๐ˆ๐ง๐ข ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐ญ๐š๐ค๐๐ข๐ซ ๐๐š๐ซ๐ญ ๐Ÿ‘๐ŸŽ

 


"pagii cantik...." Ucap rendra saat mereka berdua bertemu saat keluar kamar masing-masing.

"pagi keboo.." senyum sambil tawa kecil dari vivi, rendra hanya tersenyum tampilan vivi dengan rambut kuncir kuda. Om hen dan tante nia sudah menunggu di ruang makan.

"gimana ren bahu kamu??" ucap tante nia.

"mendingan ma.. masih sakit sih kalau angkat-angkat gitu." Ucap rendra sambil mengerakan lengan kanannya.

"tapi kalau angkat vivi kuat gak?" ucap om hen ikut berkomentar.

"haha kuat lah beda urusan itu pa.. aaaawww" ucap rendra sambil tangan vivi mencubit pinganggnya. Tawa kecil keluar dari om hen dan tante nia.

Selesai rendra dan vivi pun segera menuju sekolah di antar pak agus, vivi pun terdiam sejenak saat memasuki sekolah. Bayangan ben tiba-tiba muncul di benaknya, kejadian saaat itu memasuki pikirannya. Vivi pun berusaha menenangkan pikirannya.

"yukk... " rendra menggengam erat tangan vivi keluar dari mobil, persaaan tenang mulai muncul saat rendra menggengam tangannya. Langkah perlahan rendra tak sedikit pun melepaskan genggamannya. Mata siswa lain agak terkejut rendra dan vivi berpegangan tangan melewati lorong sekolah.

"rendraa woii..." teriak jerry yang sedang duduk di depan teras kelas, raka, dan indra pun ikut berdiri melihat rendra dan vivi berjalan bersama.

"wahh.. gimana keadaan lo ren?" ucap jerry sangat senang melihat rendra sudah seperti semula walau sebelum sehat betul karena bahunya.

"eheeemm.." reni berdehem melihat tangannya vivi di pegang rendra. Vivi yang sadar maksud reni melepaskan genggaman rendra dan menarik reni ke kelas, rendra, raka dan indra berbincang-bincang di teras depan.

"lo sama vivi udah jadian?" ucap indra intograsi rendra.

"lo liatnya gimana??" ucap rendra duduk bersama teman- temannya.

"menurut gue sih dengan sikap lo gitu udah deh.. nembak di kampung vivi ya" ucap raka memainkan aliss.

"haha ia ia.. gue sama vivi udah jadian." Ucap rendra tersenyum.

"wahhh selamat renn.. akhirnya teman kita yang ganteng ini dapat cewek juga, gue kira homo wkwk" ucap raka.

"aseem lo.." di toyornya kepala raka oleh rendra. jerry, raka dan indra pun senang rendra jadian sama vivi walau mereka taunya sangat telat.


***

"vii.. lo udah pacaran sama rendra?" ucap reni penasaran.

"uhmm iah kali hehe.. " jawab viivi malu-malu.

"gimana ceritain donk" dengan agak malu-malu vivi menceritakn kejadian di kampung, saat rendra datang dan nembak di pinggiran sawah. Vivi merasa malu sendiri menceritakannya, walau diam-diam sudah lama vivi dan rendra pacaran.

" ih so sweet banget di pinggiran sawah aaaa." ucap Reni yang turut senang atas vivi dan rendra pacaran.

"oh ia ren.. lo gak cerita kan ke jerry, raka sama indra gue yang lakuin saat itu" ucap vivi menjadi serius.

"iah.. itu aman kok, yang lain tau lo minggat dari rumah rendra karena di bentak abis-abisan. Udah itu aja, gue sahabat lo pasti jaga rahasia lo" reni senyum mencoba menghibur vivi.

"hmm. Makasih banget renii.. oh ia.. terus ben gimana, gue denger jerry tabrak mobil si ben?" vivi pensaran.

