𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟑𝟗

 


"Andriii.. andrii dimana lo!" teriak rendra keliling rumah mencari andri, vivi hanya melihat rendra yang penuh emosi, tak lama suara pintu depan terbuka. Andri berjalan santai sambil melempar -lempar kunci mobil.

"andri, lo bener keterlaluan ya" ucap rendra yang melihat andri dan berjalan cepat menghampiri andri.

"what?" jawabnya santai.

"bukkkk" pukulan telak di wajah andri, tanpa basa basi andri pun juga meninju wajah rendra dengan dua kali pukulan, dengan gerakan karate ia menendang andri sampai terjatuh. Andri pun bangkit kembali meninju perut rendra sampai tersungkur ke lantai. Terasa sangat sesak nafas rendra kena pukul keras andri, dengan terengah-engah rendra kembali beridiri . andri kembali ambil ancang-ancang menendang, kakinya pun di ayunkan.

"buukkk.." secara tiba-tiba tubuh vivi menghalangi arah tendangan andri, tubuh vivi pun terpental dan tersungkur.

"vivi.. vi.." rendra langsung kearah vivi, andri langsung terdiam, di bopongnya vivi yang pingsan ke sofa, rendra yang panik langsung mengambil air hangat untuk di minumkannya ke vivi.

"ke rumah sakit aja" ucap andri, dengan berat hati rendra menyetujui, andri pun segera pergi menyalahkan mobil.

"nggh" tangan vivi serta kepalanya bergerak, matanya mulai terbuka perlahan.

"vi.. vi. Kamu gpp?" anggukan kecil di ikuti senyumnya.

"ayo ren cepet" ucap andri, andri pun melihat vivi sudah sadar dan sedang meminum air hangat.

"lo bego banget sih halangin gue" ucap andri. ucap andri mendekati vivi.

"jaga omongan lo " rendra kembali terlusut emosi dan langsung berdiri di hadapan andri.

"stop.." ucap vivi pelan sambil menahan perutnya yang sakit, mereka berdua pun langsung terdiam sambil kembali tatapan sama-sama kesal.

"aku gpp kok, cuman sedikit sesek aja", vivi tersenyum, rendra pun duduk di sampingnya sambil mengelus rambutnya.

"kalian baikan, masa adik kakak berantem, kayak anak kecil " ucap vivi pelan,

"tapi vi, dia udah kerjain aku bikin kamu kesal sama aku." Ucap rendra. andri terdiam.

"kak andri jujur aja, kakak sama kak silvie jebak rendra kan?" ucap vivi menatap wajahnya dengan senyum.

"ngak, si rendra yang kebanyakan minum, lo vi jangan nambah-nambahin deh" andri mencoba membela dirinya.

"tapi vivi liat gue main sama silvie bener gak?" sambung rendra.

"halah, cuman cari perhatian doank tuh anak. Lo gak ngapain-ngapain, kalau gue main sama silvie ia bener kok" ucap andri tak mau kalah. Vivi pun terkejut dengan ucapan andri.

"tapi gue lihat silvie mainin punya gue andri, " rendra dengan nada agak tinggi dengan maksud percaya dengan vivi.

"wah wah, lo diem-diem bayangin cewek gue. Mabuk berat sampe berkhayal segitunya, wah udah gak bener ini" ucap andri kembali membela dirinya. rendra mengingat kembali pas dia sadar dan sesekali melihat ke vivi yang terdiam.

"( gak mungkin salah liat, hmm. Tapi gue gak mau lihat rendra berantem lagi, apalagi sama kakaknya sendiri)" gumam vivi dalam hati.


***

"iah maaf aku yang salah lihat, maaf rendra, maaf kak andri" ucap vivi mencela pembicaraan mereka.

"tuh kan apa gue bilang" andri tersenyum senang.

"vi.. aku percaya sama kamu, ahh. Tapi.." jari vivi menutup bibir rendra, dan sambil tersenyum.

