Sore itu Zaenal dan Hanifah terlihat berada di sebuah kafe tenda seusai pulang mengajar.
Keduanya duduk saling berhadapan dengan sesekali senyum dan tawa lepas nampak di bibir mereka.
Hanifah terlihat cantik dengan dandanan modis plus hijab di kepalanya.
Busana seragam PNS yang ketat menampakkan keindahan lekuk tubuhnya yang padat dan semok.
Pinggul besar dan pantat bulatnya yang indah tak kalah dengan bokong sensasional milik Bu Nanik terhampar di kursi kayu samar memperlihatkan garis cawet celana dalam mungilnya yang seksi menggoda.
Kafe tenda yang tengah tren di kalangan anak muda memang menjadi tempat cozy bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu bercengkrama ataupun berkencan dengan pasangan masing-masing.
Jadi apakah dengan demikian Zaenal tengah berkencan dengan Bu Siti Hanifah, guru muda cantik nan seksi yang tengah dalam dilema ini.
(Kita akan lihat….)
Mata bening Hanifah tak jemu memandang paras tampan Zaenal yang gagah berwibawa.
Ditambah posturnya yang tinggi tegap dan padat berisi mengesankan sosok jantan dan macho yang siap melindungi siapapun wanita yang berada di dekatnya.
Itu pula yang dirasakan oleh Siti Hanifah, wanita cantik berusia 33 tahun beranak dua yang sudah sejak lama ingin mengutarakan penat pikirannya kepada lelaki menarik ini, dia…Zaenal Arifin.
Sejumlah pengunjung perempuan maupun pelayan kafe terlihat berbisik kecil seraya memandang Zaenal dengan sorot kagum akan kegagahannya.
Siti Hanifah pun merasa bangga dirinya seakan menjadi “gadisnya” Zaenal di sore yang asri ini.
“Ehmmm….”ucap Zaenal sembari mengusap dagunya yang kokoh dan berjenggot tipis ini.
Ia sebenarnya merasa rada risih Siti Hanifah menceritakan perihal suaminya terutama kehidupan ranjangnya kepada dirinya yang notabene masih lajang alias belum pernah menikah.
Tapi apa daya ia berusaha menjadi pendengar yang baik meski getaran kelelakiannya lambat laun namun pasti merangkak naik ditandai batang kemaluannya yang besar perlahan mengeras dan tegak ngaceng dari balik celana panjangnya.
Menghimpit celana dalamnya membuat penis besarnya yang perkasa seakan tercekik hingga pria muda ini sesekali menggelinjang membetulkan letak kemaluannya.
Hanifah yang berbibir tebal dan merah merekah terlihat seperti menerawang kala ia menceritakan kelemahan suaminya di atas ranjang.
“Sebenarnya hal ini sudah terjadi semenjak malam pertama , Nal…”
“Buatku ukuran zakar suamiku terlalu kecil…kira-kira cuma segini…..” (Hanifah lalu mengangkat jarinya 👌)
“...parahnya lagi ia pun cepat sekali keluar…atau istilah kerennya Peltu….nempel metu….”kata Hanifah lirih.
“Apalagi setelah aku melahirkan dua anak…rasanya plong kayak jalan tol…ndak kerasa sama sekali , Nal…. sekalipun aku sudah latihan kegel…”keluh Hanifah dengan penuh sesal.
Mendengarnya Zaenal syok dan terlihat menahan tawa karena tak enak hati dengan Hanifah. Hanifah yang tahu akhirnya tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
“Hahahaha….”tawa kecil Zaenal lega melihat Hanifah.
“Iya…aku ndak bohong, Nal. Suamiku sih bisa tegang alias ngaceng namun yah…begitu aja. Sekali masuk…dua kali dan belum ada lima menit…crooot deh…hadeeuh…”
“Apalagi kalu aku mulai goyang kanan kiri terus sodok maju mundur…pasti langsung lemes suamiku…muncrat dan celakanya lagi ndak bisa bangun lagi tuh burungnya…”kata Hanifah dengan muka memelas.
Zaenal yang sudah tegang mendengarnya hanya berdehem berusaha meredakan gejolak syahwatnya yang makin kuat
Siti Hanifah yang berada di depannya seakan tak malu-malu lagi menceritakan hal sensitif ini.
“Pernah kuutarakan kepadanya untuk berobat maupun meminum obat kuat tapi ia tak peduli bahkan kami sempat bertengkar keras beberapa kali….”
“....aku yang tak bisa menahan diri sempat keceplosan ingin meminjam gigolo untuk memuaskan birahiku dan…suamiku terang-terangan mendukung ide gila ini…”
“...aku hampir tak percaya suamiku setuju bahkan akan membayar sang gigolo….”kata Hanifah .
(“....cari saja gigolo yang bisa memuaskan hasratmu…dijamin tak ada bakalan yang mampu menahan nikmat tempikmu di kontol lelaki…sekalipun dia bintang porno kelas dunia. Memekmuuu terlalu nikmat Bun, ditambah goyangan pantatmu yang semok. Hahh, bukan karena aku yang lemah tapi itu….lubangmu dan genjotanmu sangatlah nikmat.
Nanti aku yang bayarin si gigolo itu. Tapi dengan syarat harus pakai kondom….”)
“...itu yang diucapkan suamiku, Nal…kau boleh percaya boleh tidak…”kata Hanifah lagi sambil memandang Zaenal yang seakan melongo mendengar perkataan guru cantik ini.
Zaenal yang sulit untuk berpikir jernih karena keburu dipengaruhi syahwat birahi hanya menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya perlahan.
Pria muda ini memandang lekat mata Hanifah yang bening lalu tersenyum.
“Apa yang bisa kulakukan untuk menolongmu Mbak…?”
Hanifah tak menjawab.
“Kau seorang guru silat dan olah kanuragan. Kudengar itu bisa mengobati lemah syahwat. Jika kau tak keberatan, aku ingin kau datang ke rumah bertemu suamiku untuk membantunya menyembuhkan lemah syahwatnya..bisa Nal..?”
