𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟒𝟏

 


"semoga semoga" gumamnya menunggu hasilnya, cukup lama menunggu vivi pun tersenyum lebar melihat dua garis di testpacknya.


"gue hamil, rendra.. aku hamil" ucap vivi dalam hati, vivi melangkah keluar menemui tante nia yang berdiri sambil mondar mandir.

"vi, hasilnya gimana sini tante liat" vivi pun kasih testpack ke tante nia, tante nia pun terlihat terkejut melihat hasilnya positif. Wajahnya sangat shock.

"kok bisa vi??" vivi pun menggelengkan kepalanya. Tante nia terus memperhatikan testpacknya.

"kita ke dokter tempat teman tante yang dulu pasang spiral, sekalian periksa beneran kamu hamil apa ngak, bisa aja kan ini salah" ucapnya sambil melangkah terburu-buru meninggalkan vivi.


***

"ma kok buru-buru gitu?" ucap om hen, melihat tante tergesa-gesa dan mengehubungi seseorang.

"papa.... Vivi hamil tau" ucap tante nia sambil menghela nafas.

"haa???? Kok bisa?" om pun ikut terkejut mendengar vivi hamil sambil menggaruk-garuk kepala.

"mama aja gak tau kok bisa ya, padahal udah pasang spiral. Apa udah gak berfungsi ya, "tante nia mengurut dahinya. Om hen mencoba menenangkan tante nia sambil memijit bahunya agar lebih rileks.

"perasaan mama kok gak enak ya?" di lihat wajah om hen dengan wajah cemberut.

" kenapa?, takut itu bukan anak rendra?" ucap om hen, anggukan lemah dari tante nia.

"hus jangan ngomong gitu ah, papa yakin vivi hamil sama rendra bukan andri. Udah jangan mikir macem-macem ma" ucap om hen sambil mengelus pipinya sampai tante nia lebih tenang.

"iah pa, " senyum tante nia, om hen pun pamit berangkat ke kantor, tante nia pun segera bersiap-siap.


***

Waktu menunjukan pukul 08.00, Vivi pun turun dari kamarnya menuju ke tante nia setelah bi inah memberitahukannya, tante nia pun sudah menunggu di depan, dan pak agus udah siap mengantarkan tante nia dan vivi ke rumah sakit. Terlihat wajah tante nia kembali cemas, vivi pun mendekati tante. ia tak banyak bicara karena merasa bersalah karena rencannya ini tanpa sepengetahuan siapa pun. Mobil pun melaju ke arah rumah sakit.

Tante nia dan vivi hanya terdiam, vivi hanya menunduk sambil melihat jalan. Tante nia terus mengurut dahinya dan sesekali melihat ke arah vivi. Vivi tak berani membuka pembicaraan sampai mereka di rumah sakit. Vivi dan tante nia pun langsung menuju ruang dr. annisa. Dan ternyata ia sudah ada di dalam. dengan langkah berat vivi pun masuk ke dalam.

"duh nia, kenapa sih gue suruh dateng lebih awal, hi vi" ucapnya nyerocos tanpa titik sambil cipika cipiki dengan tante nia. Vivi hanya melempar senyum.

"gue mau ngomong serius niss, lo tau gak? Vivi kebobolan" ucap tante nia dengan nada cemas.

"haa? Hamil? Tekdung? " ucapnya bingung dan cukup terkejut.

"iaaaaaaah, " tante nia kembali mengurut dahinya. Dr.annisa pun melihat ke arah vivi yang terdiam di samping tante nia.

"iah sini gue cek dulu.lo tunggu sini nia, yuk vi" ia pun menggandeng tangan vivi ke ruanganya satunya, Cukup lama mereka didalam dan keluar sambil tante annisa membawa selembar kertas. Vivi pun duduk kembali di samping tante nia.

"nih hasilnya nia" di berikanya selembar kertas, tante nia pun langsung membukannya.