"aku salah liat, kok" ucap vivi sambil menahan nyeri di perutnya dan hampir tersungkur jatuh, rendra dengan cekatan menopang tubuh vivi, andri terlihat kembali panik melihat keadaan vivi.

"ayo ke dokter aja" ajak andri yang merasa bersalah.

"gk usah kak, ren anterin aku ke kamar" senyum vivi dengan senyum lemah, rendra pun menggendong vivi ke kamarnya. Tubuh vivi di baringkan di tempat tidur, matanya terpejam.


***

"vi.. kamu gpp?" tampak wajah rendra sangat kwahtir, di elusnya pipinya sambil belaian lembutnya. Tiba-tiba wajahnya tersenyum lebar.

"hahaa... aku gpp kok hahaha" tawanya.

"kamu jangan bercanda vi, aku serius" wajah rendra benar-benar sangat khwatir.

"iah aku gpp, lebih sakitan kena tendangan kebo tau, daripada tendangan andri kok ren" wajahnya senyum agar rendra tak perlu kwahtir.

"tapi vi kamu sampai pingsan gitu" di elusnya pipi vivi.

"aku pura-pura kok, aku kerjain si andri" senyum vivi dengan penuh keyakinan, rendra pun sedikit lega dan menghela nafas.

"tapi kenapa?" di peluknya tubuh vivi dengan erat.

"aku kesel aja sikapnya, jujur sikapnya lebih betein dari sikap kamu." Pelukan vivi pun semakin erat.

"wajar sih adek kakak gak beda jauh hehe" sambungnya, tangan rendra pun elus-elus pungungnya.

"kok bisa gitu?" rendra menjadi penasaran.

"gpp kok, pengen kerjain aja, biar dia kapok beringkah sok kuasa di rumah ini" kepalnya bersandar di bahu rendra.

"tapi soal silvie kamu gak bohong kan?" kini tatapan serius ke arah vivi, vivi menghela nafas.

"uhm, itu maaf aku gak tau pasti juga ren, soalnya dari samping. Sebenernya silvie main sama andri di hadapan kamu."

"tapi, aku sekarang tau kok itu trik andri biar aku berantem sama kamu, karena sikap aku yang bikin dia kesal sebelum-belumnya"

"terus?"

"maaf, karena bikin kamu berantem sama andri" ciuman bibir vivi ke bibir rendra.

"iah gpp kok vi, aku percaya kamu kok. " tubuh vivi di rebahkan kembali sambil berciuman dengan nafsu. Di sisi lain andri masih agak shok kejadian tadi, dan di sisi lainnya senang melihat vivi terlihat bersalah di hadapannya dan rendra.


***

Di dalam kamar, rendra melucuti pakian vivi satu persatu. Sambil di cumbunya dengan nafsu, dan kini tubuh mereka sudah telanjang bulat.

"hukuman buat yang nakal" bisik rendra.

"iah, hukum aku sampai lemes aja" senyum vivi nakal sambil merangkul leher rendra.

"oke hukuman siap di laksanakan, eggh" kontol rendra mulai masuk perlahan sambil bibir mereka berciuman kembali.

"rasain ini" hujaman kontol rendra semakin cepat, tubuhnya berguncang dengan cepat di iringin desahannya yang tertahan, tubuh vivi terlentang pasrah. Rendra pun membalikan posisinya hingga tubuh rendra di bawahnya.

"posisi kesukaan aku vi" di peluknya tubuh vivi, rendra menghujamkan kembali dengan cepat kontolnya, erangan vivi kembali tertahan sambil menikmatinya. Tidak lama tubuhnya mengejang.

"istirahat dulu?" bisik rendra,

"hukum aku sampai kamu puas yah" desah vivi, rendra melihat tingkah vivi yang bernafsu juga pun langsung mengubah posisinya dengan posisi berdiri tanpa melepas kontolnya. Dan menggerakan pinggul vivi naik turun.

