𝐋𝐚𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐫𝐚𝐡𝐢 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐𝟕

 


Laju mobil yang kami kendarai ini membelah jalanan kota yang cukup lengang pagi ini. Mas Bagas tak bisa terlalu cepat membawa mobilnya mengingat jalanan yang basah akibat hujan yang semalaman mengguyur kota pelajar ini.


Aku sambil membuka hapeku, membaca-baca chat yang belum terbuka di aplikasi perpesanan ku itu. Salah satunya banyak chat yang masuk di grup liqo'.

Dinda: UkhSisst, denger-denger kemarin ada "sesuatu" di kolam renang..

Fani: maksute piye, Kak.. sesuatu ???

Dinda: iya.. ada yang ena-ena di sana gitu.

Rif'ah: astaghfirullah..

Degg.. aku langsung shock membaca potongan pesan di grup. Otakku langsung memutar memori beberapa hari lalu saat aku disetubuhi oleh Agus dan temannya di kolam renang. Apa yang dimaksud Dinda adalah aku? Aku langsung panik hingga keluar keringat dingin. Aku tak bisa membayangkan kalau perbuatan itu harus bocor sampai diketahui suami bahkan keluargaku.

Aku lanjut menscroll layar hapeku.

Ustadzah Azizah: hayoo, Dinda.. mbok lambenya jangan turah-turah gitu to.. ini kalau kabar nggak bener jatuhnya fitnah lhoo..

Dinda: Hihihi.. ampun, ibukuu.. tapi tapi tapi.. ini beneran kok, kata Ummu Nida ada rekaman cctv-nya..

Fani: This message was deleted

Fani: This message was deleted

Rif'ah: Astaghfirullah..

Ustadzah Azizah: Hee.. kalau nggak bener jatuhnya Fitnah.. kalau salah jatuhnya Ghibah.. dua-duanya nggak boleh, Dinda sayang..

Rif'ah: lagian apa hubungannya sama kita, wong itu juga kolam renang buat umum kan.. kita nggak tau siapa siapa aja yang booking disitu juga...

Dinda: Soalnya itu mereka lakuin pas jadwal kita renang kemarin..

Dinda: dan itu mereka lakuin di Parkiran lho... xixixi...

Ustadzah Azizah: Sudah sudah..

........

Di parkiran? Aku sedikit lega membaca pesan Dinda itu. Fix bukan aku yang mereka bicarakan. Tapi bisa kebetulan gitu pas siangnya aku juga mengalami pelecehan di dekat sana. Eh, kata Dinda yang dia bicarakan pas jadwal kita renang.

Jadi setidaknya pelaku adegan mesum itu bukanlah anggota kelompok kami, karena seingatku semua teman-temanku turun nyemplung ke kolam renang. Eh, kecuali Fani ding, kemarin dia harus njenguk sepupunya kan ya. Sahabatku itu kian hari semakin aneh, seperti ada yang sedang ia tutup-tutupi.

Ketika aku sedang melamun setelah membaca isi pesan grup itu, tiba-tiba Mas Bagas memecah keheningan.

"Umi, habis ini Abi mau fotokopi sama beli matere sebentar ya.. Nanti siang mau ketemuan sama Mas Erwin.. Mau bahas kontrak kerjaan.." kata Mas Bagas.

"Oh iya, Abi.. Kok tumben Abi sendiri, nggak ada timnya yang bantuin, Abi?" sahutku

"Iya, Umi.. Ini kan Sabtu soalnya ya.. Nggak enak kalau nyuruh anak-anak.. Lagian pas Mas Erwin juga mau main ke rumah, jadi Abi aja sekalian nggakpapa.." jawab Mas Bagas.

"Oh.. Gituu.." balasku, "Oh iya, Umi lagi nanya-nanya ke Rif'ah yang promilnya itu, Abi.. Katanya dokternya enak, Abi.."

"Oiya, Umi.. Bikin appointment aja, Umi.. Ntar Abi sempetin nganter Umi.." balas Mas Bagas

"Iya, Abi.."