"usia kandungannya udah 1 bulan" ucapnya tante annisa, membuat vivi terkejut, karena baru 2 minggu kemarin ia main sama rendra tanpa spiral.

"haaa 1 bulan?" ucapnya tante nia shok dan menatap bengong kearah tante annisa.

"iah, itu dari itungan terakhir masa haid, katanya vivi terakhir haidnya segitu dan di itung-itung yah usianya kandungannya segitu, wajar segitu kalau secara real sih baru 2 mingguan." Tante annisa mencoba menjelaskannya. Tante nia pun paham, begitu juga vivi merasa lega.

"tapi spiral lo gak ampuh sampai vivi ke bobolan niss" ucap tante nia yang agak tenang.

"hei, he hei enak aja. vivi kan yang lepas spiralnya tau, bukan alat gue yang jelek." Ucapnya membela diri. Vivi pun pasrah sambil menundukin kepalanya.

"haa???" tante nia pun semakin bingung.

"iah kan lo nyuruh nia, tuh vivi bilang pas mau lepas. dan gue lepasin deh. so jadi bukan alat gue yang jelek kan." ucapnya, tak langsung tante nia pun mengarah kea rah vivi yang tertunduk sambil duduk. Suara menjadi hening sesaat.


***

"vi jujur ke tante, kenapa kamu lakuin ini termasuk sampai bisa hamil? Dan itu anak rendra?" ucapan lembut dari tante nia sambil mengelus rambut vivi. tampak wajah vivi sangat gugup.

"ma maaf tante, vivi terpaksa lakuin ini" ucapnya sambil menahan tangis karena merasa bersalah terhadap tante annnisa dan tante nia.

"tapi kenapa? Jelasin ke tante vi" ucap tante nia.

"vivi lakuin ini karena takut tant, takut kakaknya rendra" ucapnya terputus dan langsung terdiam sambil menyeka air matanya mau keluar.

"kenapa andri? Takut andri nikmatin tubuh kamu?" ucap tante nia secara blak blakan sambil melihat wajah vivi, anggukan kecil dari vivi.

"wahh, bearti itu anaknya rendra donk nia, gue orang pertama nih ngucapin selamat. Haha" celetuknya mencoba menghibur. ia pun terdiam karena tak ada yang tertawa.

"iah, ini anak rendra kok tante. Vivi lakuin ini biar andri gak berani ganggu aja dan aku hamil biar jadi tanda kalau aku udah milik rendra" ucapnya pelan sambil kembali menyeka air matanya.

"duh vi, kamu terlalu jauh dari tante kira. Tante gak nyangka kamu senekat ini" di peluknya pelan sambil di elusnya rambut vivi. Tante annisa hanya geleng-geleng mendengarkan cerita dari vivi.

"dah nia cepat lo nikahin aja, biar pada gak tau vivi hamil duluan" ucapnya membuka pembicaraan.

"tante lega , kalau itu anak rendra, tante gak marah vi. Tante takut aja itu anak andri. Ke kwahtiran kita sama hehe" tante nia tersenyum lebar sambil menatapa wajah vivi.

"yups sampai disini ya dramanya, gue mau meeting dah telat ini demo lo nia" ucapnya segera merapihkan mejanya,

"thanks niss, lo best friend gue. kita juga mau balik kok" mereka bertiga pun langsung keluar dari ruangan. setelah cipika cipiki mereka pun langsung ke halaman parkir, tante nia menggandeng tangannya vivi dengan erat. mereka pun berjalan pulang


***

"oh vi boleh tante tau gak? 2 minggu kemarin kan pas rendra terbang, kamu mainnya kapan.? " ucapnya membuka pembicaraan.

"hm itu tante, itu di mobil ini pas waktu mau arah ke bandara tante" ucapnya ragu-ragu.

"haa, pak agus bearti bohong donk katanya ganti ban?" ucap tante nia ke pak agus.

"duh, maaf bu, den rendra yang mau. saya di kasih 400rb bu suer dah, " ucap pak agus cengengesan.