"kata jerry kakiknya patah dan di rawat masih di RS, yah mungkin sekarang masih di sana, kenapa lo mau kesana?" ucap reni

"ngk kok.. pengen tau aja hehe" vivi pun menganti topic menceritakan selama ia di kampung bersama rendra.


***

"ah.. gila lo ren.. ngapain lo jengguk si ben? Kita hajar lagi aja" ucap jerry geram, rencana rendra ketemu ben.

"gak usah. gue punya rencana buat bikin si ben, sini... " rendra pun berbisik ke 3 temannya.

"aah gila lo.. emang vivi mau di foto telanjang bareng lo?" ucap jerry kaget dengan rencana rendra.

"yah... intinya gue habis mesum sama vivi dan tunjukin ke si ben, karena gue yang bakal dapat virginnya vivi, " ucap rendra.

"hmm tapi lo bakal perawanin vivi?" ucap raka.

"iah tapi gue gak bisa maksa, itu harus sama-sama suka, dah lo temenin aja ke rumah sakit, soal foto itu gampang lah. Gue mau bikin stress si ben. Ahaha" ucap rendra tertawa jahat.

"uhm.. bisa sih,, kayaknya si ben agak sedikit psikopat deh, lihat kita kenal dari awal dia orangnya nekad kan... " ucap raka sambil menganalisis sikap ben.

"bagus,, gue bikin strees berat nanti ahha" ucap rendra, dan tunggu tanggal mainnya yang tepat. Rendra mau tak mau harus diam-diam foto dirinya dan vivi saat main tanpa sepengetahuan vivi. Karena rendra tak mau melibatkan vivi secara langsung.

Kabar rendra jadian dengan vivi pun lagnsung melebar luas ke seluruh sekolah, vivi agak canggung dengan pembicaraan dirinya bersama rendra. Ada yang sinis, beruntung dan pakai ilmu pellet, semua presepsi siswa bermacam-macam dan yang pasti hanya rendra dan vivi yang tau. Jam bel pulang sekolah pun berbunyi, dengan mesra rendra mengandeng tangan vivi yang canggung di lihat oleh siswa-siswa lain.

"rendra tunggu" ucap seseorang mengejar, dan itu anak kelas 1 yang ikut keroyok rendra bersama ben.

"vi di belakang aku.." ucapnya menghalangi vivi.

"mau apa belom puas?" ucap rendra dengan nada tinggi dan megambil kuda-kuda.

"sabar ren..sabar tunggu dulu.. kita kesini mau minta maaf ke lo dan vivi, kita kehasut sama omongan si ben." Ucap salah satu temannya.

"iahh kita berempat mengaku salah ke lo dan vivi, gue siap bersaksi soal insiden kemarin buat jatuhin si ben" ucap salah satu temannya.

"gue juga siap lakuin apa aja demi martabat lo di sekolah pulih lagi, dan gue percaya lo orang baik ren gak seperti si anjing ben bilang." Ucap temannya yang lain kesal di manfaatin ben.

"kalau lo gak mau gpp, kita berempat siap lo laporin ke polisi. " ucap temannya dengan nada pasrah, vivi pun melirik ke mereka berempat, di lihat sorot matanya bersungguh-sunguh. Rendra pun berpikir sejenak.

"gue dah maafin kalian kok, buat apa dendam untuk kejadian masa lalu di banding masa depan yang banyak menanti." Ucap vivi melangkah ke depan mereka berempat.

"vi..." ucap rendra agak nada tinggi.

"gue tau, semua ini gara-gara ben, dan lakuin ini karena gue. Seharusnya gue minta maaf ke kalian, karena gue lo berempat jadi di manfaatin si ben. " ucap vivi terasa perih mengingat kejadian saat itu.

"vi.. sorry, soal itu." Mereka berempat langsung menunduk lesu.

"vii stop.." ucap rendra sebelum vivi mebahas soal kejadian yang kemarin itu. Rendra menarik tangan vivi ke sampingnya.

