𝐋𝐚𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐫𝐚𝐡𝐢 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟏𝟕

 


Terlepas dari makin padatnya, makin macetnya, atau makin panasnya, Aku suka dengan kota ini, dengan tempat ini. Suka dengan orang-orangnya, suka dengan tata kotanya, suka dengan budayanya, suka dengan keramahtamahannya, suka dengan murah biaya hidupnya, suka dengan keistimewaannya.


Yang aku tak suka adalah transportasi umumnya, tentunya jika dibandingkan dengan kota lain. Di tempat ini menjelang sore, makin susah menemukan Bis Kota yang beroperasi, padahal ini jalan utama.

Aku yang berdiri di halte ini sudah 40 menit menunggu dan belum ada bis kota yang lewat. Mulai dari tadi aku sendirian di sini hingga kini aku bertiga dengan dua orang bapak-bapak yang sepertinya barusan pulang kerja.

Hingga selang 5 menit kemudian, dari kejauhan mulai kulihat bis kota itu yang berjalan kian mendekat.

Begitu Bis Kota ini berhenti, akupun segera beranjak, berharap masih kebagian kursi kosong. Aku ingat terakhir kali aku berdiri di bis kota tempo hari saat menuju hotel Mataram. Ada seseorang di belakangku yang menggesek-gesekkan penisnya di pantatku yang terbalut gamis hingga spermanya muncrat membasahi gamis yang kukenakan waktu itu. Sejak itu aku berusaha untuk duduk ketika di Bis Kota.

Saat aku sudah naik di atas bisa kota ini, ternyata tak terlalu penuh. Aku beruntung masih ada sederet kursi kosong di bangku paling belakang dekat pintu belakang. Akupun berjalan ke baris paling belakang dan duduk mengambil kursi paling ujung dekat jendela. Bapak-bapak dua orang yang berdiri di halte denganku tadi ternyata juga mengambil trayek ini dan malah duduk persis di sebelahku dan kursi sebelahnya. Ada lima kursi kosong di deret bangku ini, tapi kedua bapak ini malah memepet kursiku. Aku langsung mencium gelagat aneh.

Bis sudah mulai jalan, ketika si bapak yang berada di sebelahku menyenggol-nyenggolkan tangannya di pahaku. Aku yang tak mau membuat keributan di transportasi publik macam ini lalu berusaha memepet jendela menghindari tangannya yang jahil itu yang entah disengaja atau tidak. Melihatku yang tidak ada reaksi berarti ini, si bapak itu malah kini dengan sengaja mengelus-elus pahaku dari luar gamisku.

"Eh, Bapak ngapain!?" Kataku agak kencang. Si Bapak ini malah makin kuat meremas pahaku.

"Sampean diem aja, Mbak.." kata Si Bapak. Suaranya dalam, hingga walaupun tidak kencang, tetap terdengar jelas di telingaku.
"Mbak nya cukup pinter kan untuk tau apa yang sedang dan mau saya lakukan ini." Katanya. Tangannya masih terus mengelus-elus pahaku.
"Ini bisnya isinya laki-laki semua, Mbak. Mbak bisa teriak minta tolong, tapi saya jamin malah Mbak yang akan digangbang. Atau kita diem-diem aja dan Mbak cuma puasin kontol saya aja." Lanjutnya. Aku kaget mendengar kata-kata si Bapak itu.

Dari deret kursi paling belakang ini memang bisa terlihat semua penumpang karena posisi kursinya lebih tinggi daripada deret di depannya. Memang betul di bis ini semua penumpangnya laki-laki. Ada satu wanita yang sudah nenek-nenek kulihat ada di kursi paling depan. Mendengar ancaman Si Bapak itu tiba-tiba nyaliku menciut.

"Saya nggak mau, Pak.. Saya dah punya suami.." kataku, namun tak digubrisnya.

Sesaat kemudian, tangannya yang berada di pahaku itu kini menarik ke atas gamisku hingga sepahaku. Aku berusaha menahan gamisku ini, tapi tak sebanding dengan tenaga si Bapak ini.

Ketika gamisku sudah tersibak sebatas lutut, si Bapak ini menemukan ada celana panjang dalaman yang kupakai dibalik gamis ini. Raut mukanya nampak kecewa. Untuk sesaat aku sedikit lega karena tak lupa memakai celana dalamanku ini. Berharap dia melepaskanku.

"Pak.. Stopp, Pak.. Plis.." Rengekku. Tanganku memegang tangannya berusaha menjauhkannya dari tubuhku. Tapi tenagaku tak sebanding dengan tenaganya

Tangannya lalu digerakkan naik ke sisi atas tubuhku, mungkin mengetahui di bawah sana ada berlapis-lapis benteng pembatas yang menutup langsung kulitku. Tangannya tak begitu lama menemukan gundukan bukit kembar di balik jilbab lebar yang kupakai. Perlahan-lahan tangannya mulai meremas-remas tetekku dari luar gamisku.

"Sudah,Pak.. Ini nggak boleh.. ini dosa,Pak.." Rengekku lagi.

Tak dihiraukannya, tangannya terus saja meremas-remas tetekku. Walaupun aku memakai bra, namun bisa kurasakan remasan tangannya yang lembut dan pelan bergantian di kedua tetekku.

"Paak.. Sudahhh..Shhh.." tak kusadari mulutku mulai mendesis pelan.

Tangannya lalu digerakkan ke atas ke leherku. Dia rupanya tau kalau gamis yang kupakai ini memiliki resleting di depan. Jarinya memegang kait resleting gamisku itu lalu mulai ditariknya turun hingga ujungnya yang sebatas perutku.

"Shhh.." Mulutku kembali mendesis ketika tangan kasarnya kini menyentuh kulit perutku.

Saat bermain dengan Fani tadi memang sempat membuat birahiku meninggi yang celakanya malah membuat tubuhku kini makin sensitif akan sentuhan lelaki. Tangan si Bapak mengelus-elus sekitar pusarku membuatku geli hingga tubuhku menggeliat.

Puas bermain-main di pusarku, tangan si Bapak lalu naik dan langsung menyusup ke balik bra hitam yang kupakai. Bra-ku ini lalu diturunkan paksa dengan tangannya, hingga menyembullah dua gunung kembarku yang makin membusung karena ditopang bra ini.

"Pakk..Sudah, Pak..Stoppp.. Shhh.."

Tak berlama-lama, tangannya mulai lagi meremas-remas tetekku. Bukit kembarku itu dijelajahinya menggunakan satu tangannya bergantian antara kanan dan kiri.

"Ouuhh.." Jeritku kecil, saat tangannya menyenggol putingku.

Si Bapak itu langsung tersenyum dan kini malah sengaja memindahkan permainan tangannya di putingku.

"Pakk..Sudahhh, Pakk.. Ouuhhhh.." Rengekku yang dibarengi desisan yang keluar juga dari mulutku.

Putingku yang merupakan salah satu titik paling sensitifku ini lalu dipijat-pijat menggunakan jari-jarinya. Dipilin-pilinnya hingga makin membuatku terbuai birahi. Jilbabku yang mulai acak-acakan ini lalu dibenahi oleh si Bapak, sehingga aksi cabulnya di balik gamisku ini seolah-olah tak terlihat dari penumpang di depan.

Selama beberapa saat tangannya asik menggeledah setiap sisi tetekku. Membuatku keenakan dan lupa bahwa yang mengerjaiku ini orang yang baru kutemui dan bahkan aku belum tau namanya. Birahiku makin meninggi saat putingku dimainkannya terbukti dari mulutku yang mulai mendesah tak malu-malu lagi. Mataku terpejam keenakan. Tubuhku kutempelkan ke sisi bis kota ini.

"Shhhh.. Hmmmppphh..."

Tiba-tiba tangannya yang lain, yang tadinya memegang tas jinjing kerjanya, digerakkan meraih tanganku. Entah sejak kapan penisnya sudah dikeluarkan dari sela-sela resleting celananya hingga bisa kulihat tegak mengacung seperti tugu khas kota ini. Tanganku yang mengenakan handsock ini lalu diarahkannya hingga kini penisnya tergenggam di tanganku.

"Kocokin, Mbak.. Mbak bikin saya cepet keluar biar cepet selesai.." bisiknya di telingaku sambil putingku ditariknya.

"Ouuhh..." jeritku. Putingku yang dimainkannya itu ikut merangsangku hingga vaginaku kini makin terasa gatal.

Tangankupun mulai kugerakkan mengocok batang penisnya. Bisa kurasakan dengan jariku penisnya sudah mengacung tegak sempurna. Melihat penisnya itu aku jadi kangen sendiri dengan penis suamiku. Penis yang beberapa hari belakangan ini tak pernah absen mengobrak-abrik vaginaku. Memikirkan hal itu malah membuatku terangsang.

Tangan si Bapak masih terus meremas-remas tetekku. Penisnya yang kukocok membuat remasannya kini makin kencang. Akupun makin terbuai birahi yang kian meninggi. Kurasakan kini vaginaku mulai lembab. Kocokan tanganku di penisnya makin cepat. Kurasakan penisnya makin hangat di genggamanku.

"Ehh.. Pppakk.."

Tiba-tiba satu tangannya menarik kepalaku yang terbalut jilbab syar'i ini, menundukkan kepalaku turun, hingga kini wajahku tepat di depan penisnya. Ditahannya kepalaku dengan satu tangannya.
Lalu tangannya yang lain memukul-mukulkan penisnya ke wajahku. Cairan precum yang meleleh dari ujung penisnya ikut menempel membasahi wajahku.

Ujung penisnya itu lalu diarahkan tepat di bibirku. Aku masih mencoba menunjukkan perlawanan dengan menutup mulutku. Mencoba tak bergeming saat kepala penisnya itu mulai didorong-dorong pelan di bibirku yang tipis sensual ini.

Bisa kucium aroma penis itu di hidungku. Aroma penis lelaki yang sudah tegak menegang dan ujungnya sedikit basah. Ditambah bau pesing yang menyeruak dari penis itu sekaligus bau keringatnya. Entah mengapa hal itu malah memancing birahiku, hingga tak lama dari itu, pertahanan bibirku jebol, membuat kepala penisnya berhasil masuk ke dalam mulutku setelah sedari tadi berusaha menembus bibirku.

Tak butuh waktu lama, kepalaku lalu didorongnya makin kebawah membuat mulutku menelan penis si Bapak ini makin dalam. Pantat si Bapak juga ikut berayun naik turun seolah ikut berusaha menggesek-gesekkan penis kerasnya itu di rongga mulutku. Aku pasrah saja selama beberapa saat merelakan mulut mungilku ini digarap si Bapak.

Clop.. Clopp.. Clopp.

Bunyi peraduan selangkangan si Bapak dengan wajahku berlomba dengan suara mesin Bis Kota yang masih berjalan mengantarkan penumpangnya ke tujuannya. Sementara di baris belakang ada aku yang sedang menelan batang penis bapak-bapak ini. Kepalaku naik turun di atas paha si Bapak.

Tangan si Bapak lalu menyelinap kembali ke balik gamisku yang masih terbuka ini, lalu meremas-remas lagi kedua buah dadaku. Dengan posisiku yang agak menunduk ini membuat tetekku menggantung indah, ditambah lagi goncangan-goncangan dari bis kota yang berjalan membuat tetekku berayun-ayun. Tangannya makin kuat meremas-remas tetekku.

Putingku kembali jadi bulan-bulanan permainan jarinya. Harus kuakui permainan jari-jarinya di tetek dan putingku ini sungguh kunikmati. Seolah si Bapak ini lihai dan ahli akan titik sensitif wanita di daerah buah dadanya, hingga mampu membuatku merem melek keenakan. Di bawah sana kurasakan lendir vaginaku makin meluber, vaginaku terasa gatal.

Aku yang dirangsang seperti ini kini makin semangat juga menservis oral penis si Bapak. Aku hisap-hisap kepala jamurnya itu seiring dengan kepalaku yang naik turun menelan batang penisnya. Bahkan kini kepalaku naik turun sendiri tanpa dipegangi oleh tangan si Bapak. Satu tanganku ikut juga mengocok-ngocok bagian bawah batang penisnya yang tak bisa kutelan.