"tante jangan marahin pak agus, ini rencana vivi kok main di mobil hmm" ucapnya membela pak agus.

"huft, pantesan aja di jok mobil ada basah-basah lengket. Ternyata punya kamu dan rendra. Vivi.. vivi." Di elusnya rambut vivi sambil menghela nafas.

"maaf tante.." senyum ragu keluar dari wajah vivi.

" duit 400rb aja mau, yang lebih dari itu bisa kali pak agus" ucap tante nia meledek pak agus.

"heehee," tawa kecil dari pak agus.

"dah sekarang, kita pulang. Nanti mau atur acara pernikahannya, " vivi pun tak kepikiran apa yang harus dia bilang ke orang tuanya tentang masalah ini. vivi tak terpikiran sampai ke situ. Sesampainya tante nia pun langsung menelpon seseorang. Vivi memilih ke kamar rendra dan mengambil bingkai foto dirinya dan rendra dengan senyum bahagia.

"maaf ya ren, aku lakuin ini demi hubungan kita" di dekapnya bingkai fotonya sambil vivi rebahan di kasurnya, tak sadar vivi tertidur.


***

"oke, pokoknya dateng ke rumah saya ya. Hari ini juga" ucap tante nia semangat sambil menutup teleponnya.

"duh buk, dari tadi berdiri terus istirahat dulu" ucap bi inah membawakan segelas teh hangat.

"hehe makasih bi, saya tuh lagi semangat bi. Bibi jangan bilang yah, saya mau adain pernikahan di rumah. Sedikit kejadian kecil bi" ucap tante nia sambil menghela nafas.

"duh, maaf bu, maksudnya vivi hamil?"

"iah bi, makanya saya mau adain secepatanya ." tante nia menggak habis minumannya.

"oalahh.. ya udah bu, saya pamit ke belakang lagi." Bi inah pun pergi, tak lama vivi yang sudah bangun tidur turun dengan langkah ragu mendekati tante nia.

"tante.. vivi boleh bilang sesuatu gak?"

"apa vi? Sini duduk dulu" vivi pun duduk di sampingnya.

"vivi mau bilang masalah ini ke orang tua vivi, tapi takut tante. " vivi sambil menundukan kepala.

"tante udah bilang kok, pak agus udah suruh tante jemput. Tapi tante gak bilang kamu hamil kok, cuman bilang mau adain pernikahan." Ucapnya mencoba menenangkan vivi yang kwahtir.

"haa?? tapi tante?" persaan vivi semakin berdebar-debar.

" jangan takut, tante bantu bilang kok" senyum tante nia.

"iah tante, " senyum lebar dari vivi. tak menjelang berapa lama rumah tante nia di penuh oleh beberapa orang untuk mendiskusikan acara pernikahan vivi dan rendra sampai sore.


***

Sore ini om hen pulang lebih awal karena om hen begitu terkejut saat tante nia bilang vivi benar- benar hamil, vivi yang sudah mandi keluar kamarnya berjalan melewati ruang tengah tetapi melihat om dan tante sedang berbicara serius ia memilih ke dapur membantu bi inah membuat makan malam.

"bu.. pak. Makan malam dah siap" ucap bi inah ke ruang tengah.

"iah bi," tante nia dan om hen pun segera menuju ruang makan, mereka pun duduk bertiga.

"wah, pas banget nih udah ada makanan" ucap andri yang baru pulang kerja.

"sini ren gabung, sekalian papa sama mama mau kasih tau yang penting soal keluarga" ajak om hen,

"oke" andri pun ikut bergabung.

" papa mau kasih tau, 2 minggu lagi kita adain pernikahan di rumah" ucap om hen menghela nafas.

"haa? Andri mau di nikahin? Kok mendadak?" ucapnya bingung.

"bukan bukan, mama sama papa mau adain pernikahan rendra dan vivi" lanjut tante nia.

"heee? Rendra kan lagi di ausy , kok buru-buru banget ma?" tanyannya semakin bingung.

