𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟑𝟏

 

Malam pun tiba, rendra sudah rapih langsung pamit ke vivi karena tante nia dan om hen belum pulang.
"pergi dulu ya" di ciumnya bibir vivi.

"iahh.. uhm.." ucap vivi dengan wajah cemas, karena takut ada apa-apa dengan rendra. rendra pun langsung menuju mobil jerry yang sudah menunggu di luar rumah. Vivi pun kembali kedalam.

" cieee vivi gak jadi pulang ya" ledek indra.

"tai.. hampir aja ketauan pea.. dah yuk berangkat" ucap rendra, dan mereka berempat langsung menuju rumah sakit.

"nanti gue aja yang masuk temuin si ben ok" ucap rendra tak sabar melihat reaksi dari ben.

"lo serius... ?" ucap jerry.

"iaa.. lagian lengan gue udah mayan buat tonjok si ben kalau di macem-macem" ucap rendra nyengir.

"terus soal foto?" ucap raka. Sambil menatap serius rendra.

"gampang itu.. udah kok haha.." mereka bertiga pun penasaran mau melihat sedikit, tetapi rendra tetap tidak mau kasih tunjuk foto vivi dan dia. Rendra pun terpaksa menunjukan sedikit saat ia mencium bibir vivi di layar hp nya.

"anjriitt... udah mau vivi." Ucap raka. Jerry hanya geleng-geleng.

"wahh udah tanda-tanda ini ren" sambung jerry.

"kalau gue ganteng kayak rendra juga vivi mau sama gue kwkwk..." ucap indra bercanda di ikuti tamparan di kepalanya oleh rendra. Mereka berempat pun sampai, langsung menanyakan pasien bernama ben. Rendra pun lansung ke lantai 4 ruang 212.

"gue masuk dulu.." ucap rendra.

"ada apa-apa lo teriak ren, gue sama raka, indra siap masuk" ucap jerry sambil kepal-kepal tangannya. Rendra pun masuk.


***

Ruangan cukup besar, dari jauh terlihat kaki seseorang yang di perban dan di gantung, renda pun mendekati sambil membawa amplop yang berisi foto vivi yang sudah di print.

"gimana keadaan lo ben.." ucap rendra senyum sambil tawa kecil berdiri di sampingnya.

"cih.. ngapain lo ke sini?" ben terlihat kaget sambil menatap menlotot rendra.

"gue disini mau ngomong baik-baik" rendra pun langsung duduk.

"cih.. gue kira mampos lo haha" ben senyum sinis ke rendra.. rendra berusaha tetap tenang dan rasanya ingin pukul wajahnya

"lo kesini mau bilang,lo udah merasa jijik kalau vivi udah gue ENTOT sama gue haha?" ucapnysa sambil tertawa menang. Rendra kembali mencoba menahan emosinya.
"ngak kok.. asal lo tau.. sebelum lo entot vivi.. gue udah perawanin duluan.." ucap rendra dengan nada geram.

"masa.. bilang aj lo gak terima kan? Vivi aja jerit pas gue entot hahaha, gue mau kok kalau lo gak mau sama vivi. " ben paling senang liat rendra menahan emosi seperti itu.

"oh ya... seterah lo, gue cuman mau kasih ini" di kasihnya sebuah amplop, ben pun penasaran membukanya. Ben kaget foto vivid an rendra.

" vivi semakin liar di ranjang sampai mau bikin foto kayak gitu sama gue.." ucap rendra santai. Ben pun melihat satu-satu foto.. nafasnya mulai naik turun menahan emosinya.

"bohhongg.. ini editan.. boohhongg... vivi milik gue.. gueee yang perawanin dia.. bohonggg" di lemparnya puluhan foto ke rendra.

"lo bohonggg rendraaaa... lo bohonngg..." matanya ben melotot ke rendra dikuti nafasnya naik turun cepat.

