𝐒𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐮𝐡𝐚𝐧 𝐓𝐚𝐧𝐭𝐞 𝐒𝐮𝐬𝐚𝐧

Suatu pagi, Tante Susan Mey menghampiri kamar ku……,
“Rio, kamu masih ada kuliah hari ini?”, tanya Tante Susan.
“Enggak tante…”
“Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?”
“Oh, bisa tante…”

Tante Susan tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil Kijang Putih milik Tante Susan. Di sepanjang jalan Tante Susan banyak mengeluh tentang Om Edwin yang semakin jarang di rumah.

“Om Edwin itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi pembicara dimana-mana…”
“Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante juga,” kataku mencoba menghibur.
“Ah..Rio, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om.”

Tiba-tiba tangan Tante Susan menyentuh paha kiriku dengan lembut, “Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.”

Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Susan menatapku dengan tersenyum. Tante Susan terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Susan tersinggung atau disangka kurang ajar.

Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Susan tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.

“Rio, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir… kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya sambil menutup pintu mobil.
“Iya… sedikit-sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk.

Aku mulai merasa Tante Susan menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.

Setelah sampai di rumah, Tante Susan langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Susan langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Susan sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.

“Rio sayang… tolong ambilkan handuk dong…” nada suara Tante Susan mulai manja.

Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Susan secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Susan sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah.

Tidak berapa lama kemudian Tante Susan keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante Susan dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Susan hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.

“Nah, sekarang kamu pijitin tante ya… ini pakai body-lotion…” katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur. Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Susan dan mulai memijit daerah punggungnya.

“Tante, bagian mana yang sakit…” tanyaku berlagak polos.
“Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Rio pijit ya…” kata Tante Susan sambil tersenyum nakal.

Aku terus memijit punggung Tante Susan, sementara itu aku merasakan kontolku mulai membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Susan dengan aktif. Saat inilah aku berkesempatan menyetubuhi Tante Susan. Sudah ratusan referensi dari film-film BF yang pernah kutonton maka aku tahu apa yang harus kuperbuat… dan yang paling penting ikuti saja naluri…

“Tante sayang…, tali BH-nya boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya. Tante Susan menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Susan sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta. Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya… ahh lembut dan empuk.

Tante Susan bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat.

Tante Susan dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar memeknya dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh memek Tante Susan… Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Susan.

Sekarang tubuh Tante Susan tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun… sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam memek memeknya. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.

Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Susan mulai berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

“Mmhh… Rio… kamu nakal ya…” katanya.
“Tapi tante suka khan…?”
“Mmhh.. terusin Rio… terusin… tante suka sekali.”

Jariku terus bergerilya di belahan memeknya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Susan.

Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Susan.

Kukecup leher Tante Susan dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang seksi. Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Susan pandai merawat tubuhnya.

Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan memeknya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.

“Tante seksi sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
“Ah.. bisa aja kamu merayu tante… kamu juga seksi lho Rio… lihat tuh burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong gitu… terusin pijat seluruh badan tante….,” kata Tante Susan sambil tersenyum memperhatikan kontolku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas.

Aku mulai menjilati payudara Tante Susan sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan memek dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Susan tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan kontolku.

Aku ingin sekali menjilati memek Tante Susan seperti dalam adegan film BF yag pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Susan. Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan memeknya tampak merah dan basah.

Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir memeknya dan terlihatlah liang memek Tante Susan yang sudah menanti untuk dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas memeknya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah memek Tante Susan.

Kujilati bibir memeknya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang memeknya yang terasa lembut dan basah. “Mmhhh.. aahhh” desahan nikmat keluar dari mulut Tante Susan saat lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah.

Aroma khas memek wanita dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Susan terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam memek memeknya.

“Aduuh.. Rioooo… enak sekali sayang… iya sayang… yang itu enak.. emmhh .. terus sayang… pelan-pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh.. aahh… mmhh..” katanya mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya.

Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Susan mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.

“Rio.. Tante mau keluaar… aah.. uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang… Rioooo…. terus jilat itu Rio… teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…” bersamaan dengan itu kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati kehangatan klitoris dan memeknya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan orgasmenya.

Beberapa saat tubuh Tante Susan meregang dalam kenikmatan dan akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir memeknya yang merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.

“Rio.. enak banget…. sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini…” katanya perlahan sambil membuka mata. Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Susan, kubelai rambut Tante Susan lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu.

Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Susan sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba kontolku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.

“Rio sayang… sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya…” katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku. Tidak berapa lama kemudian Tante Susan mulai menjilati kontolku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala kontolku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan.

Kemudian seluruh kontolku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Susan mengemut dan sekaligus mempermainkan batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya kontolku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung.

Kurasakan permainan oral Tante Susan sungguh luar biasa, sementara dia mengulum kontolku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan kontolku mengeras dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam memek Tante Susan. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya memek Tante Susan….

“Tante… Rio pengen ngentotin memek tante… ” kataku sambil mencoba melepaskan kontolku dari mulutnya. Tante Susan mengangguk setuju, lalu ia membiarkan kontolku keluar dari mulutnya. “Terserah Rio sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam memek tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….”

Perlahan kurebahkan Tante Susan disebelahku, Tante Susan langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan kontolku masuk. Samar-samar kulihat belahan memeknya yang merah. Dengan perlahan kubuka belahan memeknya dan tampaklah memek memek Tante Susan yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras.

Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang indah nan alami, aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu…. Perlahan-lahan kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke memek memeknya. Tidak berapa lama kemudian Tante Susan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, “Rio sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap…”

Kuarahkan kontolku yang sudah mengeras ke memek memeknya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera menghujamkan batang kontolku ke dalam memek Tante Susan yang hangat. Tapi mungkin karena memek tante susan terlalu sempit karena jarang di entotin aku agak kesulitan untuk memasukkan kontolku. Rupanya Tante Susan menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan tersenyum…..

“Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang kontolku. Diarahkannya kepala kontolku ke dalam memek memeknya sambil tangan yang lain membuka bibir memeknya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan…masuklah kepala kontolku ke dalam memeknya. Rasanya hangat dan basah…. sensasinya sungguh luar biasa.

Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh kontolku ke dalam memek Tante Susan, aah.. nikmatnya. “Aaahh…Rioooo.. eemh…” Tante Susan berbisik perlahan, dia juga merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun sudah 38 tahun memek Tante Susan masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram kontolku.

Aku merasakan memeknya seperti meremas kontolku dengan gerakan yang berirama. Luar biasa nikmat rasanya…. Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Susan juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar….

Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa…… kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.

“Tante…Rio sudah hampir keluar…. aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri.
“Terusin aja Rio… kita barengan yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Rio… tusuk yang kuat Rio… tusuk sampai ujung sayang… mmhh….”

Kata-kata Tante Susan membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan kontolku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam memeknya.

“Aduuh…Rio udah nggak tahan lagi…” aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan kontolku terasa membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam memek Tante Susan. Sementara itu Tante Susan juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.

“Ayoo Rio… tante juga mau…ahhhh…ahhh kamu ganas sekali……. aaaahhh…. Riooooo…. sekarang Rio…. keluarin sekarang Rio… tante udah nggak tahan…mmmhhh”. Tante Susan juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya mencengkeram keras punggungku.

Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat…
“Tante…aaaa…aaaagh….Rio keluaaaar…..aagh..” aku mendesah sambil memuncratkan seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Susan. Bersamaan dengan itu Tante Susanpun mengalami puncak orgasmenya, “Rioooo…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m cumming honey… aaaahh…..aah….”

Kami berpelukan lama sekali sementara kontolku masih tertanam dengan kuat di dalam memek Tante Susan. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa…. aku betul-betul ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya.

Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik kontolku yang mulai sedikit melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Susan yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat dari celah memeknya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam memek Tante Susan.

Tak lama kemudian Tante Susan membuka matanya dan tersenyum padaku, “Gimana sayang…enak?” katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.

“Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata pinter “making-love”. Soalnya waktu “fore-play” tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin kontol tante tahu kalau kamu pengalaman. By the way, Tante senang sekali dientoti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Rio…?”

Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak. Tante Susan membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali.

Tubuh wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan kontolku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Susan dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih kontolku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.

“Sudah siap lagi sayang…? Sekarang tante mau di atas ya…?” katanya sambil mengangkangi aku. Dibimbingnya kontolku ke arah memek memeknya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar kontolku langsung meluncur masuk ke dalam memek Tante Susan yang sudah sangat basah dan licin.

Kini Tante Susan duduk diatas badanku dengan kontolku terbenam dalam-dalam di memeknya. Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam menahan nikmat.

“Aahh…Rio… kontolmu sampai ke ujung… uuh…. mmhh… aahhh” katanya mendesah-desah. Gerakan Tante Susan perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat kontolku terasa masuk begitu dalam di liang memeknya. Pantat Tante Susan terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga kontolku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan kuat.

Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Susan. Kuremas-remas payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Susan makin bergairah.

Gerakan Tante Susan makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri pembicara yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya… seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…

“Rio… tante sudah mau keluar lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
“Ayoo tante… Rio juga udah nggak tahan…”

Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Susan menekan seluruh berat badannya ke bawah dan kontolku tertancap jauh ke dalam liang memeknya sambil memuncratkan seluruh muatan… Tangan Tante Susan mencengkeram keras dadaku, badannya melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya terpejam menahan nikmat.

Setelah beberapa saat akhirnya Tante Susan merebahkan tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Susan karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali melakukan persetubuhan dengan liar… Tante Susan seolah-olah ingin memuaskan seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.

Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Susan, atau sesekali kami ganti suasana dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang “horny” dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Susan dan mengelus pantatnya atau mencium lehernya.

Kalau OK Tante Susan pasti langsung menggandeng tanganku dan mengajakku masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Susan yang “horny”, dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku bercinta.

Semenjak merasakan nikmatnya kontolku, Tante Susan tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Edwin pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Susan justru mengharapkan Om Edwin sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante Susan.

Pernah suatu malam setelah Om Edwin berangkat keluar kota, Tante Susan masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Susan sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai celana dalam lagi.

Bibir memeknya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir. Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Susan baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Susan belum merasa puas.

Langsung saja kubuka celanaku dan kontol yang sudah mengeras langsung menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Susan menanggapi tantangan kontolku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir memeknya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan memek memeknya yang merekah merah. “Masukin punyamu sekarang ke memek tante sayang…..” katanya dengan nafas yang berat dan mata sayu.

Karena aku rasa Tante Susan sudah sangat “horny”, tanpa banyak basa-basi dan “foreplay” lagi aku langsung menancapkan batang kontolku ke dalam memek Tante Susan dan kami bergumul dengan liar selama hampir 5 jam!

Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku diatas, Tante Susan diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Susan membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Susan diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi.

Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur deras.

Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Susan entah berapa kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Susan hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku karena kakinya lemas dan gemetaran sementara memeknya begitu basah oleh lendir dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang pernah kulalui bersama Tante Susan.

Petualanganku dengan Tante Susan berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami merasa Om Edwin mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta.

Bahkan sekarang kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku masih menyempatkan diri menemui Tante Susan yang nafsu dan gairahnya seolah tidak pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah mendekati kepala empat.


 

Read More

𝐌𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐲𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝐈𝐈 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟓

 


 Episode 5 . Permainan di Mulai
"Aku gak mau Pak, please jangan paksa aku meminum khamr itu Pak. Haram bagi agamaku Pak..!! Rengek Nurul pada supirnya itu.

Kini Pak Bondan sedang memaksa Nurul mengonsumsi minuman beralkohol, dia ingin Nurul mabuk agar rencana permainannya bisa dimainkan Nurul dengan baik.
Dia yakin efek alkohol itu akan membuat Nurul menjadi lebih percaya diri, dan menghilangkan rasa malu nya.

"Ayo cepet kamu minum,.! Atau kamu mau video ini kukirimkan kepada boss besar..!" Ancam Bondan akan mengirimkannya kepada orangtua Nurul.
Lagi-lagi Nurul takluk dengan ancaman tersebut, dia pun mulai mengambil botol minuman itu. "CEPAT MINUMMM..!!!" Bentak supirnya itu.

Akhirnya Nurul pun mulai meminum sedikit demi sedikit, dalam tegukkan pertamanya, Nurul merasakan pahit sekali di lidahnya hingga dia memelet-meletkan lidahnya.
"Ayo Lagii..!!" Lanjut perintah dari Bondan.

Nurul pun menurutinya hingga habis setengah botol, dan dia mulai sedikit pusing, dan perutnya terasa panas, rongga mulutnya pun terasa terbakar.


JUM'AT SORE HARI mereka berempat, Sita, pak Bondan , serta Nurul dan suaminya memutuskan kembali ke Villa untuk beristirahat dan melaksanakan rencana pesta Anniversary yang dimaksudkan dari awal.

Namun disini rencana jahat pak Bondan, supir mereka, sudah dimulai. Setibanya mereka di Villa, pak Bondan mengajak majikannya minum kopi seperti biasa. Memang suami Nurul itu sangat suka kopi.
Akan tetapi, kali ini, pak Bondan memasukkan sebuah sesuatu seperti serbuk garam ke dalam kopi Bima. Membuat Bima tertidur setelah habis mengonsumsi kopi yang dibuatkan oleh supirnya itu.

Disitulah awal mula permainan pak Bondan dimulai, dia membawa suami Nurul ke kamar, sementara Nurul dia ajak ke paviliun tempat dia tidur semalam.
Sementara Sita dia sekap di kamar tempat kejadian lesbian antara Sita dan Nurul semalam. Sita diikat dan mulutnya di lakban di atas kasurnya.


Kembali ke paviliun, Nurul kini sudah terlihat merah wajahnya, sepertinya dia sudah mulai mabuk. Lalu pak Bondan melucuti pakaiannya, Nurul yang sudah tidak bisa melawan hanya pasrah saja ketika ditelanjangi supirnya.

Namun dikiranya dia akan diperkosa, ternyata malah diberikan pakaian ganti yang sangat seksi. Nurul pun memakainya menuruti instruksi supirnya.
Sementara Nurul ditinggalkan di Paviliun , Bondan kembali masuk ke Villa untuk menemui Sita. Dia pun juga menenteng pakaian untuk Sita pakai, entah apa rencananya namun kedua akhwat itu dia perintahkan mengenakan pakaian seksi untuk pesta malam ini.


"Heh, dengerin lonte... Saya tau kamu cewek binal, kali ini kamu harus menuruti perintah saya jika temanmu itu tidak mau celaka." Ucap Bondan kepada Sita.
Sita yang tidak bisa menjawab karena mulutnya di lakban, hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan syarat Bondan.

Pak Bondan pun melepaskan ikatan Sita namun tidak dengan lakban di mulutnya. Sita pun membuka pakaian gamisnya dan mengganti dengan pakaian yang diberikan oleh pak Bondan.
"Wiiiihh... Bener-bener lonte kamu ya. Toket ditindik, udel sama memek juga. rambut pirang, ada sedikit tatto juga. Gak malu kamu pake pakaian syar'i..?" . rambut pirang, ada sedikit tatto juga. Gak malu kamu pake pakaian syar'i..?" ,Ledek Bondan terhadap Sita.