"uhm, vivi hamil ndri, makanya papa sama mama mau adain secepatnya. Biar gak jadi aib" sambung om hen.

"haaaa??? Hamil??? " andri pun sangat terkejut mendengar ucapan dari om hen, perasaannya sangat shok dan sesekali melihat ke arah vivi.

"andri.. andri." Ucap om hen melihat andri bengong.

"andrii.."

"eh ia pa" andri terasadar dari lamunannya.

"kok bengong,?"

"ngak pa, kaget aja kok bisa vivi hamil?" vivi terlihat diam,

"ya entalah, mereka sama-sama khilaf namanya juga manusia" ucap tante nia menutupi apa yang terjadi.

"oh ia, sekalian minta nomor kontak rendra. Papa mau ngomongin ini ke rendra" ucap om hen sambil mengeluarkan handphonennya. Andri pun menyebutkan nomor kontak rendra. Makan malam pun selesai, vivi izin kembali ke kamarnya. Andri masih sangat terkejut vivi hamil membuatnya sangat tidak tenang. Om hen pun mencoba menghubungi rendra.


***

"halooo. Ren.." ucap om hen.

"iah halo" suaranya kresek-kresek karena signalnya jelek.

"halo ren, ini papa kamu udah mau tidur ?" ucapnya santai sambil berjalan mencari signal.

"oh papa, baik pa hehe, belom kok rendra lagi kerjain tugas. Ada apa pa?" suaranya sudah jernih dan terdengar jelas setelah om hen berjalan ke halaman belakang rumah.

"kamu jangan kaget ya ren." Ucapnya

"iah pa ada apa?"

"vivi hamil" ucapnya singkat.

"haaaaa???? Hamil? Hamil sama rendra?" ucapnya ragu.

"iahlah, siapa lagi," suara rendra terdiam sejenak, sangat-sangat terkejut mendengar berita ini. suasana hatinya pun bingung antara senang, sedih, dan terkejut.

"kalau gitu besok rendra urus cuti kuliah pa, sekalian terbang balik ke Indonesia" ucapnya dengan nada semangat.

"iah, itu mau papa bilang, kamu pulang ke indonesia dulu. Mama dan papa udah siap urus acaranya kok,"

"ia pa.. secepatnya rendra pualang 2 sampai 3 hari ya pa.". lanjutnya rendra. Om hen pun menutup teleponnya, dan segera masuk ke dalam rumah dan masuk kedalam kamarnya, terlihat tante nia baru selesai mandi sambil mengerikan pakaiannya.

"mama" ucap om hen sambil peluk dari belakang.

"uhm, gimana pa? rendra mau pulang?" di tatapnya serius ke om hen.

"iah, papa gak suruh pulang, rendra udah inisiatif mau pulang" di ciumanya tengkuk tante nia.

"ouh baguslah hehe, ternyata rencana awal yang kita batalin kejadian ya pa, vivi hamil hamil juga" ucapnya sambil memegang tangan om hen.

"hehe, takdir berkata vivi harus hamil mau gimana lagi ma, " remas tangan om hen di dada tante nia yang masih memakai handuk.

"hu,uh, iah namanya udah takdir vivi gitu kali hmm.. tapi mama senang sih mau dapat cucu hoho" tawanya senang sambil tersenyum lebar.

"papa juga ma" di bukanya handuk tante nia, di rebahkannya tubuh tante nia di kasur dengan mesra, di lumatnya dengan perlahan sambil tangan om hen meraba perlahan, tante nia pun membalas ciuman om hen dengan nafsu.


***

"aaahhh.. gue harus bilang ke vivi" gerutu andri sambil menghisap rokoknnya dan membuang puntung rokoknya.

"gue harus bilang ke vivi.. harus.." andri pun bergegas ke kamar vivi, wajahnya sangat gelisah melangkah pelan, langkahnya semakin ragu saat sudah di depan kamarnya. Andri pun menghela nafas.

