*Terminal*,
Akhirnya vivi pun sampai di tambah nyasar-nyasar dikit, berharap uangnya cukup untuk pulang, sesampainya sudah malam loket pun sudah tutup dan memilih menunggu sampai pagi karena bus ke daerahnya baru ada jam 5 pagi. Tampilannya saat itu seperti layaknya dulu orang kampung, duduklah vivi di ruang pembelian tiket sampai loket di buka pukul 5.30 pagi, vivi pun segera ke bus dan berangkat jam 7 pagi. Perjalanan di tempuh cukup jauh 6 jam perjalanan dengan bus, 1 jam dengan angkot, 30 menit berjalan kaki.
"huaaaahh... sampe juga" ucapnya sambil menghirupp udara, vivi pun sampai hampir jam 3an, hamparan sawah yang luas, vivi pun berjalan kaki menelusuri jalan yang rusak penuh bebatuan, dan sampailah di rumah yang sangat sederhana, rumahnya tercinta yang di tinggalkannya hampir 3 tahun, suasana masih sama ada kandang sapi, ayam, dan bebek di sekitar rumahnya.
"ma... paaaa... " teriak vivi dari luar rumah, di peluknya langsung yang kebetulan lagi santai di ruang tamu.
"lohh.. kamu siapa kesni?" ucap mamanya vivi.
"sendiri hehe.. lagi liburan.." pelukan hangat dari kedua orang tuanya yang rindu karena hanya mendengar kabarnya saja. Wajahnya terlihat sangat lelah.
"kamu gemukan vi.. pasti keluraga bapak hen kash kamu makan cukup ya." ucap papanya , sambil membawakan tas vivi ke tempat duduk depan, terlihat senyumnya melihat anak perempuannya satu-satunya itu lebih berisi.
"hehe ia... papa gak ke sawah?" ucap vivi melihat papanya yang sudah setengah baya tidak ada perubahan.
"ngakk.. 3 hari lagi pada panen.. baru kesawah" ucapnya.
"nihh.. vi minum dulu, pasti kamu capek kan jalan" ucap mama sambil mebawakan segelas teh.
"ihh anak sendiri kayak tamu aja di kasih minum, vivi kan bisa ambil sendri.." ucapnya menerima suguhan teh.
"hehe.. yah gpp, kangen aja gak liat kamu.. kok pake pakian gini lagi?" tanya mamanya melihat penampilannya vivi.
"uhmm iah.. kangen aj pakai kayak gini" ucapnya beralasan.
"ya udah.. papa cari pakan sapi dulu ya.. kamu istirahat dulu" ucap papa vivi yang langsung keluar dari. Vivi pun langsung ke kamarnya yang pasti sama seperti dulu, rumahnya yang tidak ada pelapon yang bertatap langsung dengan genteng rumah, rumah yang beralaskan tidak pakai ubin.
"huaaah..." di rebahkannya tubuh vivi sambil memeluk boneka teddybear yang dulu setia temenin dia tidur. Perjalanan yang melelahkan membuat vivi tertidur.
Suasana malam di kampung masih terasa, malam ini di hiasi lampu neon dan suara jangkrik di sekitar rumah, karena setiap rumah jaraknya cukup jauh di tambah penerangannya yang kurang memadai. Vivi dan orangtuanya makan ala kadarnya ikan asin, tahu, tempe, sambal terasi dan nasi hangat. Makanan yang dulu sehari-hari vivi konsumsi sebelum ke kota. Di ceritakannya pengalaman semasa sekolah, termasuk rendra sampai detail, tetapi tidak untuk masalah yang di hadapinya sekarang.
"viii,, masuk udah malam" ucap mamanya melihat vivi melamun di bale depan rumah,
"iaah.. " ucapnya langsung masuk ke dalam, lamunan tentang rendra malam itu kembali ketempat tidurnya yang paling nyaman.