Kedua akhwat itu pun kini sudah berpakaian seperti yang dikehendaki oleh Bondan.


***DI PONDOK, anak kiyai beserta Samuel dan Indra yang mengantarnya sudah sampai disana, namun Sita yang mereka cari sudah tidak ada. Namun menurut informasi dari pak kiyai, mereka pergi ke rumah orangtua Bima, Indra pun meminta alamat rumahnya karena beralasan ada hal penting untuk disampaikan kepada Sita.
Setelah pak Kiyai memberikan alamatnya, mereka berdua pun pergi segera menuju rumah orangtua Bima.


Meskipun agak sulit menemukan alamat rumahnya, namun akhirnya bisa diketemukan juga alamat yang dituju. Namun, sayang seribu sayang, lagi-lagi Sita sudah tidak ada di tempat, kembali Indra dengan alasan yang sama meyakinkan orangtua Bima agar mau memberikan alamat Villa, yang sedang anak mereka sewa saat ini.
Orangtua Bima pun memberikan alamatnya.
"Villa Buana 5, ayo kita kesana Sam.. keburu Sita pergi lagi..." Ajak Indra kepada Samuel anak buahnya.


Mereka pun kembali beranjak pergi, menuju Villa tempat Sita berada.


KEMBALI ke Villa, suasana disana terlihat sepi, Nurul masih dikunci di Paviliun, di dalam tempat itu, Nurul terus memegangi kepalanya karena merasa pusing setelah meminum arak yang diberikan supirnya. Nurul yang kini tidak berhijab dan berpakaian seksi, kini sangat kontras penampilannya dibandingkan ketika dia memakai pakaian syar'i yang tertutup.


Sementara Sita, kini sedang duduk mengangkang di kursi ruang tengah. Sita juga sudah memakai pakaian seksinya. Ternyata dia diperintahkan oleh Pak Bondan untuk masturbasi disana. Pak Bondan berencana menjebak tuannya, Bima, agar ketika sadar dan keluar kamar, langsung melihat perbuatan mesum teman istrinya disana.


"Sebentar lagi, Bima akan sadar. Kamu masturbasi lah disini. Jangan berhenti sampai Bima datang. Paham..???" Perintah Bondan kepada Sita.
Sita hanya mengangguk, karena memang dia juga diancam jika tidak mau menurut, sahabatnya Nurul akan dicelakai oleh Bondan.


Kini Sita mengocok memeknya sendiri, dengan menggunakan dildo pemberian pak Bondan.
Awalnya dia ragu-ragu, namun setelah ingat kembali ancaman kepada sahabatnya, dia pun mulai memasukkan kontol mainan itu ke memeknya. Sita yang memang memeknya sudah binal, meski awalnya terpaksa, kini malah terbiasa dengan kocokkan dildo di memeknya itu. Dan mulai mengeluarkan desahan lembut... "Emmmpph..ooohhh.... Aaaaahhhh."

Bondan yang melihat itu tersenyum jahat, dan menghitung sampai tiga. "Sa..tuuu.... Duu...aa.. TIGA."
Dan pintu kamar Bima pun terbuka, seperti dugaannya obat tidurnya sudah habis hanya dalam waktu kurang dari satu jam..

Kini pak Bondan di posisinya sedang mengintip situasi antara Sita yang sedang colmek dan Bima yang kini terlihat terperangah melihat kemesuman yang dilakukan Sita di hadapannya. Sontak Bondan melihat kontol Bima mulai berdiri di dalam celananya. "Obat kuat yang aku masukkan ke kopi dia juga sepertinya sudah bereaksi." Gumam Bondan dalam hatinya..


Ternyata selain obat tidur, Bondan juga memasukkan obat kuat yang bisa menaikkan libido pria. Kini Bondan lihat Bima sudah mengeluarkan kontolnya dari celananya dan mulai mengocoknya sendiri..sementara Sita asik sendiri dengan dildo di memeknya..

Terlihat Sita sangat menikmati colmeknya sampai matanya merem melek dan tak sadar pada keadaan sekitar. "Eerggghhhhh nikmatnya.." ceracau Sita bicara sendiri..dan beberapa saat kemudian...
"Crrrrtttt...crrttt..."memek Sita memuncratkan cairan.. lalu dia membuka matanya karena sudah merasa orgasme. Namun ketika dia membuka matanya dengan jelas, di hadapannya sekarang ada Bima, suami sahabatnya. Bima pun dengan tanpa membuang waktu lagi, langsung mencabut dildo dari memek Sita dan memasukkan kontolnya.. 

Sita pun kaget dan mencoba meronta, namun Bima yang sudah dikuasai nafsu birahinya terus memaksa menggenjot memek Sita. Dia menumbuk-numbuk memek Sita dengan keras. Sehingga membuat pertahanan Sita luntur, kini dia terlihat mulai menikmati permainan sex dari suami sahabatnya.

"Aaah..ahh.ahhh..eeemmphh... nikmat sekali memekmu lonte." ..eeemmphh... nikmat sekali memekmu lonte." Ucap Bima kepada Sita sambil terus menumbuk memek Sita dengan kontolnya. Sementara Sita kembali merem melek, karena saking enaknya genjotan kontol Bima di liang memeknya.

Sementara pak Bondan sudah tidak terlihat di persembunyiannya.

**Di Paviliun
POV Nurul

Kepalaku pusing sekali ya Tuhan, maafkan hambamu ini sudah meminum khamr yang kau haramkan, hamba dipaksa dan diancam..
Pusing di kepalaku memang sudah berkurang, tapi mataku kini terasa berat untuk ku buka. Kucoba membuka pintu keluar namun terkunci. "Toloooonnngg.... Tolooongg..." Teriakku dari dalam paviliun.. namun tidak ada yang datang.


Tiba-tiba pintu terbuka dari luar "diam brengsek".. ternyata pak Bondan yang tiba-tiba datang, dan memarahiku karena mencoba berteriak minta tolong.
"Ayo ikut saya. Tapi jangan berisik...!!!" Dia mengajakku dengan sedikit menggusur tanganku.
Lalu dia menyuruhku menunduk dekat pintu masuk ruang tengah. "Lihat itu, suamimu sedang apa bersama temanmu." ,,Tunjuknya ke arah kursi di ruang tengah.


Ya Tuhan, mereka sedang ngesex, bagaimana bisa sahabat dan suamiku mengkhianati ku.
Dalam keadaan masih mabuk, aku mulai meneteskan air mata. "Teganya mereka melakukan ini kepadaku Pak." Ucapku pada pak Bondan.

"Lihat suamimu yang lemah itu, yang ketika ngewe denganmu cuma kuat sebentar dan loyo, kini sedang bercinta dengan ganasnya bersama temanmu." Ucap pak Bondan memanas-manasiku.
Sementara aku fokus menyaksikan perbuatan suami bersama sahabatku, pak Bondan dari belakang mulai menyingkapkan Celana dalamku.

 Dia mulai terasa menjilati vaginaku, aku yang dalam keadaan dipengaruhi alkohol, malah tidak sengaja mendesah diperlakukan seperti itu oleh supirku. Aku pun reflek menutupi mulutku. Takut suaraku terdengar oleh suamiku.
Dan tiba-tiba saja pak Bondan menyodokkan penisnya dari belakang, aku digenjot dalam posisi menungging.

"Aaahh ..Ooohhh....uuuhhh...terus pak." Desahku tanpa sadar malah bilang terus kepada supirku. Sementara aku sambil terus fokus menonton adegan mesum suamiku bersama sahabatku. Melihat suamiku yang perkasa menggenjot sahabatku membuatku juga ikut terangsang.
"Biiiiihh... Kenapaaaahhh kamuh gak sekuat ituh saat ngewe sama istrimu ini Biihhh.." batin ku merasa iri kepada Sita yang bisa membuat suamiku bernafsu padanya.