"tok.. tokk...tok.." di ketuknya pintu kamar vivi, tapi tak ada jawaban dan ternyata pintu kamar vivi tak terkunci. Andri pun mendorong pintu kamar perlahan, tetapi tak ada seorang pun di kamarnya.

"vii... vivi" ucapnya memanggil sambil masuk mencari vivi dan benar tak ada orang satupun di kamar,

"kemana ya.." andri pun memutuskan untuk keluar dan ke esokan harinya baru berbicara dengan vivi, ia pun langsung keluar kamar.


***

"aaahhh ssh" suara mendesah dari kamar rendra, andri pun mengehentikan langkahnya pas di depan kamar rendra, andri pun menempelkan kupingnya di pintu mencoba mendengarkan suara apa itu.

"uhhhh" terdengar suara nafas yang mengebu-ngebu,

"suara vivi?" andri pun berusaha mendegar lebih jelas, dan tak di sangka pintu kamarnya tak tertutup rapat membuat tubuh andri mendorong pintu dan langsung terjatuh.
"braaaakk..."

"aaaaaahhh" jerit vivi yang langsung menutupi tubuhnya dengan selimut,

"awwh," andri pun langsung bangun melihat vivi di tempat tidur rendra sambil memakai selimut.

"sorry gak sengaja vi" andri sambil menggaruk-garuk kepalanya sambil membelakangi vivi.

"umh ia," jawabnya gugup, andri menutup pintu kamar rendra perlahan, perasaan vivi menjadi tak karuan karena diirnya sebentar lagi klimaks serta mematikan tombolnya.

"gue mau ngomong penting sama lo, tapi lo lagi main sendiri nanti aja deh, taktut ganggu " ucapnya sambil melangkah keluar kamar dan membuka pintunya lagi.

"hmm ngak kok, ada apa??" ucap vivi menjadi penasaran. Karena tampak wajah andri begitu serius. Andri pun duduk di pinggiran tempat tidur tepat di samping vivi.

"tapi lo janji gak bakal marah dan bilang ke siapa-siapa?" ucapnya mengehela nafas, anggukan kecil dari vivi. andri pun mendekati vivi dan duduk di sampingnya semakin dekat. membuat vivi menjaga jarak dikit.

"vi" tak sengaja tangan andri menekan tombol vibrator yang berada dalam selimut, membuat vivi tersontak kaget karena vibratornya masih di dalam memeknya.

"ehhm" vivi berusaha bersikap seperti biasanya.

"sebenernya yang hamilin lo ituu" ucapnya ragu, tampak wajah vivi menahan rasa geli dari vibratornya.

"itu.. itu gue vi" vivi pun langsung tersontak kaget, dan begitu pula tombol vibratornya ikut tepencet semakin cepat.

"kok ngomong gitu?" ucapnya kebingungan sambil menahan rasa geli.

"jujur aja, malam itu selesai makan malam bukan rendra yang main sama lo, tapi gue vi" ucapnya dengan tatapan serius. Vivi pun sontak terkejut dan di ikut tubuhnya mengejang klimaks. Tubuhnya langsung berbaring menahan klimaksnya. nafasnya terputus -putus.

"vi lo gpp?" andri pun kaget melihat tiba-tiba kejang-kejang, andri pun reflek membuka selimut dan tak sengaja melihat tubuh vivi yang telanjang bulat dengan kakinya di rapatkan. Andri pun langsung menutup kembali. kontol andri pun sempat tegagng melihat tubuh vivi. Vivi mencoba menenangkan diirnya dan mengambil nafas dalam-dalam.

"jangan bercanda ah, " ucapnya yang sudah agak tenang.

"sumpah vi, jujur gue lakuin ini mau balas dendam sama lo dan rekam adegan lo sama rendra. Tapi pas itu rendra tiba-tiba gak sadarin diri di tambah lo lagi posisi terikat gitu, otomatis gue nafsu ya gitu" ucapnya menjelaskan ke vivi. vivi pun sontak sangat terkejut.

"plaaaaaaaakk..." tamparan keras dari vivi di pipi andri, wajah vivi berubah drastis menjadi menatap tajam rendra.