"uh makin berat kamu ya vi" sambil kembali berciuman, cukup dengan posisi itu rendra pun ubah posisinya berpangkuan dan kali ini vivi menaikan turunkan tubuhnya sambil buahdadanya di remas-remas rendra.

"ihhh, jahat" dengan lihai vivi memutar-mutar pinggulnya sambil kembali berciuman, tamparan lembut di pantat vivi membuat vivi semakin menggerakan pinggulnya semakin cepat. Rendra pun menindih vivi dan menghujamkan kontolnya dengan cepat.

"aaahh" vivi merasakan ia ingin klimaks, dan tak bisa menahan tubuhnya mengejang hebat. Di hentakannya dalam-dalam kontol rendra, dan di ikuti semburan hangat di liang memek vivi, lenguh nafasnya mengebu-ngebu.


***

"tapi gue ngerasa tendangan gue gak keras banget" gumam andri sambil merokok di halaman depan.

"ah gak mungkin tipe kayak si vivi gitu aja langsung ambruk, kalau silvie ia bisa jadi, gue cek aja x ya keadaanya" andri pun mematikan puntung rokoknya dan bergegas ke kamar rendra, ia pun mengintip lewat lubang di kamar rendra.

"fuck" andri melihat rendra mencabut kontolnya dari vivi, dan rendra berbaring di samping vivi.

"kayaknya gue di permainin sama mereka berdua, kayaknya emang gpp tuh anak sampai mau di ajak main sama rendra." gerutu kesal andri langsung keluar kamar rendra. rendra tertidur di kamar vivi. Dengan perlahan vivi bangun dan memakai pakiannya lagi dan segera keluar kamar menuju dapur sambil mengambil buah segar.

"wah wah udah sembuh nih" ucap andri dengan senyum sinis saat melihat vivi di dapur.

"puaskan?" jawab vivi ketus.

"apanya?" andri mendekati vivi sampai sangat dekat.

"bikin gue sama rendra berantem?" ucap vivi menatap tajam mata andri.

"oh ya?" andri menarik kaos vivi ke atas,

"aahh, apa-apaan sih?" dengan cepat vivi mebutupnya kembali,

"gue mau liat biru gak tuh perut lo?, atau lo bohong haha" ucapnya sambil memainkan alisnya.

"ouh kak andri mau liat? Baik aku tunjukin" ucap vivi berubah dengan nada lembut, vivi pun mengangkat kaosnya perlahan sampai batas dadanya, dan di tariknya turun perlahan celananya memperlihatkan bulu memeknya sedikit yang lumayan lebat, andri terlihat agak terkejut.

"cih, di kerjain gue, lo gak kenapa-kenapa" gerutu andri sambil matanya sesekali melihat ke arah bulu memek vivi.

"emang, gue gak kenapa-kenapa haha. Satu sama haha" ucapnya tertawa sambil menutup kembali perutnya.

"ohh bagus bisa bikin drama juga ya," anggukan kecil dari vivi, andri pun medekati wajah vivi.

"lo duluan yang mulai, bikin rendra gak sadar terus seolah-olah dia lagi main cewek lo" tak mau kalah vivi menatap wajahnya dengan senyum centil.

"lo nantangin gue?" anggukan kecil dari vivi sambil tertawa kecil.

"aahh" andri langsung pergi meninggalkan vivi di dapur, tawa kecil vivi melihat sikap andri yang mungkin nafsu sama dia, hatinya merasa senang membuat andri seperti itu. Vivi pun duduk santai sambil makan buah.

"shit, horny gue liat si vivi. Ahh" gerutu andri kesal sambil menghisap rokoknya lagi.


***

hari pun berlalu, kini mereka bertiga bersikap seperti biasa walaupun ada tampang kesal di wajah andri terhadap vivi dan rendra. hari ini vivi di temani rendra ke kampus untuk melihat hasil testnya.

"rendraaaaaa..." teriak vivi sambil berlari ke arahnya.