"Pak. Saya ijin ikutan boleh? Saya dah sange sejak lihat Mbaknya di halte tadi.."

Degg.. kudengar suara lelaki lain, ternyata itu dari Bapak-bapak yang duduk di samping si Bapak Satu tadi. Aku sejenak lupa bahwa ada dua orang yang memepet tubuhku tadi. Si Bapak Dua ini dari tadi ternyata melihat aksi si Bapak satu dan nampaknya menunggu momen untuk bisa ikut bergabung.

"Oh, silakan, Pak.. Dengan senang hati. Saya dengan Amir, Pak.." kata Bapak Satu yang kutau namanya Pak Amir.

"Makasih, Pak. Saya Anto, Pak. Jarang nih ada akhwat jilbab lebar yang gampangan gini. Digrepe-grepe, eh malah ikutan sange. Nyepong kontolnya hot banget sampai ngempot banget gitu pipi Mbaknya. Hehehe.. Oiya, Pak Amir lanjutin dulu aja, Pak. Saya jagain disini biar aman terkendali." kata Pak Anto itu.

Aku yang mendengarnya seolah tak terima dilecehkan seperti itu. Aku ingin memaki dan memarahi Pak Anto. Tapi Pak Amir sepertinya tau dan menahan kepalaku hingga tak bisa bangkit dan malah menekan kembali kepalaku, hingga mulutku kembali penuh terisi penisnya.

"Haha. Iya, Pak.. Kapan lagi disepongin mbak-mbak cantik jilbaban gini." Kata Pak Amir.

"Bener, Pak.. Hari ini bakal bejo banget bisa dipuasin mbak jilbab ini, biasanya di rumah saya nyepep aja, Hahaha.." kata Pak Anto.

Satu Tangan Pak Amir yang lain kembali bermain-main dengan tetekku, meremas-remas dengan kencang bukit kembarku itu. Pasrah tak bisa bergerak membuatku melanjutkan aktivitas oralku di penis Pak Amir. Batang penisnya kembali hilang masuk di mulutku. Kuhisap-hisap kepala penisnya yang makin licin itu. Kepalaku naik turun menelan penis kerasnya.

"Pak, saya pakai tangannya dulu aja ya.." kata Pak Anto. Tak sabar hanya menunggu giliran, satu tanganku ditariknya menjulang ke depan. Tak tau kapan Penisnya dikeluarkan dari sangkarnya, kini tanganku sudah menggenggam penis Pak Anto yang juga sudah tegak mengeras.

Tangan kananku yang memakai handsock ini lalu digerakkan oleh tangan Pak Anto naik turun mengocok batang penisnya. Karena tak nyaman, lalu Pak Anto menarik lepas handsock di tangan kananku ini. Tanganku kembali lagi digerakkannya mengocok penis Pak Anto. Kini penis keras itu mampu bersentuhan langsung dengan telapak tangan halusku.

"Uurggh.. Alus tenan tanganmu, Mbak.. Gimana nanti memekmu ya.." kata Pak Anto sambil mengerang.

Pak Amir masih terus meremas-remas bukit kembarku yang menggantung ini. Remasannya memutar-mutar dan memeras-meras tetekku yang montok dan sekal ini, seolah seperti sedang memeras susu sapi. Remasannya makin kencang memijat-mijat tetekku, membuatku makin dilanda birahi. Vaginaku di bawah sana kurasakan makin banjir hingga membasahi celana dalam dan legging yang kupakai.

Di belakang Bis Kota yang panas ini kini seorang akhwat yang berpakaian tertutup syar'i sedang melayani dua penis keras dengan mulut dan tangannya. Tangannya mengocok penis keras. Sementara kepalanya yang terbungkus jilbab lebar ini naik turun, mulutnya menghisap dengan kencang penis bapak-bapak yang menegang sempurna menggesek-gesek rongga mulutnya.

Peluh makin deras mengucur dari tubuhku, akibat panas dari bis kota ini ditambah panas dari gairahku yang meletup-letup. Gamisku makin lembab, jilbabku juga mulai basah hingga membuatnya kian lecek. Meski begitu, rangsangan yang kuterima di tetekku membuatku makin liar menghisap-hisap penis Pak Amir. Tanganku juga tetap cepat mengocok penis Pak Anto. Sesaat aku lupa aku sedang berada di transportasi umum dan kembali memasrahkan diriku pada birahi untuk memuaskan kedua batang penis keras yang bukan milik mahromku ini.

Selama beberapa menit aktivitas cabul ini kami lakukan. Posisi kursi Bis Kota yang sempit ini makin lama makin membuatku tak nyaman. Punggungku kurasakan mulai pegal saat terus-terusan membungkuk seperti ini. Ketika aku ingin sejenak duduk meluruskan punggungku, kepalaku ditahan oleh tangan Pak Amir. Tangannya yang tadinya meremas-remas tetekku, kini ikutan menahan kepalaku juga.

Ayunan pinggulnya kurasakan makin cepat. Penisnya keluar masuk mulutku makin dalam hingga kurasakan menyentuh pangkal mulutku. Kepalaku yang ditahannya ini membuat seolah-olah penisnya sedang menyetubuhi mulutku. Bunyi kecipak liurku makin terdengar jelas di tengah deru mesin bis.

Gwock.. gwock.. gwock.. gwock..

Pompaan penisnya di rongga mulutku membuatku susah bernafas hingga mataku mulai berair. Tempo ayunan penisnya berubah drastis dari yang sebelumnya. Tapi Pak Amir tampaknya tak memedulikan hal itu, dan terus menaik-turunkan pantatnya, menggenjot mulutku. Penisnya kurasakan makin mengeras di dalam mulutku.

Hingga sesaat kemudian, tanpa memberi aba-aba, kurasakan penisnya berkedut-kedut menyemburkan isinya di dalam mulutku.
Crot.. Crott.. Croottt.. Kepalaku yang ditahannya, membuatku mau tak mau menelan sperma kentalnya itu. Tapi karena posisiku yang menunduk ini membuatku kelabakan ketika harus menelan sperma itu. Setelah beberapa kali semburan, pegangan tangan Pak Amir di kepalaku mulai melemah, akupun segera melepas penis itu dari mulutku.

"Uhuk.. Hoek.. hoekk.." aku terbatuk-batuk mengeluarkan sisa sperma yang tak tertelan di mulutku karena posisi dudukku yang sungguh tak nyaman ini.

Crot. Crott..
Penis Pak Amir ternyata belum selesai menuntaskan semburannya. Sisa semburan klimaksnya itu membasahi jilbab lebar yang kukenakan dan juga membasahi lantai bis ini.

Aku pun langsung duduk tegap. Pegal sekali selama beberapa menit tadi harus menunduk. Kini punggungku sedikit lebih lega. Ketika aku lihat jalanan, kompleks rumahku ternyata sudah di depan. Kesadaranku langsung pulih mengambil alih. Aku yang masih berstatus sebagai istri Mas Bagas malah ikutan keenakan dan memberi kenikmatan pada penis Pak Amir. Lagi-lagi aku menghianati suamiku. Rasa sesal kembali menyeruak di hatiku.

"Kiri, Mas!!" Kataku sambil mengetuk-ngetuk jendela. Laju bis pun mulai melambat. Aku kemudian mengambil handbag-ku yang terjatuh dan berusaha bangkit dari kursi ini.

"Eh, Mbak, lha ini saya gimana.." Kata Pak Anto. Aku hampir lupa dengan sosoknya. Tadi tanganku kulepas begitu saja dari penisnya yang menegang itu. Aku lalu berjalan melewati Pak Amir yang tersenyum puas setelah muncrat tadi. Aku diam saja saat aku berjalan melewati Pak Anto karena bis yang kutumpangi ini sudah sampai tujuanku.

"Rasain.. emang enak kentang gitu.." batinku. Dalam hatiku aku senang saja meninggalkannya kentang. Dia yang seharusnya bisa menolongku dari perlakuan Pak Amir tadi, eh malah ikut-ikutan mengerjaiku. Aku meneruskan berjalan ke sisi depan bagian bis ini. Aku bayar ongkosku ke si kernet yang menjaga pintu bis ini.

Tatapan mesum kembali kudapati dari mas-mas kernet ini sambil menatap sekujur tubuhku. Entahlah mungkin dia melihatku yang berkeringat ini, atau dari kondisi gamis dan jilbabku yang acak-acakan, atau dari bercak-bercak sperma di mulut, gamis dan jilbabku ini, atau malah tadi dia sempat melihatku di belakang mengoral dan mengocok penis bapak-bapak tadi. Aku yang tak peduli dan tak ambil pusing ini melanjutkan turun dari bis ini dan segera berjalan menuju rumahku.

------
Klek..

"Lho, kok pintunya nggak dikunci.." batinku. Mas Bagas sedang meeting dengan Mas Erwin, dan pastinya pintu ini harusnya terkunci dari luar. Aku langsung merinding teringat banyak kasus perampokan akhir-akhir ini.

Aku langsung ambil hapeku di handbag-ku dan kutelpon Mas Bagas. Beberapa kali ditelpon tak diangkatnya panggilan dariku itu. Hatiku masih dilanda ketakutan. Selama beberapa menit aku masih di depan pintu, bingung antara apa yang harus kuperbuat. Aku coba pasang telinga dengan seksama, sepertinya tak ada suara aneh-aneh di dalam rumahku. Tidak ada suara ribut-ribut seperti maling yang sedang mengobrak-abrik isi rumah, walaupun aku sendiri belum pernah mengalami perampokan sebelumnya.

Aku lalu memberanikan diri masuk ke dalam rumah. Kubuka gagang pintu pelan-pelan lalu kudorong daun pintunya. Kulihat kursi ruang tamu masih rapi, tak ada tanda-tanda kemasukan secara paksa. Aku memberanikan diri masuk makin dalam. Lalu aku menemui sesuatu yang membuatku bingung.

Aku melihat Mas Bagas sedang duduk di sofa ruang tengah. Posisinya membelakangiku sehingga dia tak bisa melihatku. Di kepalanya sepertinya terpasang Headphone. Pantas saja dia tak bisa mendengar telepon dariku tadi. Sejenak aku lega karena pintu depan tidak dikunci bukan karena apa-apa. Tapi tadi bukannya Mas Bagas ijin sedang meeting dengan Mas Erwin. Apakah meetingnya sudah selesai secepat itu? Ataukah ada hal yang disembunyikan nya? Aku pun berjalan mendekat ke arah suamiku itu hingga jarakku hanya sekitar satu meter di belakang nya.

Aku terkejut melihat apa yang sedang dilakukan suamiku. Dia sedang duduk di sofa dan melihat laptop nya yang sedang memutar video. Yang membuatku terhenyak dia sedang melihat video rekaman saat aku sedang disetubuhi Pak Broto dan anak buahnya. Yang membuatku lebih terkejut lagi, aku melihat suamiku itu memakai baju tapi sudah tak memakai celana dan sedang beronani sambil melihat rekaman video itu. Aku geser posisiku sedikit kesamping, kulihat mata Mas Bagas terpejam nampak menghayati sesuatu sambil mengocok penisnya dengan cepat. Penisnya sudah sangat tegang, mungkin bisa kuduga sebentar lagi penis itu akan memuntahkan isinya.

Untuk sesaat aku tak habis pikir dengan suamiku itu. Apakah ini kebiasaan barunya? Ada aku, istrinya di sini yang jika diminta pasti aku akan melayaninya untuk dia ajak berhubungan sewaktu-waktu. Lalu buat apa dia onani? Sejak kapan dia biasa melakukan hal ini? Aku tak tau harus merespon kejadian ini seperti apa. Apakah aku harus marah padanya?

Yang jelas siang ini dia sudah tak jujur padaku ketika bilang tak bisa menjemputku dan malah onani sendiri. Akibatnya aku harus naik bis kota dan malah dilecehkan oleh dua orang bapak-bapak tadi. Inilah yang paling membuatku kesal dengan suamiku itu. Tadi aku menyesal sudah melayani dua penis bapak-bapak itu dengan mulut dan tanganku, tapi kini perasaan menyesal itu hampir sirna karena kalau kupikir ulang, aku harus naik bis kota gara-gara Mas Bagas yang berbohong, tak mau menjemputku dan malah onani sendiri. Lalu terpantik suatu ide nakal di benakku.