"no problem, emang gue salah gue terima" ucapnya kembali menghela nafas/

"brengsek loooo, tau gak?" ucapnya dengan nada tinggi.

"ia gue emang brengsek"

" tapi sumpah gue gak bisa nahan diri vi, apa lagi lo bisa imbangin gue. Itu bikin gue makin nafsu" ucapnya, vivi kembali ingin menampar lagi, tapi ia tahan dan mencoba menenangkan dirinya. nafasnya keluar masuk dengan cepat menahan amarah.

"gue minta maaf vi gue nyesel, dan gue belom siap jadi ayah. Dan hubungan gue sama silvie bisa ancur vi, pasti rendra juga, papa mama benci sama gue gue nyesel vi" ucapnya sambil meneteskan air mata, sontak vivi pun terkejut andri bisa nangis.

"semuanya ancur vi..kacau semuanya.! " andri sambil menjambak rambutnya sendiri di ikuti air mata andri keluar.

"ancurrrrrr!" ucapnya seolah ingin memukul dirinya sendiri.

"stooopp" ucap vivi.

"semua gak ancur kok, asal lo janji berubah menjadi lebih baik? Gimana?" ucap vivi dengan nada pelan.

"lo gak bakal bilang itu anak gue ke semua orang?, iah gue janji kalau perlu gue bersumpah" ucapnya yang masih terisak nangis.

"oke, kalau gitu ini bukan anak lo kok" ucap vivi menjadi lebih tenang.

"haaa? Kok bisa tapi, tapi gue inget jelas kok gue yang lakuin, dan abis itu rendra gak sentuh lo" ucapnya yang terkejut.

"iah, walau gue masih kesal, tapi gue bisa liat ketulusan hati lo saat bilang nyesel dan gue tau itu dari hati lo paling dalam. Gue mau bilang sebenernya gue pakai spiral buat cegah kehamilan." Ucapnya menghela nafas.

"ha?? Jadi pas gue gituin lo masih pakai?" anggukan kecil dari vivi.

"terus? Lo kapan main sama rendra?" ucapnya menjadi penasaran.

"di mobil saat mau ke bandara" rendra pun teringat tampilan vivi yang agak berubah memakai rok saat antar rendra.

"terus kenapa lo cabut tuh spiral lo?"

"karena kalau gue hamil lo gak bakal berani sentuh gue, karena gue yakin kalau gue gak lakuin cara ini. suatu saat lo bakal.." ucapnya terdiam

"bakal ML sama lo?" anggukan kecil dari vivi.

"tapi telat lo udah lakuin itu tanpa sepengetahuan gue" ucapnya sambil menaikan nadanya.

"sorry, sorry atas semuanya vi. Gue juga nyesel vi, gue minta maaf segala sikap gue ke lo" ucapnya sambil memegang tangan vivi sambil menatap wajah vivi.

"gue juga, maafin juga" ucapnya tersenyum.

"gue bakal berubah, sesuai janji gue tadi. Thanks, gue tenang itu bukan anak gue." Wajahnya andri terlihat senang. andri sambil menyeka air matanya.

"dan lo jangan centil lagi, bikin gue konak tau gak" ucapnya sambil berdiri.

"iah," jawabnya singkat.

"dah sana lanjutin mainnya, gue keluar dulu. sekali lagi thanks vi" ucapnya. Vivi terdiam sambil memikirkan sesuatu, mengingat kembali kejadian saat kenikmatan malam itu. masih sangat jelas kenikmatan itu sampai ia terasa lemas. memang saat itu dirinya tak bisa bohong dan masih gak percaya andri yang setubuhin dia. vivi mencoba menenangkan dirinya.


***

Vivi yang selesai pun memakai kembali pakaiannya, rasa kesal terhadap andri masih ada tetapi setan apa yang selalu memikirkan kejadian itu. Vivi pun segera ke dapur untuk mengambil minum dan melihat pintu belakang terbuka, andri sedang asik merokok sambil menatap langit.