Zaenal terhenyak tak lantas menjawab mendengar permintaan yang terbuka dari seorang Siti Hanifah.
“Aku tidak memintamu untuk membesarkan zakarnya seperti Mak Erot karena…itu sangat mustahil, bagiku itu cuma omong kosong…”
“...cukup mbuatnya keras dan tahan lama setengah jam sajaaa…bagiku itu sudah cukup….”tambah Hanifah dengan muka penuh harap.
Aseeemmm…setannnnn…dalam kondisi seperti ini bisa-bisanya Hanifah tersenyum menggoda sambil menggoyang bibir merahnya.
Sejenak ia sengaja mengangkat dadanya yang membusung padat dari seragam ketat hingga susu montoknya menonjol menghantam kelelakian pria muda di hadapannya.
“Hahhh…”Zaenal mendesah pelan menatap keindahan yang tersaji di depannya.
“Aku…aku akan mencari waktu untuk bertemu suamimu Mbak…”
“Nanti aku kabari secepatnya…”
“Tapi aku tak bisa berjanji bahwa terapiku bisa menyembuhkan suamimu secara instan…butuh waktu dan tentunya semua tergantung dari seberapa parah gejalanya dan tentunya semangat dari dirinya sendiri…”sahut Zaenal sembari mengambil cangkir kopi espresso di atas meja dan meneguknya pelan-pelan.
Jemari kekar Zaenal nampak gemetar menahan cangkir kopi yang tak seberapa itu.
Orang akan menduga pasti Zaenal gemetar karena menahan getar birahinya dan itu memang benar.
Sebentar kemudian keduanya perlahan meninggalkan kafe tenda yang mulai dihinggapi pekatnya senja hari.
Zaenal yang jangkung sekitar 185 cm berjalan di belakang Siti Hanifah yang hanya sebahu dirinya nampak menahan nafas melihat goyangan pinggul besar Hanifah berikut keindahan pantat bulatnya yang menungging seksi dari rok ketat PNS-nya.
Terlebih saat memasuki mobil milik Hanifah dan menyopirinya di samping kemudi.
Paha indahnya yang padat berisi sungguh mencerminkan pesona wanita dewasa yang menggairahkan.
Ia bisa membayangkan jika Hanifah telanjang bulat di atas ranjang…hah….sudah barang tentu suaminya akan tergoda untuk segera tancap gas menidurinya. Namun kebalikan bagi mereka yang menderita lemah syahwat.
Keindahan seorang Siti Hanifah tentunya mubazir dan justru menjadi palu Godam yang menghantam ego sang lelaki.
Zaenal terdiam seakan berharap usahanya akan berhasil.
Berhasilkah seorang Zaenal ataukah justru ia akan terbakar oleh bara birahinya sendiri...??
========
“Haiittt…haiiittt…..yaaaahhhh…!!!”
“Haiiit…haiit…hiyaaatt…!!”
Suara riuh para murid “Perguruan Tapak Sehati” yang berjumlah hampir 50 anak terdengar kompak mengikuti komando Zaenal yang berdiri gagah di samping lapangan indoor sebuah aula gedung pertemuan desa setempat.
Guru tampan ini terlihat semakin gagah mengenakan busana silat berbahan katun warna hitam lengkap dengan sabuk putihnya melingkar di pinggangnya.
Posisi berdiri tegak sempurna di tepian lapangan berubin keramik sorot matanya yang tajam awas mengamati anak asuhnya yang rata-rata berstatus pelajar.
Bibirnya yang tipis berkumis tipis sesekali berteriak mengeluarkan suara tegas menghentak bernada aba-aba yang seketika diikuti oleh para siswa.
“Maju…haiiittt…!!!
Sembari memberi komando di pinggir lapangan sorot matanya menangkap satu sosok wanita yang sudah beberapa menit lalu berada di situ.
Menyadari siapa yang datang Zaenal segera memberi arahan kepada sejumlah senior untuk melanjutkan latihan.
“Aah, Mbak Siti…kenapa datang ndak kasih tahu dulu…Khan aku bisa siapkan sambutan meriah buat Mbak Siti…”ucap Zaenal seraya menjabat lembut tangan halus Siti Hanifah.
Hanifah yang sore itu datang sendiri balas tersenyum.
“Alah sambutan apa dik…lha wong niatnya cuma pengen liat kamu ngelatih anak-anak silat…”
“Aku siap berlatih silat private sama kamu, Nal…?”
“...mumpung mampir ini….ketimbang besok minggu, gimana kalu kamu ngelatih aku sekarang ? Itung-itung perkenalan. Bisa Nal…?” tanya Hanifah lalu meletakkan bokongnya yang besar indah di tengah kursi panjang.
Zaenal yang menyusul duduk disebelahnya tak lantas menjawab hanya melepas senyum kembali.
“Suamimu ada bersamamu…?”tanya Zaenal yang dibalas Hanifah dengan gelengan kepala.
“Itu dia yang ku maksud. Suamiku lagi dinas luar kota dan baru lusa dia balik…”sahut Hanifah.
“Sekarang pun sebenarnya bisa…aku lihat mbak Siti juga sudah siap….”
“...apa jangan-jangan yang di tanganmu itu…?”
Hanifah tersenyum kecil lalu buru-buru mengangkat sebuah tas berisi baju seragam silat yang beberapa waktu yang lalu ia beli di kota.
Zaenal balas tersenyum lalu mengajak Hanifah ke ruangan sebelah yang relatif kecil sembari menutup pintu.
“Ganti seragamnya di toilet sebelah ya Mbak….”
Hanifah lalu bergegas menuju toilet kecil.
Perlahan ia melepas baju dan roknya hingga hanya mengenakan bra dan cawet mungil di tubuh indahnya yang padat semampai.
Seragam silat yang ia pakai cukup longgar namun tetap saja memperlihatkan pesona tonjolan buah dadanya yang menggoda berikut pinggul besarnya serta pantat montoknya.