"ta taa.. ta tapii... gue crotin peju gue ke memeknya.. haha dan vivi bilang dia subur.. ahaha.. tunggu saat dia hamil.. haha" tatapnya berubah drastis seperti orang tak terima kenyataan sambil senyumnya seolah ia menang.

"tapi vivi gak hamil.. tuh.. abis kejadian itu.. vivi layanin gue dari rumah sakit sampai gue sembuh.. croti n di dalam juga" bisik rendra..

"bangsat lo rendra.. aaaahh.. bohong lo.. bangsaaat.." ben manjambak rambutnya sambil teriak-teriak.

"gak percaya? tadi malam gue crotin lagi" rendra pun membuka hpnya dan setel video saat vivi dan dirinya klimaks sampai sperma di memek vivi menetes keluar.

"AHHHHHHHH.... AHHHHH...BANGSAAAATTT.. GUE GUE YANG PERWANINNN........" teriak ben terus menerus sambil mengacak-ngacak rambutnya, tak lama terdengar langkah ke arah kamar ben, rendra pun merapihkan foto-foto yang berserakan.

"ada apa mas kok teriak=teriak" ucap salah satu suster.

"hmm gak tau suster saya mau pulang tiba-tiba dia gini," rendra pun segera melangkah keluar, suster berusaha menenangkan ben, tetapi sia-sia ben masih teriak teriak tidak jelas.


***

"renn lo apain tuh si ben?" ucap jerry dengar suara ben teriak-teriak.

"bereess.. yuk pulang.." ucap rendra berjalan meninggalakn ruangan ben.

"wahh.. lo apain.. masa lo kasih foto aja sampai gitu" jerry, raka dan indra tak percaya.

"dah yuk gue ceritain sambil jalan pulang." Mereka bereempat pun melangkah ke parkirana dan masuk kemobil. Rendra pun mejelaskan ketika ia perawanin vivi dan saking merasa bersalah ke rendra vivi layanin rendra di rumah sakit sampai sembuh. Sambil di tunjukannya foto rendra berciuman sambil remas buahdada vivi.

" anjirr.. si ben percaya gitu aja??" ucap indra geleng-geleng.

"ya lah.. keren kan.. aha" rendra tertawa puas.

"ren.. gue rasa si ben ada gangguan deh" ucap raka yang tadi sempat lihat ben teriak-teriak.

"gangguang apa?" ucap rendra langsung menoleh ke raka.

"gangguan psikologis, yahh menurut gue aja sih.. abisnya teriak-terianya histeris gitu gak jelas gitu" ucap raka mencoba menjelaskan.

"kayak si rendra donk waktu itu?" ucap indra di iringi ketawanya.

"taii,, najis banget di samaain sama si ben, beda lah.. masih gantengan gua haha" rendra menanggapi dengan tawanya. Mereka berempat pun meninggalkan rumah sakit, langsung mengantar rendra ke rumah.


***

"thanks jerry.. indra.. raka.. " ucap rendra sambil mengangkat tangan turun dari mobil.

"tin tin..." klakson mobil jerry. Rendra pun langsung ke rumah, ada vivi di ruang tengah lagi menonton tv bareng bi inah.

"hei tumben lom ke kamar?" ucap rendra duduk samping vivi.

"non vivi bibi pamit ke belakang ya.." ucap bi inah langsung meninggalkan rendra dan vivi.

"belum tungguin kamu hehe, di temenin sama bi inah juga" ucapnya kembali menonton tv.

"kamu gak tanya gitu aku tadi ngapain?" ucap rendra menatap vivi.

"ngapain tanya,, kan itu urusan kamu, aku mah apa atuh hehe" ucapnya menoleh ke rendra dan kembali menonton tv.

"yaahh.. cemberut lagi..padahal tadi pergi ngak" rendra menghela nafas.

"hehe.. maaf gak maksud gitu hmm. Iah deh di tanya gimana?" vivi langsung memiringkan tubuhnya menatap rendra.

"Berhasil......" bisik rendra.

"haa? Berhasil balas dendam? Kamu apain?" ucapnya vivi jadi penasaran.

