𝐋𝐚𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐫𝐚𝐡𝐢 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟔

 


".. Assalamu'alaykum.."
"Ckleekk.." kudengar Mas Diki yang pamit keluar rumah dan menutup pintu.

Aku masih di sofa tanpa memakai sehelaipun pakaian. Nafasku ngos-ngosan sambil terbaring kelelahan. Sperma masih meleleh dari lubang vaginaku membasahi pahaku, sebagian menetes ke sofa tempatku berbaring. Masih mengangkang, kaki kananku menjuntai menapak lantai.

Sudah sekitar dua jam yang lalu sejak kami sampai rumahku ini Mas Diki menggarap tubuhku. Penis kerasnya yang berurat itu mengaduk-aduk mulut dan vaginaku di kamar lalu pindah di sofa ini. Seperti biasa, aku yang awalnya menolak tapi tubuhku menyerah juga pada nafsuku. Aku dibuatnya tiga kali orgasme. Seluruh tubuhku tak luput dari jamahannya. Bekas cupangan juga memenuhi leherku, tetekku, perutku, dan pantatku hingga pahaku. Di rumahku sendiri aku menyerah takluk pada birahi. Di tempat yang seharusnya aku menjaga amanah suamiku untuk selalu taat dan setia padanya.

Tapi nyatanya tubuhku mengkhianati imanku dan takluk pada nafsu duniawi. Tanpa kusadari air mata penyesalan pun menetes dari lubuk mataku menyadari betapa tiga hari terakhir ini aku tak pantas menjadi sosok istri dari Mas Bagas, suami yang tulus ikhlas mencintai ku. Yang membanting tulang sehari-hari untuk menafkahiku. Namun aku malah mereguk kenikmatan dengan lelaki lain dibelakangnya. Aku yang kelelahan inipun tertidur di sofa.

***

Aku terbangun karena mendengar nada dering hapeku berbunyi. Ternyata dari Mas Bagas.

"Halo, Assalamu'alaykum, Abi.."
"Iya, ini di Umi lagi beberes rumah aja.."
"Oiya, Abi.. Umi tunggu, Umi juga dah kangen sama Abi..." kataku mencoba segenit mungkin.
"Wa'alaykumussalam.." kataku membalas salamnya. Mas Bagas sudah dalam perjalanan otw ke rumah.

Perasaanku bahagia sekali mendapati sebentar lagi aku akan bertemu dengan suamiku. Sesaat aku lupa apa yang telah kualami selama tiga hari ini. Aku yang masih telanjang di sofa ini lalu bergegas mandi dan merias tubuhku. Ketika aku akan memakai baju, aku baru menyadari bahwa banyak sekali bekas cupangan-cupangan di sekujur tubuhku. Aku harus memikirkan cara agar tidak ketahuan Mas Bagas. Setelah tiga hari tak bertemu, malam ini pastilah kami akan bersetubuh.

Aku lalu memakai gamis hitamku lengkap dengan hijab merah muda tanpa memakai dalaman apapun di baliknya. Sembari menunggu Mas Bagas, aku mencoba berbenah dan membersihkan rumah dari debu karena sudah tiga hari rumah ini tak ditempati.

"Tok tok tok.." aku mendengar pintu depan diketuk. Aku langsung bergegas ke depan. Mas Bagas selalu membawa kunci cadangan ketika keluar kota.
"Ceklekk.." handle pintu dibuka dari luar
"Assalamu'alaykum.. Um.." belum selesai ucapan Mas Bagas, badannya sudah aku terjang. Aku peluk suamiku ini dengan erat. Aku memang terbiasa ditinggal suamiku keluar kota. Walaupun begitu, aku juga selalu merasa kangen saat ditinggal pergi.
"Umi kebiasaan deh, peluknya erat banget tiap Abi habis pulang dinas luar kota."

"Hihi.. biarin.. habisnya Umi ditinggal-tinggal terus siih.." ucapku manja sambil bergelayutan di dadanya.

"Hiih.. Abi kan cari nafkah buat Umi juga.. ini sekarang Abi pulang buat Umi.. Abi kangen nih sama Umi.."

"Hihi.. yang kangen Abi apa dedeknya Abi..?" tanyaku genit

Aku dan Mas Bagas pun masuk ke dalam. Selepas Mas Bagas mandi dan bersih-bersih, kami lalu melanjutkan bercengkrama. Melepas rindu dan kangen. Tak terasa waktu berlalu hingga tiba waktu makan malam.