"nih buat lo" ucap vivi yang datang di sampingnya sambil membawakan sekaleng beer.

"ohh thanks, tumben sapa duluan" ucapnya melempar senyum.

"siapa bilang, gue masih kesel " ucapnya buang muka.

"iah gue tau kok, rasanya di setubuhin bukan sama orang yang kita sayang. Rasanya tuh gak ikhlas banget kan." Ucapnya sambil membuka kaleng.

"gue bisa rasain itu, karena gue dah alamin sendiri " lanjutnya.

"haa? Lo di gituin cewek?" ucap vivi menjadi penasaran.

"bukan, tapi silvie. " andri menenggak minumannya.

"di perkosa ?" anggukan dari andri. vivi semakin penasaran.

"gue saat itu belum jadian, cuman jadi teman dekat. Gue pas balik dari diskotik lihat silvie dengan baju acak-acakan dan dia lagi nangis di taman, saat itu gue tau dia abis di perkosa, saat itu di sepertinya agak shok lihat laki-laki termasuk gue.

"terus lo bisa jadian sama silvie?" vivi menjadi penasaran kembali.

"yah awalnya, dia lihat cowok jadi takut dan seolah ingin perkosa dia. Saat itu memang gue sering ganti-ganti cewek buat kepuasan aja, tapi saat lihat silvie dan jadi dekatnya. gue udah janji mau ubah sifat dan sikap gue dan berhenti jajan daging mentah." Ucapnya.

"gue beraniin aja datang tiap hari sampai ia udah gak takut, lo tau gak kata dokter soal kondisi silvie saat itu?" sambil menoleh ke arah vivi.

"vaginanya lecet karena di paksa masuk dan yang masukin 5-6 orang, dan itu buat hati gue sesek vi. Di tambah silvie bisa sampai shok gitu"

"bisa aja gue cari cewek lain, tapi hati ini gak bisa bohong vi, gue coba terima keadaan silvie. Selama 1 bulanan lah silvie udah bisa mau ngomong sama gue, awalnya melihat cowok ia teriak minta tolong, lama - lama dari situ kondisi silvie lebih baik dan akhirnya kita deket dan jadian." Ucapnya senyum-senyum.

"ouhh" ucap vivi.

"makanya gue bisa nangis ke inget silvie vi, gue udah langgar janji gue ke silvie, hati gue gak bakal tenang walau dia gak tau, dan gue bakal bikin dia down. Itu gak mau silvie down lagi, cukup kejadiaan saat itu. Gue gak mau khiantin silvie. " ucapnya menghela nafas.

"hehe baru tau, gue kira kalian sama-sama orang kaya jadinya gitu" ucap vivi melupakan sejenak masalahnya dengan andri.

"itu gue aja gak tau silvie anak orang kaya vi, soalnya pas kuliah tampilannya biasa aja, tapi kalau ke pesta tampilan berubah drastis dan gue baru tau silvie cerita tentang dirinya bahwa ia orang kaya, itu setelah kita udah ML" Lanjutnya.

"sorry gue jadi curhat hehe" ucapnya.

"iah, gpp. Oh ia gue gak liat lo jalan sama silvie?"

"ouh silvie balik ke ausy urusin ijazahnya, " ucapnya santai.

"kalau gitu, Silvie pasti lebih bahagia kalau lo bisa berubah lebih baik lagi, terutama kalau gak ngerokok. Silvie pasti lebih seneng, hehe" ucap vivi saat andri mau menyalahkan kembali sebatang rokoknya. Andri diam sejenak. Vivi pun pamit ke kamarnya.

" benar ya vi , lo pembawa perubahan di keluarga gue vi, mama papa, rendra juga bisa karena lo datang ke rumah ini. Dan gue percaya itu. Beruntung banget rendra punya cewek kayak lo vi" ucap andri melihat ke arah vivi berjalan ke dalam, ia pun kedalam dan tak menjadi merokok.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com