Zaenal hanya bersiul melihat penampilan Hanifah yang meski berhijab namun menyimpan pesona dari balik seragam barunya.
Apalagi harum wangi tubuhnya segera saja menghinggapi hidung pria muda ini memberikan stimulus kepada otaknya bereaksi secara seksual.
“Sekarang olah pernafasan dulu ya mbak…”kata Zaenal sembari berdiri selangkah di depan Hanifah.
Dia kemudian memandu Hanifah melakukan olah nafas selang selama sekian menit.
Udara sejuk yang berhembus dari jendela dan kisi-kisi menambah suasana segar di dalam ruang.
Sejenak Zaenal melihat ke arloji tangannya di mana waktu masih menunjukkan pukul lima sore.
Keduanya saling merapat saat Zaenal mengajari teknik olah pernafasan.
Harum wangi lembut tubuh Hanifah masuk ke dalam organ dalam Zaenal membuat sang lelaki kian dekat merangsek.
Bahan celana seragam silat yang berbahan katun jelas membuat nyaman Zaenal yang penisnya sudah mengeras ngaceng dari balik celana dalamnya.
Begitu besar dan panjang tercetak jelas dari kain katun celananya hingga membayang samar ke luar.
Pemandangan ini kontan membuat Siti Hanifah menahan nafas dengan wajah merona.
Terlebih saat Zaenal entah sengaja atau tidak menempelkan selangkangannya yang menggembung besar ke bokong padat Hanifah yang menungging seksi.
Tak ayal keduanya seakan saling menggoyang dan menggesekkan kemaluan dan pantat ke arah masing-masing.
Zaenal meremang mendapati kenyataan Hanifah seakan membalas gocekan penis ngacengnya di pantat semok guru muslimah cantik ini.
“Sshhh…Aaahhh…besaar sekaliii ZAKARNYA Zaenal….betul yang dikatakan Mbak Maemunah…Zaenal bukan hanya ganteng mempesona tapi juga jantan perkasa dengan ZAKAR yang…aduuhh…terasa tambah ngaceng menggencet pantatku…”desah Hanifah dalam hatinya.
Lambat laun Zaenal justru makin berani menggesek pantat indah Hanifah berikut celah anusnya dengan batang kemaluannya yang memang besar istimewa sebesar mentimun Jawa.
“Hahhhh…hahhhh….”
“Ooohhhh…eehhmmmm….ehhhmmmm…”
Nafas Zaenal yang memburu begitu terasa di telinga Hanifah membuat gairahnya sendiri bangkit semakin tinggi hingga sang muslimah seksi ini pun mengerang lirih.
Terlebih saat tangan kekar berbulu Zaenal mendekap lembut pinggang ramping itu lalu menarik cukup kuat.
Zaenal mengerang lirih sambil sesekali memejamkan mata saat dirinya merasakan nikmatnya mencumbu tubuh padat dan seksi Bu Guru Siti Hanifah melalui tekanan kemaluan ngacengnya ke belahan bokong bahenol Hanifah.
Celakanya Hanifah turut membalas gocekan selangkangan Zaenal dengan mendorong pantat bulatnya ke pangkal paha sang guru tampan ini dan menyentuh-nyentuhkan buah pantat indahnya ke batang kemaluan Zaenal yang menegak kaku.
Seakan keduanya makin larut dalam samudra birahi sebelum suara ketukan pintu cukup keras dari arah luar disusul suara seorang perempuan memanggilnya.
Tok..tok…tok….!!
“Masss…Masss Zaenaalll….!!!
“ini, Bu Tejo, Pak Kades mau ketemu dengan sampean…Mas…”
Sontak baik Zaenal maupun Bu Hanifah terkejut lalu buru-buru merapikan busana masing-masing.
Sekejap keduanya hanya saling berpandangan dengan senyum malu sebelum keluar dari ruangan itu.
Upsss…hampir saja kebablasan pikir Zaenal.
Ia tak tahu apa yang terjadi bilamana Bu Tejo tak masuk ke dalam tadi. Mungkinkah terjadi sesuatu yang tak “diinginkan” antara dirinya dengan Siti Hanifah.
Ia juga tak tahu perasaan Bu Hanifah karena aksinya barusan yang bisa dikatakan…kurang ajar.
Mungkinkah dia marah….atau justru menikmatinya ??
Yang penting dia harus mencari waktu secepatnya untuk bertemu dengan sang suami guna menyembuhkan “penyakitnya”.
=======
Siang itu selepas dhuhur Zaenal menaiki motor Megapro lawas kesayangannya menuju kediaman rumah Siti Hanifah yang berjarak 20 menitan perjalanan.
Meski di siang bolong nyatanya mendung gelap yang sedari pagi memayungi tak jua bergeser membuat suasana cukup sejuk.
Ditambah lokasi setempat yang berada di kaki gunung kian sejuk diiringi angin semilir nan dingin dari lerengnya.
Zaenal sesekali menatap langit mendung yang makin gelap berharap hujan tak lantas turun sebelum dia sampai ke tujuan, rumah Siti Hanifah.
Ia sendiri belum pernah berjumpa langsung dengan suami Hanifah yang seorang wiraswasta sukses itu.
Satu yang pasti sebuah mobil Xpander gress yang dinaiki Hanifah sehari-hari tentunya merupakan bentuk kemapanan ekonomi sang suami karena ia tahu betul berapa sih gaji Hanifah mengajar sebagai guru sebuah madrasah.
Mendapati kenyataan dirinya sendiri Zaenal sesekali tersenyum masgul.
Ia bukanlah orang berkecukupan apalagi kaya raya.
Jangankan Ulfa Nayati Primasari dan Azkalia Ramadani yang berasal dari keluarga berada dan kini bahkan kondang sebagai ustazah terkenal, menghidupi dirinya sendiri terbilang pas saja alias tidak lebih tidak kurang.