Aku mundur kembali ke arah pintu dengan berjinjit pelan. Kulihat sepatu Mas Bagas ada di balik pintu itu, dan kulepaskan tali sepatunya. Aku ambil satu karet dari handbag-ku yang biasa kugunakan untuk menguncir rambut panjangku, kulingkarkan di pergelangan tanganku. Aku melepas satu persatu pakaianku, hingga kini aku sudah hampir telanjang hanya menyisakan jilbab lebarku, kaus kaki, dan celana dalam model thong yang dibelikan Mas Bagas kemarin.

Aku berjalan dari arah samping lalu berhenti di samping meja tempat menaruh laptop. Posisiku berdiri menghadap Mas Bagas yang sedang duduk memejamkan mata. Tanganku kutaruh melipat di depan dada. Mimik mukaku kupasang se-smug mungkin. Aku diam disini menunggu sampai Mas Bagas membuka mata dengan sendirinya, yang ternyata itu dia lakukan sedetik kemudian.

Terpancar ekspresi kaget dari wajahnya. Headphone bluetooth-nya langsung dia lepas dan dia lempar ke lantai. Penisnya yang tadinya hendak muncrat kembali sedikit menyusut.

"Abi Ngapainn!!!" Kataku sok bernada tinggi. Mimik mukaku kubuat se-marah mungkin.

"Eh.. Umi.. Anu... Mmm... Itu tadi.."

Sambil mendengar suamiku yang gelagapan itu aku lalu bergerak maju mendekatinya. Lalu kedua tangan Mas Bagas aku tarik ke belakang aku satukan pergelangan tangannya, lalu aku ikat dengan tali sepatu. Menjadi istri rumah tangga ditambah ketrampilan saat Pramuka dulu membuatku ahli soal tali menali dan ikat mengikat.

"Eh.. Lho.. Kok Abi diikat, Umi.."

"Ssssttt.." desisku menyuruhnya diam. Mungkin karena merasa tertangkap basah, Mas Bagas pasrah saja kuikat. Padahal tenaga lelakinya jauh lebih besar dariku jika mau melawan. Kupastikan ikatanku itu betul-betul kencang tapi tak melukai tangan Mas Bagas.

Aku lalu duduk di sebelah Mas Bagas. Muka Mas Bagas masih pucat menunduk tak berani menghadapku seolah seperti anak Sekolah yang ketahuan mencontek dan disetrap gurunya. Penisnya setengah layu, terlihat imut menggemaskan, ingin rasanya segera kukocok dan kuemut penis itu agar perkasa kembali. Tapi aku harus jaim untuk saat ini. Ini momen tepat untuk membalas kejahilan Mas Bagas di sunmor Minggu lalu dan tadi yang tidak menjemputku hingga aku harus naik bis kota.

"Abi kan tau onani itu haram! Abi kan sudah punya Istri!" Kataku sok menceramahi.

"Abi kan sudah punya istri. Abi ini tiap minggu ikut kajian harusnya tau kan mana yang haram dan mana yang halal!? Punya Istri, masak cari pelampiasan yang haram, sih!!" Mas Bagas makin pucat mendengarnya. Dalam hatiku aku terkekeh-kekeh. Aku sebisa mungkin menahan tawaku seolah sedang serius memarahinya.

"Abi kan tinggal minta sama Umi! Umi emang pernah nolak ya kalau diajakin Abi..!?" lanjutku.

"Abi juga bohong.. Tadi katanya meeting sama Mas Erwin! Eh malah nonton video porno sambil ngocok penisnya sendiri." Dibombardir pertanyaan dan ucapan seperti itu, suamiku hanya menunduk. Lama-lama aku tak tega juga dengan mukanya yang makin nampak lesu.

Di layar monitor laptop Mas Bagas masih terputar video rekamanku. Saat ini adegannya adalah aku yang sedang berdiri dan disodok dari belakang oleh Pak Broto, dan mulutku sedang menghisap penis Yanto.

"Umi kan kemarin kasih video itu buat arsip aja, Abi. Bukan buat ditonton sama Abi.." kataku. Tanganku perlahan kuletakkan di paha Mas Bagas. Kuelus-elus pahanya yang berbulu halus itu.

"Emang kenapa sih Abi nonton video Umi itu?.." tanyaku. Mas Bagas masih diam saja menunduk.

"Kan ada Umi yang beneran di deket Abi. Emang Umi nggak bisa muasin Abi lagi ya?" Tanyaku lagi, dan masih tak dijawabnya. "Abi tuh kalau ditanya jawab dong.. Kenapa nonton video Umi itu?"

"Emmm.. Enggak kok.. Abi puas kok sama Umi.." jawab Mas Bagas yang akhirnya mulutnya berucap. Tanganku mengelus-elus pahanya dan kugerakkan makin mendekat ke arah selangkangannya. Bisa kurasakan bulu-bulu di sekujur tubuh Mas Bagas mulai merinding saat tubuh bawahnya kuelus-elus, sementara tangannya terikat tak berdaya.

"Terus kenapa Abi nonton video gituan?" Tanyaku mengejar.

"Emmm.. Anu.. Itu.." Mas Bagas terbata-bata, belum menemukan kepercayaan dirinya. Tanganku kini perlahan mulai meraih batang penisnya yang setengah tegang itu, ingin kukerjain lebih jauh suamiku ini. Mulutku kudekatkan sedekat mungkin ke telinganya.

"Dijawab dong Abi.. Kenapa Abi nonton video Umi lagi dientot..?" kataku kubuat semanja mungkin tepat di telinganya. Tanganku mulai meremas lembut batang penis Mas Bagas.

"Emm.. Itu.. Umi seksi.." jawab Mas Bagas.

"Heh.. Seksi gimana? Emang bedanya apa Umi yang sekarang sama Umi yang ada di video itu." tanyaku lagi. Di layar laptop Mas Bagas masih menampilkan adegan aku digarap Pak Broto dan Yono. Suara tumbukan pantatku dan selangkangan Pak Broto nyaring terdengar dari speaker laptop itu.

"Emm.. Umi seksi aja pas sama dua kontol itu.. Hhhegghh.." Kata Mas Bagas. Nafasnya nampak makin berat seiring dengan penisnya yang terus kuremas-remas itu. Perlahan penisnya terasa bangkit kembali di genggamanku.

"Kok gitu sih Abi.. Jadi menurut Abi, Umi seksi ya kalau dientot dua kontol gitu?" tanyaku. Aku agak bingung dan heran dengan respon Mas Bagas itu.

"Abi mau liat Umi dientot banyak kontol, gitu ya?" Tanyaku keheranan. Tanganku kini kugerakkan mengocok-ngocok batang penis Mas Bagas. Mas Bagas tak berkata apa-apa dan nafasnya terdengar makin memberat. Nampaknya suamiku ini malah terangsang dengan kata-kataku itu.

"Emang Abi rela kalau Umi dientot banyak kontol kaya gitu?" kataku kubuat seseksi mungkin di telinga Mas Bagas. Mas Bagas masih terdiam saja menikmati kocokan tanganku di penisnya

"Jawab dong, Abi.. Abi rela kalau tubuh istri Abi ini dinikmati banyak kontol selain punya Abi?" Tanyaku lagi. Penis Mas Bagas kini sudah menegang sempurna.

"Rela.. Abi rela, Umii.. Urrggghh.." kata Mas Bagas sambil mengerang sembari penisnya kukocok makin kencang. Aku kaget mendengarnya. Bagaimana mungkin suamiku sendiri rela tubuh istrinya dijamah orang lain. Aku ikuti saja alur fantasi nya itu.

"Jadi, kalau Umi dientot sama kontol lain, Abi ijinin?" tanyaku.

"Diijinin.." jawab Mas Bagas cepat.

"Hah..?" Aku tercekat untuk sesaat. "Kalau tubuh Umi, istri Abi ini, dientot kontol lain dan nggak cuma satu kontol tapi banyak kontol, Abi ijinin?" Tanyaku mempertegas. Kocokan tanganku makin cepat di penisnya. Bisa kutau, penisnya itu sebentar lagi akan mencapai klimaks.

"Iya, Umi.. Abi ijinin Umi dientot banyak kontol.. Urrghhh.." Jawab Mas Bagas, pantatnya bergeser-geser mencoba membuat nyaman posisinya yang mendekati klimaks itu.

"iiihh.. Abi aneh deh.. Istrinya dientot banyak kontol kok malah diijinin to.." Kataku masih terus melanjutkan alur fantasinya itu.

"Urrrggghh…" hanya erangan yang keluar dari mulut Mas Bagas.

Kocokan cepat tanganku di penisnya masih kulanjutkan. Hingga beberapa detik kemudian penisnya makin keras dan semakin hangat. Tepat sebelum penisnya menyemburkan laharnya, aku hentikan kocokanku. Tanganku kulepas dari penisnya.

"Uurrrggghhh.. Kok berhenti Umi??.. Hhhhgghh.." tanya Mas Bagas sambil menahan nafas.

"Mau keluar ya, Abi? Enak aja, mau dikeluarin.. Abi boleh keluar kalau Umi dah ijinin!!" Kataku.

Mas Bagas nampak pasrah. Mukanya berubah dari yang tadi terangsang hebat kini kembali lesu. Penisnya ingin dipuaskan, tapi tak ada rangsangan yang dia terima dari kondisinya yang terikat itu. Batang penisnya perlahan tak sekencang tadi. Hihihi. Dalam hatiku aku tersenyum puas melihatnya panas dingin seperti itu. Selama beberapa saat aku hentikan rangsanganku di tubuh suamiku, menunggu 'dingin'.

Selang beberapa menit kemudian, tanganku kembali lagi mengelus pahanya. Elusanku kini kunaikkan ke atas ke arah bajunya. Lalu aku melepaskan kancing baju Mas Bagas satu persatu, lalu kusibakkan bajunya ke samping hingga kini terpampangalah dada Mas Bagas.

Aku pindahkan tanganku ke puting Mas Bagas, lalu aku sentil-sentil puting lelakinya itu dengan jemari lentikku. Bisa kurasakan Mas Bagas mulai kegelian. Kepalaku lalu kudekatkan ke dada suamiku itu. Perlahan aku julurkan lidahku ke tengah dadanya. Kujilat-jilat dadanya dengan lidahku yang basah ini. Lidahku lalu bergerak ke puting dada Mas Bagas sebelah kiri. Kuputar-putar lidahku di sekitar putingnya, lalu kujilat-jilat. Mas Bagas nampaknya mulai terangsang kembali. Bisa kudengar dentuman jantungnya makin memberat.

Aku naikkan kepalaku hingga kini mulutku kembali berada di samping telinganya. Tanganku kugeserkan dari paha Mas Bagas menuju selangkangannya. Penisnya yang setengah layu itu kini kugenggam kembali.

"Abi beneran ijinin memek Umi ini dientot kontol-kontol lain ya.." kataku melanjutkan fantasinya di tepat di telinga Mas Bagas.

"Kontol mereka gede-gede lho, Abi.. Abi nggak papa tuh?.." lanjutku. Tanganku masih memainkan, membelai-belai batang penisnya yang perlahan mulai bangun. Mas Bagas diam saja, nafasnya mulai memberat.

"Kalau Umi nanti dientot mereka, terus memeknya jadi dower gimana, Abi? Abi masih tetep ridho?" kataku. Mendengarnya, kurasakan penis Mas Bagas semakin tegang. Tangan halusku perlahan mulai mengocok pelan batang penis itu. Mas Bagas masih diam saja.

"Abiii.. Dijawab dong Abi.. Kalau Umi memeknya dower gara-gara kontol mereka, Abi masih tetep ridho sama Umi? Surganya Umi kan ada di ridhonya Abi.."