"ok.. gue bisa maafin kalian semua, dengan catatan lo lupain kejadian kemarin dan kalau masalah ini kesebar, gue gak tanggung-tanggung buat kalian berempat masuk ke sel bersama ben" ucap rendra dengan nada agak tinggi, karena tidak mau membuat orang sekitar dengar pembicaraan mereka.

"iah rendra gue ngerti kok.. thx banget ren.. kita telah salah nilai lo" ucap mereka berempat sambil bersalaman meminta maaf ke rendra dan vivi. Masih agak berat bagi rendra, tetapi melihat vivi salam dengan yang tulus ke orang yang musuhinya membuat rendra lebih tenang. Vivi dan rendra pun segera ke mobil karena pak agus sudah menunggu.


***

Sesampainya rendra dan vivi segera turun, vivi memilih ke dapur. Rendra pun mengikuti ke dapur.

"vi.. ada yang mau aku omongin." Ucapnya sambil tarik tangan vivi ke halaman belakang.

"aku udah pikirin rencana buat balas dendam ke si ben" ucap rendra senyum-senyum.

"uhmm apa?, tapi kalau kamu pakai kekerasan aku gak setuju." Vivi buang muka ke rendra.

"iahh ngak kok.. kamu nanti malam ke kamar aku.. aku kasih tau deh" di elusnya pipi vivi.

"iah... nanti malam aku ke kamar kamu, " ucapnya senyum, vivi pun langsung ke kamarnya untuk berganti pakaian. Rendra pun langsung memikirkan agar nanti malam bisa foto tubuh vivi.

Rendra pun langsung bergegas ke toko camera yang tidak jauh dari depan perumahan, sesampainya rendra mencari camera kecil yang bisa merekam. Dan kebeteluan ada produk untuk pengintai kamera berbentuk gantungan baju. Dan beberapa kamera unik lainya, rendra membeli 3 jenis kamera tersembunyi

selesai rendra pun sangat senang mendapat kamera tersembunyi yang pasti vivi gak bakal nyangka. Ia pun pulang kerumah dan membuang kardus kamera tersebut di tong sampah depan rumahnya.

"darimana ren.." ucap vivi yang lagi ada di halaman depan rumah.

"uhmm.. keluar bentar hhee" rendra langsung menyembunyikan kantung plastiknya.

"beli itu.." vivi mendekati rendra.

"aku liat donk.." ucap vivi menatap curiga rendra.

"bukan apa-apa kok" rendra pung menghela nafas setelah di tatap vivi membuat rendra menunjukan isi kantong plastiknya.

"gantungan baju, colokan. Sama jam.. tumben kamu beli gituan.." rendra pun bersilat lidah sampai vivi percaya dan tidak curiga sama sekali.

"aku duluan yah.. " rendra pun masuk kerumah dan langsung ke kamarnya. Ia pun langsung mempraktekan yang di ajarin pemilik toko. Di posisikan gantungan baju di pinggir kasurnya yang pas di arah kanan kasur, colokan ia tempatkan di dekat pintu karena pas langsung menghadap samping tempat tidur sebelah kiri. Dan jam ia tempatkan pas di depan kasurnya yang pas dengan meja tv. Cukup lama rendra memposisikan untuk mendapatkan posisi yang pas.

"rennn... kreekk" vivi membuka pelan pintu kamar, dan melihat rendra sedang asik main laptop.

"makan malam yuk, nonton porno lagi ya?" tergur vivi curiga dan langsung menghampiri rendra, rendra pun santai karena sudah selesai. Dan siap untuk pakai.

"ngak kok.. liat aja.." rendra dengan santai keluar kamar meninggalkan laptopnya menyala, vivi pun ikut rendra keluar untuk makan malam.


***

Selesai makan malam, dan mengobrol santai rendra pun pamit ke kamar duluan, vivi dan tante nia sedang asik menonton tv. Rendra pun kembali mengetes kameranya dan mencari ide serta posisi saat main sama vivi agar mukanya vivi pas ke kamera. Waktu sudah menunjukan jam 9 malam belum ada tanda-tanda vivi datang.