***
waktu pun berlalu sudah tak terasa sudah 3 hari setelah vivi meninggalkan rumah rendra, kondisi rendra sudah membaik.
"gimana.. dok kondisinya rendra?" ucap tante nia di dalam ruang dokter.
"sudah membaik, dan emosinya sudah stabil. Hari ini juga rendra boleh pulang dan istirahat di rumah kurang lebih 1 mingguan " ucap dokter memberi kabar baik.
"baguslah. Rendra boleh pulang" om hen memegang tangan erat tante nia.
Om hen pun segera mengurus keperluan rendra di rumah sakit, dan hari ini rendra pun pulang di sambut bi inah dengan senang.
"rendra ke kamar ya" ucapnya berjalan menaiki tangga.
"gak makan malam dulu?" ucap tante nia melihat rendra begitu lesu. Dan tak berani kasih tau tentang vivi,
"gak ma.. masih kenyang" ucapnya terus melangkah, dan berhenti di depan pintunya.
"vivi kenapa gak sambut gue? Apa dia masih marah ?" rendra mencoba mengintip di kamar vivi.
"kreeeeekk.." suasana gelap di kamar vivi,
"kagak ada orang.?" Rendra menyalahkan lampu, melihat tempat tidur vivi masih tertata rapih. Rendra pun duduk di ranjangnya, memikirkan kemana vivi sekarang.
"reennn.. eh kamu disini rupanya" ucap tante nia yang langsung memasuki kamar vivi.
"vivi kemana ma?" ucap rendra memandangi sekeliling kamar vivi.
"ituu... " ucap tante nia ragu.
" bilang aja gpp kok ma.." ucap rendra santai dan tersenyum.
"vivi pulang ke kampung ren... kata papa habis kamu marah-marah ke vivi, vivi kelihatan shock dan mama suruh pulang. Tapi pas mama pulang dia udah gak ada,
mama papa sengaja gak kasih tau takutnya kamu teriak-teriak gak jelas lagi" di elusnya rambut rendra.
"rendra gak bermaksud gitu ma,... " ucapnya menyesal,di pegang kepalanya sambil mengingat kembali saat dia bentak-bentak vivi, rendra tak menyangka ucapannya membuat vivi pulang ke kampung.
"vii.. vii.. kok nekat gini sih.." ucap rendra dalam hati, tante nia pun segera keluar kamar, membiarkan rendra sendiri. terasa sepi gak ada vivi, rendra pun merenung dan mengingat kembali kenang-kenangan yang sangat manis dengan vivi, senyam senyum sendiri saat mengingat hal konyol dengan vivi, tapi kali ini suasana rumah hening seperti dulu.
"sepi banget ternyata lo gak ada di sini vi, gue harus minta maaf dan harus pergi ke rumah vivi di kampung" gumam rendra yang langsung keluar kamar vivi ke kamar tante nia dan om hen, untuk memberitahukan rencananya.
***
(kamar )
"gimana maa?" ucap om hen.
"rendra yang tanya sendiri, mama biarin dia sendiri dulu" ucap tante nia langsung berganti pakaian.
"papa udah tenang kok rendra mulai pulih," di tariknya tangan tante nia tiduran di atas om hen.
"hmm ih papa, mau ganti baju dulu.. nakal lagi deh" ucap tante nia manyun mencium maksud om hen.
"heheeh.. anggap aj sebagai perayaan rendra udah pulang ke rumah" di elusnya pipi tante nia manja.
"hehee.. iah. Bentar mama mau tunjukin koleksi mama terbaru" tante nia pun langsung ke lemarinya dan di cari body stocking dan menyuruh om hen pejamkan mata.
28539-1.jpg
"gimana pa.." body stocking kali ini lebih menggoda dengan belahan yang sudah siap santap.
"hehe dah lama gak liat mama pakai ginian" ucap om hen mematikan lampu kamar dan menyalahkan lampu kecil sehingga suasana menjadi remang-remang,
"hihihi.. yuk.. tempur" tante nia langsung menindih tubuh om hen, di bukanya seluruh pakian om hen, om hen pun tidak kalah langsung memainkan buahdada tante
nia begitu juga tante nia langsung hand job kontol om hen.