Tapi pertemuan sore itu dengan Siti Hanifah seakan memberikan keyakinan tersendiri dalam diri pria muda ini bahwasanya uang bukanlah segalanya.
Ada faktor lain yang tak kalah penting dalam berkeluarga. Contohnya kemampuan suami dalam membahagiakan batin sang istri yang secara spesifik berbicara soal kepuasan hubungan intim di atas ranjang.
Ia sendiri memilih belum berkeluarga lebih karena faktor kemapanan ekonomi ditambah ia juga masih ingin sendiri.
Padahal tak terhitung berapa wanita yang menaruh perhatian kepadanya. Baik yang sudah perawan maupun yang sudah berkeluarga.
Tentunya ada satu penyebab yang membuat terutama kaum ibu-ibu muda menaruh perhatian terhadapnya.
Apalagi kalu bukan tentang kepuasan seksual….hmmm, mungkin saja.
Memikirkannya membuat guru tampan ini hanya mendesah panjang sebelum menyadari titik-titik air hujan yang turun dari atas langit gelap di atas sana makin deras membasahi helmnya.
Ia pun segera memacu Megapro miliknya menuju ke arah yang dituju.
----------------
Blaaar…
Guntur mengaum manakala Zaenal tiba di pekarangan depan sebuah rumah besar berhalaman lebar.
Hujan deras yang mengguyur tepat di saat itu tak ayal membuatnya segera membantu sesosok wanita berdaster panjang sebetis yang terlihat kerepotan memunguti jemuran pakaiannya.
“Sy bantu Mbak….”ucap Zaenal kepada si wanita berambut panjang sebahu dan mengenakan daster yang bukan lain Siti Hanifah.
“Makasih Nal….adduhhh…hujan kok ndak bilang-bilang…cepetan masuk Nal….ntar basah kuyup…”ajak Hanifah yang diikuti Zaenal masuk ke dalam rumah.
Hujan pun akhirnya turun dengan derasnya membasahi bumi disertai sesekali suara gemuruh.
“Aduuh…kamu basah ya Nal…”
“Pake saja kaos milik suamiku…kebetulan dia belum pulang…paling sebentar lagi…”kata Hanifah sambil memegang lengan kekar Zaenal yang tercetak jelas dari kaos basahnya.
“Aahh…makasih Mbak…iya nich…namanya juga musim hujan…”kekeh Zaenal yang lantas memandang Siti.
Sontak tawanya reda sambil matanya nanar menatap Siti Hanifah yang juga basah kuyup.
Jantung Zaenal seakan terpacu disertai desah nafasnya memburu melihat betapa daster basah yang dikenakan Siti Hanifah jelas mencetak pesona lekuk tubuhnya yang begitu seksi, padat berisi.
Tonjolan bukit payudaranya yang membulat indah mencetak jelas bra warna merah yang ia pakai.
Area bawah tak kalah mengejutkan dengan pinggul besar meliuk indah mencetak pula bongkahan pantat besar membulat seksi berikut kain celana dalamnya.
Tak ayal pemandangan indah di depan matanya ditambah suasana hujan sepi mengundang nafsunya untuk bangkit seketika.
Hanifah yang semula tak acuh akhirnya menyadari keadaannya.
Ia bergegas permisi menahan malu sembari bersiap menyiapkan minuman.
“Ehhhmmm…aku siapkan minum teh dulu ya Nal….”katanya segera beringsut berdiri lalu berjalan keluar kamar.
Bongkahan pantat indahnya yang besar bahenol mencetak celah silitnya Hanifah dari arah belakang membuat Zaenal tak bisa berkonsentrasi.
Sungguh cantik Siti Hanifah apalagi tanpa hijab di kepalanya.
Rambut indahnya yang panjang basah menjela punggung kian menyempurnakan pesona sang guru muslimah cantik ini di mata seorang Zaenal Arifin.
Zaenal yang duduk tak jenak berusaha keras meredam nafsunya terlebih Hanifah yang masih mengenakan daster basah mencetak bodynya yang bak gitar spanyol membawa nampan berisi teh dan cemilan.
“Ini Nal…diminum dulu…AAAHHHH..!!!”pekik tertahan Siti saat kakinya tersandung kaki meja lalu menubruk Zaenal yang ada di depannya.
Prakk…
Gelas yang dibawa Hanifah sontak pecah namun di sisi lain Zaenal berhasil menyelamatkan kepala Hanifah yang hendak terantuk ujung meja yang runcing.
Hanifah menindih Zaenal dengan posisi di atas sang lelaki tampan ini..
Tubuhnya yang semampai, padat berisi dan semok mengangkang seksi di atas tubuh kekar Zaenal dengan paha mulus Hanifah yang begitu putih dan kencang nampak jelas beserta betis jenjangnya yang mungil.
Dadanya yang besar terbungkus bra yang masih basah menempel ketat dada bidang berotot Zaenal membuat lelaki muda ini seakan kesulitan untuk bernafas.
“Aahhh….Mbak….”desah Zaenal berusaha menetralkan diri meski Hanifah yang hanya sekian senti di atasnya justru seperti menggoda dirinya.
“Aaahhhhh….Naaaal….BESSAAARR sekaliihh….Naaaalll…punyamuuuu…aahhhh….”desis Hanifah mengalir begitu saja
“Aaahhh…Hanifaaah…..”erangan macho Zaenal tiba-tiba terdengar bersamaan jari jemari lentik dan putih mulus Hanifah menggerayangi pangkal paha kekar Zaenal dan akhirnya hinggap di alat kelaminnya.
Suasana yang tercipta jelas saja membuat siapapun pria pastilah terangsang hebat terlebih terhadap seorang Siti Hanifah yang cantik montok semlohai.
“...Naaaall….akuuu..akuu suka kamuuu…akuuu sukaaaa ZAKAR kamuuuh….Naaallll…aaahhhh….”erang merdu Hanifah di telinga Zaenal
Hanifah dengan perasaan berkecamuk antara nafsu, hasrat dan malu akhirnya menyerah dalam kubangan birahi.