"Makanya kamu rubah tuh penampilan kamu jadi lonte kaya temenmu itu.." ucap pak Bondan dari belakangku dengan masih terus memajukan mundurkan kontolnya di lubang memekku.
"Lihat kan suamimu sangat bernafsu pada wanita pirang, bertatto dan bertindik seperti temanmu itu..? Sedangkan sama kamu, dia gak nafsu tuh." Pak Bondan terus memanas-manasi ku .
Apa benar apa yang dikatakan pak Bondan padaku, suamiku tidak bernafsu pada wanita yang berdandan alim sepertiku?? Batinku goyah. 

Dan semakin dilanda birahi juga karena pak Bondan terus memajukan mundurkan kontolnya. Ya Kontol. Seperti Sita, dia menyebut penis ini kontol.
Aku pun akhirnya orgasme di tangan supirku ini, ini pertama kalinya aku merasakan nikmatnya sebatang kontol di memekku. Karena selama setahun pernikahanku, suamiku selalu saja tidak dapat memuaskanku. Karena dia keluar hanya dalam waktu 5 menit. 

Sebelum aku merasakan kenikmatan.
Namun di tangan pak Bondan supirku ini, aku merasakan surga dunia yang sebenarnya. Tapi anehnya suamiku begitu perkasanya dan tahan lama ketika menggenjot Sita sahabatku.
Apa benar tipe perempuan yang diidamkan suamiku adalah wanita yang penampilannya seperti Sita. Seperti pelacur murahan, apa aku harus merubah penampilanku seperti Sita juga..


Aahhhh bodo amat sekarang, kepalaku pusing. Aku sekarang mau menikmati saja kontol di hadapanku ini. Ya, aku putuskan untuk menikmati perzinahanku dengan supirku untuk saat ini, karena efek alkohol yang diminum membuat otakku sulit berfikir memilih mana yang salah mana yang benar.
"Pak, ayo kita lanjutkan di paviliun ngewe nya." Ajakku kepada pak Bondan, dan aku mulai meniru ucapan vulgar Sita. "Ngeewe, ya,, ayo kita lanjut ngewe disana pak. Aku masih ingin merasakann tusukkan kontol bapak." Ucapku pada pak Bondan yang semakin berani.


Akupun dibawa oleh pak Bondan kembali ke paviliun untuk melanjutkan perzinahan ku dengan supirku, pak Bondan. Dan membiarkan suamiku bercinta dengan sahabatku di dalam villa.


Di depan Vila Buana 5, Indra dan Samuel sudah berdiri di sebrang jalan dan sedang menuju ke dalam Villa.
Mereka mulai mengendap masuk untuk mencari harta mereka, Sita.
Setelah sampai di pintu Villa, mereka mengecek ternyata tidak dikunci. Mereka mulai mendengar desahan seorang wanita dari dalam ruangan Villa tersebut.

Lalu mereka melihat seorang lelaki yang sedang menumbuk-numbuk memek Sita di atas kursi, Samuel pun dengan cekatan langsung berlari ke belakang lelaki tersebut, dan "braaakkk..." dia menariknya hingga lelaki itu terjengkang terkena meja ,dan otomatis kontolnya tercabut dari memek Sita. Dan crot croot crooot... Lelaki itu mengeluarkan spermanya dari penisnya.

"Eeeennngggghhhhh..." Lenguh Sita karena tiba-tiba lubang memeknya terasa hampa.
"KURANG AJAR.. malah ngecrot kau..!!"
Lalu Samuel memukul ulu hati lelaki itu dengan sekali pukul hingga lelaki itu tersungkur dan pingsan. Ya lelaki itu adalah Bima,. Kini Bima pingsan setelah dipukul oleh Samuel.


"Sita.." tepukkan tangan Indra di pundaknya menyadarkan Sita yang masih terpejam, membuat Sita membuka matanya.
"Ka..kal..kalian.. Indra, Sammm..bagaimana kalian bisa ada disini? Tapi..."
"Syukurlah kalian datang, tolong bantu sahabatku yang sedang disekap oleh supirnya." Pinta Sita sambil tangannya masih terus memegang memeknya yang tidak enak karena merasa tanggung.
Sita bergegas memakai pakaian seksinya lalu mengajak Samuel dan Indra menuju paviliun, karena dia curiga Nurul disekap disana..


BERSAMBUNG.....

Read More

𝐓𝐮𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐛𝐮𝐧 𝐏𝐞𝐫𝐤𝐚𝐬𝐚

Siang itu entah kenapa, Adhi suami Memes membawa seorang laki-laki yang agak sedikit tua ke rumahnya. Rupanya Adhi menerangkan bahwa dia tadi telah ditolong oleh laki-laki yang bernama Udin ini di saat ia hampir saja menjadi korban perampokan. Tetapi karena adanya bantuan dari Udin, ia berhasil terhindar dari upaya para perampok itu.

Udin adalah seorang bekas narapidana yang telah lama malang melintang di dalam dunia kejahatan. Setelah ia keluar dari Nusa Kambangan, ia mencoba untuk sadar dan kesana kemari mencari pekerjaan yang tidak bertentangan dengan hukum.

Namun dalam usahanya mencari pekerjaan itu, tanpa diduga ia melihat adanya upaya perampokan yang menimpa Adhi, yang nota bene suami Memes yang juga merupakan seorang artis penyanyi.

Atas jasanya itu, Adhi mengajak Udin untuk bekerja dengannya sebagai penjaga rumahnya yang tergolong mentereng itu. Udin hanya bertugas menjaga lingkungan kebun dan memberi makan anjing kesayangan Adhi. Udin dipersilakan tinggal di kamar belakang yang khusus buat para pembantu.

Di rumah Adhi hanya ada seorang pembantu yang sudah tua yang bertugas sebagai tukang masak dan mencuci. Sekian lama tinggal di rumah itu, Udin merasa kerasan dan telah menganggap seluruh anggota rumah itu sebagai keluarganya juga. Ia amat suka bekerja, dan dengan itu ia sedikit demi sedikit dapat kembali ke lingkungan yang baik-baik.

Namun sebagai seorang laki-laki yang hidup seorang diri tanpa keluarga, ia merasakan hampa, apalagi seumurnya sudah pantas memiliki seorang cucu. Namun karena Udin waktu mudanya terkenal dengan kejahatannya, maka ia tidak sempat untuk hidup layak beristri.

Saat itu ia hanya melampiaskan nafsunya kepada para pelacur. Dan jika ada korbannya yang cantik, maka ia tidak segan-segan untuk memperkosanya.

Sebagai laki-laki, ia sudah terlambat untuk memulai kehidupan normal, apalagi masa lalunya yang amat kelam. Suatu saat ia sangat ingin sekali merasakan kehangatan tubuh seorang wanita, apalagi ia setiap hari melihat majikan wanitanya amat cantik dan menggiurkan, namun ia masih merasa sungkan kepada Adhi, yang telah berjasa kepadanya.

Dalam lamunannya ia sering berkhayal untuk dapat tidur dengan Memes yang ia rasa sangat menggiurkannya.

Langkah pertama, ia berusaha menyembunyikan perasaan hatinya, namun kedua anak Memes itu telah amat dekat dengan Udin. Udin pun dengan cara itu berusaha untuk mencuri pandang ke kamar Memes dengan pura-pura mengajak bermain kedua anaknya.

Namun saat itu hanya ada Tristan si pembantu tua satunya. Suatu hari saat Adhi tidak ada di rumah karena adanya acara konser di luar negeri (Memes tidak ikut), saat itulah yang paling ditunggu-tunggu Udin.

Malam itu hujan sangat lebat dan di rumah hanya ada Memes dan kedua anaknya, sedang Udin dari siang tadi hanya mencoba upaya bagaimana menaklukan Memes.