"uhmm ya gitu.. kamu jangan marah tapi ya" ucap rendra mendekati muka vivi.

"iaah... apa" vivi senyum.

"gini.. aku bikin ben kayak orang gila teriak-teriak, dengan bilang aku yang perawanin kamu, awal gak percaya sih. Tapi akuuuu yakininn teruss, sampai aku ceritain kamu di ranjang haha mulai deh dia teriak-teriak" ucap rendra menjelaskan tanpa membuka yang sebenarnya.

"ih ih ih... au ah.. hmm.." vivi memukul pelan rendra dan menunduk terpikiran kejadian pertama kali ia perawanin di pulau, ia sadar emang rendra yang perawanin dia, tetapi kejadian terhadap ben pun teriang-iang kembali.

"yahh cemberut lagi... biar kamu tau, ben teriak gitu gak terima kalau aku yang ambil virgin kamu tau.. dia merasa dia yang pertama kali." Bisiknya mencoba membuat vivi tidak cemberut.

"tapi aku ke ingettt... sssttttt" rendra menstop ucapan vivi dengan jarinya.

"yang berlalu udahlah... ok" senyum rendra sambil mengelus pipinya dan di ciumanya bibir vivi.

"uhm udah malam.. ah aku tidur duluan yah.." vivi melepaskan ciuman rendra, dan langsung berjalan ke tangga ke kamarnya.

"maaf ya vi..pasti kamu marah besar kalau tau." Gumam rendra dalam hatinya sambil melihat langkah vivi. Rendra pun duduk termenung sejenak, dan langsung ke kamarnya.


***

Pagi ini sikap vivi dan rendra seperti biasa, dengan romantic rendra memegang tangan vivi sampai ke kelas. Tak ada yang aneh dari rendra, indra, raka, jerry, dan reni.

"aku masih gak percaya ben percaya gitu aja.. masih ada yang ganjil." Vivi berusaha bersikap biasa aja sambil melirik wajah rendra.

"vivi.. vivi tunggu." Ucap salah satu guru.

"iah pak ada apa?" rendra pun heran tiba-tiba ada guru.

"bisa ikut ke ruang kepala sekolah?" ucapnya dengan serius.. vivi pun mengikuti pak guru ke ruang kepala sekolah, rendra pun hanya bisa menunggu di luar.



***

"siang pakk..." ucap vivi yang langsung duduk di sofa.

"begini. Saya mau tanya, kamu kenal sama namanya ben ?" ucapnya serius.

"hmmm ia pak, ada apa ya?" vivi merasa ada yang aneh.

"saya sudah mencari nama vivi di sekolah ini, jadi tinggal kamu yang namanya vivi tinggal kamu seorang" ucapnya. Vivi pun menangguk dan mendengarkan.

"begini.. orang tua ben meminta saya untuk mencari namanya vivi di sekolah ini, karena anaknya terus memanggil dan teriak-teriak nama vivi di rumah sakit" kepala sekolah menjelaskan maksudnya.

"uhmm terus hubungannya sama saya?" vivi agak ragu.

"orang tua ben meminta untuk namanya vivi jengguk ben, karena terus memanggil nama itu. Dan berharap ben bisa lebih tenang vi.." ucapnya senyum.

"( ini pasti kerjaan rendra, hmmm)" ucapnya sambil memikirkan apa yang dia harus lakuin.

"baik pak... nanti saya ke rumah sakit" ucapnya sudah memutuskan, kelapa sekolah pun kasih alamat rumah sakit dan ruang ben di rawat. Vivi pun pamit dan langsung keluar dari ruangan kepala sekolah


***

"vii ada apa kepala sekolah panggil kamu?" ucap rendra yang berdiri di depan pintu.

"ikut aku... mau ngomong sama kamu.." ucap vivi agak galak sambil menarik tangannya ke depan teras yang sepi.

"aku mau tanya.. apa yang kamu lakuin ke ben?" ucap vivi ke rendra dengan wajah penuh curiga.