Muslimah yang tahun depan berencana akan umroh ini langsung saja meremas kemaluan Zaenal yang telah membesar tegak kaku dari balik celana panjangnya.
Diusapnya kuat lonjoran batang ngaceng Zaenal yang menonjol dahsyat bersamaan tangan kekar Zaenal memeluk erat pinggang rampingnya. Sementara itu sebaliknya jemari besar Zaenal perlahan turun meremas pantat besar Hanifah yang tercetak seksi dari daster basahnya.
Diremasnya kuat bongkahan pantat seksi Hanifah dengan kedua jemari tangannya menyusul erangan merdu Hanifah yang langsung menyergap bibir sang lelaki dan melumatnya tanpa ampun.
Jadilah keduanya saling berpagutan mesra dan semakin panas.
“Aahhhh….ehhhmmmm…ehhhhmmmm…”
Hanifah mengerang panas sembari kedua jemari tangannya meremas kepala Zaenal yang berganti mencumbu kulit lehernya yang putih bersih.
Ia rasakan jari kekar guru tampan ini terus meremas nakal bongkahan pantat indahnya sambil berusaha melepaskan daster tipis yang dikenakannya.
“Ssshhhh…aaahhhh….lepaskan Naaaal….lepaskannn….aaahhhhh…”
Hanifah yang larut dalam rangsangan lamgsung menggelinjang dan menggeliat manja hingga memudahkan Zaenal menggusur daster ketat itu hingga tanggal dari tubuh Bu Guru Siti Hanifah.
“Aaahh…Naaaalll…”erangan merdu Hanifah kian menjadi saat Zaenal membalikkan tubuh ganti menindih Hanifah.
Dicecarnya wajah cantik dan sekujur leher putih Hanifah terus turun ke area dadanya yang terekspos cuma tertutupkan sehelai bra warna merah menyala.
“…aahhhhh…lepasin Naaal…lepasin….”rintih Hanifah saat Zaenal berhasil melepas kancing bh nya lantas melemparnya begitu saja
Bibir Zaenal segera menyergap puting cantik di pucuk payudara montok nan putih Siti Hanifah yang kencang sebesar pepaya muda.
“Ooohhhh…aaahhhhh….”desah manja Hanifah saat pemuda tampan ini menikmati puting susunya yang mengacung tegak.
Jari lembut Hanifah meremasi rambut kepala Zaenal disaat rangsangan sang jejaka tampan ini kian deras di kedua bukit kembarnya.
Sementara jari kekar Zaenal tak mau berpangku tangan begitu saja dan turut serta meremas payudara mengkal dari wanita dewasa bernama Siti Hanifah ini.
Hanifah terlihat menggeliat geli dan makin terangsang akan cumbuan Zaenal.
Diraihnya kaos ketat Zaenal berusaha melepaskannya. Zaenal yang paham cepat meloloskan bajunya berikut celana panjangnya.
Puas menikmati area dada ia pun berganti mengarah ke bagian paling sensitif milik Siti Hanifah.
“Ssshhh…aaahhhh…”
Hanifah mengerang nikmat saat jemari tangan Zaenal menyusuri pinggul besarnya dan mulai menyelusup ke balik cawet celana dalamnya.
Hanifah pun spontan menggerakkan pinggulnya sedemikian rupa…menggeliat seakan meminta sang lelaki tampan ini untuk segera menelanjanginya.
Sreeettt….
Sruuuup…sruuuppppp….
“Zaenaaaal….oooouuuggghhh….!!!”
Pekik merdu Hanifah menyayat hati manakala Zaenal menarik cepat cawet minim Hanifah yang menutupi organ vitalnya lalu menyerbu liang sempit berjembut rapi itu dengan lidahnya yang tajam.
Lidah liat Zaenal begitu cekatan mengorek-ngorek liang kenikmatan Hanifah di pangkal paha muslimah cantik ini hingga Hanifah melolong merdu saat Zaenal berhasil menemukan kacang kelentit miliknya.
“Oooouuuggghhh….NAAAALLLL….kacangkuuuhhhh….!!”pekik Hanifah dengan mata membelalak menatap ke bawah selangkangannya.
Pria gagah ini berhasil menemukan kacang kelaminnya yang bahkan bertahun-tahun tak jua mampu ditemukan sang suami sendiri.
Edaaan….!!!
“Jilaaaat….kulummmm…kacangggkuuuu Naaal….yyyyaahhhhhh…begituuu....terussss….nikmaaat kacangggkuuuu…Naaaal…. oooouuuggghhh….!!!”
Hanifah sang muslimah cantik beranak dua ini melebarkan kedua paha mulusnya sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi.
Tangannya meremas kepala Zaenal sambil meraung-raung nikmat saat lidah dan bibir tebal Zaenal merangsang alat kemaluannya yang makin merekah indah berlumuran lendir cintanya.
Hingga….
“Aauuuwww…Kelluuaarrr…Naaallll….!!!”
Creeet…..
“IYAAAAHHHHH….!!”
CREETTTT……
Tubuh bugil Hanifah yang seksi kejang-kejang saat klimaksnya datang sekonyong-konyong.
Gairah Zaenal yang sudah memuncak di ubun-ubun segera melepas cd-nya lalu mengambil posisi taktis tepat di tengah paha padat mulus Hanifah yang mengangkang.
Nafasnya kembang kempis menahan syahwat menggunung yang siap untuk diledakkan di dalam tubuh indah muslimah cantik ini.
“Naaalll….ittuuuu…ZAKARRR….ZAKAR KAMUUUH….BESSAAARR sekaliihh…Nallll….ngaceng bangeeet….”desis Hanifah tercekat menatap kegagahan kontol Zainal yang begitu mengintimidasi.
Kepala penisnya yang bak jamur raksasa segera saja ia gesekkan di sepanjang bibir cantik kemaluan sang guru wanita.
