𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟒𝟐

 


Hari pun berlalu dan kini sikap andri lebih bersahabat dan menjadi canggung terhadap vivi, sedangkan vivi mengurus cuti kuliah walau baru belum genap 1 bulan. Karena itu permintaan tante nia, di tambah beberapa ini rendra pulang dan kemungkinan 2 hari lagi dia pulang. Sedangkan tante nia sibuk mengurus undangan karena hanya keluarga dekat dan teman dekat saja yang di undang.


"nggggikkk" suara mobil memasuki halaman yang ternyata itu mobil pak agus, vivi yang menyadarinya langsung keluar kamar. Orang tua vivi pun keluar dari mobil dan segera memasuki rumah.

"pa, maa," teriak vivi sambil senyum melihat kedua orang tuanya memasuki ruang tamu.

"vivi" ucap papanya, sambil langsung memeluk erat.

"kamu lebih gemuk vi" di perhatikannya tubuh anaknya yang lebih berisi.

"hu.uh hehe, yuk masukk" vivi mengandeng kedua tangan papa dan mamanya sambil menuju ruang tengah.

"wahh besar banget ya, lebih besar ini kali daripada sawah" ucap papa vivi sambil terpukau dengan besarnya rumah.

"wah.wah.. udah pada sampai, selamat datang." ucap tante nia menyambut kedua orang tua vivi, tante nia pun bersalaman. tante nia pun mempersilahkan duduk. Vivi dengan semangat ke dapur untuk mengambil minuman. Dan tak lama vivi pun membawa minumannya.

"tante, nanti orang tua vivi, tidurnya di kamar vivi aja ya hehe" ucapnya tersenyum lebar.

"loh kenapa, ?"

" gpp kok tante, lagian tempat tidur bisa bertiga kok" lanjutnya duduk di tengah-tengah papa dan mamanya.

"ya udah, seterah kamu vi, ya udah istirahat dulu sana. Oke" ucap tante nia. Sambil menikmati minuman, mereka bersantai sejenak. obrolan ringan mengenai suasana rumah karena masih terasa canggung, vivi pun pamit untuk mengantar kedua orang tuanya ke kamarnya.

"vi pelan- pelan" ucap tante nia saat mengangkat koper yang terlihat cukup berat oleh vivi , sontak mereka bertiga menoleh ke arah tante nia.

"hehe gpp kok, takutnya gak kuat angkat" lanjut tante nia sambil senyum lebar dan melambaikan tangannya. vivi tau maksudnya tante nia karena kwahtir kandungannya vivi, dan sampailah mereka bertiga di kamar vivi.


***

"wahh besarnya sama kayak rumah kita ya vi" ucap mama vivi melihat kamarnya.

"hehe, ya udah isitirahat dulu ya. Kamar mandi di dalam situ" ucapnya sambil tunjuk. Vivi pun membantu membereskan pakaian mereka berdua, dan di masukannya ke dalam lemarinya.

"ini pakaian kamu semua vi?" ucap mama vivi.

"hu.uh" jawabnya sambil senyum.

"kayak kurang bahan gitu ya?" sambungnya sambil melihat koleksi pakaian vivi.

"hehe iitu model pakaian kota kayak gitu semua ma, ya udah mandi dulu aja. Vivi mau ke bawah dulu sebentar." ucapnya langsung keluar kamar.

"vivi masih gak berubah ya" ucap papanya.

"iah, masih gesit paling badannya lebih berisi dikit hehe" mereka pun bersantai sambil melihat kamarnya. Cukup lama Vivi pun kembali ke kamar sambil membawa dua piring yang ternyata itu nasi goreng,

"makan dulu, vivi yang buat lohh" ucapnya sambil kasih ke dua orang tuanya.

"kamu tuh ya, di kirain apa, eh tau-taunya bikinin nasi goreng" ucap mamanya sambil mengelus kepala vivi.

"gpp hehe, lagian udah lama vivi gak bikinin makanan buat papa mama" senyumnya lebar, hari ini hati sangat senang kedatangan orang tuanya dan di lain sisi, vivi takut kedua orangnya tua marah besar karena ia hamil di luar nikah. Wajahnya langsung murung yang terpikiran hal itu. selesai makan, papa dan mamanya mandi bergantian sedangkan vivi menonton tv. Seperti anak kecil vivi meletakan kepalanya di paha mamanya.

"kayak anak kecil ah glendotan gitu" ucapnya sambil mengelus rambut rambut vivi.

"hehe biarin.". ucapnya dengan manja.