"Makan diluar yuk, Um.." ajak Mas Bagas.

"Kenapa emang Abi?" tanyaku

"pengen jalan aja sama Umi.."

"makan di rumah aja yuk, Abi.. Umi masih kangen sama Abi.. Umi masakin makanan spesialnya Abi deh.. tunggu yaa.." akupun lalu beranjak ke dapur dan memasak nasi goreng favorit Mas Bagas. Mas Bagas pun dengan lahap memakan masakanku tersebut.

"Kemarin acara dinasnya lancar, Abi?"

"Alhamdulillah lancar, Umi. Malah lebih dari target. Karena saking bagus hasilnya, Abi rencananya bakal dapat promosi, Umi. Abi bakalan lebih sering ketemu sama client."

"Ooh.. Alhamdulillah, Abi.. Umi ikut seneng.." Kami pun lanjut menyelesaikan makan malam.

Selesai makan, kami melanjutkan cengkrama kami di sofa. Aku dan Mas Bagas memang belum dikaruniai anak. Sisi positif nya adalah kami jadi sering memiliki quality time bersama.

"Umi cantik deh malam ini.. Abi dah kangen deh sama Umi.." puji Mas Bagas. Aku hanya diam saja mendengar pujiannya itu. Mas Bagas lalu mendekatkan bibirnya ke bibirku, Hingga mulut kami sudah bertemu satu sama lain. Kami berciuman dengan mesra. Aku balas ciumannya dengan sedotan-sedotan di bibirnya, aku hisap-hisap lidahnya. Kami bercumbu semakin liar di atas sofa ini.

Aku lalu berinisiatif membuka kaos Mas Bagas beserta celana dan celana dalamnya, hingga telanjanglah suamiku ini.

"Malam ini biar Umi puasin Abi.." bisikku. lalu kusandarkan tubuh tegap suamiku ini ke sofa hingga dia berbaring. Aku mulai dengan memainkan bibirku di pusarnya. Aku jilat-jilat lembut lubang pusarnya. Aku hisap-hisap sekitar pusarnya itu. Tanganku juga bermain-main di sekitar putingnya, membuat Mas Bagas mulai merasa keenakan.

Jilatan-jilatanku lalu beranjak ke atas. Dada bidangnya tak luput dari jilatanku. Lalu lidahku beralih menuju putingnya. Aku hisap-hisap dan aku jilat-jilat puting Mas Bagas. Kurasakan penis Mas Bagas mulai tegak menjulang.

Puas bermain di dadanya, lidahku pelan-pelan naik menjilati lehernya, aku kecup-kecup kuat sekitar lehernya hingga membekas beberapa cupangan. Jilatanku lalu naik ke telingnya. Aku hisap-hisap ujung telinganya bagian bawah. Aku juga memasuk-masukkan lidahku ke lubang telinganya. Aku tau titik paling sensitif Mas Bagas ada di telinganya. Begitu aku hisap-hisap telinganya, Mas Bagas tak mampu untuk tak mengerung keenakan.

Tanganku lalu mulai menggenggam batang penisnya. Aku kocok-kocok penisnya ke atas ke bawah, sambil aku masih merangsang telinganya. Aku sedikit ludahi tanganku agar kocokan di penisnya tidak terlalu kering.

"Uuughh.. Umi.. enak banget kocokannya.." erung Mas Bagas di tengah kocokan tanganku di penisnya. Lidahku kini bermain-main di belakang telinganya. Kuhisap-hisap hingga lagi-lagi membuat bekas cupangan.

Tubuhku lalu beranjak turun hingga kepalaku yang terbalut jilbab pink ini tepat berada di atas penisnya. Aku mulai menciumi ujung lubang kencing Mas Bagas. Terkadang aku hisap-hisap. Lalu aku turunkan lidahku ke batangnya. Aku jilat-jilat batang penis ini naik turun, sambil kutatap matanya dengan tatapan ku yang kubuat seseksi mungkin. Seluruh batang penisnya tak luput dari jilatan dan ludahku. Lidahku lalu turun menuju buah zakarnya. Aku mainkan buah zakar itu dengan lidahku. Kuhisap-hisap bola-bola ubi ini sambil sesekali kupijat-pijat dengan tanganku. Lidahku tak luput juga untuk menghisap-hisap lubang anus Mas Diki, membuat pantatnya menggeliat keenakan.