Tak terasa kami sudah sampai di rumah. Mas Bagas lalu memarkirkan mobilnya di garasi. Mas Bagas kemudian menurunkan barang belanjaan yang barusan kami beli di supermarket. Aku lalu membantu Mas Bagas memasukkan dan memilah-milah belanjaanku itu ke kulkas.

"Umii, Abi ke fotokopian dulu ya.." sahut Mas Bagas

"Iya, Abii.." balasku dari dapur.

"Abi bawa motor biar cepet, Umii.."

"Iya, Abi.. fii amanillah, Abi.." balasku.

Aku lalu mendengar suara motor Mas Bagas yang berlalu menjauh. Aku segera menyelesaikan beres-beresku di dapur ini yang memang sudah hampir usai. Aku menutup kulkasku dan beranjak dari lantai dapur.

Ketika aku berjalan hendak menuju kamarku untuk ganti pakaianku dengan pakaian rumahan biasa, pandanganku tertuju ke laptop Mas Bagas di atas meja yang terbuka dan masih menyala.

Pikiranku kembali ke beberapa waktu lalu saat aku sedang membuka laptop Mas Bagas dan menemukan beberapa video mesum di laptopnya. Aku belum cerita soal itu ke Mas Bagas, bingung juga bagaimana aku merespon suamiku yang menyimpan video-video macam itu.

Seolah ada yang menuntunku, hingga aku aku sudah duduk di meja. Tanganku lalu bergerak di atas mousetrack laptopnya dan kembali menelusuri di folder yang pernah aku kunjungi sebelumnya. Hingga aku menemukan kembali folder-folder itu.

Masih sama, ada tiga folder yaitu 'Bribikan', 'From Mas Erwin', dan 'Nightmare'. Dua folder terakhir sudah kutahu isinya. Aku penasaran dengan folder 'Bribikan'. Aku lalu membuka folder itu.

Dahuku langsung mengernyit. Aku bisa melihat thumbnail beberapa video itu. Beberapa dari itu, menampakkan sosok yang mengenakan jilbab yang aku merasa familiar. Aku lalu membuka salah satu video itu.

klik klik..

Degg!!.. Aku langsung kaget begitu menyaksikan detik-detik awal video ini. Rasanya aku ingin menangis. Hatiku seperti tersayat-sayat.

Hujan rintik-rintik turun membasahi jendela kamar ini. Posisinya yang berada di lantai 2 membuat pandangan di luar jendela ini tertuju pada langit yang sendu kelabu menitikkan bulir-bulir air membasahi suasana sore hari ini.


Aku masih mendengarkan dengan seksama apa-apa yang keluar dari mulut mungilnya itu. Aku bahagia melihat sosoknya yang kini kembali ceria lagi. Mulutnya cerewet bercerita apa saja yang mewarnai hari-harinya.

"Kak.. Jadi mau jalan keluar? Masih gerimis e.." kata Fani.

"Iya.. Di sini dulu aja, Say.." jawabku.

Aku memang sudah merencanakan hari ini untuk silaturahim ke rumah sahabatku ini. Beberapa waktu belakangan ini gelagat Fani seperti aneh entah tak tau kenapa. Terlebih ketika beberapa hari lalu aku menemukan sesuatu yang membuat hatiku gundah.


------====@@@@@====------
Flashback beberapa hari sebelumnya​

Aku kaget melihat video di depanku. Layar laptop Mas Bagas menampilkan sosok akhwat yang sedang bermain-main dengan penis lelaki. Yang lebih membuatku terkejut, pemeran utama di video itu adalah sahabatku Fani dan suamiku Mas Bagas!​

Scene video ini pernah aku lihat sebelumnya di hape Fani. Bedanya, video di laptop ini durasinya lebih panjang dan aku bisa jelas melihat si pemilik penis itu. Sebelumnya, aku kira Fani memiliki pacar baru entah siapa. Tak kusangka si pemilik penis itu adalah suamiku sendiri. Pantas saja waktu itu aku merasa familiar dengan bentuk penis itu.

Kulihat Fani sedang menghisap penis Mas Bagas. Penis yang seharusnya hanya untukku saja. Fani sedang memegang hapenya sendiri dan merekam sendiri. Matanya melihat ke arah kamera.