"oh ia vi, kok mama rendra kayak terburu-buru gitu ya adain pernikahan sampai rela jemput" ucap papa vivi yang duduk di sampingnya. vivi pun langsung terdiam.

"pasti ada sesuatu kan vi?" lanjutnya, vivi pun langsung posisi duduk dan menundukan kepalanya. Ruangan menjadi hening seketika.

"ada apa vi? Cerita aja, papa sama mama gak marah kok sayang" di belainya rambut vivi, tak lama air mata vivi pun mentes membasahi tangannya sambil terisak nangis.

"kok nangis kenapa?" ucap mama vivi sambil memeluk vivi.

"ma ma maaf, pa ma.. " tangisnya menjadi-jadi, di elus pungungnya vivi agar dirinya lebih tenang.

"cerita aj vi" ucap papanya pelan. Papa vivi memberi isyarat agar vivi menceritakannya sendiri, suara tangisan vivi pun mulai mereda sambil kedua tanganya di gengam erat oleh kedua orang tuanya.

" seber sebernarnya, vivi.." vivi semakin ragu dan terdiam sejenak. vivi mencoba menenangkan dirinya,

"pa, ma" ucapnya menarik ingus panjang.

"vivi hamil" ucapnya sambil menunduk sambil menahan air matanya.

"......" papa dan mamanya vivi hanya saling mentap, dan sangat terkejut vivi hamil.

"maafin vivi ma, vivi, vivi udah kecewain kalian berdua" ucap vivi sambil air matanya kembali mengalir lagi. Tak ada jawaban, tetapi papanya memeluk erat tubuh vivi, membuat tangisan vivi menjadi lagi.

"jangan nangis lagi vi, papa lebih kecewa kalau kamu gak jujur vi" tak sadar air mata papanya pun menetes, karena jarang sekali melihat vivi menangis seperti ini, dan paling tak kuat melihat anak kesayanngan menangis.

" cup cup, udah vi. Papa sama mama gak marah kok sama kamu. Dah ya jangan nangis" di hapusnya air mata vivi oleh tangan papanya,tangisan vivi mulai mereda. Di usapnya air mata vivi oleh tangan ke dua orang tuanya dan mereka bertiga berpelukan sambil vivi mencoba menangkan dirinya.

"vivi udah, bikin malu keluarga pa" ucapnya pelan.

"dah vi, cukup. " di peluknya erat tubuh vivi, kedua orang tuanya tak bisa berkata apa-apa lagi. Marah pun tak ada gunanya karena semua sudah terjadi.

"terus usia kandungan kamu vi?" ucap mamanya pelan, melihat vivi sudah lebih tenang.

"1 bulan ma, itu kata dokter di itung dari masa terakhir haid" ucapnya mencoba menjelaskan sebisanya.

"maaf ya pa ma" ucap vivi.

"pasti vi pasti, orang tua mana gak maafin anaknya sendiri. " ucap papanya menyeka air matanya.

"papa nangis?" ucap vivi melihat ke arah papanya.

"ngak.. ngak kok, tadi kelilipan" ucapnya berbohong.

"papa gak pandai bohong, vivi tau papa nangis" ucapnya pelan.

"vivi baru liat papa nangis secara langsung" ucapnya kembali menitikan air matanya. Terlihat papanya hanya terdiam.

"papa pernah ajarin ke vivi kan, anak cewek gak boleh cengeng, gak boleh sama kalah sama anak laki-laki. Papa gak pernah memanjain vivi seperti anak perempuan lainnya, papa gak pernah janji manis ke vivi. yang papa lakuin hanya berusaha sebaik- sebaiknya. Papa masih inget gak? Saat vivi di tendang kerbau, saat itu vivi gendong vivi berlari sambil nangis kan? Tapi papa mencoba menutupi air mata papa, supaya terlihat tegar ya kan pa?" ucapnya mengingat kembali kejaidan saat itu. dan papa vivi hanya terdiam.

"papa cuman gak mau liat kamu jadi anak cengeng," ucapnya pelan. dan kembali terisak, membuat raungan hening sejenak

" tapi gak itu kejadian itu aja kok vi, saat kamu jatuh dari pohon, kamu kelelahan dan ketiduran di sawah, papa menatap wajah kamu, papa rasanya gak mau liat kamu kerja berat vi, papa mau buat kamu seperti anak perempuan lainya gak perlu lakuin hal-hal yang papa lakuin" ucapnya yang ikut terisak tangis lagi.