"tok tok.. tok. Rendra ini aku udah tidur?" ucap vivi pelan.

"masuk aj vi gak di kunci kok" rendra langsung sigap menyalakan kamera tersembunyinya.

"uhm.. " vivi pun langsung masuk dan duduk di pinggir tempat tidur.

"gak pakai bra ya?" rendra langsung meremas buahdada vivi.

"ihh.. hmm.. ayo apa rencanannya" ucap vivi manyun.

"uhmm sabar donk.." rendra mengunci pintu dan menyalakan lampunya agar bisa mengambil gambar lebih bagus.

"tumben lampu di nyalahin.. " vivi memperhatikan kamarya, dan melihat beberapa benda di beli rendra tadi.

"iaahh gpp lah nanti kecantikan kamu gak keliatan hehe.." goda rendra sambil peluk vivi dari belakang. Ia pun menggeser tubuh vivi sampai di depan kamera jam.
"ihhh.. curang ih.. katanya mau kasih tau.." ucap vivi sambil buah dadanya di mainkannya, kancing baju vivi pun di buka satu per satu sampai buahdadanya terlihat dan kembali di remas rendra.

"iahh..main bentar yuk.." bibir rendra menelusuri leher vivi, desah kecil vivi pun keluar. Tak ada perlawanandari vivi, membiarkan tangan rendra terus meremas dan mainkan putingnya. Desah vivi membuat rendra membuka seluruh pakaian tidur vivi. Di kangkanginnya kaki vivi pas dengan kamera, rendra pun mengacungkan jari tengahnya tanpa vivi sadari, bibirnya menghisap pinggiran buahdada vivi dengan mata menghadap kamera.

"uh kamu ngapain sih.. sshh" desah vivi liat tinggkah rendra agak aneh, tangan rendra pun memainkan memek vivi, di bukanya bibir memeknya dan beberapa jari mengelus klitorisnya. Jerit kecil vivi saat di pilinnya klitorisnya.. wajahnya pasrah dan di ikuti desah menggoda.

"vi emut donk, kangen hehe" ucap rendra manja ke vivi, rendra pun memposisikan tubuhnya ke kamera bentuk gantungan baju di pinggir kanan tempat tidurnya. Vivi pun mengikuti, vivi duduk di sampingnya sambil mengocok kontol rendra. Tak lama vivi pun menunging depan rendra sambil mengulum kontolnya. Rendra pun kembali mengacungkan jari tengahnya ke kamera saat vivi tak melihatnya. Dengan lihai vivi mengemut kontol rendra, di mainkannya lidah di kepala kontolnya.

"udah ah.. sini aku yang kerja" di baringkannya tubuh vivi ke ujung kasurnya, rendra meregangkan kaki dan sedikit mengangkat pinggulnya agar memek vivi bisa ke expose ke kamera, rendra pun mulai menghujamkan kontolnya perlahan.

"eghh ih..kamu liatin apa" vivi sadar mata rendra tertuju ke suatu arah.

"uhmm ngk kok.. liat jam aja, takutnya kita bergadang haha" ucap rendra sambil menghujamkan kontolnya cepat, vivi pun mempercayainya dan menikmati kembali hujaman kontol rendra. Rendra pun mengubah posisinya kembali ke pinggir kanan tempat tidurnya di posisikan tubuh vivi miring di pinggir kasur. Rendra mengangkat kaki kanan vivi ke atas dan rendra mulai memasukan kontolnya. Di hujamkannya kembali, dan ia kembali mencari ke sempatan mengacungkan jari tengah tanpa di sadari vivi.

"reenn.... Mau pipiss..." ucap vivi, rendra dengan sengacara mempercepat hujamannya agar vivi menjerit lebih keras, itu pun terjadi vivi menjerit histeris di ikuti tubuhnya mengejang hebat.. rendra pun terus mengaduk-aduk memeknya. Rendra pun mencabut kontolnya memberikan vivi istirahat sejenak.