Fani seolah tak menolak, menunjukkan bahwa ini bukanlah pemaksaan. Bahkan matanya nampak menyorotkan ekspresi terangsang. Ekspresi yang berkali-kali kulihat saat aku berhasil membuat Fani terangsang dan orgasme juga. Bibirnya nampak menghisap kuat penis di video itu.

Dengan jilbab lebarnya yang bertolak belakang mengidentikkan sisi keakhwatan sahabatku itu, wajah Fani seolah terbenam di selangkangan Mas Bagas. Dari sekelilingnya, bisa kutebak kalau adegan mereka ini dilakukan di mobil Mas Bagas.

Fani nampak makin lihai saja memainkan penis Mas Bagas di video ini. Padahal beberapa waktu lalu, kulihat dia masih kaku. Tapi kini skill blowjob Fani makin jago. Pastinya ini bukan pertama kali mereka melakukan hal ini, terlihat dari banyaknya file video di folder 'Bribikan' ini.

Mungkinkah maksud dari bribikan itu adalah Fani yang jadi bribikan-nya Mas Bagas? Fani terlihat betul-betul menikmati penis Mas Bagas itu menggunakan bibir mungilnya. Mulut Fani naik turun di atas selangkangan Mas Bagas.

Clop.. Cloppp..

Air liur yang merembes di sela-sela bibir tipis Fani itu membuat suara tumbukan mulutnya terdengar jelas. Tidak semua penis Mas Bagas habis tertelan oleh mulut Fani.

Emutan mulutnya kadang dia hentikan. Lalu berganti lidahnya dia julurkan dan bermain-main di kepala penis Mas Bagas. Dia jilati lubang kencing Mas Bagas yang membuat suamiku itu menggeliatkan pantatnya. Kameranya kadang menangkap raut wajah Mas Bagas yang merem keenakan.

Jilatan lidah Fani lalu turun melumuri batang penis Mas Bagas yang sudah basah liurnya itu. Makin turun hingga menyentuh pangkal batang penisnya yang berbulu. Bibir Fani lalu ia gunakan untuk menciumi bulu-bulu lelaki Mas Bagas itu.

Sluurrppp.. Sluurrpppp..

Bibir Fani mengecup dan menghisap kulit kemaluan suamiku. Terus dia gerakkan bibirnya itu hingga makin ke bawah. Mulutnya lalu bermain-main di sekitar buah zakar Mas Bagas. Di adegan ini tak bisa kulihat jelas yang dilakukan mulut Fani.

Yang terlihat hanya seorang akhwat dengan jilbab syar'i yang sedang memainkan mulutnya di selangkangan seorang lelaki yang mampu dibuat olehnya terangsang keenakan terbukti dengan makin mengacungnya penis Mas Bagas.

Fani lalu memindahkan lagi mulutnya ke atas. Bibir mungilnya ia buka, perlahan batang keras yang seharusnya milikku itu masuk kembali membelah bibir mungil Fani.

Kepalanya lalu dia gerakkan lagi naik turun hingga mulut mungil Fani itu kembali menelan penis Mas Bagas hilang timbul. Pipinya nampak mengempot menghisap-hisap kuat batang itu.

Clop.. Clooppp..

"Urrrggghhh.."

Aku bisa mendengar erangan dan lenguhan dari mulut suamiku meski samar-samar. Bukti bahwa suamiku ikut menikmati hisapan mulut sahabatku itu. Fani cukup lihai memainkan penis Mas Bagas, meskipun aku yakin masih kalah jika dibandingkan dengan skill blowjob dariku.

Tapi tetap saja, yang namanya lelaki, siapa yang tidak terangsang dan keenakan saat ada akhwat cantik yang memain-mainkan dan menghisap-hisap penisnya seperti yang sedang dilakukan Fani ini.

"Urrgggghhhh.."

Mas Bagas melenguh makin keras. Aku rasa sebentar lagi suamiku itu akan melepaskan puncaknya. Fani juga sepertinya mengerti dan makin kuat menghisap-hisap penis yang makin mengeras milik Mas Bagas.

Clopp.. Clooppp..