"aku masukk yeayyy" ucap vivi dengan kegembiraan, usapan lembut di rambutnya dan ciuman di keningnya sebagai ucapan selamat.

"wahh kok cepat yah minggu depannya kamu masuk"

"iah, heeh jadi mahasiswi deh" senyum vivi.

"masih bisa anterin kamu dong, aku pergi 2 mingguan lagi hehe" ucap rendra dalam perjalanan pulang.

"hmm gak bisa juga gpp, lagian dekat kok". Mobil pun melaju ke salah satu restoran untuk mentraktir vivi karena sudah masuk ke falkutas kedokteran.

"mbaak" di panggilnya salah satu pelayan restoran, mbak-mbak itu pun langsung ke arah vivi.

"minta kantong plastic ya, hehe" anggukan kecil dari mbak-mbaknya langsung pergi.

"loh buat apa vi?" rendra penasaran.

"buat bungkus tulang ayam hehe, buat gugug si nenek tetangga kita itu" tawanya senang sambil memasukan tulang ayam bekas dirinya dan rendra. Rendra hanya tertawa kecil melihat tingkah vivi. Mereka berdua pun segera meninggalkan restoran dan segera menuju ke rumah.


***

"aku turun sini ya, mau kasih gugug dulu" ucapnya dengan riang dan langsung turun tak jauh dari rumah wanita tua itu.

"iah, langsung pulang yah" ucapnya langsung meninggalkan vivi. Langkah pelan sambil matanya lirik ke arah halaman dan anjing si wanita itu sedang tiduran di depan pagar. Vivi memberanikan diri untuk kasih tulang ayam ke anjing itu,tak ada reaksi dari anjing itu. Dan rumah itu terasa sepi, anjing si nenek hanya mengerak-gerakan ekornya seolah menunggu pulang seseorang.

"sepi ya rumahnya" vivi berjalan sambil melihat anjing itu tak begerak sedikit pun dari pintu pagar rumah wanita tua itu, ia pun memilih pulang ke rumah.


***

Satu minggu pun berlalu, dan hari ini vivi bersiap untuk Ospek. Tak ada pernak pernik seperti pertama masuk sekolah, hanya baju putih dan rok hitam serta tag name serta rambut yang di ikat kuncir kuda. Rendra hanya mengantar sampai gerbang kampusnya dan ia pun kembali ke rumahnya, hampir sampai rumah rendra melihat rumah wanita tua itu seperti kosong, dan melihat anjingnya tiduran di depan pagar rumah.

"bi inah, kok sepi aja ya rumah samping?" ucap rendra saat bi inah sedang di halaman.

"ohh itu den, kata-kata tetangga pas ketemu tukang sayur sih. nenek itu kemarin di bawa ambulance malam-malam jam 2an lah. cuman itu yang bibi tau den" Ucap bi inah berbicara seadanya, rendra pun hanya mengangguk-anguk. Dan sesekali rendra memikirkan anjingnya yang masih terdiam di pagar, tak bergerak sedikit pun.

"oia mobil andri gak ada kemana dia bi?"

"wah kurang tau den, kayaknya sih buru-buru rapih pula kayak lamar kerja gitu" ucap bi inah sekenanya. Perasaan lega dari rendra, karena kalau andri sudah kerja bakal jarang ketemu vivi dan khwatir terjadi apa-apa sama vivi.


***

Tak terasa sudah jam 4, vivi pun pulang dengan wajah yang sangat lelah memasuki rumah dan langsung menuju dapur. "segerrrrrrrr" sambil membuka beberapa kancing bajunya karena hawa panasnya dan keringat vivi yang bercucuran. Suara langkah kaki yang ternyata itu andri yang baru pulang dengan cuek melihat vivi, begitu juga vivi tak anggap andri ada di situ yang sedang mengambil minuman. Tetapi matanya sesekali melihat belahan dada vivi yang terbuka karena vivi membuka kancingnya.