***
"aaahh,,, aahh,,, " desah tante nia saat om hen terus genjot sangat nafsu melihat tante nia pakai body stocking.
" shitt.. lagi main pula.." rendra yang mendengar desah dari dalam kamar, memilih kembali ke kamar vivi.
"awwhh... " rendra mencoba menggerakan lengan kanannya, terlihat perban menggugulung bahunya membuat tidak bisa leluasa bergerak. Rendra pun berbaring di tempat tidurnya vivi, perasaanya sangat menyesal membentak vivi seperti itu, rendra pun memilih ke balkon depan kamar, udara malam di hiasi bintang-bintang kecil.
"huffff.. hawa panas bangett.." gumam vivi yang tidak bisa tidur, ia pun memilih ke belakang rumah. Duduk di bale rumah, memamandangi langit.
"vii... andai gue gak emosi saat itu, mungkin kita lagi menikmati bintang-bintang bersama ya" ucap rendra sambil menghela nafas.
"renn, gue sebenernya kangen lo dan hubungan kita kayak dulu.. mungkin kalau gak ada kejadian kayak gini, kita lagi nikmati berduan ya sambil melihatat bintang-bintang , tapi itu hanya khayalan aja" ucap vivi sambil tersenyum dan menghela nafas melihat bintang-bintang.
Mereka berdua pun sama sedang memandang langit yang sama, di tempat berbeda. Terasa rasa rindu di hati melihat kekasih tak jumpa untuk sekian hari. Setelah cukup rendra pun kembali ke tempat tidur vivi dan berusaha kembali tidur.
***
"traakk.." benda yang jatuh dari dalam tasnya yang tak sengaja ia senggol.
"kok bisa kebawa ya.. hmm" ucapnya yang kelupaaan menyimpan vibrator dari tante nia di tempat aman yaitu dalam tas nya.
"keluar sekali kali ya biar bisa tidur" vivi pun langsung mengangti celananya yang agak pendek dan membuka bra nya. Tangan vivi pun meremas buah dadanya sendiri lembut serta di pilin-pilin. Dan tanganya satunya memasuki dan meraba belahan memeknya sendiri.
"ngghh ahh" tubuhnya menggeliat di tambah libidonya semakin naik, di selipkannya vibrator ke dalam memeknya, di tekan tombol on dengan getaran lembut, tanganya pun mencari-cari klitorinysa dan di gesekannya lembut di tambah getaran di vibrator.
"aaahhh..rendrraaa" desahnya menyebut nama saat mencapai klimaks, tubuhnya mengejang hebat. Di remasnya kedua buah dadanya sambil pahanya menjepit vibratornya.. nafasnya terputus-putus di ikuti lelehan sperma dari memeknya.
Vivi pun mencabut egg vibtaronya, langsung ke kamar mandi membersihkan liang memeknya , dan kembali ke kamar untuk tidur.
***
Rendra pun mencari celana dalam yang biasa vivi pakai, di ciumnya sebentar dan rendra tidur sambil memegang celana dalam vivi. Perilaku yang tiba-tiba aneh.
"den.. rendra.. bangun.. bibi bawain sarapan nih, abis itu kata ibu ganti perban" ucap bi inah membangunkan rendra..
"ugghhhhhh,,ngghh. awwhh" rendra menggeliat dan tak sengaja tanganya tertarik, matanya pun langsung melek.
"heheh.. den.. pegang apaan? Kayak celana dalam den.." bi inah ketawa kecil rendra memengan celana dalam vivi.
"itu.. ngk kok." Rendra langsung sembunyiin celana dalam di bawah bantal dan rendra pun langsung sarapan, mandi . rendra pun ke bawah menemui tante nia yang duduk sambil menikmati teh.