"tapi berhasil kan buat vivi gak manja, cengeng?. Dan papa bilang ke vivi, nangis itu gpp asal cukup dengan satu masalah aja, jangan tangisin buat masalah yang sama." Ucapnya langsung peluk papanya dengan erat.

"maaf bikin papa kwahtir, maaf udah buat papa nangis, maaf buat sikap vivi" ucapnya.

"gak perlu vi, justru papa yang minta maaf karena dari kecil sampai sekarang papa gak bisa kasih sesuatu berharga ke kamu gak bisa bikin kamu seperti anak perempuan lainnya" ucapnya mengelus rambutnya.

"papa gak salah kok, papa udah kasih banyak yang berharga kok. vivi gak protes soal kerja seperti anak cowok dan Papa tau apa yang baling berharga ?" ucapnya.

"papa udah ajarin pahitnya hidup dam apa itu arti hidup, itu hal yang paling berharga dan senyum bahagia papa dan mama itu yang paling berharga walau tak berbentuk tapi vivi tau itu rasanya" mereka pun berpelukan erat. isak tangisnya mereka berdua pun kembali keluar.


***

Tak terasa sore hari pun tiba, om hen pulang lebih awal karena ingin terlibat langsung dalam proses acaranya. Orang tua vivi ikut bergabung dalam mendiskusikan acara pernikahan anaknya. Sedangkan vivi seperti biasa tak ada kegiatan membantu bi inah memasak.

"uhm, kami mau bilang sesuatu ke kalian berdua, tapi jangan marah ya" ucap tante nia di sela-sela obrolan mereka berempat.

"iah, silahkan gpp" ucap papa vivi.

"kami adain acara ini karena.." ucap tante nia ragu.

"vivi hamil kan, kami udah tau kok. Vivi bilang sendiri ke saya" sambung papa vivi. membuat tante nia dan om hen terkejut.

" itu semua bukan salah vivi, itu salah saya karena tledor sampai rendra seperti ini" lanjutnya tante nia mencoba membela vivi.

"kami gak salahin siapa kok pa, bu. Jujur saya sebagai ibunya agak khwatir saat anak ibu ke rumah kami saat itu, dan mereka tidur berduan seperti sudah sangat dekat sekali. Dan kami tidak bisa menerka suatu saat vivi bisa seperti ini." ucapnya mama vivi dengan pelan.

"yang kami takutin terjadi, saya gak bisa ngomong apa lagi. Sudah terjadi , marah besar gak ada gunanya" lanjut papanya vivi menyambung kalimatnya. Om hen dan tante nia pun terdiam sejenak.

"kami sebagai orang tua rendra minta maaf ke kalian" ucap om hen.

"gak usah pak hen, gak ada yang salah di sini kok. Buat apa mengutuk ke adaan yang sudah terjadi??" ucap papa vivi. tante nia dan om hen hanya bisa terdiam dan tersenyum, kata-kata papa vivi membuat lebih tenang.

"permisi maaf menganggu pa bu, makan malam udah siap" ucap bi inah. Tante nia pun mengajak mereka ke ruang makan. Vivi sedang mondar mandir menyiapkan piring dan tak lama mereka semua sudah di meja masing- masing. Tante nia memperhatikan wajah vivi dengan matanya yang memerah, tante nia pun terus memperhatikan vivi, vivi yang sadar tante nia menatapnya terus lansung tersenyum mengangguk kecil pertanda ia baik-baik saja. Membuat tante nia sedikit lega walau ia tahu matanya memerah karena habis nangis.

"gimana selama persiapan nginap disini" ucap om hen membuka pembicaraan.

"untuk itu seperti gak bisa deh pak hen, soalnya di kampung masih ada kerjaan yang tertunda. Tapi saya janji 3 hari sebelum acara di mulai kami pasti menginap disini. " ucap papanya vivi.

"okelah, terus rencana nginap berapa lama?" sambung om hen.

"3 hari sama hari ini" ucapnya sambil kembali makan.

"wah pas banget, sebelum balik lagi harus ketemu dengan rendra ya" ucap om hen, tampak wajah sedikit bingung dari kedua orang tua vivi.

"hm, rendra lagi kuliah di luar negeri. Dan 2 hari lagi pasti balik karena mengurus keperluan disana" sambung om hen untuk memperjelas maksudnya.

"ouh, gitu. " Mereka semua pun kembali melanjutkan makan malam, Makan malam pun selesai, vivi dan orang tuanya minta izin langsung ke kamar. Dan berpapasan dengan andri yang baru pulang, vivi hanya lempar senyum.

