.
"Lepaskan dia bangsat...!!!" ,Sita berlari penuh amarah ke arah Rawing.
Namun tiba-tiba Rawing mengeluarkan sebuah pisau dari saku celananya dan mengarahkan pisau tersebut ke arah leher Syifa.
"Jangan bergerak atau dia mati..!!" ,ancam Rawing kepada Sita.
Rawing kini menghentikan aksinya pada payudara Syifa karena tangan kanannya kini memegang pisau yang mengarah kepada leher Syifa. Sementara tangan kirinya masih membekap mulut Syifa.
"Mmmmmppppph....mmpp..", Syifa kembali meronta mencoba melepaskan diri hingga lehernya tergores sedikit oleh pisau tersebut dan mengeluarkan sedikit darah.
Syifa menggeleng-gelengkan kepalanya ke arah Sita memberi isyarat , matanya juga mulai berlinang.
"Apa mau kalian..??????" ,tanya Sita kepada Rawing.
Namun ketika Sita fokus ke arah Rawing, anak buah Rawing kembali berhasil menangkap Sita dari belakang. Tangannya kembali berhasil dipiting oleh anak buah preman itu.
"Lepaskan ...!!!", ucapnya protes
Namun anak buah Rawing enggan melepaskan pitingannya.
"Buka pakaianmu lonte...!!!!" , perintah Rawing pada Sita.
Namun karna Sita hanya terdiam,.Rawing kembali menggerakkan pisaunya ke arah leher Syifa yang tadi sempat terluka sedikit. Kini ujung pisaunya sudah mengenai kembali luka di leher Syifa..
"Emmmppp...", Syifa merespon hal itu karena merasakan sakit. Namun tidak bisa berteriak karena mulutnya dibekap.
"Bro, lho cari lakban atau kain kek, pegel gue bekap mulut ini cewek..!" ,perintah Rawing kepada salah satu anak buahnya.
Selagi anak buahnya mencari sesuatu untuk menyimpan dan menutup mulut Syifa, Rawing kembali menegaskan perintahnya kepada Sita.
"BUKA BAJU LHO.. LONTE....!!!!" ,teriak Rawing kepada Sita.
Syifa pun kembali menggelengkan kepalanya menandakan kepada Sita agar tidak mau menuruti perintah preman itu.
"Bro, lepaskan pitingan Lho. Dia udah gak akan ngelawan kayanya..!" ,ucap Rawing kepada anak buahnya yang sedang memiting Sita.
Anak buahnya pun melepaskan Sita, dan Sita terlihat sangat terpaksa mulai melepaskan jilbab yang dia kenakan.
"Nah begitu nurut, jadi enak kan kita." ,ucap Rawing yang melihat Sita mulai melepas pakaiannya dimulai dari jilbab lebarnya.
"Tolong lepaskan kami berdua Bang, ampunilah kami. Salah apa kami sama Abang??" ,ujar Sita yang kembali mencoba bernegosiasi dengan Rawing setelah melepas hijabnya.
"Tidak, cepet buka semua pakaian lho..!! Jangan kebanyakan protes. Atau lho mau gue gorok ini leher cewek???" ,ancam Rawing kepada Sita.
Sita pun mau tak mau kembali meneruskan aksinya untuk membuka pakaiannya..
Melihat Sita membuka pakaiannya, semua orang terbelalak melihatnya, termasuk Syifa.
Tentu saja Syifa kaget melihat perempuan yang dia anggap sebagai kakaknya itu ternyata memiliki tubuh seperti perempuan murahan.
***
POV Syifa
Aku tidak bisa melepaskan diri dari penjahat yang sedang menjarah rumahku ini.
"Abiii.. umii... Syifa takut.. tolong...", ucapku dalam hati karena mulutku masih dibekap.
Laki-laki yang sedang mendekapku kini memerintahkan temannya untuk mencari sebuah tali untuk menutup mulutku.
Sejurus kemudian laki-laki itu datang membawa lakban hitam dari arah dapur.
Lakban bekas mengemas kardus makanan untuk acara 40 harian Abi ku kini akan dimanfaatkan untuk menyekap mulutku.
Aku pun kembali mencoba meronta,,, "mmmmpppp...mmpph...mmp..." ,kini mulutku dipasangi lakban hitam. Sehingga membuatku tetap tidak bisa bicara meskipun mulutku sudah tidak dibekap.
"Teh Sita, jangan buka Teh.. jangan..!! Jaga auratmu Teh.." ,aku berusaha mengisyaratkan laranganku kepada teh Sita..
Namun aku hanya bisa menggelengkan kepalaku ke arah Teh Sita.
Ketika teh Sita tadi membuka jilbab lebarnya aku merasa kaget ketika melihat rambut teh Sita yang ternyata dicat pirang. Aku baru tau, karena selama dia disini, dia selalu mengenakan hijab. Tapi aku masih memaklumi hal tersebut, mungkin dia merawat dan mempercantik diri untuk suaminya dulu. Toh mewarnai rambut selain dengan warna hitam tidak dilarang agama, pikirku.
Akan tetapi rasa kagetku tidak sampai disitu saja, ketika Teh Sita mulai membuka bajunya. Mulai terlihat ada goresan tinta di sekitar pundak dan lehernya.
"Astaghfirullah... Teh Sita bertatto." ,pikirku dalam hati.
"AYOOO.... LAMA AMAT sih Lho Lonte..!!?", ucap laki-laki yang sedang mengarahkan pisaunya ke leherku ini.
Mataku kembali terbelalak, melihat Teh Sita yang sudah menampakkan payudaranya, dan yang membuatku kaget adalah, ternyata pada puting susunya terdapat sebuah benda yang menusuk putingnya..