***

"mau kemana ren.." ucap vivi saat rendra berdiri di dekat pintu.

"yuk lagi sini,.." ucap rendra ajak vivi, vivi pun menghampiri rendra. Rendra pun langsung memposisikan tangan vivi bertumpu di dinding berhadapan langsung dengan kamera. Rendra memegang pinggul vivi agar menunging sedikit.

"pegangan terus ya" ucap rendra sambil memasukan kontolnya,, tanganya sambil memilin putingnya, di hujamkannya cepat kembali sampai vivi mendesah sambil mendongakan kepalanya..

"aahh.." rendra terus menghujamkan sambil terus meremas buah dada vivi, terasa pegal dan cukup rendra ajak vivi kembali ranjang. Rendra duduk di ujung kasur., vivi ngerti maksud rendra ia pun langsung memegang kontol rendra dan menempelkan kontolnya.

"tunggu.. kamu hadap belakangin aku aja" ucap rendra sambil membalikan tubuh vivi, vivi pun memasukan kontol rendra perlahan, di hentakannya oleh rendra. Rendra memposisikan vivi berpegangan ke ujung rak tv yang tak jauh dari ujung kasur rendra.

"uh,,, posisi apa kayak gini" ucap vivi protes karena kelihatan tak biasa dengan posisi ini.

"dah pegangan aja bentar" rendra memegang pinggul vivi dan menggerakan pinggulnya, desah vivi kembali keluar sambil buah dadanya bergoyang hebat.
.
"aahh.. " vivi pun berposisi nungging di depan tak tv karena pegal menahan gerakan rendra, wajah vivi berdekatan dengan jam kamera di depannya, rendra terus menghujamkan kontolnya dengan cepat. Vivi merasakan ingin klimaks lagi.

"aahh vii,, dikit lagi.. " jerit rendra, vivi pun tak sengaja menyenggol jam di rak tv dan jatuh pas di selangkangan mereka berdua, vivi tak perduli dengan hal itu. Tubuhnya kembali mengejang.. sambil menahan jerittt.. di susul rendra menekan kontolnya dalam-dalam.

Kaki vivi bergetar, rendra pun mencabut kontolnya. Sperma pun keluar perlahan menetes membasahi jam kamera di bawahnya yang di senggol vivi. Vivi pun langsung rebahan sambil mengatur nafasnya, rendra pun berbaring di samping vivi, di pelunya mesra sampa nafas mereka kembali normal.


***

"dasar mesum, bilang aja mau ajak main.." ucap vivi membuka pembicaraan.

"hehe kok tau.. aku masih pikirin rencanannya tau" di elusnya pipi vivi.

"huu.. dah ah aku ke kamar ya. Makasih gaya baru nya" di cium bibir rendra, vivi pun langsung bangun membawa pakian tidurnya yang berantakan menuju kamarnya.

"maaf ya vi.. " rendra mengehela nafas, merapihkan pakaiannya dan mengambil jam kameranya yang jatuh dan terkena sperma. Rendra segera mamatikan
kameranya dan membuka laptopnya, di setelnya 1 1 dari ke tiga kameranya dan menyatukan menjadi 1 folder. Di setelnya sampai ketemu saat ia mengacungkan jari tengah, itu tanda untuk ia screenschoot buat di kasih ke ben. Ia pun terus memilih bagian yang cocok untuk di kasih ke ben. Dan total hampir 25 screenshoot, dan senjata pamungkasnya yang tak sengaja saat jam kameranya jatuh dan merekam rendra menyemprot di dalam memeknya vivi. Di jadikanya video pendek.

"selesaaii... " teriaknya setelah selesai memilih video yang durasi hampir 1 jam, waktu menunjukan jam 02.00. matanya sudah sangat berat ia pun tidur setelah mengcopy ke Hp dan cetak fotonya.