"maaa.." ucap rendra.
"kenapa? Ganti perban ? bii.. bi inah ambilin perban donk yang tadi saya taruh" ucap tante nia.
"bukan itu.... " tante nia pun dengan pelan mencabut perban di kepala rendra sambil mengganti yang baru.
"teruss??"
" rendra mau ke rumah vivi ma...aaawwhhh... pelan-pelan ma sakit" ucap rendra kesakitan saat membalut bahu rendra dan mengikatnya kencang.
"maaf, hehe.. mama kaget aja kok kamu kepikiran gitu?" tante nia penasaran.
"hmm ia.. rendra udah maafin vivi kok, dan rendra juga mau minta maaf karena ucapan rendra vivi kabur dari rumah." Ucap rendra menjelaskan.
"tapi mama sama papa gak bisa ikut ya... banyak perkejaan yang ke tunda.. " ucapnya.
"iah gpp, rendra ngerti kok. Rendra pinjam pak agus aja yah kesana?" tante nia pun kurang setuju karena rendra harus banyak istirahat sesuai dengan anjuran dokter, tetapi rendra tetep kekeh pergi hari ini juga. Tante nia akhirnya mengizinkan rendra dengan catatan, jagan terlalu capek dan mebawa obat serta perban.
"ya udah.. mama siap-siap ke kantor. Kamu mau berangkat jam berapa?"
" jam 8an ma.." ucap rendra senyum . tante nia pun bersiap berangkat dan begitu om hen yang sudah siap berangkat, rendra pun ke kamarnya persiapin pakiannya yang kemungkinan ngindap disana. Tubuhnya masih kurang vit tetap memaksakan pergi.
***
"yuk pak agus.." ucap rendra,
"iah den,," ucap pak agus langsung mencapkan gas.
"kira-kira berapa jam sampai?" ucap rendra yang duduk di kursi depan.
"6 – 7 jam karena jalan kea rah non vivi agak rusak" ucap pak agus yang pernah kesana saat menjemput vivi.
"wahh jauh banget ya, ( vivi sendiri balik kesana? Apa gak nyasar ya?)" gumam rendra sambil geleng-geleng dengan vivi yang nekat pulang.
" hufttt.. " rendra memikirkan apa vivi mau ketemu rendra, atau memilih menghindar. Persaaan tiba-tiba gugup, perjalan pun masih jauh rendra memilih tidur dan sesekali memegang bahunya yang masih terasa sakit dan perjalanan panjang pun di mulai menuju rumah vivi.
" pak aguss.. berhenti bentar ya.. pegel banget nih pantat.." gerutu rendra yang pantatnya terasa pegel.
"ia.. den,, padahal sebentar lagi mau sampai loh, " ucap pak agus sambil keluar mobil.
"ouhh.. kemana abis ini berapa lama lagi?" ucap rendra yang ikut keluar.
"yah... lumayan sih. 1 jam lah, soalnya jalannya kemungkinan masih rusak den, soalnya cuman sampai daerah sini ada angkutan, kita nanti ke dalam lagi " pak agus menjelaskan secara detail.
"ya udah yuk lanjut.. udah jam 2 lewat.." ucap rendra, dan kembali melanjutkan perjalanan.tak lama kini sudah memasuki daerah kampung vivi, jalanan yang bertahun-tahun tidak perbaiki, tetapi pemandangan sawah-sawah yang masih sangat luas membuat kekaguman tersendiri bagi rendra.
"wah. Pak agus, masih jauh?" ucap rendra yang tak sabar..
" nah itu di depan," pak agus membelok mobilnya ke jalan lebih kecil.
"nah itu den rumahnya.." pak agus menunjuk sebuah rumah sederhana.
"ituu? ( itu rumah vivi?, gedean garasi rumah dari pada rumahnya)" rendra tersentak kaget dan merasa tak enak hati, rumah yang berkali-kali lipat besarnya daripada rumah vivi. Rendra dan pak agus pun turun.