"i... Iya, Umi.. Abi ridho.. Hhhgghh.." Jawab Mas Bagas, nafasnya makin memburu, seiring dengan penisnya yang sudah menegang sempurna. Aku cukup kaget mendengarnya walaupun tak sekaget sebelumnya.

"iiihhh.. Kok Abi ridho sih Umi dikontolin mereka.. Dasar suami aneh.. Emang Abi nggak sayang Umi lagi ya??" lanjutku mencoba mengikuti alur. Kocokan tanganku di penisnya perlahan mulai kunaikkan temponya.

"Hggghh.. Urrggghh.. Abi malah makin sayang sama Umi.. Hhhggghh.." jawab suamiku.

"iiih.. Masakk???" tanyaku mempertegas.

"Iya, Umii.. Abi makin sayang sama Umi kalau Umi dipejuhin rame-rame gitu.. Urrrghhhh.." Jawab Mas Bagas.

"iiihh.. Abiii..!!" kataku dengan nada seolah-olah sekaget mungkin.

Nafas Mas Bagas sudah semakin berat. Pantatnya bergerak menggeliat pelan. Penisnya sudah gagah sempurna di dalam genggaman tanganku yang masih mengocok-ngocoknya. Ingin rasanya segera memasukkan batang itu kedalam vaginaku yang juga sudah mulai ikutan terangsang ini. Tapi aku masih harus jaim dulu untuk sesaat 'menghukum nakal' suamiku ini.

"Emang Abi seneng kalau Umi dipejuhin dimananya?" tanyaku.

"Urrgghhh.. Di Memek.. Di mulut Umi.." jawab Mas Bagas cepat. Penisnya sudah sekeras baja ditengah kocokan tanganku.

"Urrgghhh.." erang Mas Bagas.

Dari erangannya dan gestur tubuhnya bisa kurasakan Mas Bagas sudah akan klimaks. Penisnya makin mengeras dan mulai berkedut pelan. Kocokan tanganku di penisnya makin kupercepat. Aku tambah rangsanganku dengan menjilat-jilat daun telinganya, membuatnya makin menggeliat keenakan. Hingga tepat sebelum penisnya meledak, kembali kuangkat tanganku dari penisnya. Kulepaskan semua rangsanganku dari tubuh Mas Bagas.

"Hggghhh.. Ummiii.. Kok gituu... Urrghhh.." erang Mas Bagas kelabakan gara-gara nafsu yang memuncak, tapi terikat tak berdaya tak mampu meraih orgasmenya.

"Hihihi.. Belum, Abii.. Belum selesai hukuman dari Umi yaaa.." kataku. Mas Bagas pun kembali pucat. Aku diamkan suamiku itu beberapa menit, hingga penisnya kulihat mulai layu.

Karet gelang yang melingkar di pergelangan tanganku ini lalu aku lepas. Tanganku bergerak menuju ke selangkangan Mas Bagas. Aku angkat batang penisnya hingga tampaklah buah zakarnya. Karet gelang ini lalu aku ikatkan di pangkal buah zakar itu. Aku melarkan karet gelang itu hingga ada tiga kali jepitan yang mengikat di pangkal biji kembar itu. Kini buah zakarnya terlihat sangat menggantung dan menggembung di bawah, dan nampak langsing di atasnya karena sisi atasnya seolah terjepit karet.

"Kok dikaretin gitu, Umii?" tanya Mas Bagas.

"Biar Abi nggak cepet-cepet muncratnya.. Kan Umi belum selesai.. Hihihi.." kataku.

Mulutku kudekatkan kembali ke telinga Mas Bagas. Tanganku kulanjutkan meremas-remas batang penisnya yang mulai turun dari keperkasaannya untuk sesaat itu.

"Abi aneh iihh.. Masak nggak cemburu kalau istrinya sendiri dientot kontol lain.." lanjutku.

"Emang Abi tetep mau ngentot sama Umi, kalau Umi habis dientot kontol lain..? Habis dipejuhin kontol lain..??" tanyaku. Tanganku kini kugerakkan makin ke bawah membelai-belai sekitar lubang anus suamiku itu.

Suamiku diam untuk sesaat. Tanganku lalu kugerakkan kembali meremas-remas batang penisnya. Batang kemaluannya itu perlahan mulai bangkit lagi. Remasanku kini berubah menjadi kocokan pelan-pelan.

"Jawab Abiii.. Abi masih mau ngentot Umi habis Umi dipejuhin kontol lain?" lanjutku.

"Masih mau dong, Umii.." jawab Mas Bagas cepat.

"Abi nggak jijik emangnya kalau kontolnya kecampur peju orang lain gitu?" tanyaku melanjutkan.

"Enggak Umi.." Jawab Mas Bagas.

"Masaaakk??" tanyaku kembali meyakinkan.

"Enggak, Umi.. Malah enak dong, kan Abi berbagi.. Lubang Umi dipejuhin rame-ramee..." Jawab Mas Bagas.

"iihh.. Abi makin aneh ihh.." kataku bernada sewot. Nampaknya Mas Bagas larut makin dalam di permainan ini. Aku mulai bingung apakah jawaban-jawabannya itu masih sebatas fantasi dan khayalannya saja seperti yang kukira atau memang keinginan jujur darinya.

"Yaudah.. Kalau gitu, mulai sekarang.. Mulut Umi, memek Umi, tetek Umi, semua tubuh Umi boleh dinikmatin rame-rame ya, Abii..??" tanyaku kucoba makin jauh, dengan nada sok sewot.

"Iya, Umi.. Boleh.. Hhhhgghhh.." Jawab Mas Bagas. Nafasnya mulai kembali memburu cepat. Penisnya yang sedang kukocok sudah menegang di genggamanku.

"Hiih.. Dasar Abi ini.. Masak nggak ada cemburu-cemburunya sih jadi suami.." lanjutku.

"Mulai sekarang, Abi boleh pakai Umi cuma setelah Umi dipakai kontol lain dulu, Ya..!?
"Abi boleh cium Umi kalau mulut Umi udah bekas nelen pejuh kontol lain dulu..!!" lanjutku menaikkan level fantasi ini.

"Iya, Umii.. Hhhgghh.. Urrgghh.." Jawab Mas Bagas. Penisnya tak kuduga malah makin mengeras.

"Abi harus lihat Umi dientot kontol lain dulu sambil Abi onani sendiri. Kontol Abi boleh masuk memek Umi, cuma setelah ada pejuh yang ngecrot di memek Umi sampai meluber-luber, baru Abi boleh pakai." lanjutku.

"Iya, Umi.. Urrggghhh.." Jawab Mas Bagas diikuti erangannya.

Aku masih mengocok-ngocok penisnya yang sudah menegang sempurna. Satu tanganku yang lain perlahan mulai mengelus-elus dada Mas Bagas yang ditumbuhi rambut-rambut pendek itu, dan perlahan-lahan bergeser menuju putingnya dan bermain-main di sana. Mas Bagas nampak makin keenakan merem melek dari rangsangan yang diterimanya itu. Mulutnya mulai mengerang-ngerang pelan.

"Kalau gitu, sekarang Abi bayangin.. Bayangin kalau mulut Umi ini tadi habis nelen pejuh anak jalanan. Tadi ada anak jalanan yang udah gede, yang liat Umi lagi jalan sendirian. Dia sange liat muka Umi yang cantik. Umi ditarik ke samping ruko kosong, terus Umi dipaksa nyepong kontolnya. Umi sih awalnya nggak mau, tapi liat kontolnya yang gede terus bikin Umi terangsang. Akhirnya Umi nyepong kontolnya sampai ngecrot di mulut Umi. Terus Umi pakai spermanya buat kumur-kumur di mulut Umi terus Umi telen karena Umi juga pas lagi haus... Gitu ya yang Abi mau!?" tanyaku.

"Urrrggghhh.. Iya, Umi.." jawab Mas Bagas.

"Sekarang Abi cium Umi dong..! Bayangin mulut Umi habis nelen pejuh anak jalanan tadi.. HMMMPPPHH.." kata-kataku belum selesai tapi bibir Mas Bagas sudah menempel di bibirku.

Wajah Mas Bagas agak menoleh agar bisa mencium bibirku. Bibirnya langsung menyedot kuat-kuat bibir bawah dan bibir atasku bergantian. Ceritaku barusan nampaknya mampu membuatnya semangat seperti ini. Padahal aku memang tadi sudah menelan sperma Pak Amir dengan bibir dan mulutku. Lidah Mas Bagas kini mulai masuk ke dalam mulutku, menyeka rongga mulutku. Tak ada sejengkalpun yang lewat dari sapuan lidahnya di dalam mulutku, begitu liar hingga air liur mulut kami juga ikut menetes.

Selama beberapa saat kami berciuman, atau lebih tepatnya, mulut Mas Bagas merojok-rojok menjelajahi mulutku. Tanganku masih mengocok penisnya yang sudah sangat perkasa itu. Yang aku tau, penisnya itu sudah berada pada titik siap untuk klimaks. Hanya saja, karena ada karet gelang yang menjepit buah zakarnya, kurasa suamiku ini belum akan klimaks.

Ciuman liar dari Mas Bagas ini malah membuatku ikut terangsang juga, padahal aku harusnya berperan sok jaim kali ini. Tapi syahwatku sepertinya tak bisa dibendung juga, ditambah tanganku yang memain-mainkan batang coklat favoritku ini, membuat birahiku makin naik. Vaginaku mulai terasa gatal, hingga satu tanganku yang tadinya bermain di dada Mas Bagas kini kupindahkan mulai membelai-belai bibir vaginaku.

"Hmmuuuaacchhh..." aku lalu melepas bibir Mas Bagas dari mulutku.

"Karena Abi dah ijinin Umi dientot kontol lain, Umi sekarang mau cerita. Abi dengerin aja ya.." lanjutku.

"Inget kan pas minggu kemarin Abi antar Umi liqo' di sunmor. Abi lihat kan Umi ditabrak Mas-mas. Nah itu Masnya lagi jualan gorengan, Abi. Terus gara-gara Umi ndlenger, eh Umi nabrak Masnya. Terus Umi jatuh sampai Umi nindih Masnya. Umi kan nggak pakai Bra waktu itu, jadi tangan Mas nya langsung bersentuhan sama tetek Umi. Terus tetek Umi langsung diremes-remes sama Masnya. Umi jadi terangsang, Abi. Dah gitu Abi sebelumnya kan bikin Umi kentang juga. Tangan Umi terus Umi pindahin ke selangkangan Masnya. Ternyata penisnya dah agak tegang, Abi. Umi elus-elus aja kontol Masnya dari luar celana kolornya." lanjutku bercerita.

Mendengar ceritaku ini nampaknya membuat Mas Bagas makin terangsang, bisa kuperhatikan dari deru nafasnya yang makin memberat. Tanganku masih mengocok penis Mas Bagas, kadang pelan dan kadang cepat.

"Pas Umi elus-elus kontolnya dari luar gitu, ternyata kontolnya makin gede, Abi. Terus tiba-tiba Masnya nyium bibir Umi sambil terus remes-remes tetek Umi, Umi kan makin terangsang jadinya. Terus Umi masukin aja tangan Umi ke dalam celananya. Umi langsung bisa langsung pegang kontolnya, Abi. Kontolnya gede banget deh Abi, Umi langsung kocok-kocok sambil Umi masih ciuman sama Masnya. Terus tiba-tiba Masnya ndorong Umi, terus kita berdiri. Umi baru sadar kalau Umi ada di tengah-tengah sunmor yang rame banget. Umi bisa liat dagangan gorengan Masnya jatuh karena tadi Umi tabrak. Umi kasih tau aja kalau Umi nggak bawa uang buat ganti dagangannya. Umi terus bisikin ke Masnya, Umi tanya ada ruang tertutup di deket sini nggak, Umi mau ganti pakai cara lain." ceritaku.

"Mau Umi lanjutin nggak ceritanya, Abi..?" tanyaku.

"Urrgghhh.. Iya, Umii.. Lanjutin.. Hhhgghhh.." jawab Mas Bagas.

"Yaudah, Abi yang minta Umi lanjutin.. Abi dengerin sampai selesai ya.." kataku. Mas Bagas hanya mengangguk.