Akhirnya ia ingat tentang ilmu yang diajarkan sesama narapidana di Nusa Kambangan dulu dalam mempengaruhi naluri sex wanita.

Malam itu tepat malam Jumat kliwon, Udin di kamarnya melafazkan mantera-mantera untuk membangkitkan naluri sex Memes dari kamarnya dengan membakar kemenyan. Saat yang bersamaan, di kamar, Memes tidur dengan gelisah dan ia bermimpi telah mengadakan hubungan sex yang mengebu-gebu dengan seseorang yang ia tidak kenal jelas.

Di luar rumah, cuaca hujan dengan derasnya membuat ia terbangun, dan ia keluar kamar melihat kamar anak-anaknya. Ia melihat mereka telah tidur semua.

Kemudian ia berjalan ke belakang dan sampailah ia di dapurnya. Di situ ia duduk sambl merenungan arti mimpinya.
“Aneh.. kok aku mimpi sedang bercinta dengan Udin..? Ehh ada apa ini..? Gila..” gumannya.

Lalu ia meminum segelas air yang ia ambil dari lemari es, kemudian ia berjalan ke kamar belakang. Ia merasa khawatir, sebab saat itu di luar hujan dan diiringi suara halilintar yang keras. Ada perasaan takut di dalam dirinya.

Di saat yang bersamaan, Udin keluar dari kamarnya untuk melihat bagaimana pengaruh dari materanya itu. Dengan kaget ia melihat Memes yang menggunakan pakaian tidur sutranya masih duduk di dapur sambil minum air dingin. Saat itu Memes juga menoleh ke arah Udin.

“Ooo.. ada apa kok Mang Udin blon tidur..?” Memes bertanya.
“Ooo.. saya mau buang air kecil dulu, Bu..” jawab Udin.

“Nanti setelah dari WC ke sini dulu ya Mang.., bicara dulu ya..? Soalnya mata saya tidak mau tidur nich..” kata Memes ke arah Udin.
“Ya.. Bu..” jawab Udin sambil berlalu.

Di dalam WC Udin merasa senang, sebab sebentar lagi ia akan dapat merasakan kehangatan tubuh nyonya majikannya yang putih mulus itu, sebab manteranya telah berpengaruh kepada Memes.

Tidak lupa ia melafazkan mantera yang lain untuk membuat Memes lebih pasrah kepadanya. Sebagai laki-laki yang telah berumur 69 tahun, ia amat antusias untuk menguji seberapa kuatnya ia dalam melakukan penetrasi saat bercinta.

Sesampainya di ruang tengah yang hanya dibatasi meja kecil, Memes telah menunggu Udin di situ.

“Ada apa Ibu memanggil saya..?” tanya Udin pura-pura tidak mengerti.
“Begini, saya amat takut dari tadi, perasaan saya tidak enak dan di luar juga badai seperti ini..” jawab Memes.

“Ooo cuma itu nggak usah kawatir deh Bu.. kan di rumah ada saya, dan saya pasti bisa menjaga Ibu..” jawab Udin menerangkan.
Sambil berdiri ke arah jendela, Memes mengintip ke luar halaman rumahnya, di luar tampak angin disertai hujan deras mengguyur bumi.

Dengan ekor matanya, Udin sejurus melihat tubuh dan batang paha Memes yang aduhai itu. Dilapisi baju tidur yang memperlihatkan lekuk tubuh Memes, mengundang nafsu Udin.

Kemudian Memes duduk kembali ke sofanya, dan saat itu kembali Udin melihat sosok tubuh mulus di depannya amat mengundang birahinya sebagai laki-laki.

“Mang Udin.. bagaimana jika malam ini Mang Udin tidur di atas saja di kamar saya, karena saya amat takut..” kata Memes, “Begini maksud saya, jika tidak akan mengganggu Mang Udin tidur..?” lanjutnya.

“Nah begini saja Bu.., saya tidak ingin nanti suami Ibu berburuk sangka pada saya, bagaimana jika Ibu saja tidur di kamar saya, dan saya di bawah dipan saja..” jawab Udin pura-pura tidak ingin membuat curiga Memes.
“Yah.. kalau begitu baiklah..” jawab Memes.

Begitu Memes masuk kamar Udin, lalu Memes langsung merebahkan tubuhnya di dipan Udin, sedang Udin sambil berdecak nafsu mengambil tikar. Ia ingin tidur di bawah ranjang saja.

Ia lalu mementangkan tikarnya, lalu ia tiduran di bawah ranjang itu, sedang Memes tidur di atas ranjang Udin. Lalu Udin tidak merasa nyaman, ia pindah ke atas ranjangnya karena bagaimanapun udara di luar amat dingin, dan di dalam dirinya sedang berkecamuk nafsu yang ingin dituntaskan ke tubuh Memes.

Memes mencoba untuk tidak membuat Udin merasa dipunggungi.
Lalu ia menghadap Udin dan berkata, “Mang.. apa Mang Udin terganggu sama saya..?”

“Ooo.. tidak..” jawab Udin.
“Bu, saya rasa apa Ibu tidak canggung tidur seranjang dengan saya, sebab saya biasa tidur buka baju Bu..” kata Udin.
“Ooo.. tidak.. silakan.. kalau itu kebiasaan Mang Udin..” jawab Memes.

Kemudian Udin membuka bajunya, dan ia hanya memakai celana pendek dan ditubuhnya tercantum berbagai macam tato saat ia di penjara dulu. Kemudian Udin merebahkan badannya di samping Memes. Saat itu Memes belum juga dapat memejamkan matanya.

Dengan posisi berhadap-hadapan dengan Udin, secara tidak sengaja tangan Udin menyentuh payudara Memes yang montok itu, dan Memes hanya membiarkan saja kejadian itu.

Udin yang telah tanggung itu lalu mencoba meremasnya, namun Memes hanya memejamkan matanya. Dengan tindakan itu, Udin merasa mendapatkan kesempatan untuk bertindak lebih jauh lagi.

Dikulumnya bibir merah Memes dengan cara yang buas, maklum ia sudah lama tidak merasakan wanita. Lalu tangannya terus bergerilya di sekitar daerah terlarang tubuh Memes. Lalu ia buka penutup dari baju tidur sutra Memes itu, dan terpampanglah bahu putih mulus.

Lalu mulut Udin turun ke daerah payudara Memes, sambil dijilat ia gigit ujung payudara montok itu. Memes hanya diam menikmati tindakan Udin itu.

Meskipun Udin telah mendekati usia uzur, namun dalam soal foreplay ia amat mahir. Lalu seluruh pakaian yang melekat di tubuh Memes ia tanggalkan semuanya, dan terlihatlah sebatang tubuh mulus yang siap untuk dinikmati oleh Udin.

Dengan hati-hati Udin lalu meremas dan memanaskan nafsu Memes dengan mengorek-ngorek lubang sorgawi Memes. Lalu ia jilat klitoris yang ada di antara belahan vagina Memes dengan lidahnya. Memes histeris.

Sampai saat ia telah berputra dua, belum pernah suaminya Adhi bertindak seperti itu, dan baru Udin lah laki-laki lain yang dapat menjamah daerah terlarangnya. Lalu Udin memasukkan penisnya yang dari tadi tegak menantang di balik celana dalamnya. Ia keluarkan dan masukkan ke dalam mulut Memes untuk dimainkan Memes.

Memes amat takjud, seumur Udin masih ada penis yang dapat tegak berdiri seperti itu. Lalu dikulum dan dikocok seluruhnya, dengan telaten ia jilat mulai dari kepala helm itu sampai batangnya habis di dalam mulutnya.