Disibaknya belukar jembut bibir cantik kemaluan muslimah ini hingga nampak liang vaginanya membuka perlahan siap untuk dimasuki kontolnya.
“Tempikmuuu ternyata sangat mempesona Mbak….”
“....selain Mbak Nanik...kamulah guru wanita yang pengin banget ku setubuhi….”
“....aakuuh sangat mendambakan saat-saat ini datang untuk menikmati tubuh indahmu melalui tusukan kontolkuu di lubang surgamu….”
“....aahhh…kauuu siaaap cantikkkk….hahhh ??”desah panas Zaenal sambil terus menggesekkan ujung penis ngacengnya ke bibir cantik kemaluan Siti Hanifah.
Hanifah hanya menggigit bibir sambil mengerang manja merasakan keras dan besarnya kontol pria ini di celah lubang kelaminnya.
“Naaallll….akuuu..akuuuhh juga penginnnn dieentoot kamuuuh…”
.......
“....akuuu pengin dikenthuuuu…aku pengin ngenthuuu sama kamuuu Naaalll….”
.......
“Sejak lamaaa akuu…sebenarnya pengin kenthu sama zakar kamuuuh….”
.........
“Tempikkuuu pengin kenthu sama ZAKARMUUUU…KONTOLMUUU yang BESSAAARR Nalllll…..aaahhhh…aahhhh….”
..........
“Pake kondommm…Nallll…pake kondommm dulu sayyyy….”pinta Hanifah dengan suara tercekat karena birahi yang meronta.
Zaenal yang tanggap tak mau mengambil resiko sontak membuka kondom dan segera ia pasangkan ke alat vitalnya sendiri.
Karena besarnya kondom itu hanya mampu di setengah penis kekar Zaenal.
“Masukin Naaalll….masukiinnnn KONTOL kamuuuh ke tempikkk aakuuhhh….”
“Tusukkkk yang dalemmmm….sodokkkk yanggg kerassss….KONTOLMUUU ke lubangkuuu sampai mentoookkk sayyyy….”
.........
“Akuuuhhhh…..AAAKHHH….!!!”
Sleeepppp….. BLESSSeekkk….
“NAAAALLLLLLLL…..!!!!!”
“….Hanifaaah…akuu masukkkk Mbaakkk....!!"
"....aakkhh...TEMPIKMUUHHH….!!!”
Kedua insan manusia berbeda kelamin itu sama-sama memekik keras saat sang lelaki menarik pantat kekarnya menyusul selangkanganya mengayun deras.
Tak ayal ujung kontol besar Zaenal membelah celah kenikmatan lubang kemaluan Siti Hanifah yang berjembut indah itu.
Diremasnya pantat indah Hanifah yang membulat indah lalu disodoknya kembali batang ngacengnya yang telah terbenam separuh di lubang surga Hanifah hingga jembut keduanya menyatu rapat.
“ZAKAAAARRRRR…..AHAGHHH….!!!”jjerit merdu Hanifah saat ujung tombak kontol besar Zaenal menusuk di kedalam liang vaginanya tembus sampai ke pintu rahimnya.
Kontol kekar itu terus menggali kedalaman vaginanya yang bahkan tak pernah bisa dijangkau suaminya.
Sleeepppp….
“Oooouuuggghhh….”rintih Hanifah.
Kontol Zaenal yang berkalung emas…(upsss maaf…kondom maksudnya 🤦😁) terus merangsek menembus liatnya daging nikmat kemaluan hangat Hanifah yang menjepit kuat.
Menyusuri lekuk lipatan daging kenikmatan di saluran peranakan Hanifah sampai menyentuh dinding rahimnya.
“Mentoookkk…NAAALLLL….mentoookkk..!!!!"
“Hanifaaahhh….sempitnya tempikmuuuu…sayanggg....aaahhhh…ennnaknyaaa..!!!”
Keduanya melolong penuh nikmat saat kedua alat vital berbeda kelamin itu saling berbalas memberikan kenikmatan.
Kontol Zaenal menyodok dinding rahim sementara saluran vagina hangat Hanifah terus meremas-remas dan menghisap batang ngaceng Zaenal.
Ini lah yang dinamakan persetubuhan.
Hanya butuh waktu kurang dari sepuluh menit Hanifah kembali menjerit saat ia menjemput klimaksnya yang kesekian kalinya.
“Oooouuuggghhh….!!!!”
Jeritan merdu Hanifah yang biasa mengajar Bahasa Indonesia ini meneriakkan kata-kata vulgar yang bikin siapapun yang mengenalnya bakalan kaget setengah mampus.
Bersamaan tusukan kontol besar Zaenal menghunjam lubang senggamanya yang basah penuh lendir cintanya Hanifah menjerit keras.
Jleeeb….
“NGENTOOOT !!!!! aaakhhhh….NGENTOOOT KONTOOOL….!!!!
..........
“KONTOLMUUU ENNAAAAKK Naaaalll…. oooouuuggghhh….!!!”
Jleeeb…BLESSSeekkk….
Zaenal tak kalah keras mengerang nikmat saat penisnya yang tegak ngaceng perkasa mengebor sumur nikmat kemaluan Hanifah yang telah melahirkan anak itu.
Wajah tampannya memucat saat aliran spermanya mulai merambat naik menuju pelepasan di lubang kencingnya.
Zaenal berupaya menahannya barang sekian menit lagi sambil merasakan enaknya menyenggamai guru cantik ini.
Kontol besarnya keluar masuk amblas sekian ratus kali hingga ribuan kali berlumur lendir cinta sang wanita terus tanpa ampun menjajah memek legit liang kewanitaan Siti Hanifah.
Hanifah yang kejang-kejang takkala mencapai puncak hanya bisa mengangkang pasrah ditusuk pedang surga milik guru tampan bernama Zaenal Arifin ini di lubang kemaluannya yang indah berjembut.