"hmm.. kan udah di bilang tadi mlm." Ucap rendra senyum dan bersikap biasa aja.

"aku gak percaya, karena aku di panggil karena ben teriak-teriak gak jelas sebut nama aku.., dan orang tua ben suruh aku jengguk dia" ucap vivi dengan nada datar.

"haa serius orang tua ben yang ngomong gitu ke kepala sekolah?" rendra agak terkejut.

"iaah.. mereka suruh cari nama vivi, dan aku vivi terakhir di sekolah ini, jadi kepala sekolah meminta sangat untuk jengguk dia" ucapnya tatap mata rendra.
"ouh.. " ucapnya singkat.

"pulang sekolah aku mau kesana" ucap vivi.

"gak usahlah.. pasti acting aja itu buat cari perhatian kamu.. " ucap rendra santai.

"ngakk mungkin sampai kepala sekolah suruh cari, pasti penting banget." Ucapnya tetap keras kepala, di balik itu vivi pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi dan apa rendra lakuin.

"kamu mau gak ikut gpp, aku bisa sendiri" ucap vivi saat rendra terdiam sejenak.

"ya ikutlah... aku gak mau kamu kenapa-kenapa" ucap rendra menatap wajah vivi.

"iahh." vivi dan rendra pun segera kembali ke kelas untuk pelajaran selanjutnya.


***

Pulang sekolah vivi dan rendra pun segera ke rumah sakit bersama pak agus, dalam perjalanan rendra terdiam sampai akhirnya tiba di rumah sakit. Di bukanya secarik kertas tempat ben di rawat, rendra meningkuti vivi dari belakang. Sampai lah di lantai 4 ruang 212.

"kreeekk,," vivi dan rendra melangkah masuk.

"siang om.. tante" ucap vivi pelan ke arah dua orang yang kemungkinan itu orang tua ben.

"kamu vivi?" ucap wanita setengah baya agak tinggi dengan pakaian modis yang langsung mendekati.

"iaahh.. tante.... " ucap vivi, tangan wanita pun langsung melayang ke wajah vivi..

"plaakk.." sebuah tamparan yang di tahan oleh tangan rendra.

"lepasinn... ini anak udah buat bikin ben kayak gini, " ucap wanita itu dengan nada yang tinggi. Rendra pun menatap tajam mata wanita itu.

"ma ma.. ma.. cukup.. belum tentu dia yang lakuin ini ke ben " ucap lelaki paruh baya itu yaitu papanya ben yang menenangkan wanita itu.

"tapi, mama denger karena wanita ini ben sampai seperti ini.. " wanita itu ternyata mama ben berusaha menyingkiran tangan papanya ben yang mencoba menangkannya.

"maaf ya,, mamanya ben kalau lagi emosi kayak gitu, sini vi liat keadaaan ben" ucap papanya setelah menenangkan mamanya ben. vivi pun mengikuti langkahnya , sedangkan rendra dari jauh mengawasi mama si ben. Keadaan ben sangat memprihatinkan, tatapan matanya serasa kosong.

"anu om.. ben kenapa ya?" ucap vivi penasaran.

"dari semalam kata suster abis teriak-teriak tak jelas,abis itu sambil sebut nama vivi. Dokter bilang ben sedikit kena gangguan psikologis. Om gak ngerti kenapa yang jelas dia seperti depresi gitu." Ucap papanya ben melihat ben.

"ouhh.. sekarang udah tenang ya om" ucap vivi, rendra pun sedikit menguping pembicaraan mereka , rendra pun tersenyum kecil karena rencananya berhasil.

"iah.. udah agak tenang, ben begini karena kata suster dia begini setelah di jengguk seseorang , om gak tau siapa" ucapnya, vivi pun langsung menoleh ke rendra, sadar vivi melihatnya rendra pun pura-pura melihat langit-langit ruangan.

"maaf ya vi, kamu ada hubungan special sama ben?" ucap papanya ben.