Kira-kira 20 menit permainan itu berlangsung, masing-masing belum ada yang terkalahkan, sedang di luar hujan semakin deras dan diiringgi angin keras, namun permainan belum juga berkesudahan. Akhirnya mereka bersama-sama menyemburkan air sorgawinya di mulut masing-masing, sebab saat itu mereka masih dalam posisi 69.

Kemudian Memes yang telah merasa letih itu masih dibangkitkan birahinya oleh Udin. Memes awalnya memohon untuk menundanya sampai esok, namun Udin tidak mau dan kembali penisnya tegak berdiri. Lalu ia buka batang paha Memes yang putih mulus itu.

Dimasukkan penisnya yang cukup panjang itu ke dalam vagina yang telah basah itu. Memes tidak mempunyai cukup waktu untuk menolak, ia hanya pasrah, dan dengan buasnya Udin memaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Memes berulang-ulang. Diakuinya meskipun sudah mempunyai dua anak, vagina Memes masih sangat rapat dan menjepit jika penisnya masuk.

Kurang lebih 15 menit ia berulang-ulang maju mundur dalam vagina Memes. Lalu Udin memuncratkan air maninya ke dalam vagina itu sambil mengangkang.

Ia tindih terus Memes, dan akhirnya ia rebah di sebelah tubuh mulus milik Memes yang telah basah oleh keringat birahi mereka berdua.

Permainan itu terus berlanjut sampai pagi, dan Memes merasa benar-benar puas atas permainan Udin yang meskipun sudah tua tapi dalam bercinta patut diacungkan jempol, tidak seperti suaminya Adhi yang cepat loyo.

Sejak kejadian itu, hubungan Memes dengan Mang Udin tukang kebunnya terus berlanjut saat Adhi tidak ada atau sedang ada acara. Sebagai seorang laki-laki yang telah bebas dari rasa takut, Udin tidak terlalu khawatir, sebab ia memiliki bermacam cara untuk menundukkan Memes. Apalagi Adhi, majikannya yang amat percaya padanya.


 

Read More

𝐌𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐲𝐚 𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐒𝐞𝐚𝐬𝐨𝐧 𝐈𝐈 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟒

 


Episode 4 . Misi Pencarian
Hari Jum'at pagi, di Salon/ Markas Indra dan Samuel, mereka mulai pencarian untuk menemukan Sita, perempuan yang mereka anggap sebagai berlian yang hilang.
Mereka menelusuri tempat-tempat yang mungkin didatangi Sita, mulai dari rumah Sita, alun-alun, kantos polisi, rumah pak Yosef, hingga Mall tempat Sita pertama kali ngentot dengan dua satpam.


SEMENTARA , di tempat Sita berada.
Sita dan Nurul sudah sampai di pondok yang mereka tuju. Lalu mereka bernostalgia dan sungkem kepada guru-guru mereka disana yang sudah mulai terlihat menua.
Nurul dan Sita sangat senang bertemu mereka, karena memang suasana masih terbawa suasana lebaran juga membuat silaturahmi mereka ke pondok itu terasa sangat hangat.


Disini semua santrinya perempuan, karena memang Darul Akhwat ini khusus untuk perempuan saja.
Hanya ada beberapa laki-laki di pondok ini, selain kiyai haji pimpinan pondok, ada juga seorang anaknya yang berusia 20 tahunan.
Lalu di bagian urusan dapur, ada mang Yana (40 tahun) sebagai koki atau juru masak di pondok ini ditemani assisten kokinya Yudha(30 tahun), serta tukang kebersihan yang setiap harinya ada tiga orang yang diisi oleh swadaya warga sekitar. Jadi setiap harinya dalam seminggu, petugas kebersihan di pondok itu sudah disusun daftar piketnya. Sungguh keharmonisan yang patut diacungi jempol untuk hubungan antara sebuah pondok pesantren dan warga di tempat ini.


Ketika sudah bersilaturahmi kepada guru-guru nya, Sita dan Nurul beserta suaminya berkeliling di dalam pondok itu. Sementara pak Bondan sopir mereka seperti biasa, hanya menunggu di mobil.


Suaminya yang merasa diabaikan oleh kedua akhwat itu, karena tidak diajak mengobrol. Akhirnya memilih untuk pergi ke mobil juga untuk merokok bareng pak Bondan.
"Miii.. Abi ke mobil aja ya, gak enak Abi jadi kambing conge disini. Hehe " Kata suaminya


"Yeee Abi, makanya ikut ngobrol sama kita." Jawab Nurul.
"Gak tau harus ngobrolin apa, ya udah ya, Abi pergi duluan. Nanti umi langsung aja ke mobil kalo udah beres nostalgia nya." Ucap suaminya.


POV Nurul
Suamiku sepertinya agak canggung karena ada Sita disini. Dari awal kami keliling pondok, tidak sepatah katapun obrolan dari dirinya.
"Ya sudah Sit, ayo kita ke tempat biasa kita nongkrong, penasaran aku, tempatnya masih sama gak ya." Ajakku pada Sita.
"Ya, hayu.. " jawab Sita


Setelah berjalan beberapa menit, kami pun sampai di tujuan. Dan ternyata gazebu itu sudah lebih modern, lantainya pun sudah dicor bukan lagi dari bambu.
"Nur, aku gak enak sama suami kamu. Harusnya ini kan jadi acara kalian, tapi kamu malah terus-terusan sama aku jalannya." ,Ucap Sita.


"Ya gapapa Sit, kapan lagi kita bisa ketemu. Sekarang mumpung ketemu, ya kita puas-puasin. Lagian acara puncak anniversary kami baru akan nanti malam dirayakan dengan bakar-bakar daging dan kembang api. Kamu juga boleh ikut." Kataku menghibur Sita yang terlihat tidak bersemangat.
"Enggak deh Nur, nanti takut ganggu acara kalian akunya, terimakasih atas ajakannya. Kamu baik banget sama aku dari kemarin." Jawab Sita


"Hemmm, terus kamu mau kemana? Pulang ke rumah? Kalau mau, aku bisa antar kamu pake mobil aku." ,,Sambungku lagi.
"Rumah ya???", Ucap Nurul pelan.


Ya Tuhan, aku lupa ..tragedi kemarin sore kan melibatkan suaminya.
"Eh maaf Sit, gak ada maksud aku ...." ,belum sempat selesai ucapanku. ,belum sempat selesai ucapanku.
"Gapapa, emang bener aku lagi bingung mau pulang kemana, kembali ke rumah bertemu suamiku, aku rasa aku belum siap. Mau pergi ke tempat lain, aku gak bawa apa-apa. Uang saja aku gak punya sepeserpun. Masa aku harus pulang ke tempatnya Samuel." Kata Sita.


"Makanya kamu ikut dulu saja sama aku kembali ke Villa untuk ikut merayakan anniversary ku. Tapi sebelumnya, kita pergi dulu ke rumah mertuaku di dekat sini. Ya ya ya..!!!" Bujukku mengajak Sita.
Tidak mungkin juga aku meninggalkan dia atau menelantarkannya dalam keadaan seperti ini, apalagi dia kepikiran balik ke tempat orang yang bernama Samuel. Bisa-bisa Sita nanti semakin diperdaya hingga menjadi pelacur disana. Aku takkan membiarkan sahabatku terjerumus lebih dalam.


"Oh iya Nur, tentang suamimu itu. Apa benar kamu belum pernah merasa puas saat ngewe sama dia..?" Tiba-tiba Sita mengajukan pertanyaan yang sedikit vulgar menurutku.
"Ikh kamu, pake bahasanya yang bener coba. Bersetubuh kek nyebutnya." Aku berusaha memberitahu Sita agar memperbaiki kata-katanya.
"Mending coba kamu yang lebih vulgar Nur bicaranya, apalagi kalo mau ngajak suamimu ngewe, aku yakin itu membuat dia lebih bernafsu sama kamu dan tahan lama nantinya. Suamiku juga begitu. Dia suka aku ngomong agak vulgar begitu kalo lagi ngewe, tapi memang aku juga gak suka sih.. cuman terpaksa nurut aja. Tapi efeknya dia lebih bernafsu lho. Coba deh." ,malah Sita sekarang yang mengajarkan hal tidak benar ini padaku.