"Terus habis Umi bisikin gitu ke Masnya, tangan Umi ditarik sama Masnya itu. Umi digiring ke salah satu ruang kosong di deket sunmor situ. Pas udah di dalem, Masnya dorong Umi mepet di tembok. Terus Masnya cium Umi lagi sambil remes-remes tetek Umi. Umi jadinya terangsang lagi deh, Abii. Tangan Umi terus mulai lagi elus-elus kontol Masnya dari luar celana. Masnya makin kenceng remes-remes tetek Umi, Abi. Umi jadi makin terangsang. Sambil masih berdiri, Umi pelorotin aja celana kolor Masnya, terus Umi kocokin kontol Masnya. Kontolnya gede banget deh, Abi, padahal belum tegang banget."

"Sambil ciuman, terus tangan Masnya narik gamis Umi ke atas. Umi kan nggak pakai celana legging yang kotor gara-gara Abi, jadinya tangan Masnya langsung bisa ngelus-elus paha mulus Umi. Tangannya terus main-main di selangkangan Umi, Abi. CD Umi dipelorotin dikit, terus tangan Masnya mulai gesek-gesek memek Umi. Umi jadi makin terangsang, memek Umi mulai becek, Abi. Tangan Umi jadi makin cepet kocokin kontol Masnya. Tangan Masnya makin lama makin masuk ke dalam memek Umi, terus memek Umi dikobel-kobel. Dah gitu, itil Umi juga dipencet-pencet. Umi dah nggak tahan banget, terus Umi ngecrot deh, Abi. Keluar banyak banget pipis enak Umi. Masnya juga masih terus ngobel-ngobel memek Umi, bikin Umi merem melek dan makin banyak ngecrotnya. Umi sampai ngos-ngosan, Abi.."

"Tapi Umi nggak diijinin istirahat sama Masnya. Umi disuruh jongkok. Kontolnya item, gede banget, udah tegang pas di depan muka Umi, Abi. Terus Masnya pukul-pukulin kontolnya ke muka Umi. Ujung kontolnya terus ditempelin ke bibir Umi. Umi mulai cium-ciumin kontolnya. Umi jilat-jilat batangnya dari ujung kontolnya sampai buah zakarnya. Pas udah basah karena liur Umi, terus Umi masukin kontolnya ke mulut Umi. Awalnya kontolnya nggak bisa masuk saking gedenya, tapi terus Umi coba karena Umi pengen ngemut kontol Masnya juga. Pelan-pelan Umi coba terus, akhirnya kontolnya bisa masuk walaupun nggak semuanya muat di mulut Umi yang mungil ini."

"Umi emut-emut kontolnya, Umi sedot-sedot kontol Masnya. Sambil Umi jongkok, kepala Umi maju mundur, Abi. Kontol Masnya makin gede di mulut Umi. Mulut Umi pegel banget nelen kontol gede gitu, tapi Umi suka kontol gede kaya gitu, Abi. Pas Umi lagi enak ngemut-ngemut kontol Masnya, Umi ditarik berdiri. Terus Umi didorong madep dinding. Gamis Umi disingkap ke atas sama Masnya dari belakang, sampai pantat Umi yang mulus ini keliatan. Terus Masnya mepet Umi dari belakang, Abi. Umi bisa ngerasain kontolnya nyundul-nyundul pantat Umi. Terus Umi ngerasain CD Umi ditarik ke samping. Kontol Masnya mulai nggesek-nggesek memek Umi, Abi. Umi ikutan terangsang lagi deh jadinya."

"Terus pelan-pelan kontol gede Masnya mulai dimasukin ke memek Umi. Memek Umi kan waktu itu belum kemasukan kontol lagi sama sekali, ditambah Umi minum herbal dari Ustadzah Azizah, jadinya Memek Umi berasa sempit banget. Kontol Masnya nggak bisa-bisa masuk ke memek Umi saking sempitnya. Masnya terus ndorong-ndorong ujung kontolnya ke memek Umi tapi meleset, Abi. Umi yang terangsang banget terus ikut bantuin Masnya. Umi mundurin pantat Umi ke belakang biar pantat Umi makin nungging. Umi juga buka bibir memek Umi pakai tangan Umi, biar kontol Masnya bisa cepetan masuk. Masnya mulai lagi masukin kontolnya, dan akhirnya penisnya pelan-pelan bisa masuk memek Umi.

"Memek Umi yang jadi sempit itu langsung berasa sesak banget Abi. Padahal baru kepala kontol Masnya yang masuk ke memek Umi. Terus Masnya maju-mundurin pinggulnya, kontolnya makin masuk ke dalem memek Umi. Memek Umi kerasa enak banget Abi. Umi bantu ayunin pantat Umi juga, dan memek Umi kerasa makin enak Abi. Umi ayunin terus sampai Umi ngerasain memek Umi penuh banget. Kontol gede Masnya udah hampir mentok sampai rahim Umi, Abi. Umi nggak kuat lagi saking enaknya terus Umi dapet Orgasme pas kontol Masnya mentok nyentuh rahim Umi. Umi klimaks enak banget, Umi teriak kenceng banget nggak peduli kalau orang-orang sunmor pada denger. Pas Umi liat ke belakang, padahal belum semua kontol Masnya masuk memek Umi."

"Lagi-lagi Umi nggak diijinin istirahat pas dapet orgasme. Masnya mulai majumundurin kontolnya di dalam memek Umi. Umi jadi berasa enak lagi, Umi mulai terangsang lagi. Umi juga ayunin pantat Umi maju mundur, ikutin irama sodokan kontol gede Masnya. Makin lama Masnya genjot memek Umi makin cepet, Abi. Masnya juga nampar-nampar pantat Umi berkali-kali. Umi yang keenakan cuma bisa mendesah sampai kadang-kadang Umi njerat-njerit, Abi. Masnya doggy Umi lumayan lama, memek Umi makin becek, Umi kerasa mau klimaks lagi. Masnya juga makin cepet nyodokin kontolnya di memek Umi. Kontolnya terus mulai kedut-kedut di memek Umi. Umi terus mundurin pantat Umi biar kontolnya masuk makin dalam ke memek Umi. Kontol Masnya nyemburin pejuhnya di dalam memek Umi banyak banget, Umi kerasa rahim Umi disiram pejuh masnya. Memek Umi yang beberapa hari nggak disemprot pejuh itu jadi berasa nikmat banget sampai-sampai Umi juga ikutan orgasme lagi."

"Yang kali ini Masnya biarin Umi istirahat pas Umi dapet orgasme. Masnya ndiemin kontolnya di dalem memek Umi, mungkin biar spermanya masuk semua ya, Abi. Walaupun Masnya udah nyemprotin semua pejuhnya di memek Umi, tapi kontolnya masih kerasa gede deh, Abi. Memek Umi masih kerasa penuh sesak gara-gara kontol Masnya. Lama didiemin gitu, terus kontol Masnya dicabut dari memek Umi. Berapa hari nggak ngerasain kontol, memek Umi jadi nagih, Abi. Memek Umi kayak nggak mau kontol gede itu dicabut. Terus pas Umi kira Masnya dah selesai, badan Umi ditarik. Bibir Umi dicium Masnya. Tangannya mulai lagi remes-remes tetek Umi. Umi yang keringetan habis tiga kali orgasme, terus ambil inisiatif aja buat buka gamis umi sendiri. Umi pelorotin gamis Umi, terus Umi telanjang deh Abi. Cuma pakai CD sama jilbab Umi aja. Tubuh mulus istri Abi ini diliatin sama penjual gorengan. Masnya kayak kaget dan terpesona gitu deh, Abi. Kayak nggak pernah lihat body perempuan sebagus Umi. Pas Umi mau lepas jilbab Umi karena sumuk, Umi nggak dibolehin. Jilbabnya disampirin ke pundak Umi."

"Terus Masnya langsung mainin lagi tetek Umi. Masnya juga mainin tetek Umi pakai mulutnya. Dijilat-jilat terus digigit-gigit juga tetek Umi, sampai bikin banyak cupangan. Jadi pas sorenya Abi lihat banyak cupangan di tetek Umi itu ya gara-gara penjual gorengan itu, Abi. Terus Masnya juga mainin pentil Umi. Abi tau kan pentil Umi tuh sensitif banget. Masnya sedot-sedot pentil Umi gantian yang kiri sama yang kanan. Umi nggak kuat sama jamahannya di tetek Umi itu, Abi. Nggak lama, Umi malah dapat orgasme lagi gara-gara puting Umi dimainin kayak gitu. Umi lagi-lagi nggak diijinin istirahat, Abi. Umi ditarik Masnya. Masnya duduk di kursi panjang yang ada di situ, terus Umi disuruh duduk di lantai. Kontol Masnya pas banget di muka Umi.."

"Kontol Masnya masih gede aja walaupun belum tegang, Abi. Ada bekas pejuhnya kecampur sama cairan orgasme Umi. Umi langsung aja pegang kontolnya terus Umi kocok-kocok. Nggak lama Umi mainin kontolnya di mulut Umi lagi. Kontolnya nggak lama udah tegang lagi Abi, bikin mulut Umi penuh. Masnya terus minta Umi kocokin kontolnya pakai tetek Umi yang montok ini, Abi. Umi terus geser badan Umi agak ke atas. Kontol Masnya yang udah gede itu terus Umi jepit di tengah tetek Umi. Terus Umi gerakin badan Umi naik turun ngocokin kontolnya di tetek Umi. Masnya keenakan banget deh, Abi. Kayak baru kali ini dapet titjob dari akhwat gitu. Pas kontolnya dah tegang banget, Umi disuruh bangun terus disuruh ngangkang di atas paha Masnya.."

"Pas Umi dah ngangkang, Masnya terus gesek-gesekkin ujung penisnya ke bibir memek Umi. Bikin Umi jadi terangsang lagi kan, Abi. Udah gitu itil Umi juga dimain-mainin pakai jari-jari tangan Masnya. Umi jadi makin nggak kuat, memek Umi udah gatel banget Abi. Umi turunin deh pelan-pelan pantat Umi. Kontol Masnya yang udah gede agak susah masuk memek Umi yang masih sempit banget, Abi. Untungnya Umi yang di atas, jadi Umi bisa arahin biar pas ke lubang memek Umi. Pelan-pelan kontolnya mulai bisa masuk ke memek Umi. Memek Umi rasanya sesak, tapi enak banget diisi kontolnya yang gede banget gitu, Abi. Umi mulai pelan-pelan gerakin pantat Umi naik turun. Mulut Umi ndesah-ndesah lagi Abi, malah makin kenceng yang pas ini. Lama-lama pantat Umi naik turun makin cepet, dan nggak lama Umi malah yang dapet klimaks lagi Abi. Umi langsung lemes, terus ambruk di badan Masnya yang masih pakai baju."

"Pas Umi masih ngos-ngosan, mungkin Masnya ngerti, terus Umi diturunin ke lantai. Umi duduk. Masnya berdiri di depan Umi, jadi kontolnya pas di muka Umi. Kontolnya mengkilat karena cairan orgasme Umi barusan. Terus kontolnya dipukul-pukulin lagi ke muka Umi sama jilbab Umi, jadinya muka sama jilbab Umi basah cairan memek Umi juga deh. Masnya terus pegang kepala Umi, terus taruh ujung kontolnya di bibir Umi. Umi yang masih lemes terus ngikut aja. Umi mulai emut-emut lagi kontol gedenya itu, Abi. Tangan Masnya yang megangin kepala Umi bikin Umi nggak bisa gerak. Pinggul Masnya digerakkin makin cepet ngentotin mulut Umi sampai Umi keselek, Abi. Terus tiba-tiba kontolnya dikeluarin dari mulut Umi, terus Masnya ngocok kontolnya sendiri di depan muka Umi. Nggak lama kontolnya diarahin ke tetek Umi teru pejuhnya nyemprot di tetek Umi. Banyak banget deh Abi pejuhnya, sampai ke perut sama jilbab Umi juga kena. Habis itu Umi nggak dibolehin bersih-bersih disuruh langsung pakai gamis. Yaudah deh Umi pakai gamis Umi. Terus Masnya pergi dari ruangan itu, Umi juga langsung ke liqo' Umi yang udah telat banget. Pas liqo' temen-temen Umi kayak nggak nyaman gitu pas Umi dateng, pasti karena bau pejuh penjual gorengan di badan Umi yang pekat banget itu kan ya, Abi." lanjutku.