Hingga beberapa saat kemudian, pinggul Mas Bagas nampak menyentak-nyentak ke atas sambil mengerang. Fani tak melepaskan bibirnya dari penis suamiku. Semburan sperma yang seharusnya membuahi rahimku itu lalu masuk tertampung ke mulut mungil milik sahabatku.

Tangan Mas Bagas memegangi kepala Fani yang terbalut jilbab syar'i seolah tak mau menyia-nyiakan spermanya untuk menetes jatuh mengotori mobilnya. Video ini tiba-tiba berhenti dan berakhir.

Kepalaku tiba-tiba pening. Seolah ada beban berat yang menggantung di kepalaku. Aku bingung harus merespon kejadian ini seperti apa.

Di folder ini masih ada beberapa video lain. Aku coba lihat satu per satu. Sebagian besar diisi oleh adegan hisap-menghisap oleh Fani. Beberapa juga ada aksi Mas Bagas bermain-main di vagina Fani. Ada juga adegan remas-meremas dada Fani yang super montok itu saat gamisnya dia sibakkan menampakkan aset utamanya itu.

Meski begitu, aku tak melihat ada adegan penetrasi di kesemua video itu. Entahlah aku harus merasa senang atau sedih. Fani memang sudah janji padaku untuk tak melepas keperawanannya selain pada suaminya kelak. Tapi aku juga tak tau apa yang mereka lakukan selain yang ada di rekaman-rekaman ini.

Gila. Ini sungguh gila. Aku tak menyangka suamiku dan sahabatku bisa bertindak sejauh ini di belakangku. Aku yakin hal ini yang membuat Fani beberapa kali gugup saat sedang ngobrol denganku. Mas Bagas, yang biasanya kudapati saat dia memiliki gelagat aneh, juga rapi menyembunyikannya, kecuali saat kutemukan video-video di laptopnya ini.

Hatiku sedih menyaksikan ini semua. Aku tak menyangka suamiku sanggup mengkhianatiku seperti ini, lebih parahnya dengan sahabatku pula. Sembunyi-sembunyi, bermain di belakangku.

Ehhh.

Apakah ini balasan dari perbuatanku? Bukankah Aku yang terlebih dulu yang bermain-main di belakang suamiku. Aku tidak pernah cerita blak-blakan. Dan ketika aku tau Mas Bagas juga memiliki hubungan dengan Fani ini, hatiku rasanya sakit sekali. Apakah seperti ini rasanya dikhianati?

Aku membayangkan Mas Bagas pasti kecewa jika tau aku sudah beberapa kali dinikmati oleh lelaki lain. Aku bisa membayangkan sakitnya, karena sekarang hatiku juga tersayat menyaksikan video-video ini. Apakah ini takdir balasan yang harus kuterima karena terlebih dahulu menghianati Mas Bagas?

Dan saat itu, aku juga yang mengikutkan Fani saat aku berhubungan badan dengan Mas Bagas. Apakah ini berarti aku menjadi penyebab juga di hubungan mereka?

Ugghhh. Aku bingung. Mataku tak kusadari mulai berkaca-kaca merenungi nasibku. Aku tak tau harus bagaimana bersikap dengan sahabatku, apalagi suamiku. Tapi aku juga tak bisa membiarkan ini semua berlanjut. Aku harus bisa ambil sikap.

Dalam waktu dekat aku akan menemui sahabatku, Fani. Aku harus bisa bicara dengannya hati ke hati.

Flashback Ends.
------====@@@@@====------


"Say.. Aku mau nanya.." kataku memotong celotehan Fani, "Tempo hari aku sempat singgung kalau aku mau kenalin calon suami buat kamu.."

Aku memberi jeda sejenak.

"Kamu masih mau, Kan??" tanyaku melanjutkan.

"Emmmm.. Kak.. " Fani lalu dengan cepat memotong.

Lalu dia juga diam memberi jeda.

"Kak Sella, aku mau cerita.." lanjutnya

"Aku…"

"Akuu.." katanya terpotong.

"Aku sebenarnya suka sama seseorang, Kak.." lanjutnya, "Tapi aku bingung gimana bilangnya ke Kak Sella.. Hiigghhh.."

Pipi putih Fani itu lalu bersemu merah.

"Kak Sella.. Aku suka sama Mas Bagas, suami kakak.."


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com