***


"uhmm.. kamu kurang tidur ya?" ucap vivi melihat rendra seperti ngantuk berat di dalam mobil yang menuju sekolah.

"iahh gak bisa tidur.. bayangin kamu terus.. maaf ya keceplosan pipis di dalam" ucapnya bisik-bisik di telinga vivi.

"iahh gpp, besok-besok gak boleh" ucapnya jutek sambil buang muka..

"hehe iahh.. " ucap rendra singkat, dan mereka berdua pun sampai di sekolah langsung menuju kelas.

" viivi..... " teriakk renii mendekati vivi dan rendra.

"pinjem vivi ya ren bentar" di ajaknya vivi ke taman depan kelas.

"lo ikut gak ke rs..?" ucap reni buka pembicaraan.

"ngapain? Siapa yang sakit..?" ucapnya bingung.

"hmm rendra gak bilang, kalau dia mau temuin si ben di rumah sakit?" ucapnya pelan.

"ngaak.. hmm lo tau darimana?" vivi mencoba mencari tahu.

"dari jerry.. katanya mau temuin aja tapi gak bilang mau apa kata jerry" ucap reni seperti bersalah.

"ih rendra gak bilang ke gue.. gue harus tanya ke dia" vivi langsung bangun tetapi di tarik kembali oleh reni.

"nanti aj tanya nya, gue rasa di gak enak bilang ke lo, dan gak mau bawa-bawa lo lagi ke masalah dia sama bend eh" ucap reni menebak-nebak.

"betein ih.. iah deh gue tanya nanti pas pulang" vivi pun memasang muka masam saat bertatap dengan rendra, vivi dan reni langsung masuk ke kelas.

"wah ren.. kayaknya bebeb gue bilang deh.. hadeh.. " ucap jerry melihat muka vivi masam saat liat rendra.

"dih bego... ngapain bilang.. lo kasih tau reni soal gue mau foto dia bareng gue?" ucap rendra panic.

"ngak ngak.. gue bilang ke reni lo mau temuin ben aja suerr" ucap jerry merasa bersalah banget.

"huft baguslah.. nanti gue yang atur.. kalau lo cerita tentang foto dia. Bisa balik ke kampung lagi si vivi" rendra sambil menepuk jidatnya. Tawa teman-temannya melihat rendra panik.


***

Jam sekolah pun usai, vivi pun langsung bergegas ke parkiran cuekin rendra. Rendra tau vivi lagi bรชte karena dia tak kasih tau, rendra mengejar ke parkiran.

"vi.. tunggu..." ucap rendra saat vivi langsung masuk ke mobil.

"yahh manyun.." ucap rendra yang ikut masuk ke mobil. Vivi pun hanya diam.

"pasti ngambek soal aku mau ke rumah sakit temuin ben kan?" ucap rendra pelan, vivi pun menoleh ke rendra dan kembali membuang muka.

"itu masih rencana vi.. makanya aku gak berani bilang, aku kesana mau ngomong baik-baik kok. Dan di jamin gak ada kekerasan" rendra terus meyakinkan vivi tanpa harus menceritakan apa yang sebenarnya.

"jerry, raka, sama indra ikut juga kok. Dia bakal jadi saksi kalau aku gak bakal pake jalan kekerasan demi kamu vi" ucap rendra lagi, sambil memegang tangannya mencoba meyakinkan vivi. Akhirnya vivi menerima alasan rendra.

"terus kapan kamu kesana?" ucap vivi yang sudah percaya dengan rendra.

"nanti sore.. jerry jemput aku kok..kamu ikut gpp, tapi aku harap kamu gak ikut. Aku gak mau libatin kamu" ucap rendra sambil mengusap rambut vivi.

"iah aku ngerti, aku percaya kok.." ucap vivi senyum manis ke rendra. Persaan rendra pun lega, karena ia tak bermaksud membohongi vivi, tapi hanya tidak mau melibatkan langsung vivi ke balas dendam nya.

BERSAMBUNG

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com