"darimana lo?" suara rendra berpapasan dengan andri

"biasa interview, siapa tau masuk. cari kerja di indo kayaknya lebih asik" ucapnya santai,

"ouh."

"tuh cewek lo dah balik" ucap andri sambil mengeluarkan rokoknya.

"dimana?" ia pun menunjuk dengan kepalanya ke arah dapur. Rendra pun segera menuju dapur dan melihat vivi lagi santai makan roti bakar buatannya sendiri.

"vi gimana tadi ada yang rese gak?" ucap rendra sambil duduk di sampingnya.

"ngak kok hehe, kebanyakan anak cewek kok laki-lakinya dikit. cantik cantik juga loh" ucapnya sambil menyuapkan sepotong roti ke mulut rendra, rendra pun mencaplok potongan roti.

"masa?" wajah rendra berubah menjadi ambisius.

"tuh kan denger cantik dikit aja langsung mata keranjang" vivi kembali suapin potongan roti yang cukup besar ke mulut rendra, membuat rendra tersedak, tawa vivi melihat rendra tersedak.

"oah ia. vi tadi aku liat anjing yang si nenek di depan pagar terus" ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya karena tersedak,

"iah aku tau, tadi aku lama liatin anjingnya hehe, kayaknya dia sedih tau dari kemarin-kemarin diam di situ" vivi pun sambil mengunyah.

"kemana yah nenek itu ya vi" sambil menatap vivi, gelengan kepala pelan dari vivi. Ia pun berniat kembali kasih makan anjing itu, vivi pun menyisakan beberapa potong dan segera pergi keluar ke rumah wanita tua itu. Dan terlihat anjing itu dengan posisi yang sama seperti beberapa hari kemarin, vivi pun meberanikan diri berjongkok di depanya sambil kasih sisa potongan roti.

Vivi mencoba mengelus kepala anjingnya dengan ragu-ragu dan tak ada reaksi hanya menggerakan ekornya saja dan suara kecil dari anjing itu, ia pun berdiri dan segera kembali ke rumahnya dan sesekali melihat ke arah rumah wanita tua itu yang benar-benar tak ada orang.


***

"gimana?" rendra yang sedang duduk santai

"entahlah hemm. Aku jadi kasian tau sama tuh gugug" ucap vivi manja sambil kepalanya bersandar di bahu rendra.

"aku seminggu lagi berangkat vi, hehe" tanganya sambil mengelus rambut vivi.

"iah aku tau kok. Aku gpp juga kok hehe. Yang ada kamu tuh nanti mewek sendirian di sana haha" ucapnya sambil merangkul pinggang rendra.

"enak aja, ngaklah aku gak mungkin kalah mandiri sama kamu tau, nanti kamu aku tinggal main sendirian deh hihi" bisiknya sambil tertawa kecil.

"ihh gpp, aku kan ada itu tuh mainan dari mama kamu haha, kamu tuh awas aja jajan sama bule-bule" vivi menyilangkan kedua tangannya sambil buang muka.

"ya gak lah, cuman kamu doing kok. Oh ia kalau andri macem-macem bilang mama aku aja ya or papa juga gpp. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa" di elusnya pipi vivi dengan senyum ke arah wajahnya, anggukan kecil dari vivi, dan bibir mereka berciuman.


***

Ke esokan harinya, rendra pergi untuk membeli sesuatu. Hari ini terlihat andri baru bangun dengan kaos kutang dan celana boxer keluar dari kamarnya. Vivi masih menjalankan rencanannya kali ini dia memakai hotpants dan tangtop sedang asik duduk menonton tv. Andri memilih untuk ke dapur membuat makanan.

"eh ada kak andri" ucap vivi lembut saat berpapasan dengan andri yang membawa makanan dari dapur. Andri berusaha cuek dan sesekali melihat buah dada vivi yang menonjol dengan tangtop yang ketat. Vivi pun berjalan ke arah dapur mengambil minuman. Dan kembali berpapasan dengan andri tapi kali ini tatap andri tajam ke matanya.