***
"permisi.... " ucap pak agus mengetuk pintu depan rumah. Rendra pun kebauan karena bau kotoran hewan, dan menunggu di dalam mobil.
"iaaah... siapa" keluarlah mama vivi dengan santai.sambil membawa centong nasi.
"masih inget saya?" pak agus mencoba mengingatkan
"ohhh ia ia,, saya inget.. bapak supirnya pak hen sama ibu nia ya" ucapnya.
"ia iah betull..." pak agus pun di persilakan ke dalam rumah.
"oh ia.. bapak sama ibu kemana kok gak turun?" ucap mama vivi.
"anu.. ibu sama bapak gak ikut. Tapi saya kesini sama anaknya.." pak agus menjelaskan, mama vivi terlihat kaget mendengar anaknya om hen dan tante nia datang kesini, dan pak agus pun memanggil rendra yang di dalam mobil.
"soreee..tante " ucap rendra sopan yang masih merasa kebauan kotoran hewan.
"iaahh.. silahkan duduk. Maaf rumah kami seadanya..hehe" mama vivi menjadi salah tinggkah melihat rendra yang kemarin-kemarin di ceritakan langsung ada di depannya, mama vivi pun langsung memanggil papanya.
"siang om, saya rendra..." sapa rendra melihat papa dari vivi dan berjabat tangan.
"iah silahkan duduk lagi.. ada apa nak rendra ke sini ya?" ucap ayah vivi membuka pembicaraan.
"den... kok dieemm cepet ngomong" bisik pak agus, melihat rendra yang gugup..
"saya kesni mau ketemu vivi om, tante" ucap rendra sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
"ouhh vivi... wah tapi lagi gak ada di rumah, dia lagi cari pakan sapi" ucap ayah vivi.
"hmmm jauh gak ya om??" ucap rendra yang masih agak canggung.
"lumayan, kalau jalan kaki 30 menitan dari sini, mau nunggu? Kemungkinan jam 5an baru balik sih biasanya" lanjutnya.
"mau di anter? Kalau naik motor 15 menitan kok dari sini.. " sambungnya menawarkan bantuan,
"boleh omm." Jawab rendra, papa vivi pun mengeluarkan motor tuanya , di boncengnya rendra di belakang, jalannya agak lambat karena jalannya rusak, dan penuh bebatuan, rendra sesekali memegang bahu nya yang sakit karena jalannya yang rusak.
***
Cukup lama berjalan motor pun berhenti di pinggiran sawah
"kenapa berhenti om, udah sampai?" ucap rendra kebingungan,
"itu vivi nak rendra," sambil di tunjuknya sesosok wanit yang menarik gerobak penuh dengan rumput-rumput untuk pakan sapi.
"itu vivi?" rendra terdiam melihat vivi yang lakuin pekerjaan lelaki menarik gerobak yang penuh rumput, rendra berpikir harus seperti itu kah hidup di kampung, tak tega rasanya melihat vivi seperti itu.
"rendra mau kesana?" ucap papa vivi menghentikan lamunan rendra.
"iaaah om.. om pulang duluan aja yah gpp. Nanti saya sama vivi hehe" ucap rendra sangat sopan.
"ouhh ya udah.. " papa vivi pun langsung berbalik arah dengan kuda besinya.
Rendra melihat dari kejauhan, vivi berhenti di pinggiran sawah yang agak jauh dari jalan dan duduk ke tempat seperti ada bale di hiasi atap mirip saung. Rendra pun dengan ragu melangkah mendekati vivi. Hatinya sangat berdebar melihat vivi sedang mengelap keringetnya dengan handuk yang di lilitkanya di leher dan sedang beristirhat sejenak.
Vivi belum menyadari rendra sudah di belakangnya, rendra menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai mendekatinya lagi dan duduk di pinggir bale tersebut, tetapi vivi seperti melamun melihat hamparan sawah sambil sesekali minum.