Namun ketika aku masih dalam keadaan syok melihat tubuh telanjang teh Sita yang ternyata memiliki tubuh bertatto dan bertindik itu, tiba-tiba sebuah tangan kembali terasa menyelusup ke balik bajuku.
Payudara kembali diremas oleh laki-laki yang menahan ku, membuat sensasi yang tadi sempat hilang kembali muncul.
Vaginaku kembali berdenyut karena merasa geli di payudaraku. Namun aku tidak bisa melawan, karena meronta seperti sebelumnya bisa melukai leherku kembali seperti tadi. Apalagi sekarang pisau itu sangat menempel di kulit leherku.
Akhirnya teh Sita pun telanjang bulat di depanku dan di depan ke lima lelaki yang ada di ruangan ini.
Bahkan kini para lelaki itu mulai menggerayangi tubuh telanjang teh Sita.
"Wwaaaaaawwww... Ternyata beneran seorang lonte ini cewek Boss.. lihat, di putingnya aja pake tindik..", ucap salah seorang lelaki itu sambil menyentil puting susu teh Sita.
Membuat Teh Sita terlihat kaget dengan aksi lelaki itu.
"Masss... Cepetan pulang.. tolongin aku sama teh Sita..." ,ucapku dalam hati berharap suamiku datang.
Namun jelas dia tidak akan datang karena dia bilang pekerjaannya masih belum selesai hari tadi.
Ketika aku kembali mengarahkan pandanganku terhadap teh Sita, ternyata para lelaki itu sudah membuka pakaian mereka. Sehingga terpampang lah kemaluan para pria itu yang mulai digesek-gesekkan ke tubuh teh Sita.
Namun Teh Sita terlihat tidak melawan, mungkin karena ancaman pria ini yang akan membunuhku jika teh Sita macam-macam.
Teh Sita kini malah mulai bereaksi tanpa di provokasi oleh para penjahat ini..
Tangannya malah mulai menggenggam kemaluan para lelaki di sampingnya itu.
"Teh sudah Teh... Jangan begitu Teh.. mending Syifa mati aja Teh.." , ucapku kembali dalam hati ketika melihat teh Sita mulai memasukkan kemaluan lelaki itu ke dalam mulutnya.
"HAHHAAHAAaa... Bagus...Baguss... Nah gitu dong Lonte. Gak perlu disuruh sama gue.", ucap lelaki yang sedang mempermainkan payudaraku.
Melihat aksi teh Sita, vaginaku merasakan sensasi yang aneh. Puting susuku juga mulai mengeras karena permainan tangan lelaki ini.
Ya Tuhan, perasaan apa ini..
"Apa saat ini aku terangsang melihat adegan mesum mereka?? " ,pikirku.
Teh Sita semakin lama malah semakin terlihat semangat mengocok kemaluan para lelaki itu bergantian. Dia terlihat sudah sangat lihai melakukannya, apa dia memang seorang lonte, pikirku.
Aku saja yang diminta oleh suamiku untuk mengulum penisnya, tidak mau melakukan hal tersebut karena merasa jijik.
Tapi melihat teh Sita melakukan hal tersebut malah membuat mataku asik menontonnya.
"Eeeeennngggghhhhh...." , tiba-tiba badanku mengejang. Kurasakan ada cairan yang seperti memuncrat dair vaginaku..
Apa yang barusan terjadi padaku. Dan "oooowhhh.... Kenapa badanku menjadi lemas..."
"Hahahahaha... Baru gue remas susu aja, udah orgasme Lho ya..??? " ,ucap pria ini kepadaku.
Dan aku tidak paham apa maksudnya. Namun memang sesuatu seperti keluar dari vaginaku seperti memuncratkan cairan.
Hal ini membuatku kini tidak nyaman karena vaginaku terasa becek di balik celana dalamnya.
Kulihat kembali Teh Sita, dia sedang menggenggam penis-penis pria itu. Dan di mulutnya kini terlihat sebuah cairan putih. Sepertinya sperma lelaki itu sudah berhasil dikeluarkan oleh teh Sita..
Aku tahu itu sperma karena ketika aku bersetubuh dengan suamiku , pernah juga penis suamiku mengeluarkan sperma putih seperti itu.
Melihat ukuran penis-penis lelaki yang mengerjai teh Sita, membuatku sangat risih, karena aku memang tidak suka. Melihat punya suamiku saja aku merasa aneh, apalagi sekarang aku harus melihat beberapa penis oranglain yang bahkan ukurannya jauh lebih besar dari suamiku itu.
Tak berselang lama, Teh Sita malah memposisikan tubuhnya berbaring dan mengangkangkan kakinya seolah meminta untuk disetubuhi oleh orang-orang itu.
Aku pun kini memaksakan diri untuk lepas dari cengkraman lelaki yang menahanku, karena tidak rela jika harus melihat teh Sita dinodai oleh mereka.
Aku berdikir lebih baik aku mati daripada teh Sita terpaksa melakukan itu demi menyelamatkanku. Aku pun akhirnya berhasil lepas dari dekapan laki-laki itu.
Namun ketika hendak menjauhi lelaki itu, kakiku terpeleset menginjak keset di lantai. Kepalaku pun terbentur kepada sesuatu yang tidak dapat jelas kulihat karena pandanganku malah mulai kabur dan gelap..
"Syii.....faaaaaa....", suara terakhir yang kudengar sebelum kehilangan kesadaran adalah suara teh Sita yang berteriak memanggil namaku.
BERSAMBUNG...