Sudah hampir satu jam keduanya asyik masyuk bermain cinta tanpa menyadari kehadiran seseorang di sana yang mengamati dengan seksama.
Pria ini bukan lain suami Siti Hanifah.
Pria bertubuh sedang yang secara fisik bukan tandingan Zaenal memandang pilu sambil menahan sesak di dadanya.
Ia tahu sang istri membutuhkan belaian perkasa seorang pria bukan melulu sumpalan harta benda semata.
Ia pun legowo dengan ikhlas menyilakan sang istri untuk mencari pejantan tangguh untuk memberikannya kepuasan seksual yang tak pernah bisa ia berikan.
Sang suami yang serba gundah karena dua sisi kepentingan terutama demi membahagiakan sang istri hendak berlalu pergi namun pekik tertahan sang istri sejenak menahan langkahnya.
“Naaalllll….kondommm !!!! lepaskan kondooommmuuuu sayyyyy…..pejuhiii akuuhhh dengannn air manimuu….aku mau pejuhmuuuu…Nalllll….!!!”
...........
“....hamiliii akuuuu Nallll….buaaat akuuuu hamiiil anakkk kamuuuu sayanggg….aaahhhhhh….!!!”
“Hanifahhhh….akuuu akannn membuatmuuu hamiiil sayanggg…akuuu ingin membuat bayi mungil di perutmuuu…cantikkkk…aakhhhhh….!!!”pekik Zaenal merespon syahwat Hanifah yang makin menggila.
Seutas kondom segera mencelat ke udara bersamaan Zaenal melumat bibir Hanifah yang kontan membalas tak kalah panas.
Keduanya saling berpelukan erat saling meremas rambut kepala saling menindih dalam keadaan bertelanjang bulat berlumuran keringat.
Sebentar kemudian Zaenal mengayunkan bokong kekarnya menusukkan kontolnya yang kini tak berkondom ke lubang cantik kemaluan Hanifah.
Jemari kekarnya turut mencengkram bokong padat Hanifah yang bugil lalu ditariknya keras bersamaan ayunan pinggulnya sendiri.
BLESSSeekkk….
“Aaakhhh….”
“Oooouuuggghhh….”
Amblaslah zakar panjang perkasa penuh urat jantan itu menguak bibir vagina nan cantik berjembut milik Siti Hanifah lebar-lebar.
Hanifah mengangkang di saat Zaenal menggenjot keras tubuh telanjangnya.
Ujung penis gemuk Zaenal akhirnya menyentuh pintu rahim Siti Hanifah…mengetuknya keras-keras hingga Hanifah pun membuka pintu rahimnya seluas-luasnya untuk menampung benih jantan Zaenal yang nanti akan membuahi telur-telurnya.
Wajah tampannya yang gagah memucat saat detik-detik kenikmatan puncak mencambuk dirinya.
Betapa hebat klimaksnya melalui proses ejakulasi di dalam tubuh indah telanjang Siti Hanifah.
“Hanifaaaah….akuuuu muncraat…..aarrgghhh...KELLUUAARRR….!!!!”pekik jantan Zaenal dengan mata melotot di puncak senggamanya.
CROOOOTTT….!!
“Aarrrrgghhh….!!!” Zaenal mengerang kuat dengan suaranya yang macho .
Croooottt….
“NIKMAAAATTT….!!!”kembali Zaenal memekik keras sembari jemari kekarnya meremas bokong indah Siti Hanifah.
Pantat kekarnya kembali mengayun mendesak pangkal paha mulus Hanifah yang mengangkang menyusul kontol besarnya kembali menusuk dalam-dalam.
Croooottt….!!
"Yeeaaahhhh.....!!"
Proses ejakulasi teramat nikmat membuat Zaenal meremas tubuh bugil itu kuat-kuat termasuk bongkahan pantat montok Hanifah yang putih mulus itu.
Didekapnya kuat dengan sepasang tangan kekar berikut tubuh tegapnya.
Croooottt….
“Uuughhh…YESSSS….Yaaaahhhh….!!!”
Croooottt….
Hanifah yang tak berdaya dalam tindihan Zaenal tak mampu bersuara hanya bisa pasrah dengan mata membelalak mulut menganga saat semprotan pejuh nikmat sang pejantan menyembur deras memenuhi rahimnya.
Croooottt…!!!
Pantat kekar Zaenal mengejan lalu mengejat-ngejat berusaha menuntaskan suntikan spermanya ke dalam tubuh telanjang Siti Hanifah hingga ke tetes terakhir.
Lelehan mani kental Zaenal yang berlimpah ruah meluber dari sela-sela daging kontol Zaenal yang masih menyumbat bibir cantik berjembut di pangkal paha sang guru muslimah ini.
Peluk cium masih terus asyik dilakukan oleh kedua insan yang baru saja mencapai nikmatnya surga dunia.
Saling mencumbui dengan mesra telanjang bulat tanpa busana hingga akhirnya keduanya saling bertatapan syahdu.
“Naal….sungguh luar biasaaaa….kauuu…kau begitu jantan…kau begitu perkasa…akuu..akuu takluk kepadamu Nalll…”ucap mesra Hanifah seraya membelai lembut wajah tampan itu.
“Sperma kamuuu….aaahhhh…banyak sekaliii sampai luber ini….”
..........
“...akuuu yakin…aku yakin akan hamil anak kamu….sayyy….”
Zaenal terdiam hanya menunduk lalu perlahan memandang nanar Siti Hanifah sebelum kemudian mengecupnya mesra.
“Kau juga Mbak….begitu nikmat…. seperti ucapan master tentang minuman teh….bahwa teh yang nikmat itu harus wasgitel….”ucapnya penuh arti.
“Hmmm…??”gumam Hanifah memandang tak paham.
“Wasgitel itu….wangi, sepet, legit, kentel…"kata Zaenal seraya tersenyum.
Siti Hanifah merenggut manja sebelum tekaget saat dirasakannya sesuatu yang besar dan hangat menempel di kulit perutnya.