"ehheemmm" rendra mencoba kasih tanda bahwa ada orang di sampingnya. Vivi pun menengok ke arah tersebut.
"haaaaaa?" vivi sangat terkejut, sampai matanya melotot melihat di hadapannya ternyata itu rendra, nafas vivi seperti berhenti sesaat.
Vivi pun masih tak percaya di depannya itu rendra, rendra memandangi vivi yang rambutnya terikat ke bekalang, wajahnya dan pakianya yang kotor tetapi tak mengurangi kecantikannya bagi rendra. Mereka berdua terdiam sesaat.
"hiii..." rendra menyapa sambil duduk di samping vivi.
"hi.." ucap vivi yang agak cangung. Dan sama terdiam kembali karena sama-sama canggung. Vivi pun duduk agak ke pinggir.
"vi... lo tau alasannya gue kesini?" ucapan rendra yang merasa tidak cocok untuk memakai kata aku dan kamu saat kondisi sekarang.
"ngggk." vivi geleng-geleng sambil mengalihkan perhatiannya ke rendra.
"gue kesini... mau minta maaaf, buat pas yang di Rumah sakit vi.." di pegangnya tangan kanan vivi oleh rendra.
"nggghh." Vivi sangat terkejut dengan ucapan rendra dan kembali nunduk membiarkan tangnya di pegang erat.
"gue memang kecewa sama lo, tapi gue udah berusaha menerima apa yang terjadi vi." Ucap rendra duduk lebih dekat dengan vivi.
"....." tak ada jawaban dari vivid an hanya menunduk.
"vi... gue tau ucapan gue bikin lo tersinggungkan, makanya gue kesini mau perbaikin semuanya, " di genggam eratnya tangan vivi.
"tapi ren.. gue udah buat kecewa tante nia, om hen, lo, dan teman-teman karena keputusan gue pass itu" tanpa sadar vivi menitikan air matanya.
"iahh gue memang kecewa banget. Tapi gue bakal lebih kecewa kalau kehilangan lo dari hidup gue vi" ucap rendra dengan terus menggenggam erat. Vivi pun tersentak mendengar ucapan rendra dan langsung melihat rendra.
"vii...pliss." Rendra mengusap air mata vivi dengan tangan kirinya yang menetes di pipinya.
"gue mau kita kayak dulu... dan seharusnya gue gak pakai kata gue lo lagi, tetapi aku kamu vi.. " sambungnya terus memujuk vivi.
"entah ren,, tapi lo pasti belom terima kan, tubuh gue di mainin orang lain selain lo" ucap vivi kembali nunduk.
"demi hubungan kita kayak dulu, gue ikhlasin kejadian itu terutama tubuh lo yang di pakai sama ben, " ucapnya.
"yang terpenting sekarang,, bukan itu lagi vi,, hubungan kita kayak dulu, normal kayak dulu." Rendra pun memberanikan rangkul vivi.
"awwwhhh" rendra berusaha menggerakan lengan kanannya untuk memeluk vivi tetapi masih terasa sakit,
"rendra kenapa?" vivi pun langsung kaget melihat rendra.
"bahu gue.. masih sedikit sakit" ucapnya sambil memegang bahu kanannya.
"hmm kita pulang aja.. hmm" ucap vivi bangun dari bale memegang tangan rendra yang menjadi kwahtir.
"ngaakk.. lo jawab dulu..." di tariknya tubuh vivi sampai tiduran di bale.
"gue gak pergi sebelum lo jawab, kita mulai dari 0 lagi" rendra mendekatkan wajahnya ke vivi.
"hmm..." vivi tarik nafas panjang..
"iaaahh... gue mau, tapi masih mau tubuh gue setelah di gituin ben " ucap vivi menatap mata rendra
"tentu aja, karena gue yang dapat perawan lo" ucapnya senyum, rendra pun langsung melumat bibir vivi dengan rasa yang rindu. Vivi pun membalas lumatan dari rendra.
to be continue.