Mulutku lalu menuju kembali ke kepala penis Mas Bagas. Aku mulai memasukkan penis ini ke dalam mulutku, hanya sebatas kepalanya. Aku sampirkan jilbabku ini ke belakang punggungku agar tak menghalangi servis oral yang sedang kuberikan. Hingga tampaklah sebagian leherku.

"Umi, itu lehernya kenapa? Kok merah-merah gitu." tanya Mas Bagas melihat ada cupangan merah yang sangat kontras dengan kulit leherku yang putih.

"Mmmm.. Itu Abi, digigit nyamuk kemarin.." kataku berbohong. Untuk menghindari pertanyaan lain aku segera memasukkan kepala penisnya ke mulutku, lalu kuhisap-hisap dengan kuat sampai pipiku terlihat mengempot. Aku lalu menurunkan mulutku hingga setengah penisnya masuk, lalu aku naikkan. Lalu aku turunkan mulutku lagi hingga kini penis itu habis masuk dimulutku. Lalu aku naikkan lagi dan kumasukkan setengahnya, begitu kulakukan beberapa kali, sambil kutetap menyedot-nyedot penisnya dengan kuat.

"Uughhh.. Enak banget emutannya Umii.. Uughhh.. pinter banget sih Istri Abi ini.... belajarnya dimana Umi?.. Ughh.." kata Mas Bagas sambil mengerung keenakan. Aku diam saja sambil masih terus menghisap-hisap penisnya naik turun di mulutku. Sekilas bayangan perbuatan yang kualami tiga hari yang lalu kembali ke benakku. Aku memang belajar banyak dari perlakuan Mas Diki terhadapku. Walaupun hati kecilku menolaknya, tapi kuakui kalau tubuhku menikmatinya. Ada rasa sesal yang menghinggapiku.

Mulutku makin cepat mengocok penisnya naik turun. Hisapan dan sedotanmu juga makin kuat. Sebagai pelampiasan rasa penyesalanku aku mencoba mengeluarkan semua sisi liarku ke suamiku ini. Penisnya yang sedang berada di mulutku ini dengan sepenuh hati aku manjakan. Aku memang sangat suka mengulum penis, suamiku ini paling senang jika penisnya aku mainkan dengan mulutku. Semua teknik oral seks yang kumiliki aku curahkan untuk memuaskan penis ini. Penis Mas Bagas nampaknya juga senang akan hal ini. Mulutku makin penuh dengan penisnya yang semakin keras menjulang.

"Uuughhh.. Umi, enak banggettt.. Ughhh.. Abi mau keluarr.. Ughhh.."
Aku pun makin cepat menaikturunkan mulutku di penisnya. Tanganku membantu mengocok penisnya, sembari tanganku yang lain memijat-mijat buah zakarnya. Sedotan di mulutku makin menguat membuat pipiku makin mengempot. Aku yang memberikan oral seks ini juga menjadi bergairah. Kurasakan vaginaku mulai basah.
"Ughhh.. Umiii.. Ughhh.."
"Glk.. Glekk.." kurasakan beberapa semprotan keluar dari penis Mas Bagas. Aku masih menghisap-hisap penisnya. Cairan spermanya semua aku tampung di mulutku. Aku mencoba menelannya sebisa mungkin.

Mulutku lalu lepas dari penisnya. Ada sedikit lelehan sperma Mas Bagas di bibirku, lalu kuseka dengan lidahku dan kumasukkan lagi ke mulutku sebelum aku telan. Aku melakukan ini sambil memandang ke Mas Bagas dengan tatapan senakal mungkin.

"Ugghhh.. Maaf Umi, Abi dah keluar, habisnya Umi seksi banget ngemutnya. Pas Abi juga belum keluar tiga hari ini....."
"Umi kok mau nelen sperma Abi.. biasanya Abi keluarin di mulut aja nggak boleh.."

"Iya Abi.. Abi suka nggak Umi telen sperma Abi..?"

"Suka banget Umi.. Umi nelennya pakai tatapan nakal gitu jadi makin seksi.."