Aku diam sejenak setelah cerita itu. Kuperhatikan Mas Bagas masih nampak terangsang. Penisnya masih sesekali kumainkan dengan tanganku di sela-sela ceritaku. Penisnya sudah siap untuk klimaks, hanya saja tertahan oleh ikatan karet gelang di testikelnya itu. Bercerita seperti itu entah mengapa membuatku juga ikut terangsang apalagi sambil memainkan batang penis Mas Bagas.

Aku yang tadi pagi terangsang oleh aksiku dengan Fani, ditambah di Bis kota tadi dengan Pak Amir yang meninggikan gairahku tapi belum kuraih klimaksku, membuat birahiku ini langsung naik. Satu tanganku yang perlahan mulai bergerak ke arah selangkanganku, menggesek-gesek vaginaku dari luar celana dalam yang tipis ini.

"Gitu ceritanya, Abi.." kataku.

"Abi marah nggak Umi cerita kaya gitu..?" lanjut tanyaku.

"Enggak dong, Umi. Ceritanya hot banget gituu.. Abi sukaa... Urrggghhh.." erang Mas Diki.

"hiih.. Kok malah suka sih.." kataku.

"Kalau gitu Umi mau cerita lagi.." lanjutku, "Ini kejadian pas tadi gara-gara Abi bohong sama Umi bilangnya meeting, jadi Umi harus naik Bis Kota sendirian.." kataku. Akupun

"Umi naik Bis dari rumah Fani. Pas Umi naik, Umi liat bisnya lumayan penuh sama Bapak-bapak soalnya kan jam pulang kerja. Umi cari-cari, cuma di baris paling belakang yang kosong, baris depan yang lain dah keisi walaupun nggak penuh. Akhirnya Umi duduk di baris paling belakang yang masih kosong. Di jalan, Bisnya berhenti di Pasar. Ada penumpang naik. Mas-mas tatoan gitu. Serem deh, Abi. Umi kira itu pasti Preman pasar. Terus Si Preman cari tempat duduk, dan ternyata duduk di belakang di samping kursi Umi persis. Umi terus geser pindah mepet jendela, eh Si Preman ikutin geser nempel lagi ke Umi. Karena nggak bisa kemana-mana lagi, yaudah Umi diem aja. Terus ada orang naik Bis lagi, bawa kencrung kaya Pengamen gitu, Abi. Si Pengamen kenal sama Si Preman terus duduk di belakang di sebelahnya Si Preman. Pas Bisnya udah jalan lagi, tiba-tiba tangan Si Preman mulai raba-raba paha Umi, Abi. Umi bilang kalau Umi dah punya suami. Tapi tangannya tetep remes-remes paha Umi. Umi pasrah aja karena takut sama muka Si Preman yang sangar itu." lanjutku bercerita. Aku sesaat diam. Penis Mas Bagas masih tegang sempurna.

"Abi mau Umi lanjutin ceritanya, Nggak?" tanyaku.

"Urgghhhh.. Iya, Umi.. Lanjutin.." jawab Mas Bagas.

"Yaudah, Umi Lanjutin ya.." kataku.

"Umi pasrah aja pas Si Preman remes-remes paha Umi. Tangannya terus lama-lama geser sampai selangkangan Umi, terus mulai elus-elus di situ. Emang sih Umi pakai celana legging, tapi lama-lama tangan Si Preman remes-remes memek Umi dari luar gitu bikin Umi terangsang juga. Memek Umi jadi gatel, Abi. Umi makin terangsang, Abi. Umi bisa ngerasain memek Umi mulai basah ke celana Umi. Terus tangan Si Preman ke dada Umi, jilbab Umi disingkap ke belakang pundak. Tangannya remes-remes tetek Umi dari luar gamis. Karena ada bra Umi yang lumayan tebel, terus Si Preman narik resleting baju gamis Umi, terus tangannya masuk ke dalem gamis Umi. Tangannya yang lain tiba-tiba udah pegang pisau, Abi. Umi kaget sekaligus takut liat pisau itu. Terus ternyata bra Umi diputus sama Si Preman, jadi tetek Umi sekarang nggak ketutupan apa-apa. Tangannya mulai lagi remes-remes tetek Umi. Puting Umi juga dimainin sama Si Preman."

"Umi yang dirangsang gitu makin keenakan, Abi. Mulut Umi mulai mendesah-desah juga. Terus Si Preman mulai nempelin bibirnya ke mulut Umi, Abi. Mulutnya bau banget, Abi. Bau rokok gitu, Abi tau kan kalau Umi benci banget sama bau rokok. Mulutnya nempel di mulut Umi terus sedot-sedot bibir Umi. Terus karena Umi lagi terangsang, Umi bales juga ciuman Si Preman nggak peduli bau rokoknya. Lidah Umi ikut main-main ke dalem mulutnya yang bau rokok itu, Abi. Terus tangan Umi dipegang Si Preman terus dipindahin ke selangkangannya."

"Sambil ciuman gitu, Umi kan lagi terangsang ya Abi, terus Umi buka resleting celana Si Preman, terus Umi keluarin kontolnya. Kontolnya item terus panjang deh, Abi. Umi terus mulai kocokin kontolnya pakai tangan halus Umi. Kontolnya makin tegang, terus Umi turunin kepala Umi, terus Umi jilat-jilatin kontol Si Preman. Kontolnya bau pesing banget Abi, kaya nggak pernah cewok gitu. Lihat kontol panjang gitu bikin birahi Umi makin naik, Abi. Umi terus mulai masukin kontolnya ke mulut Umi, Umi isep-isep kontol itemnya. Si Preman keenakan terus malah makin liar remes-remes tetek Umi. Umi nggak kuat lagi terus Umi ngecrot deh, Abi. Terus Umi duduk, Umi berasa celana Umi jadi basah gara-gara orgasme. "

"Si Preman terus geser duduknya ke kursi tengah, terus badan Umi ditarik. Umi jadi berdiri, pas Umi liat depan ternyata penumpang Bis yang lain pada liatin Umi gitu, Abi. Mungkin karena denger Umi mendesah ya, Abi. Pada liatin tetek Umi yang udah kebuka. Diliatin banyak orang gitu malah bikin Umi makin terangsang, Abi. Padahal Umi barusan orgasme. Terus Si Preman yang masih duduk di depan Umi itu nyuruh Umi jongkok di depan selangkangannya. Umi yang udah ngerti terus mulai ngocokin kontolnya pakai tangan Umi lagi."

"Umi terus juga jilat-jilat kontolnya pakai lidah Umi, penisnya tambah ngaceng aja, Abi. Terus Umi masukkin kontolnya ke mulut Umi. Umi sedot-sedot kepala kontolnya yang item itu. Kepala Umi naik turun pas ngemut kontolnya. Kontolnya berasa enak banget di mulut Umi, Abi. Umi pingin masukin kontolnya dalem banget di mulut Umi. Kepala Umi terus Umi turunin banget. Kontolnya masuk banget sampe Umi keselek lehernya, tapi kontolnya panjang jadi nggak bisa semuanya masuk, Abi. Terus Si Pengamen yang di sebelahnya Si Preman pindah ke belakang Umi. Pantat Umi ditarik ke belakang jadi nungging. Umi kerasa tangannya mulai pegang-pegang pantat Umi dari belakang."

"Gamis Umi diangkat sampai pinggang Umi dari belakang. Tangannya terus nurunin celana legging sama CD Umi. Umi masih nyepong kontolnya Si Preman, pas tiba-tiba Umi kerasa pantat Umi dijilat-jilat sama Si Pengamen. Jilatannya muter-muter di anus Umi bikin Umi blingsatan, memek Umi berasa mulai basah. Jadinya kontol Si Preman kadang-kadang lepas dari mulut Umi. Terus Si Pengamen mulai mainin memek Umi pakai tangannya sambil tetep jilatin anus Umi. Itil Umi dipencet-pencet ditarik-tarik, Umi keenakan terus kadang mendesah. Kontolnya Si Preman Umi kocok-kocok makin cepet juga. Si Pengamen terus njilat-njilat memek Umi, gigit-gigit itil Umi. Tangannya pindah ke anus Umi terus nyolok-nyolokin ke lubang anus Umi. Umi dah nggak kuat lagi, Abi. Terus Umi ngecrot lagi. Kontol Si Preman yang Umi pegang, nggak sengaja Umi remes terus bikin Si Preman kesakitan. Udah dua kali orgasme bikin Umi lemes banget. Terus Si Pengamen ngangkat badan Umi berdiri."

"Baju gamis Umi dilepasin satu per satu. Celana legging sama CD yang nggantung, dilepasin juga. Pas Jilab syar'i Umi mau dilepas, ternyata nggak diijinin sama Si Preman. Kata si Preman biarin aja Umi pakai jilbab, tapi badan Umi telanjang. Katanya Akhwat kaya Umi emang harusnya jilbaban tok, biar tubuh Umi yang seksi ini dinikmatin orang lain. Dibilangin gitu bikin Umi makin terangsang deh, Abi. Terus badan Umi diputer madep ke Si Pengamen. Pas Umi mbalik, ternyata penumpang lain makin liatin Umi, malah ada yang berdiri lagi ngelus-elus selangkangannya di belakang si Pengamen. Umi mbayangin kontolnya penumpang-penumpang itu pasti gede-gede ya, Abi. Mbayanginnya aja bikin memek Umi makin becek. Terus tiba-tiba si Pengamen nyium Umi.

"Mulutnya Si Pengamen bau rokok juga, Abi. Udah gitu badannya campur bau matahari juga. Tangan Umi diarahin megang kontolnya yang udah mancung keluar dari celananya. Umi kocok-kocok kontolnya pakai tangan Umi sambil mulut kita cipokan. Si Preman yang ada di belakang Umi terus narik pantat Umi. Sambil masih duduk, Umi bisa ngerasain kontol panjang Si Preman nyenggol-nyenggol pantat Umi. Si Preman terus nggesek-nggesekin kontolnya di belahan memek Umi, bikin memek Umi makin basah lagi."

"Si Preman terus pegang pinggul Umi, nyobain masukin kontolnya ke memek Umi. Terus karena Umi udah keenakan, Umi bantuin juga gerakin pantat Umi biar kontolnya pas di memek Umi. Umi maju-mundurin pantat Umi juga. Kontolnya mulai masuk ke memek Umi pelan-pelan. Rasanya memek Umi sesak banget pas kontolnya masuk memek Umi, Abi. Umi rasain kontolnya mentok sampai rahim Umi. Tangan si Preman pegangin pinggul Umi terus mulai gerakin pinggul Umi maju mundur. Umi keenakan juga, Abi. Pantat Umi juga Umi goyang-goyangin maju mundur. Kontol Si Pengamen yang di depan Umi, Umi kocokin pakai tangan Umi. Sesekali Umi lihat, makin banyak penumpang laki-laki yang geser duduknya jadi lebih deket ke baris belakang. Ngeliatin Umi yang lagi disodok-sodok si Preman dari belakang. Tetek Umi yang goyang-goyang diliatin penumpang-penumpang Bis. Diliatin banyak orang gitu bikin Umi makin semangat goyangin pantat Umi yang lagi disodok si Preman dari belakang."

"Genjotan Si Preman di memek Umi makin kenceng, Abi. Umi sampai teriak-teriak keenakan pas disodok kontol Si Preman, nggak peduli kalau banyak penumpang lain yang liatin. Si Preman sambil nyodokin kontolnya bilang ke Umi kalau memek akhwat kaya Umi itu buat muasin kontol-kontol banyak lelaki. Pas dibilang gitu, Umi malah terangsang. Si Pengamen yang kontolnya Umi kocok-kocokin, terus pegang kepala Umi terus diturunin sampai kontolnya nyentuh bibir Umi. Kontol Si Pengamen terus dipaksa masuk mulut Umi. Umi yang kesodok-sodok dari belakang sama si Preman cuman bisa pasrah pas Si Pengamen juga paksa kontolnya masuk mulut Umi. Kontolnya juga bau pesing banget, Abi. Dah gitu bulunya banyak banget, nggak pernah dicukur. Kontol Si Pengamen masuk juga ke mulut Umi, dan langsung maju mundurin kontolnya di mulut Umi. Umi yang keenakan terus sedot-sedot juga kontolnya sampai pipi Umi ngempot banget, Abi."