" ma, itu papa mamanya vivi?" ucap andri saat berpapasan tante nia di dapur.

"iah kenapa? Kamu kira pembantu?" ucap tante nia.

"bukan ma, yah baru tau aja sih." Ucapnya singkat.

"kamu jangan gitu, dulu vivi pas di sini tampilannya seperti itu, tampilan bisa di ubah, tapi hati orang? Gak da yang tau" ucap tante nia menepuk bahu andri. Andri merasa bingung dengan ucapan tante nia dan memilih bersih-bersih dan segera makan malam.


***

Suasana rumah sudah seperti biasa, orang tua vivi terlihat tidur pulas. Tetapi malam ini ia tak bisa tidur karena terus kepikiran masalah tadi dan juga rendra, di tatapnya wajah orang tuanya yang tertidur pulas, terutama papa nya. ia pun memutuskan ke dapur untuk minum. Langkahnya perlahan agar tak membangunkan orang tuanya dan bergegas ke dapur. Ia melihat lampu dapur masih menyalah dan ternyata itu andri yang baru masuk dari halaman bekalang sambil menghisap rokok.

"eh lo vi" ia pun segera membuang puntung rokoknya. Vivi hanya melempar senyum dan mengambil minuman di kulkas.

"tumben lo belom tidur?" ucap andri duduk di depannya.

"gak tau, gak bisa tidur lo sendiri?" ucap vivi .

"habis telepon sama silvie, dia juga gak bisa tidur" ucapnya santai.

"ouh, terus sekarang udah?" terlihat wajah vivi sangat lesu.

"udah kok, eh, mata lo tadi merah abis nangis ya?" ucapnya pelan. Vivi hanya tersenyum kecil.

"baru liat lo nangis, gue kira hati lo kayak batu gak pernah nangis" ucapnya ikut duduk bersama vivi, vivi hanya terdiam.

"sorry, pasti lo masih ke bawa ke hati soal itu." sambung andri karena melihat sikap vivi.

"ngak kok, tapi ada dikit sih. Gue masih merasa bersalah aja ke papa gue karena udah tau gue hamil duluan." Ucapnya menghela nafas.

"wew" ucap andri yang terkejut. andri tak bisa membayangkan menjadi vivi dan bilang langsung ke orang tuanya.

"ya udah lo tenangin diri dulu. Gue balik ke kamar ya" ucapnya karena masih canggung ke vivi. vivi pun cukup lama di dapur dan akhirnya kembali tidur.


***

Di sisi lain rendra sedang sibuk mengurus kepulangannya ke Indonesia, termasuk hari ini ia mengurus keperluan di kampus. Ia pun segera keluar dari salah satu ruangan, dan bergegas berjalan meninggalkan ruangan itu.

"rendra?" ucap seorang wanita di lorong gedung, rendra pun langsung menolehkan kepalanya. Di lihat dengan seksama. Wanita itu pun mendekati rendra dan ia pun semakin jelas ternyata itu silvie.

"lo ngapain?" sambungnya, rendra agak linglung karena tampilan silvie begitu berbeda berbalut kaos dan jeans panjang seperti mahasiswi biasanya.

"heeii" ucapnya lagi saat rendra terlihat bengong,

"ehm eh. ada urusan aja hehe, lo ngapain disini?" ucap rendra

"ambil ijazah, lo kuliah di sini?" anggukan dari rendra.

"ahh?? Serius? Kok andri gak bilang" sambungnya yang agak terkejut,

"iah serius, " jawabnya singkat sambil mereka berdua berjalan keluar dari gedung, silvie pun akhirnya tau urusan rendra adalah untuk ambil cuti dan mengurus pernikahan mereka. Andri cerita semuanya ke silvie. Melihat rendra yang canggung karena merasa aibnya udah tersebar menjadi lesu.

"santai aja ren. Gak bakalan banyak yang tau kok, gue yakin andri bilang ini karena suatu saat kita bakalan jadi saudara." Ucapnya senyum, rendra kembali tersenyum kecil.

"terus kapan lo balik?" lanjutnya.

"besok siang, lo gak balik?"

"sama besok juga tapi beda jam hehe kok agak lebih pagi"

"eh, nanti malam mau temenin gue gak?" ucapnya agak canggung.

"kemana?"

" jalan aja, bête juga hehe. Mau?" ucapnya.