"Boleh dicoba, tapi ya nanti. Balik lagi ke pertanyaan kamu tadi, tentang aku dan suamiku.. memang bener, aku tidak pernah ngerasain sesuatu kaya apa yang kamu kasih ke aku semalem. Jujur aja itu enak. Tapi ya Dosa." Jelasku padanya.
"Sekali lagi aku minta maaf masalah semalem Nur, aku bener-bener khilaf. Gak akan aku ulangi." ," ,Ucap Sita.


Tiba-tiba ada suamiku menelpon;
B : Bima
N : Nurul
B : "Mi, masih lama gak kamu nostalgiaannya? Ortu ku udah nanyain umi lho." Ortu ku udah nanyain umi lho."
N : "udah sich Bi, iya umi kesana deh. Oh iya Bi, boleh umi ajak Sita sekalian ya, ya ya..!?"
B : "ya ajak aja, biar umi ada temen. Umi kan orangnya gampang bosen kalo main sama Abi doang."
N : "ya udah deh, umi kesana sekarang juga."


****Sesaat sebelumnya
POV Suami Nurul (Bima)
Aku bosan hanya mengikuti dua ladies itu, mending aku pergi ke mobil saja deh. Ngerokok sama Bondan lebih asik kayanya.


Setelah berjalan beberapa waktu, aku pun sampai di dekat parkiran. Kulihat Bondan sepertinya sedang tiduran di kursi mobil sambil menonton HP nya.
Namun saat kudekati, dia seperti terperanjat bangun. Lalu memasukan HP nya ke sakunya.
"Ya elah, pak Bondan. Biasa aja. Gak papa mau sambil nonton HP juga."
"Eh pak Bima, maaf Pak. Saya sampe selonjoran kaki di mobil pak Bima." Ucap supirku meminta maaf..
Pantas saja dia tadi seperti sangat kaget, mungkin karena gak enak karena tiduran di mobilku.
"Gapapa dong Pak, kan bapak juga yang rawat mobilnya." Ucapku pak Bondan.
"Iya pak, sekali lagi maaf." Pak Bondan kembali meminta maaf sambil keluar dari mobil.
"Kita sudah mau pergi lagi ya Pak?", Sambungnya.
"Enggak pak, istriku masih disana. Sebentar aku telpon dulu." Lalu akupun menelpon istriku dan bertanya kapan dia mau pulang, karena barusan ada pesan masuk dari Orangtua ku agar kami segera kesana karena sudah disediakan makanan.


"Istri saya katanya sedang menuju kesini Pak, kita ke rumah orangtua saya dulu. Sekalian kita sholat Jum'at disana." Ucapku pada supirku.
"Siap, oke Pak." Jawab pak Bondan, sigap seperti biasanya.


****Setelah tak berselang lama, Nurul datang bersama Sita. Lalu mereka pun bergegas beranjak dari pondok untuk menuju rumah orangtua Bima.
Hanya butuh waktu 10 menit menggunakan mobil, mereka akhirnya sampai.
Nurul mengenalkan Sita kepada mertuanya, dan mereka pun langsung makan-makan bersama disana. Setelah makan, para lelaki di rumah itu sholat Jum'at, termasuk mertua dan supir Bima.


***SELESAI sembahyang Jum'at, pak Bondan pulang duluan dari mesjid karena rupanya Bima ingin ke rumah teman-temannya dulu. Sementara Pak Bondan lebih betah diam di mobilnya sambil memainkan Handphone nya.


POV Nurul
Selesai cuci piring pasca acara makan bersama, Nurul berniat mengganti pakaiannya yang tidak sengaja basah terkena air sabun saat cuci piring.
"Sit, aku ke mobil dulu sebentar ya. Mau ngambil baju ganti."
Aku pamit sebentar, meninggalkan Nurul di dapur mertuaku.
Dan ketika ku lihat ternyata pak Bondan sudah pulang dari Jum'atannya, dia sudah ada di dalam mobil lagi. Seperti biasa, tiduran sambil nonton HP.
Aku pun iseng mengintip, dia suka nonton apa sih. Gak bosan-bosannya nonton HP kalo lagi sendirian.

Ketika kuintip dari arah berlawanan dengan posisi dia tiduran, aku sedikit kaget.
"Ya ampun, dia nonton film porno. Mana filemnya adegan lesbian pula.."
Namun aku bertambah kaget, ketika sepintas artis porno di HP nya itu memperlihatkan wajahnya.
"Ya ampuuun.... Video itu..." Batinku kaget .
Sanget kaget sekali. Video yang ditonton pak Bondan ternyata adalah video diriku dengan Sita semalam di Villa. Ya Tuhan, pak Bondan sudah merekam perbuatanku dengan Sita.
"Bagaimana ini...?", aku merasa bingung dan panik sekali.
Aku putuskan untuk kembali ke rumah mertuaku membicarakannya dengan Sita, namun ketika hendak beranjak pergi dari persembunyianku, kakiku tidak sengaja menginjak botol kaleng minuman, hingga membuat pak Bondan melirik ke arahku.
Akupun mulai mempercepat langkah kakiku, dan ternyata....

"Heiii Nurull... tunggu." Wadduh pak Bondan manggil aku. Tumben dia juga nyebut nama.


Aku pun berhenti karena dipanggil, lalu menolehkan pandanganku kepadanya.
"Sini kamu...!!" ,Perintahnya.
Akupun menghampirinya..
"Iya pak, ada apa?" ,Tanyaku.


"Kamu sudah lihat kan saya tadi nonton apa di HP...?" Tanyanya
"Enggak pak,.saya cuma terjatuh tadi saat mau ke mobil ngambil baju ganti." Ucapku mencoba mengeles.
"Gak usah bohong, kamu pikir saya gak lihat kamu dari cermin itu." Tunjuk pak Bondan ke spion mobil.
"Ya Tuhan bodohnya aku, benar juga dia bisa melihatku di belakang kepalanya lewat spion satunya." Batinku merasa sudah kalah dan tidak bisa lagi beralasan.


"Begini saja, kamu pilih video ini sekarang juga saya kasih ke suami dan kedua mertuamu, atau kamu pilih menuruti semua permintaan saya..?"
Pilihan yang sulit yang diberikan pak Bondan padaku.. Jika tidak menuruti apa yang dia mau, aku akan celaka. Aibku semalam dengan Sita akan dilihat suami dan mertuaku. Aku tidak mau itu terjadi. Apalagi jika sampai ke kedua orangtua ku. Bagaimana respon mereka jika tau anaknya yang alim ini , malah berbuat mesum dengan sesama jenis,.dengan Sita sahabatku sendiri. Mereka pasti marah sekali dan kecewa kepadaku.
"Ya sudah Pak, aku pilih nurutin kemauan bapak." Ucapku kepada pak Bondan.

B : "ya sudah, sini masuk ke mobil."
N : "iii..iya pak. Baik.."ii..iya pak. Baik.." (aku sedikit gemetar takut diapa-apakan)
B : "sini sepong kontol saya?"
N : "eeh.. tapi pak.. aku belum.." (belum selesai aku berbicara).
B : "udah jangan banyak alasan, keburu suamimu datang."