"Di bis yang lagi jalan itu, Umi dientot dua kontol dari belakang dan dari depan, Abi. Mulut Umi disodok kontol Si Pengamen sampai mentok di tenggorokan Umi. Memek Umi digenjot Si Preman sampai mentok di rahim Umi. Umi keenakan banget dientot dua kontol gitu, Abi. Nggak lama Umi ngecrot, Abi. Punggung Umi, Umi tekuk. Si Preman genjot memek Umi malah makin kenceng. Terus nggak lama, pantat Umi ditarik nempel ke pahanya, kontolnya makin dalem masuk ke memek Umi, terus kontol Si Preman muncratin pejuhnya di memek Umi, Abi. Rahim Umi berasa disembur pejuh Si Preman banyak banget. Kontol si Preman terus dilepas dari memek Umi. Si Preman terus berdiri pindah dari baris belakang, maju ke kursi depannya. Si Pengamen terus duduk nggantiin si Preman tadi. Umi terus ditarik dan disuruh naikin kontolnya. Umi sama Si Pengamen terus adep-adepan. Pantat Umi ada di atas selangkangan Si Pengamen."

"Umi terus turunin pelan-pelan pantat Umi. Kontol Si Pengamen yang gede nggak bisa langsung masuk memek Umi padahal memek Umi becek bekas pejuh Si Preman. Habis Umi naik turun beberapa kali, baru kontolnya mulai masuk memek Umi. Memek Umi jadi kerasa penuh sesak lagi, Abi. Tangan Umi pegangan ke pundak Si Pengamen, terus Umi naik turunin pantat Umi. Memek Umi berasa enak banget diisi kontol Si Pengamen. Lama-lama Umi makin cepet goyangin pantat Umi. Terus Si Preman balik lagi duduk di sebelah Si Pengamen, terus nyuruh Umi nyepongin lagi kontolnya. Umi turunin kepala Umi terus Umi jilatin dan emutin kontolnya yang tadi udah muncrat. Si Preman nyuruh Si pengamen buat ngentotin Umi pelan aja."

"Pantat Umi naik turun ngulek kontol Si Pengamen, sambil mulut Umi nyepong kontol si Preman di sebelahnya. Nggak lama kontol Si Preman udah tegang lagi di dalem mulut Umi. Kontolnya ngaceng pol sampe panjang banget mentok di tenggorokan Umi. Umi yang goyangin pantat Umi ngentot kontol Si Pengamen bikin Umi keenakan banget. Terus nggak lama Umi ngecrot lagi, Abi. Umi dah lemes banget jadinya. Kontol Si Preman yang Umi mainin pakai tangan udah ngaceng banget, terus Si Preman pindah posisinya. Si Pengamen megangin pantat Umi terus digerakkin naik turun, soalnya Umi lemes diem aja. Memek Umi yang habis ngecrot jadi makin sensitif sama kontol Si Pengamen. Umi akhirnya keenakan juga memeknya disodok kontol Si Pengamen, padahal Umi lemes banget. Umi mulia ndesah-ndesah keenakan lagi deh, Abi. Terus si Preman udah ada di belakang Umi. Kontolnya yang udah tegang digesek-gesekkin ke pantat Umi."

"Umi yang lemes terus kaget. Terus Si Preman tanya apa suami Umi pernah pakai anus Umi. Umi bilang belum pernah sama suami, tapi anus Umi pernah dipakai kontol lain. Terus si Preman senyum-senyum aja denger jawaban Umi. Ujung kontolnya mulai ditempelin ke lubang anus Umi. Umi mau coba bangun. Tapi Si Pengamen malah meluk Umi, jadi Umi nggak bisa bangun.

"Pantat Umi makin nungging juga jadinya. Si Preman terus ngarahin kontolnya ke lubang anus Umi. Kontolnya digesek-gesekkin kesitu, bikin Umi geli, Abi. Terus kontolnya mulai dipaksa masuk ke lubang anus Umi. Awalnya susah nggak pernah bisa masuk, tapi lama-lama ujung kontolnya mulai masuk ke lubang anus Umi. Umi berasa sakit banget sampai Umi teriak, Abi. Si Pengamen terus nutup mulut Umi pakai mulutnya, kita ciuman. Kontol Si Preman terus digerakkin maju mundur di anus Umi."

"Si Pengamen terus juga mulai gerakin kontolnya lagi di memek Umi. Lama-lama Umi nggak kerasa sakit lagi, tapi malah ikutan terangsang keenakan. Mulut Umi malah ikutan French kiss sama si Pengamen Abi. Tetek Umi diremes dari belakang sama Si Preman. Pentil Umi ditarik-ditarik, Umi jadi makin blingsatan. Pantat Umi terus Umi goyangin naik turun ngulek kontol Si Pengamen di memek Umi. Si Preman makin lama makin cepet nyodok-nyodok anus Umi dari belakang. Umi malah keenakan juga anus Umi disodok kontol panjang gitu, Abi. Terus tiba-tiba Si Preman bilang ke penumpang-penumpang lain kalau mau ngocok kontolnya, geser mendekat aja biar bisa lihat jelas Umi lagi dientot. Jadi di bis yang lagi jalan itu, istri Abi yang masih jilbaban ini, lagi dientot di memek dan di anus sambil diliatin penumpang-penumpang bisa yang lain sambil mereka ngocok kontolnya masing-masing. Umi malah juga makin semangat nggoyangin pantat Umi pas tau Umi diliatin penumpang lain gitu."

"Pas Umi lagi digenjot dua kontol gitu, Umi berasa keenakan dan mau orgasme lagi. Umi makin cepet juga goyangin pantat Umi kaya penyanyi dangdut gitu, Abi. Terus Si Preman dari belakang tarik kepala Umi, terus kita ciuman sambil kontolnya makin dalem ngaduk-aduk pantat Umi. Terus Si Preman bilang ke Umi, kalau Anus Umi cuma boleh dipakai buat kontol lain, nggak boleh dipakai sama kontol suami Umi. Umi iyain aja soalnya Umi udah terangsang banget. Tapi itu yang Abi mau juga kan?? Abi ijinin anus Umi dientot kontol lain, tapi bukan buat Abi kan?? Habis itu dari bawah Si Pengamen juga makin kenceng ngentot memek Umi. Umi nggak kuat, terus Umi ngecrot sambil meluk Si Pengamen. Umi nggak peduli badannya yang bau matahari itu, kaosnya yang dekil nggak pernah dicuci. Umi ngecrot enak banget. Abi tau kan kalau pas Umi ngecrot, memek Umi jadi malah makin ngeremes. Terus Si Pengamen tau-tau klimaks juga, ngecrotin pejuhnya banyak banget di memek Umi. Dari belakang Si Preman malah makin cepet nyodok-nyodok anus Umi, bikin Umi mabuk kepayang, Abi. Akhirnya Umi malah dapet multi orgasme gara-gara genjotan kontolnya di Anus Umi."

"Umi lemes banget selemes-lemesnya. Kontol mereka dilepas dari lubang-lubang Umi. Terus Umi dipegangin berdiri, Si Pengamen juga berdiri pindah dari duduknya. Sama si Preman terus Umi terus didudukin di kursi tengah itu. Umi senderan di kursi karena lemes banget. Kaki Umi diangkat terus dikangkangin, kontol Si Preman terus dicoba masuk anus Umi lagi. Umi yang dah lemes terus pasrah aja. Kontolnya masih susah masuk anus Umi yang sempit ini, Abi. Untungnya ada pejuh Si Pengamen yang meluber keluar, itu jadi bikin kontol Si Preman pelan-pelan mulai bisa masuk anus Umi. Awalnya Umi berasa sakit, tapi pas lama-lama anus Umi dientot, Umi mulai bisa enak juga, Abi. Umi malah ndesah-ndesah juga pas genjotan kontolnya makin dalem masuk ke anus Umi."

"Umi malah minta Si Preman buat ngentotin anus Umi makin kenceng, sambil tangan Umi, Umi kalungin ke lehernya. Umi digenjot liar banget sampai keluar suara tumbukan kenceng pas punggung Umi yang nabrak-nabrak senderan kursi bis. Umi yang terangsang, terus inisiatif cium bibir item Si Preman itu. Umi hisap-hisap bibirnya yang bau rokok banget itu sambil anus Umi disodok-sodok kontolnya. Pas Si Preman mau ngecrot, terus kontolnya dikeluarin dari anus Umi, terus dimasukkin ke memek Umi. Karena memek Umi yang penuh pejuh dan cairang orgasme Umi, kontol Si Preman nggak butuh lama-lama buat nggenjot memek Umi. Kontolnya yang panjang itu berasa menuhin memek Umi sampai ujung rahim Umi, Abi. Terus nggak lama, Si Preman ngecrot lagi, muntahin pejuhnya di memek Umi."

"Setelah didiemin, terus kontolnya ditarik keluar dari memek Umi. Memek Umi langsung ngeluarin pejuh yang ikut meluber juga. Umi masih lemes banget sambil merem. Pas Umi buka mata, ternyata di depan Umi ada banyak penumpang lain yang ngocok kontolnya di depan Umi. Terus tiba-tiba Si Preman bilang ke penumpang-penumpang itu kalau mereka boleh kocok di depan Umi, silakan ngecrotin pejuhnya di dalem memek Umi. Umi agak kaget dengernya. Dibilangin kaya gitu sama Si Preman, penumpang-penumpang yang lain itu terus kesenengan. Si Preman terus nyuruh Umi buat ngundang mereka buat ngentotin Umi.

"Umi terus bilang ke penumpang-penumpang itu silakan entot Umi. Silakan pakai memek Umi, mulut Umi, dan anus Umi. Salah satu penumpang itu terus malah langsung ndeketin Umi, Abi. Kontolnya yang udah ngaceng banget terus mulai dimasukkin memek Umi. Umi keenakan lagi pas kontolnya maju mundur pelan-pelan masuk memek Umi. Pas udah masuk, nggak lama Umi digenjot terus kontolnya ngecrot di memek Umi. Kontolnya terus dicabut, memek Umi lagi-lagi banjir pejuh. Penumpang yang lain terus nggantiin posisinya. Memek Umi dimasukkin lagi sama kontolnya, sambil diliatin penumpang lain yang ngocok kontolnya masing-masing nunggu giliran ngentotin Umi. Kaki Umi diangkat sampai pundak si penumpang yang di depan Umi, terus kontolnya mulai mbelah bibir memek Umi."

"Umi sempet pingsan Abi, pas Umi bangun semua penumpang-penumpang itu udah numpahin pejunya semua. Pejuh ada dimana-mana di badan Umi. Si Pengamen dan Si Preman udah nggak ada di bis, mungkin dah turun. Bisnya ternyata lagi berhenti. Sopir dan keneknya ikutan juga nggarap Umi. Badan Umi penuh pejuh semua. Jilbab Umi, muka Umi, tetek Umi, sampai kaki Umi, semua belepotan sperma. Anus Umi juga ternyata keisi pejuh, Abi. Ada yang ngentot anus Umi pas tadi Umi pingsan. Umi terus pakai lagi gamis Umi. Terus Umi turun dari bis. Penumpang-penumpang bis itu cuma ngeliatin Umi pakai tatapan nakal. Pas Umi turun, ternyata Umi dah nggak jauh dari kompleks rumah kita, Abi. Yaudah Umi lanjutin jalan kaki aja walaupun semua badan Umi capek banget rasanya."