"ngggg ngk om.. gak ada hehe cuman teman sekelas aja " ucap vivi,

"baguslah. Saya juga sudi ben sama kamu yang katanya dari KAMPUNG" celetuk mama ben yang berdiri di depannya vivi, menatap tajam vivi. Vivi pun menunduk.

"terus kenapa ben gini? Ha? Jawab?" ucap mama ben. Vivi tak bisa ngomong apa-apa karena memang tak tau apa-apa, vivi hanya terdiam dan menunduk.

"stop teriak ke vivi seperti itu ya" ucap rendra menengahi pembicaraan mereka.

"om dan tante yang terhormat, kalian gak tau kenapa anak kalian masuk RS?" rendra membuka pembicaraan.

"ya tau lah.. mobilnya di tabrak, dan gara-gara tuh.. " ucap mamanya sambil menyilangkan tangan sambil melirik ke arah vivi.

"tapi kalian gak tau kan apa yang anak lakuin sebelum itu?" mereka berdua hanya terdiam.

"disini bakal saya tuntasin masalahnya. ANAK kalian... Udah keroyok siswa lain sampai babak belur sama teman- temannya, dan ben di kejar sama teman-temannya sampai mobilnya di tabrak." Ucap rendra perlahan.

"saya gak percaya.. membual aja kamu..." ucap mamanya lagi sambil buang muka.

"kalian tau siswa itu siapa?? ITUU SAAAYYYAAAA RENDRAAAAAAAAA" ucap rendra kesal melihat tingkah mamanya ben begitu angkuh. Mereka berdua pun langsung mentap rendra.

"perlu penjelasan lagi? Ini..." rendra membuka bajunya dan menunjukan bahu kanannya yang miring. Papa ben pun mendakit rendra, sedangkan mamanya hanya membuang muka.

"om gak tau mau bilang apa.. om gak percaya aj ben lakuin ini.." ucapnya sambil menunduk.

"saya bisa aja langsung laporin ben ke polisi dan saya tuntut, tapi ben masih teman saya walau diam-diam jadi musuh saya." Ucapnya dengan mempelankan nada bicaranya.

"seterah kalian percaya atau gak, saya memang datang kesini kemarin malam. dan saya bilang ke ben. Vivi udah pacar saya dan tidak ada hubungan lagi sama dia." Jelasnya rendra ke papanya ben, mama ben hanya terdiam. Vivi ikut terdiam melihat rendra berbicara seperti itu.

"kalau ben memang lakuin ini ke kamu, om minta maaf ke kamu ren" ucapnya.

"papaa.. apa-apain sihh." Bentak mamanya ben.

"maaf om, saya bisa jelasin kenapa ben bisa bersikap kayak gini" ucap pelan vivi menengahkan.

"ben sebenarnya baik, dalam hal materi dia sangat cukup. Tetapi dalam hal perhatian dari kedua orang tuanya itu kurang. " ucap vivi pelan, rendra teringat kembali saat ia mengucapkan hampir mirip seperti ini ke vivi.

"mungkin kamu benar, memang kami terlalu sibuk sampai tidak tau apa yang terjadi sebenarnya. Saya serasa gagal sebagai ayah mendidik anak saya" ucapnya menghela nafas.

"om.. mungkin saatnya om dan tante untuk merubah untuk ben. Dan mungkin dengan kejadian ini menjadi cara untuk kalian memperbaiki hubungan antara anak dan orang tua. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" ucap vivi senyum.


***

"saya minta maaf dengan sikap saya tadi, saya pikir ucapan kamu ada benarnya vi, maaf buat kelakuan ben ke kamu ya ren" ucap mama ben yang lebih tenang.

"iah.. saya pulang dulu ya om tante" ucap vivi senyum.

"iah.. makasih udah jenguk ben," ucap papa ben, mengantar ke pintu kamar. Vivi dan rendra pun segeara keluar dari rumah sakit.

"ren.. maaf.. " ucap vivi malu-malu.

"maaf kenapa vi?" rendra memegang tangan vivi sambil jalan.