"oke.. " ucap rendra. Dan mereka berdua pun janjian di tempat. Malam pun tiba, rendra tepat waktu menunggu di tempat janjian. Mereka pun menggunakan sebuah taxi menuju club malam yang cukup terkenal di daerah sini.


***

"wew, kok sini?" ucap rendra agak terkejut.

"kangen aja udah lama gak kesini, gue kangen sama minumannya pasti lo suka," ajaknya sambil menarik kedalam, suasana tak terlalu ramai di depan, semakin masuk kedalam suara music dj semakin terdengar. Silvie mengajak ke lantai atas di mana lebih tenang menikmati kota dari atas gedung.

"lebih asik disini kan?" ucap silvie sambil membawakan minuman cukup besar.

"iah.. hehe tiba- tiba jadi kangen rumah" ucap rendra.

"yuk minum dulu," rendra pun mulai mencicipi minumannya awal terasa aneh karena dan semakin lama rendra mulai ketagihan.

"jangan banyak-banyak nanti mabuk loh" ucap silvie. mereka pun berbincang-bincang kesana kesini.

"hi honey, you still remember me?" ucap seseorang bule di depan meja mereka berdua di depan meja mereka. Silvie pun tersontak terkejut., tatapanya berubah menjadi sangat ketakutan. Tangan bule itu memegang dagu silvie yang ketakutan.

"You want to play together again, honey?"

"we missed you, hahahaa" tawa mereka berlima. Rendra bingung kenapa silvie begitu ketakut sampai tak berkutik seperti itu.

"sorry, Sorry if it can know, what have you guys with silvie. " ucap rendra sambil berdiri.

"aw aw aw. You are his boyfriend ha? Ucapnya bule itu dengan wajah yang tantangin.

"yes, you guys scared my girlfriend" ucap rendra dengan nada serius.

"aw aw, you cannot feel disgusted because you girlfriend body already we play. Hahahaa" ucapnya sampai tertawa selebar mungkin.

"shut up, fuck you!" ucap rendra sambil melayangan pukulan tepat di mukanya,

"aaahh. Fuck." Teriaknya, tak lama teman-temanya mulai mendekati rendra, adu pukul mulai terjadi. Silvie dengan ketakutan masih duduk terdiam melihat rendra sedang berkelahi dengan mereka. Dengan lihai rendra menghindari pukulan mereka dan tendangan mereka. Di hajar satu persatu, rendra lebih ungul karena ia masih cukup ahli dengan teknik karate yang ia miliki. Rendra pun membanting mereka satu persatu sampai mereka semua terkapar.

"What's going on" ucap sseorang berpenampilan seperti keamanan, dan ternyata salah satu pihak pengunjuk memberitahukan masalah ini. rendra pun menjadi tenang.

"cuihh" di ludahinnya wajah salah satu bule itu dan mendekati silvie.

"udah gpp silvie, yuk pulang" ucap rendra, rendra pun membuat silvie menjadi lebih tenang walaupun silvie merasa masih ketakutan melihat mereka.
"traaangggggg.. praakk." Suara botol anggur menghantam kepala rendra. Ternyata salah satu teman bule itu masih bisa bangun dan mencari kesempatan memukul kepala rendra dengan botol anggur kosong. Dengan cepat pihak ke amanan meringkusnya.

"rendra lo gpp?" ucap silvie, tak ada jawab dari rendra. Rendra merasa kepalanya berputar sambil memegang kepalanya. Tak lama ia pun jatuh pingsan. Dengan cepat pihak club malam itu mengecek keadaan rendra.

"its okay, he's just a mild bleeding and fainting." Ucap salah seseorang yang bisa memeriksa keadaan rendra. Silvie bisa bernafas lega. Pihak club memberikan konpensasi terhadap silvie dan rendra untuk mengantar ke rumah sakit, tetapi silvie menolak dan meminta taksi. mereka pun setuju dan tak lama taksi pesanan pun tiba, di angkatnya tubuh rendra ke dalam taksi oleh beberapa orang. Silvie pun mengarahkan taksi ke hotel tempat menginapnya.


***

Rendra kini berbarinng di kasur, silvie dengan hati-hati mengoleskan obat luka di kepala rendra yang masih belum sadar.

"ren lo dah bangun" ucap silvie saat mata rendra mulai terbuka, rendra pun mulai bangun sambil memegang kepalanya yang masih terasa sakit. Terasa begitu nyeri.

"gue dimana?" ucapnya pelan.

"di hotel, gue bawa kesini karena gue gak tau tempat kost lo, jadinya gue putusin bawa kesini?" ucapnya. Mata rendra masih terasa kunang-kunang.