"Hihi.. iya, Abi.. pokoknya sekarang Abi boleh lakuin apa aja ke Umi, Umi nggak bakal nolak.. Jiwa raga Umi milik Abi sepenuhnya.." kataku sambil tetap bergaya genit.

Aku lalu kembali menurunkan kepalaku untuk membersihkan penisnya. Aku jilat-jilat batang penisnya memutar dan naik turun hingga batang penis itu mengkilap karena lendir ludahku. Aku masukkan lagi batang penis itu ke mulutku dan kuhisap-hisap kepala penisnya layaknya menyedot sisa-sisa minuman yang tak rela untuk kubuang. Mulutku kemudian kembali mengocok naik turun di batang penisnya sambil tetap kusedot-sedot.

"Hmmmppphh.. Plop.."
"Kok udah keras lagi sih, Abi..?" Kataku yang melepas penisnya dan sekarang kukocok dengan tanganku.

Tak berlama-lama, aku yang sedari tadi juga dilanda birahi langsung memosisikan tubuhku berada di atas pinggul Mas Bagas. Kusingkap sedikit gamisku hingga memberi ruang di selangkanganku, lalu kuturunkan pantatku perlahan-lahan. Aku arahkan penis Mas Bagas ke lubang vaginaku. Kugesek-gesekan kepala penis itu ke bibir vaginaku. Nikmat sekali rasanya. Mulailah kuturunkan pantatku hingga kurasakan penis Mas Bagas mengisi vaginaku. Penis suamiku ini membuat vaginaku yang memang sempit ini terasa sesak.

"Ssshhhh.. Hhhhmmmmpppp..." desisku saat penisnya menyeruak di dalam vaginaku.

Sesaat kudiamkan penisnya di vaginaku sambil memberi waktu kepada otot-otot vaginaku untuk menyesuaikan diri. Perlahan-lahan aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Aku yang berada di atas seolah-olah memegang kendali permainan.Gesekan batang penisnya di dinding vaginaku yang terasa sesak ini membuatku makin terangsang.

Aku makin cepat menggerakkan pantatku di atas penisnya. Terkadang gerakan pantatku bervariasi menjadi naik turun atau berputar-putar. Ini membuat penisnya makin nikmat mengoyak-ngoyak vaginaku.

"Ssshh.. Aaaahhhh... Oohhhh... aaagghhh.. Abii.."

Akupun makin liar menggoyang tubuhku. Tangan Mas Bagas kupegang dan kuarahkan ke tetekku dari luar gamisku. Tanpa diminta tangannya mulai meremas-remas tetekku. Putingku juga tak luput dari remasan-remasan lembutnya.

Dari bawah, Mas Bagas juga ikut memompa penisnya. Penisnya terasa keras mengisi vaginaku. Lubang vaginaku yang sempit ini terasa penuh sesak. Pompaannya membuat dinding-dinding vaginaku bergesekan dengan batang penisnya.

"Oohh.. Aahhh... Shhh.. Enaakk kontol Abii.. Shh.. Memek Umi penuuhhh.. Sshhh.. Ooohhhh.."

"Uggghhh.. Umi nakal ngomongnya ihhh.. Ughh.. sekssi banget Umi kalau nakal gitu.. Ugghhh.." kata Mas Bagas.
Aku juga tak menyadari desahanku mulai nakal, seperti saat tiga hari kemarin aku digarap Mas Diki. Aku hanya mencoba melampiaskan sisi liar dan binalku. Jika tiga hari kemarin aku adalah seorang akhwat yang sangat binal untuk orang lain, maka saat ini aku harus bisa lebih binal dan liar untuk suamiku.

Kurasakan remasan tangan Mas Bagas di tetekku makin menguat. Putingku dipelintir-pelintir dari luar gamisku. Mas Bagas terus memompa penisnya menyambut goyangan pantatku yang makin liar.

"Aaahh.. Ooohhhhh... Abii.." pantatku makin liar bergoyang. Kumajumundurkan pantatku makin cepat membuat dinding-dinding vaginaku juga bergesekan makin nikmat dengan penis Mas Bagas.

"Oooohh...Shhh... ahhh.. Abii.. Umii keluuarrrr...Shhh.." pantatku mengejang-ngejang di atas penisnya. Gelombang orgasme yang datang membuatku seolah-olah melayang. Bola mataku berputar ke atas hingga hanya menampakkan sisi warna putihnya saja.