" braaakkk" di dorongya tubuh vivi ke tembok.

"awh, lo mau apa ha?" bentak vivi

"mau perkosa lo, mumpung lagi gak ada orang hehe" bisiknya sambil senyam senyum, vivi pun tersontak kaget mendengar ucapan andri.

"silahkan.. gue bakal aduin ke papa dan mama lo haha, dan juga rendra" senyum vivi berusaha menenangkan dirinya, dan tau ini hanya ancaman.

"gpp, sih silahkan juga, yang penting cicipin lo hehe dan masa rendra rela tubuh ceweknya di nikmatin sama gue?" wajah andri semakin dekat. Vivi pun mulai panik karena tatapan andri begitu serius. Vivi pun mulai berontak, bibir andri menciumi tengkuk vivi perlahan sampai membuat vivi merinding.

"aaahhh.." desah vvi saat andri menciumi leher vivi, vivi pun mencoba mencari ke sempatan dan memasrahkan diri sejenaak, andri sadar tenaga vivi melemah dan matanya terpejama, senyum kecilnya melihat reaksi vivi.

"cewek gampangan ya ternyata" tanganya andri mencoba masuk kecelana vivi, sadar hal itu vivi membuka mata dan melintir tangan andri,

"aaaahhh...awh awh " teriak andri kesakitan, di pelintirnya terus sampai andri posisi berlutut.

"gue bilang, gue bukan cewek gampangan" ucap vivi sambil berbisik ke andri dengan nada kesal.

"aaaahh, awh awh. ia vi, gue nyerah gue gak ganggu lo lagi.." ucap andri kesakitan sambil menahan tubuhnya, vivi pun mendorong andri sambil melepaskan pelintirannya sampai terjatuh.

"jangan main-main sama gue, gue gak bakal bilang masalah ini ke siapa pun, karena gue gak mau hubungan adek kakak kalian rusak." ucap vivi dengan tatapan tajam. Vivi pun membalikan badannya dan melangkah pergi.

"aaaahh" jerit vivi saat tangan andri memegang dan meramas kedua buah dadanya.

"haha, gue suka tipe kayak lo. galak-galak gimana gitu " ucap andri sambil terus meremas,

"ahh sialan,," dengan kuat tenaga vivi pun berontak. Tanganya andri menurunkan tangtopnya sambil buah dada vivi menyembul keluar.

"wahh semok ya," andri kembali menyiumi leher vivi, desah vivi kecil saat jari-jari andri bergesekan dengan putingnya. Vivi mencoba mengumpulkan tenaga menahan rasa geli di buah dada nya. desah tertahan vivi keluar.

"capek yah, lebih baik pasrah ya sama kakak" andri terus memainkan dengan lihai berbeda dengan rendra membuat vivi terlena dan mendesah pasrah. Terasa tangannya andri memegang selangkangan vivi. Berbayang wajah rendra saat vivi memejamkan matanya, hal itu membuat vivi sadar dari kenikmatan andri yang memainkan buah dadanya.

"(ini saaatnya)" vivi mengambil ancang-ancang dan di keluarkannya dengan seluruh tenaga, memegang tangan kanan andri, dan membanting ke depan dengan sekuat tenaganya,. Tubuh andri pun langsung terangkat pelahn dan terbanting ke depaan.

"braaakk.. aaaaawwhh" ucap andri sambil memegang tangan kanannya, vivi pun segera merapihkan tangtopnya dan mendekati andri.

"gue bisa lakuin lebih dan bisa gue patahin tuh tangan kayak rendra waktu dulu." Ucapnya sambil dengan nafas terputus-putus. Wajah andri terkejut mendengar rendra pernah di banting sampai patah oleh vivi.