“Naaal….kamuuu…masih pengin laggihh…???”kata Siti dengan mimik menggoda.
Zaenal menunduk sebentar melihat sang “adik” di bawah sana.
“Kau begitu menggairahkan Mbak. Sayang kalu hanya satu ronde. Aku pengin beberapa ronde lagi dengan gaya yang laen…”ucap Zaenal yang segera ditanggapi Siti dengan jeweran di hidung mancung guru tampan ini.
“Bagaimana dengan suamimu….?”tanya Zaenal saat Siti Hanifah sudah ganti menindih tubuh kekar Zaenal sambil mengambil posisi jongkok tepat di selangkangannya. Mungkinkah sang guru cantik muslimah ini akan melakukan blow-job kepada pasangan seksnya ini.
“Suamiku masih lusa pulangnya Sayyy….”
“....hari ini aku akan memuaskan dirimu…hahhhh….heehmmmm…hemmmm….
“Aaahhh…Mbakkkkk….!! ENNAAAAKK Mbakkkk…Aaakhhh…”rintih Zaenal yang kontan terlentang manakala sang guru cantik ini segera meremas batang kemaluannya yang telah tegak ngaceng lalu mengulumnya kuat.
Sementara keduanya asyik melanjutkan adegan ranjang nan panas, sang suami yang sebenarnya telah tiba dari luar kota memasuki kamar kerja nya yang berada di lantai atas.
Dibukanya kamar kerja nan mewah dengan sejumlah peti almari terbuat dari kayu jati.
Adapula lemari brankas terbuat dari baja tahan api.
Sebentar dibukanya brangkas tersebut sebelum diraihnya sebuah pistol revolver hadiah dari seorang pejabat tinggi kepolisian.
Ditimangnya sebentar sebelum mengisinya dengan beberapa butir peluru yang berada di sebuah dus kecil.
(Jangan-jangan….Zaenal akan….???)
Setelah terisi separuh sang suami segera menulis surat pada selembar kertas putih.
Beberapa waktu kemudian usai menulis dan membubuhkan tanda tangan, sang pria tersebut berjalan ke arah jendela dimana hujan masih mengguyur dengan lebatnya.
Tangan kanannya menggenggam erat senjata pistol kuat-kuat sambil matanya berkaca-kaca memandang luar halaman dimana sebuah sedan BMW terbaru miliknya terparkir di tepian jalan.
“Sayang…suamimu memang tak berguna. Kau telah menemukan pria idaman hatimu. Jaga dirimu dan juga anak-anak…"
..........
“...aku akan pergi….selamat tinggal….”
Selesai berkata demikian sang suami menarik pelatuk pistol yang kini diarahkan tepat di kepalanya.
Gelegarrr….!!!
Dooor….!!!
"Oooouuuggghhh....Yyyyaahhhhh....!!!"
Bersamaan suara pistol menyalak dan guntur memekakkan telinga terdengar pekik tertahan Hanifah kala mencapai klimaksnya dalam posisi WOT di atas tubuh bugil dan kekar Zaenal.
Pantat bugilnya yang semok mengejang kuat bersamaan remasan jari Zaenal di atas pinggulnya yang mengayak liar saat wanita cantik ini menggoyang kontol Zaenal sekian menit berjalan.
"Ooouuhhhhhh....ooouuugghhhh....!!"erang Hanifah begitu merdu di puncak orgasmenya yang kesekian kali di sore yang dingin itu.
Di kala klimaks yang dicapai Siti Hanifah lubang vaginanya pun bereaksi menjepit dan meremas kuat batang kaku penis gemuk Zaenal yang berukuran panjang nyaris 20 cm dengan diameter sekitar 6 cm itu !
Lendir cintanya yang lengket terus meleleh melumuri batang kontol kekar sang guru tampan itu yang masih menancap gagah dan begitu ia nikmati.
"Sssshhhh...haaaahhhhh....!"
Zaenal mendesah panjang saat nikmat surgawi menerpa lonjoran kontolnya di lubang nikmat kemaluan Hanifah yang indah berjembut.
Ia pun segera beringsut bangun setengah telentang masih dengan meremas bokong indah Hanifah.
Bibirnya langsung mengenyot puting susu sang guru wanita yang mengeras kaku di pucuk kembar payudara indahnya.
“Oooouuuggghhh….NAAAALLL….!!!!!”erang keras Hanifah mendapat cumbuan dahsyat sang guru tampan ini.
Disusul Zaenal mengerang macho saat ia kembali mencapai puncak kenikmatan dengan berejakulasi begitu nikmat di dalam kemaluan Hanifah yang membelenggu kontolnya.
"Hanifahhhh....akuu mejuuhhh... Tempikmuuuu...Aarrgghhh...!!!"
CROOTT.... Croot....
Mani kental Zaenal yang hangat seketika memancut kuat membasahi dinding rahim Siti Hanifah.
Di saat yang sama...
Bruukkkk….
Tubuh sang suami yang sudah tak bernyawa pun ambruk ke lantai marmer nan mahal itu.
Sementara di atas meja kayu jati tepatnya di dalam kertas putih terbaca beberapa kalimat yang tadi ditulis oleh sang suami.
[[[....“Dear, Siti Hanifah…. istriku tersayang...”
“Hampir sepuluh tahun kita bersama…banyak suka dan duka kita jalani bareng….”
.....
“...aku mungkin bukan lelaki yang sempurna…oleh karenanya aku pamit supaya kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari suamimu sekarang….”
.......m
“Ku wariskan 10 serifikat tanah seluas total 10 hektare senilai +/- 100 milyar berikut emas batangan sebanyak 5 kg murni 24 karat….ditambah uang dollar Amerika sebanyak 5 Juta USD…”
.........
“Kuharap ini semua bisa mencukupi kebutuhanmu dan anak-anak kita…”
“....terima kasih telah melahirkan anak-anak….salam sayang dari suamimu yang tak bisa membahagiakanmu…”]]]
Bersambung……