"maaf karena tadi aku sempat curiga ke kamu, karena aku gak yakin kamu bisa ngomong baik-baik ke ben." Ucapnya senyum.

"iah gpp.. " di usapnya kepala vivi lembut. Vivi dan rendra pun segera menuju mobil segera pulang ke rumah.

"pak agus.. nanti ke mall mampir ke mall dulu ya.. " ucap rendra.

"hmm kenapa gak pulang?" ucap vivi protes.

"masih siang tau.. aku mau beliin kamu sesuatu.." ucap rendra sambil cubit lembut pipi vivi, mobil pun langsung mengarah ke sebuah mall. Sesampainya mereka pun masuk dan berkeliling, vivi tidak tertarik dengan barang-barang karena ia merasa begitu mahal.


***

"kesini yuk.." ajak rendra ke subuah toko buasa wanita.

"ih ngapain..." ucap vivi malu-malu.

"aku mau beliin kamu baju hhehe..yang sexy" bisiknya.

"ihh apaan sih.." vivi menepuk bahu rendra. Di panggilnya pelayan toko dan memberitahukan pakaian yang cocok untuk vivi.

"sini mbak.. ada barang bagus.." ucap mbak-mbak pelayan toko menagajak vivi.

"ini mbak.. ini linggrie terbaru di toko kami.." ucap mbak-mbak sangat ramah.

"haaa apaan itu.. linggary?" vivi kaget melihat jenis pakaian jenis itu. Seperti pakaian dalam, matanya terus melihat jenis-jenis pakaiannya.

"ini elastis kok bisa melebar dua kali lipat jadi jangan kwahtir untuk kekecilan." Senyum mbak-mbaknya ramah. Rendra melihat rendra vivi dari kejauhan yang sedang memilih. Vivi yang tak enak dengan rendra pun pusing memilih karena semuanya hampir sama.

"uhmm itu mirip kayak punya tante nia ya.." ucap vivi dalam hati.

"mbakk itu linggrary jenis apa." Bisik vivi malu.

"ohh itu bodystocking mbak.. " mbak pun mengajak melihat koleksi bodystocking,

"gpp kali yah buat simpen hehe" muka memerah setelah menemukan satu yang di sukainya, mbak pun langsung mengambilnya.

"mau di coba dulu?" ucapnya.

"nggak mbak hehehe..." muka vivi semakin memerah. Vivi pun berjalan mendakit rendra, mbak-mbak pun mengambil stock di gudang dan di bawanya ke kasir

"kamu beli satu aja?" ucap rendra santai.

"hu,uh hehe.. satu aj ah.. abisnya gitu semua" ucapnya.

"mbaak.. satu lagi donk yang itu..." rendra menunjuk satu jenis, mbak pun langsung kembali mengambil stocknya di gudang.

"ihh hmm.." vivi manyun rendra memilih yang pertama vivi lihat.

"cari makan yuk.." ucap rendra. setelah rendra membawa barang yang di belinya.

"iaah... sini itunya" ucap vivi malu-malu.

"apanyaa?" rendra mulai meledek vivi,

"uhmm baju hehe" ucapnya malu-malu sambil menjulurkan tangannya.

"mau liatt ah..." rendra membuka sedikit kantungnya.

"ihh.. gak usah.. tadi udah." Vivi langsung menarik kantung dari rendra. Rendra hanya senyum-senyum liat vivi salah tinggkah. Mereka pun langsung ke otlet makanan cepat saji, vivi mencoba membahas hal lain ketika rendra membahas barang yang baru di belinya. Selesai mereka pun langsung pulang kerumah, rendra selalu iseng membahas itu karena membuat vivi salah tingkah, sesampainya vivi langsung kekamar begitu juga rendra.

"cie langsung cobain ya...." Ucapnya saat vivi membuka pintu..
"ihhh au ah.." vivi manyun ke rendra.
"hihi...." Rendra tertawa lucu melihat vivi selalu salah tingkah. vivi pun langsung masuk ke kamarnya.

To Be Continue...


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com