"nih minum dulu, buat hilangin rasa nyeri, dikit aja" silvie kasih minuman yang ternyata mengandung akohol,

"jaanggaan.. semuaa" ucap silvie, tetapi rendra menenggaknya sampai habis. Rendra pun melihat pakaian silvie, rendra terus menatap ke arah silvie. Langsung berbayang wajah silvie berubah menjadi vivi.

"uhm" rendra langsung menindih silvie, di tatapanya wajah silvie, berbayang wajah silvie menjadi vivi, rendra menggerakan kepala ke kiri dan kekenan. Langsung di lumatnya bibir silvie, silvie pun sempat kaget. Mata silvie terpejam sambil menikmati kecupan bibir rendra., tangan rendra mulai meremas buah dada silvie.

"ngghh" desah silvie saat rendra memainkannya sambil terus berciuman. Rendra yang sudah penuh nafsu langsung membukan kimono silvie, begitu juga rendra membuka pakaiannya sampai tubuh mereka berdua telanjang bulat. Terlihat tubuh silvie putih bersih, mulus begitu juga belahan memeknya tanpa bulu sedikit pun, membuat langsung rendra mengangkangkan kakinya dan bibirnya langsung melumat memek silvie.

"slrruupss slrup" tubuh silvie menggeliang kegelian sambil meremas-remas rambut rendra. Desah pasrah silvie membuat rendra samakin bernafsu.

"aaaaaahh" jerit kecil silvie saat rendra mnghisap klitorisnya dengan rakus, rendra pun langsung melebarkan paha silvie dan perlahan kontol rendra mulai memasuki memek silvie.

"ssshhh" desah silvie sambil menggigit bibirnya, kontol rendra pun masuk perlahan sampai mentok. Di hujamkannya perlahan sambil kembali melumat bibir silvie. Lenguh nafas silvie membuat rendra menaikan tempo gerakannya.

"uhh" silvie memutar tubuhnya menjadi di atas rendra, tanganya pun bertumpu di dada rendra. Ia mulai menggerakan pinggul naik turun perlahan.

"ahh, vivi.." rendra mendesah sambil meremas buah dada silvie, pinggulnya semakin cepat bergoyang, wajah rendra terpejam sambil memegang pinggul silvie yang naik turun. Bibir mereka pun kembali berciuman, silvie pun memutar-mutar pinggulnya.

"aaaahhhh " desah rendra yang menekan dalam-dalam kontolnya. silvie pun mecabut kontolnya rendra dan langsung menduduki kontolnya yang lansung bersentuhan dengan bibir memeknya. Silvie pun menggerakan kembali pinggulnya menggesek kontol rendra dengan belahan memeknya.

"crroottt..crrott" semburan kencang dan langsung membasahi selangkangan silvie. Silvie terus menggerakan pinggul sambil memainkan klitorsnya sendiri, tak lama ia pun klimaks. Ia pun rebahan di atas tubuh rendra. Cukup lama rendra ternyata tertidur, silvie pun menarik selimutnya dan tidur sambil memeluk tubuh rendra.

***

Matahari pun mulai terbangun, sinarnya menembus gorden kamar hotel. rendra pun mulai terbangun dari tidur, sambil sedikit memegang kepalanya yang udah di perban oleh silvie. ia pun terkejut dirinya telanjang bulat, suasana kamar hotel sepi. ia pun bangun sambil mengingat kembali apa yang terjadi, masih berbayang kejadian tadi malam.

"aah shit, kebablasan " gerutu rendra, ia pun melihat sebuah kertas di menja samping tempat tidurnya. ia pun langsung membukanya.

"morning, udah bangun ya? sorry gue gak mau bangunin lo ren, gue tinggalin lo karena jadwal pesawat gue pagi-pagi. oh ia thanks buat kejadian tadi malam, dan soal kita yang lakuin tadi malam itu gpp kok. gue nikmatin itu sebagai tanda terima kasih gue ke lo. gue gak bakal bilang tentang masalah ini ke andri dan yang lainya. sampai berjumpa di indonesia" isi kertas itu membuat rendra kembali terbayang-bayang tubuh silvie. rendra pun segera bergegas kembali ke kostnya yang ternyata tak jauh dari hotel tempat silvie menginap. rendra pun langsung bersiap-siap untuk ke bandara untuk nanti siang.

"vivi tunggu aku" ucap rendra dalam hati sambil menuju bandara.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com