"cukup sampai sini, gue gak mau masalah ini berlanjut." ucap vivi sambil berjongkok di samping andri,

"seterah lo mau apa ngak, tapi lo masih macem-macem sama gue. Lo bakal kenal vivi siapa sebenarnya" ucap vivi mengancam dengan serius. Sambil berdiri meninggalkan andri dan sesekali melihat ke arahnya.
"(gue udah gak bisa berbuat lebih dari ini, semoga andri kapok)" ucap vivi berharap andri tidak melakukanya lagi, dan bila andri lakukannya lagi ia sangat pasrah karena tenaganya sudah habis.


***

"vi.." panggil rendra yang baru pulang.

"iah" vivi pun mendekati rendra yang baru pulang.

"kamu abis ngapain keringetan gini, sexy banget " di ciumanya bibir vivi.

"uhm ehhe, iah abis jogging keliling rumah aja. Uhm aku ke kamar yah mau ganti baju hehe" ucapnya mengecup bibir rendra dan langsung bergegas ke kamarnya. Rendra pun ke dapur dan berpapasan dengan andri yang memegang tangan kanannya.

"kenapa tangan lo?" ucap rendra melihat andri menggerak-gerakan tanganya.

"abis jatuh, terkilir nahanin badan" ucap andri sambil terus menggerakan badannya.

"ouh, " rendra bersikap seolah kejadian kemarin tak terjadi, ia pun mengambil kan minuman dingin untuk andri. Dan duduk santai.


***

Malam pun tiba, waktu menunjukan pukul 21.00, andri sedang di urut oleh pak agus.

"kenapa tangan kamu ren?" ucap om hen yang melihat andri begitu kesakitan.

"abis nahan badan jatuh pa awh, pelan-pelan pak agus" ucap andri kesakitan.

"tapi den, ini mah salah urat. Kayak abis di pelintir gitu" ucap pak agus ikut nimbrung.

"jujur sama papa, kamu di pelintir sama rendra apa vivi?" ucap om hen dengan serius, andri pun kaget dengan ucapan om hen.

"itu itu.. ngak kok, papa kok bisa ngomong gitu?" ucap andri sekenannya, om hen mengisyaratkan agar pak agus meninggalkan mereka bedua, pak agus pun pergi.
"jawab jujur aja ndri ke papa" ucap om hen sambil menepuk bahunya,

"iah pa, tadi vivi yang lakuin ini ke andri, sama andri ke banting sama vivi " ucapnya sambil memegang tanganya dan menunduk malu.

"ahhaa, andri andri, rendra dulu juga pernah di banting sama vivi loh. Sampai masuk rumah sakit pula." Ucap om hen tertawa. Andri percaya dengan ucapan vivi. Dan tidak menyangka rendra juga pernah sepertinya di banting.

"untung aja kamu gak masuk rs juga, pasti kamu macem-macemin vivi ya?" om hen dengan nada serius.

"dikit apa, jujur aja siapa sih yang gak ke goda sama bodynya." Ucap andri dengan cuek.

"haha, gak salahkan papa cari calon buat rendra. Haha." ucapnya dengan membanggakan dirinya.

"tapi papa bisa ketemu dimana sama vivi?" andri mulai penasaran. Om hen pun menceritakan awal pertemuannya dari vivi. Dari rencananya menjodohkan agar rendra berubah, rendra di banting sampai rs, sampai saat sebelum kedatangan andri ke rumahnya.

"wah gila udah 3 tahun disini, andri baru tau rendra bisa berubah karena si vivi. Andri salah nilai dia andri kira dia cewek gampangan pa"

" makanya vivi jangan jail sama si vivi, tapi emang nafsuin andri, dah ya papa mau bikin ade.siapa tau dapaet ade secakpe vivi" ledek om hen tertawa, om hen pun pergi kekamarnya sambil tertawa.

"tapi vi, seberapa hebatnya lo di mata rendra, mama dan papa, itu belum cukup sampai gue bisa balas dendam yang cocok atas perbuatan lo kali ini, dengan gitu kita impas" tawa kecil andri sambil berjalan masuk ke kamarnya.

BERSAMBUNG

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com