Mas Bagas dari bawah masih tetap memompa penisnya. Aku yang sedang kelelahan karena orgasme ini hanya bisa menikmati pompaan penisnya di vaginaku. Aku lalu memutar badanku tanpa melepas penisnya hingga kini aku membelakangi Mas Bagas dengan posisiku masih di atasnya.

Perlahan aku mulai menggoyang pinggulku. Penisnya mulai lagi menggesek-gesek dinding vaginaku membuatku kelojotan menahan nikmat di vaginaku.

“Ohhhh... memekku penuh, Mmaass...” Desahku sambil tetap menggoyang pantatku maju mundur. Goyangku perlahan makin kuat dan makin cepat. Tangan Mas Bagas tak tinggal diam. Dia mengarahkan tangannya meremasi bongkahan pantatku yang masih tertutup gamis ini.

“Uggghhh.. Enak banget Umi goyangnya.." tak berapa lama badai orgasmeku kembali mendekat. Aku yang sedang mengejar orgasme, mulai menggoyang pantatku sebinal mungkin. Aku menunggangi penis milik Mas Bagas dengan pelan, menaik turunkan pantatku dan tak lupa untuk memutar pinggulku dengan liar.

"Aaahhh... Ooohhh.. Aaahhhh.." Desahan-desahanku kembali kuteriakkan memenuhi rumah kecil kami ini. Sembari begoyang, tanganku berpegangan pada lutut Mas Bagas.
Tiga hari lalu ibaratnya adalah medan pelatihan buatku menggunakan penis lelaki lain. Tapi sekarang aku ingin memraktekkan semua ilmu bercintaku dengan suamiku ini Seluruh badanku seolah-olah sungguh lihai bercinta dengan posisi ini. Aku sudah paham dan tahu betul apa yang harus aku lakukan untuk memuaskan persetubuhan ini.

“Ouhhhh... Ssssshhhh... Euhhhhh...... Ahhhh.., ” desahku penuh gairah sembari menggoyang penis Mas Bagas didalam vaginaku. Aku arahkan wajahku ke belakang sambil menatap Mas Bagas. Mataku kubuat sebinal mungkin, seolah-olah memberi kode bahwa tubuhku yang binal ini miliknya seutuhnya.

Mas Bagas juga merasakan kenikmatan dari goyanganku ini.
“Uggghhhh.. enak banget goyangannya, Umi.. ugghhh.."

“Ooohh.. Aahh.. iyya, Abbiiih.. Kontol Abi juga enakkk.. Memek Umi penuuhhh.. Aahhhh.. Ooohhh..” desahku menimpali

Aku lalu memacu penis Mas Bagas dengan goyangannku, Kadang pantatku naik turun dengan cepat, dan kadang melambat memainkan tempo, aku mencoba meliuk-liuk diatas batang penisnya ini.

"Ooohhh.. Aaagghhh... oooooohhh.. Umi keluaarr Abi.. Umi pipiiishhh.. ooooohhhh.." pantatku kembali mengejang-ngejang dilanda orgasme. Aku hanya bisa menggeliat-geliat di atas penisnya mencoba menuntaskan orgasme yang mendatangiku.

Setelah beberapa saat menikmati orgasmeku, badanku ambruk kebelakang di dada bidang Mas Bagas.

Mas Bagas lalu mengajakku doggy style di sofa ini. Lututku bertumpu di lantai dan tanganku memegangi ujung sofa. Penis Mas Bagas kembali masuk mengoyak-ngoyak vaginaku dari belakang. Hanya butuh 15 menit kemudian untuk membuatku meraih orgasme lagi.

Kami lalu melanjutkan aktifitas bercinta ini di kamar. Selama kami bercinta, tentunya aku tak melepas gamisku untuk menghindari Mas Bagas melihat bekas cupangan-cupangan di sekujur tubuhku. Saat permainan terakhir aku sudah telanjang bulat, tapi lampu kamar aku matikan. Semalaman tak terhitung berapa kali aku orgasme. Aku seperti menemukan diriku yang baru yang lebih liar dan lebih binal. Mas Bagas juga tampaknya suka dengan sisi liarku yang baru ini, terbukti tak bosan-bosannya semalaman ini dia menggarapku, entah darimana datangnya keperkasaannya itu.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com