Aku sejenak menghentikan ceritaku. Aku yang bercerita seperti itu tapi aku sendiri malah ikutan terangsang juga. Satu tanganku masih mengocok penis Mas Bagas yang sudah tegang sempurna. Satu tanganku yang lain memainkan vaginaku, menggesek-gesek bibir kemaluanku makin cepat. Vaginaku sudah banjir cairan pelumasnya sejak tadi.

Aku yang tak tahan, akhirnya berdiri dan memindahkan posisiku berhadapan dengan Mas Bagas. Celana dalam tipis ini lalu aku lepas. Aku naik ke atas sofa, kakiku kupijakkan di samping kanan dan kiri paha Mas Bagas hingga posisiku berdiri, selangkanganku sejajar dengan wajah Mas Bagas. Mas Bagas hanya bersandar di sofa sambil tangannya masih terikat di belakangnya. Mungkin tangannya kelelahan harus ditindih badannya sedari tadi. Pantatku lalu kugerakkan ke depan hingga bibir vaginaku tepat di muka Mas Bagas.

"Jilatin memek Umi dong, Abi. Abi bayangin jilatin memek Umi yang udah basah gara-gara penumpang di bis tadi.. hmmmmmpppphhh..." Aku langsun mendesah saat Mas Bagas dengan cepat menempelkan lidahnya ke bibir vaginaku.

Dijilatinya belahan bibir vaginaku naik turun. Sensasi lidah seorang lelaki yang bermain-main di vaginaku memang tak tergantikan, tidak dengan tangan ataupun dildo sekalipun. Mulutku tak pelak mulai mendesah keras mengisi ruang utama rumah kami ini. Lidah Mas Bagas bermain liar di vaginaku, walaupun tanpa bantuan tangannya sekalipun. Sesekali lidahnya turun menyapu sekitar lubang anusku memberiku sensasi nikmat.

"Ouuuhhh.. Shhhhhh... Hmmmmpppphh.. Aaahhh.."

Klitorisku tak luput juga dari permainan lidah Mas Bagas. Tonjolan kecil yang sangat sensitif itu digigit-gigit kecil oleh mulutnya, membuatku blingsatan ikut menggerak-gerakkan pantatku. Lidahnya juga mulai masuk mencoba membelah bibir vaginaku yang sempit, walaupun nampak kesulitan tanpa bantuan tangannya. Meski begitu, jilatannya di bibir vaginaku memantik birahiku ke awang-awang. Tanganku memegang belakang kepala Mas Bagas seolah meminta lidahnya makin masuk ke dalam selangkanganku.

Aku merasa klimaksku tak lama lagi datang. Aku memundurkan sedikit pantatku, lalu dengan masih berpijak di atas sofa, kuturunkan badanku berjongkok di depan Mas Bagas. Pantatku kuposisikan di atas selangkangan Mas Bagas yang masih duduk bersandar di sofa ini. Satu tanganku meraih penisnya yang tegak menjulang, aku pegang batang penis itu lalu aku gesek-gesekkan tepat di bibir vaginaku.

"Hmmmppphhh.. Shhh.." desahku.

Aku tepatkan ujung penis Mas Bagas di pintu lubang kemaluanku. Perlahan-lahan aku lalu menurunkan pantatku. Sempitnya vaginaku membuatku harus menaik-turunkan pantatku beberapa kali. Bibir vaginaku yang sempit ini perlahan lalu mulai tak malu-malu lagi membuka menerima batang penis kekasihku itu.

"Uuurrrgghh.. Ummiiii..." Erang Mas Bagas saat kepala penisnya perlahan mulai hinggap di dalam vaginaku, merasakan hangat dan sempitnya liang kemaluanku ini.

Pantatku lalu kuturunkan perlahan membuat penis suamiku masuk makin dalam di liang vaginaku. Kondisi Mas Bagas dengan tangan terikat di belakang badannya ditambah pantatku yang berada di atas selangkangannya membuat diriku yang mengendalikan tempo persetubuhan ini. Aku masih menaikturunkan pantatku hingga kini vaginaku terasa penuh sesak terisi batang penis suamiku. Mas Bagas hanya mengerang sambil matanya terpejam menikmati vaginaku.

"Memek Umi sempit ya, Abi?" Tanyaku. Aku mendiamkan diriku sejenak, sambil turut menikmati batang penis suamiku yang bersarang penuh di vaginaku.

"Sempit banget Umi.. Urgghh.." kata Mas Bagas.

"Abi nggak takut kalau memek Umi nanti jadi dower gara-gara dientot kontol yang jauh lebih gede?" Tanyaku lagi.

"Urrggghh.. Abi malah makin sayang sama Umi.. Urgghh.."

"iiihh.. Abii.." ujarku manja.

Aku lalu menaikkan pantatku perlahan hingga vaginaku hanya menyisakan kepala penis Mas Bagas. Gesekan batang penis Mas Bagas di dinding vaginaku juga membuatku keenakan. Aku turunkan lagi pantatku hingga penisnya kembali tertelan. Vaginaku kembali terasa penuh sesak oleh penis Mas Bagas. Selama beberapa kali aku menaik turunkan pantatku di selangkangan Mas Bagas. Keringat mulai mengucur deras dari tubuhku.

Tanganku berpegangan di pundak Mas Bagas. Selama beberapa menit aku menaikturunkan pantatku hingga tempo gerakanku perlahan makin cepat. Vaginaku terasa nikmat sekali bergesekan dengan batang penis suamiku itu hingga lendir cinta vaginaku makin banyak keluar. Sesekali kulihat Mas Bagas merem melek keenakan penisnya keluar masuk di dalam lubang vaginaku.

Splokk.. Splookkk.. Splookkk.. Suara pantatku yang beradu dengan selangkangan Mas Bagas. Beceknya lubang vaginaku juga membuat suara kecipk tumbukan pantatku. Pantatku berayun makin cepat naik turun. Orgasmeku kurasa kian mendekat.

Kulihat Mas Bagas nampak makin tak nyaman. Aku lalu mengeratkan pelukanku hingga tanganku bisa meraih belakang badan suamiku. Tanganku kugerakkan menuju pergelangan tangan Mas Bagas hingga bisa kuraba ikatan tali sepatunya. Aku lalu menarik simpul ikatan tali itu, hingga ikatannya mulai terlepas. Aku kemudian menarik lepas tali sepatu itu. Saat kupegang pergelangan tangan Mas Bagas, terasa membekas karena ikatan tadi.

Aku lalu kembali menegakkan tubuhku dan kembali mengayun pantatku naik turun, meraih kembali kenikmatan duniawi yang menjalar sekujur tubuhku. Tangan Mas Bagas masih berada di belakang badannya, mungkin masih kaku untuk digerakkan olehnya. Aku masih terus mengerakkan pantatku, bahkan kini pantatku bergoyang makin liar di atas paha Mas Bagas.

"Shhh.. Ouuuhhh.. Hmmmppphh..." desahku.

"Urrrggghhhh.." erang Mas Bagas. Tangannya perlahan digerakkan hingga memegang pinggulku.

Tangan Mas Bagas meremas perlahan pantatku seiring dengan pantatku yang bergoyang maju mundur. Batang penis suamiku yang keras itu mengaduk-ngaduk vaginaku. Tangannya yang tak lagi terikat membuat badannya lebih leluasa bergerak hingga pinggul Mas Bagas juga ikut bergerak menyetubuhiku dari bawah. Gesekkan batang penisnya di dalam vaginaku kurasakan makin nikmat, aku yang tak mau kalah juga menggoyang pantatku makin liar, mencoba meraih kenikmatan makin jauh. Tangan Mas Bagas lalu beregerak ke dadaku.

"Ouuuuhhh.. Abii.." desahku saat kedua tangannya meremas tetekku dengan keras.

"Urggghh.. Montok banget sih toket Umi.. Urgghh.." erang Mas Bagas meremas tetekku makin kencang.

"Auuhhh.. Abiiiih.. Uuugghhh.."

Mas Bagas membetot tetekku sekeras-kerasnya, hingga bulatan putih dadaku itu mulai berubah gelap kemerahan karena aliran darah yang tertahan. Aku merasakan ngilu di dadaku tetapi pudar karena birahi yang makin meninggi seiring orgasme yang mendekat. Di bawah sana batang penis Mas Bagas makin kencang mengaduk-aduk vaginaku membuatku merem melek keenakan. Gairahku berlomba-lomba dengan orgasmeku yang makin mendekat. Tiba-tiba Mas Bagas mendekatkan mulutnya ke tetekku.

"Ouuhh.. Abii.." desahku saat lidahnya menjulur di tetekku dan menyapu sekelumit areola buah dadaku. lidahnya berputar-putar menjilat-jilat lalu perlahan menyapu ujungnya hingga putingku. Aku yang makin terangsang lalu menggoyang pantatku makin kencang.

"Aiiihhh.. Abiii.. Jangan digigit gituuuhhh.. Uhhhh.." erangku saat putingku digigit kencang oleh Mas Bagas..

"Ouuuuhhh...Abiiii.. Umiiii piipiiisshhhh... Ouuuuuuuhhhhhhhh.." jeritku. Tubuhku menekuk kedepan saat gelombang orgasme menerpaku. Seluruh tubuhku serasa kaku. Tubuhku lemas merangkul Mas bagas. Mas Bagas memegangi pantatku menggerakan pinggulku naik turun.

Splokk.. Sploookkk.. Sploookkk..

"Hsshhhh.. Udah dulu Abii.. Umi lagi ngecrot.. Ouuhhh.. Shhh.." rengekku.

Tapi Mas Bagas tak peduli. Kurasakan tangannya digerakkan ke bawah pantatku hingga menuju selangkangannya. Kudengar suara karet terlepas. Pantatku yang naik turun menelan batang penis keras Mas Bagas di dalam vaginaku kembali menaikkan birahiku di tengah fase klimaks yang menderaku ini.

"Ouuuhhh.. Abiiii.." desahku. Pantatku kini malah naik turun sendiri memeras penis Mas Bagas dengan vaginaku yang memijat-mijat kuat batang keras itu.

"Shhh.. Abi.. Kok Umi mau pipissshh lagi..." desahku. Pantatku kugoyang makin cepat.

"Keluar bareng Abi, Umi.. Urgghhh..."

"OOOOUUUUUUHHH.. UMI PIIPIIISSHHHHHHHHH.. OOOOOOOOOOOHHHHHHHH..

Seeeerrrr... Seeeeeeerrrrrr.. Seeeerrrrrrrrrr...

Kurasakan cairan squirt ku keluar deras menyembur. Bersamaan dengan itu kurasakan penis Mas Bagas berkedut-kedut memuntahkan isinya di dalam vaginaku. Crrtt.. Crrtt.. Crttt.. Crttt.. Crttt.. Tubuhku menegang serasa semua semua tulang belulangku meninggalkan dagingnya didera multi-orgasme sepert ini. Mas Bagas juga nampak kaku mengejang saat penisnya menyemburkan spermanya ke rahimku. Badanku rubuh tak bertenaga di tubuh suamiku di depanku.

"Hosh.. Hosh.. Hosh.." dengusku ngos-ngosan tepat di lehernya.

Mas Bagas sepertinya kelelahan melepas klimaks juga. Ada raut kepuasan di wajahnya. Selama beberapa saat suasana berubah menjadi hening seheningnya.

"Abi.." mulutku mulai mengeluarkan suaranya, ".. maafin Umi ya kalau keterlaluan tadi iket-iket Abi gitu.."

"Besok gantian Abi deh boleh lakuin apa aja ke Umi.. Hegh.. hegh.." kataku masih sambil mengejar nafasku yang lumayan tersengal-sengal.

Mas Bagas masih kelelahan. Bajunya yang terbuka juga sudah acak-acakan. Di bawah sana bisa kurasakan penis Mas Bagas mulai menyusut. Cairan sperma yang bercampur dengan cairan orgasmeku perlaha menetes keluar dari vaginaku, membasahi sofa yang kami duduki. Di depan kami laptop Mas Bagas sedang memutar adegan saat aku sedang digarap Pak Broto dan anak buahnya di vaginaku, di lubang anusku dan di mulutku. Hingga sedetik kemudian, layar laptop itu menghitam kehabisan baterei.

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com