Pak Bondan pun mengeluarkan penisnya dari celananya, jelas penisnya lebih besar dari punya suamiku. Ya Tuhan maafkan hambamu ini, hamba akan kembali berzinah. Tapi ini demi keutuhan keluarga hamba.
Lalu pak Bondan memaksa kepalaku mendekati penisnya.
"Maaf pak, tapi aku belum pernah mengulum penis suamiku." Ucapku beralasan.
"Ya makanya ini aku mau ajarin kamu... Buka mulut kamu, terus julurin ..tinggal Hap.. lagian ini bukan penis. Coba bilang kontol." Suruh pak Bondan,sambil menggeplak kepalaku yang. Berhijab.
"Ayo cepet bilang..." Dia kembali menggeplakku.
"Iya Pak, khoooo..ntol" ucapku pelan
"Yang KERASSS...!!!" Pintanya.
"Iya Pak, KONTOL." Ucapku dengan lidah keluku


Baru pertama kali aku menyebut kata itu, apalagi harus di depan laki-laki yang bukan muhrimku.

"Nah gitu dong, ayo cepet masukkin kontol saya ke mulutmu." Perintahnya.


Terpaksa aku pun melakukannya. Namun karena memang baru pertama kali, aku merasa mual dan beberapa kali merasa ingin muntah karena penisnya, eh kontolnya menyodok mulutku terlalu dalam.
Penis pak Bondan yang tadi belum ngaceng saja sudah lebih besar dari suamiku, kini setelah terasa lebih keras, malah semakin penuh di mulutku.


Aku pun mengeluarkan penisnya setelah beberapa menit terus mengocok mulut dan kerongkonganku.
"Ampuun pak, sudah cukup. Saya gak mau lagi." Aku memohon padanya agar mengakhiri perbuatan ini.
"Ya sudah, sana pergi." ." Ucapnya.
Namun ketika aku mau pergi dia melanjutkan perkataannya.
"Tapi ya saya sebarin video ini." ,Ancamnya.
Aku pun kembali berbalik padanya. Lalu dengan pasrah kembali menyepong kontol besarnya itu.
Setelah beberapa lama, aku yang mulai kewalahan akhirnya dikagetkan dengan keluarnya air mani pak Bondan di mulutku.
Berbarengan dengan itu, tiba-tiba ku dengar suamiku datang.
"Lagi nyari apa Mi?" Tanyanya padaku, karena aku terlihat sedang membungkuk seperti mencari barang di mobil.
"Oh ini Pak, Bu Nurul lagi nyari baju ganti katanya." Tiba-tiba pak Bondan yang sedang di dalam mobil menjawab pertanyaan suamiku.
"Cepet telan pejuh yang ada di mulutmu, nanti suamimu bisa tau." Bisiknya padaku.


Akupun dengan sedikit kesusahan mencoba menelan air mani pak Bondan di mulutku.
Setelah berhasil ku telan aku bicara pada suamiku..
"Ini Bi, bajuku kena ciprat air sabun tadi di dapur. Ini mau aku ganti rencananya. Tapi susah nyarinya, ketumpuk-tumpuk dalem mobil." Aku mencoba beralasan pada suamiku.
"Ya sudah, kalo gitu Abi masuk ke rumah duluan ya, pengen nyeduh kopi. Pak Bondan mau aku buatin?" Suamiku pamit.
"Boleh pak Boss, kalo ada pake susu ya. Hehe.", , jawab pak Bondan.
"Iya saya coba cari deh. Itu bantuin istri saya cari bajunya pak."
"Siap Pak...!!" Kata supirku.


Suamiku pun pergi, meninggalkan ku kembali dengan pak Bondan.
"Denger ya, kalo kamu bertindak macam-macam, ingat video yang saya punya.. akan saya sebar kepada semua orang yang kenal sama kamu." Ancamnya kembali padaku.
"Iya Pak.". ucapku sambil menganggukkan kepala.


"Sekarang kamu pergi dulu sana, nih baju gantinya bawa. Tapi jangan pake BH. Sini BH nya buka dulu.." ,perintahnya.
Tanpa protes lebih lama, aku langsung membuka BH ku hingga dia dapat dengan bebas melihat payudaraku menggantung di tempatnya. Lalu aku kembali membetulkan pakaianku untuk kembali ke rumah.

Entah apa yang akan menimpaku selanjutnya. Aku jadi takut. Ya Tuhan tolong hambamu ini...


(Nurul pun kembali ke rumah mertuanya dengan baju yang masih basah, namun sudah tidak memakai BH.)


*** Di sebuah Mall yang dulu pernah menjadi saksi kebinalan Sita, Samuel bersama Indra sedang mencari jejak keberadaan Sita. Kali ini dia menggunakan sebuah foto untuk mencari Sita, dia menunjukkan foto Sita kepada orang-orang yang ditemuinya.
Hingga akhirnya, ada salah seorang dari pengunjung Mall yang mengetahui keberadaan Sita. Dia adalah putra dari Kiyai di tempat Sita mondok . Rupanya pemuda itu pergi belanja ke Mall tersebut untuk membeli beberapa keperluan pondok disuruh ayahnya ,setelah tadi bersilaturahmi dengan Sita dan Nurul.
Pemuda itu lalu menjelaskan keberadaan Sita.


Indra dan Samuel pun akhirnya merasa senang, karena Berlian hilang yang mereka cari akhirnya bisa ditemukan kembali. Indra pun mengajak anak Kiyai itu untuk pulang bersamanya setelah membeli keperluannya di Mall ini. Karena mereka juga sedang menuju kesana untuk menemui Sita.
Pemuda itu bersedia, dan kebetulan sekali menurutnya, itung-itung hemat ongkos.
Berselang beberapa waktu, mereka bertiga pun pulang ke arah pondok di Cipanas.


**SEMENTARA di rumah orangtua Bima, Nurul kini kembali ke dapur dimana Sita berada.
"Maaf ya Sit, aku lama, susah nyari bajunya." Ucap Nurul pada sahabatnya.
Namun sahabatnya merasa ada yang aneh.

POV Sita
Setelah bosan menunggu di dapur sendirian, akhirnya Nurul sahabatku datang kembali. Lama amat pikirku.
Setibanya di dapur, Nurul langsung meminta maaf padaku. Namun ketika berbicara, aku mencium bau penuh dari mulut Nurul saat berbicara.
"Tunggu Nur.." ku hentikan langkahnya sebelum memasuki kamar mandi untuk mengganti baju.
Aku pun mulai mengendus area sekitar wajah dan mulutnya.
"Kamu habis nelen pejuh siapa?" ,tanyaku pada Nurul.
"Pejuhh?" Dengan polosnya dia balik bertanya.
"Sperma Nur, air mani.. jujur sama aku. Sini...!"
Ucapku sambil menuntunnya ke pojok dapur.


"Begini Sit, aksi kita malam tadi, sudah direkam seseorang.." ungkapnya.
"APAAA...???? Bagaimana Bisa? Siapa orangnya Nur..?" Kaget aku mendengar ucapan Nurul.

Feelingku pun langsung berkata, kalau Nurul tadi habis ketemu dengan si perekam dan Nurul sudah diancam oleh orang itu.
"Siapa Nur..?"
"Pak Bondan ,Sit.." jawabnya.
"SIAL, jadi kamu abis nyepong kontol dia Nur?", Tanyaku.
"iya", jawabnya simpel dan pelan.
"Ya Tuhan Nurul, maafkan aku, gara-gara aku kamu dijahati begini. ayo kita laporin supirmu itu ke suamimu." Saranku padanya.
"Tidak Sit, dia mengancam akan menyebarkan video mesum kita ke keluargaku. Aku takut.. aku lebih milih nurut saja." Jawabnya sambil mulai meneteskan air mata.

Akupun menyeka air mata Nurul, lalu memeluk tubuhnya. "Maafin aku Nur, maafin aku.. huuu huuu huuuuuu.." , aku mulai nangis di pelukan Nurul karena merasa sangat berdosa pada sahabatku ini.

BERSAMBUNG...

Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com