𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐𝟒

"wahh... vivi sama rendra kemana ya, kita udah cari gak ketemu juga" gerutu indra
"iahh.. duh bikin kwatir aja nih vivi" ucap reni kwahtir.
"hmm jer jer jer... tuh, ben sama 3 temannya, darimana ya mereka" ucap raka melihat mereka berjalan melewati lorong.

"hmm.. jangan-jangan" ucap reni terkejut.

"kenap beb" jerry bingung.

"cuman 1 yang kita belom kita cek, dan jangan- jangan mereka dari gudang sekolah" ucap reni.

"ah ngaco kamu beb, kan katanya angker tuh gudang?" ucap jerry tak percaya.

"ayoo kesana.. gak salah kan cek" ucap reni tarik tangan jerry,

"yokk,,, " ucap indra,

( mereka pun ssegera menuju gudang, reni yakin vivid an rendra ada di sana)


***

( vivi pun bangun dan merapihkan pakaiannya dan berjalan kea rah rendra yang mash tergeletak)

"ren.... Sadar renn.." ucap vivi sambil memangku kepala rendra dengan pahanya.

"hh,,," vivi terkejut saat memegang lengan kanan rendra.

"lengannya patah" vivi langsung menutup mulutnya menahan tangis, di posisikan kembali tubuh rendra menjadi terlentang. Vivi pun membuka seragamnya membersihkan darah di sekitar wajahnya dengan bajunya.

"( rendraa.. pliss beratahaann)" tak sadar vivi menitikan airmatanya, di tahannya kepala rendra beralas seragam yang di gulung=gulung, vivi segera bangun dan meminta bantuan.

"vivi......viii" teriak renii saat melihat vivi keluar dari gudang, reni, jerry, raka dan indra pun segera menuju ke gudang. Mereka pun melihat rendra tergeletak di tanah.

"rendra kenapa vii?" ucap jerry

" rendra di keroyok sama ben dan temennya" ucap vivi

"bangsaaat..... gue kejar mereka" ucap jerry kesal.

"gue ikut,, gue juga.." ucap indra dan raka,

" raka lo dsini aja. Biar indra aja, mendingan lo hubungin rumah sakit cepetan" ucap jerry.

"ihh jangan.." reni mencoba menahan jerry yang emosi. Tetapi jerry dan indra tetap mengejar ben, raka pun langsung meminta bantuan, dan suasana sekolah sudah sepi tinggal staff guru yang tersisa.

"vii.. bopong rendra yuk." Ucap reni sambil angkat tangan kanan rendra.

"jangan di angkatt.." jerit vivi.

"tangan rendra patahh... " ucap vivi lagi.

"wew....ben udah kelewatan ya, kok bisa giniin rendra, " ucap reni sambil mengusap rambut vivi biar vivi agak tenang.

"iiaah.. yang penting rendra selamat dulu reni... gue takutt.." vivi kembali meletakan kepala rendra di pahanya kembali.

(cukup lama vivi dan reni menunggu, terdengar dari luar gudang ada suara beberapa orang berlari kearah gudang, ternyata itu raka, satpam sekolah dan beberapa guru, di susul anggota ambulance membawa tandu, dengan sigap mereka mengangkat tubuh rendra ke tandu. Vivi dan reni pun meninggalkan gudang sekolah di ikut yang lainnya. )

"mas saya ikut.. " ucap vivi saat rendra sudah masuk ke ambulance.

"gue juga vi.." lanjut reni.

"iah gpp, cepet masuk" petugas ambulance mengizinkan reni dan vivi masuk dan ikut ke RS.


***

( ben yang sadar di ikuti oleh jerry dengan mobil sportnya, memacu kendaraanya lebih kencang di jalan raya. Jerry pun tak mau kalah menancapkan gasnya mengejar ben ).

"ben.... Kita di ikutin.. mampus dah" ucap temannya.

"slow... gue yang nyetirr" ucap ben sambil selap selip.

"jeer... pelan-pelann.. bisa nabrak kita.. " ucap indra

" gak ada waktu... demi rendraa.. aaaa" ucap jerry sambil menambah kecepatannya.

( tak jauh depan ada lampu merah, jerry yang emosii berniat menabrak mobil ben dari bekalang).

"braaaaakkk......" mobil rendra menabrak body belakang mobil ben, dan mobil ben lurus menabrak tiang reklame, mobil jerry pun oleng langsung masuk ke parit sebelah sisi jalan.. orang sekitar pun pada berhamburan melihat apa yang terjadi. Jerry dan indra pun keluar dari mobilnya di bantu warga sekitar, ben dan kawan-kawannya juga di bopong warga sekitar keluar mobil.


***

( mobil ambulance pun sampai di RS, segera rendra di masukan ke UGD, vivi dan reni pun menunggu di ruang tunggu UGD. )

"permisi mbak, disni yang siapa keluarganya dari pasien?" ucap suster.

"saya mbak, ada apa ya" ucap vivi.

"ohh, kalau gitu silakan ke administrasi mbak.. terima kasih" suster itu pun berjalan meningalkan mereka.

"vi.. lo ada duitnya?" ucap reni.
"iah ada kok.. gue kesana dlu ya" ucap vivi boong dan berusaha tersenyum, dan kakinya melangkah menelurusi lorong rumah sakit mencari bagian administrasi,

"bugggggg.." tubuh vivi tetabrak seseorang..

"auhh..." ucap vivi jatuh terduduk,

"vivi.. duh.." ternyata om hen buru-buru dan menabrak vivi.om hen pun bantu vivi berdiri dan tanganya tak sengaha memegang buahdada vivi sampai vivi berdiri.

"kamu gpp?sorry.. " ucap hen.

"iah om gpp.." jawab vivi

"rendra dimana vi?" om hen panic.

"masih di UGD om, vivi mau ke bagian administrasi" ucap vivi,

"ya udah.. kita ke administrasi dulu abis itu ke UGD" ucap om hen buru-buru langsung ke bagian administrasi.vivi dan om hen pun langsung ke bagian administrasi dan langsung menunggu di ruang tunggu UGD, om hen sepertinya sangat shock duduk terdiam sambil berusaha telepon seseorang.


***

"vii.. paha lo ada bekas kerak kayak iler tuh" ucap reni tunjuk pahanya.

"hmm ituu... gue ke kamar mandi dulu deh" ucap vivi..

"gue ikut" ucap reni ikut dari belakang. vivi pun langsung ke kamar mandi

" vi... itu bekas sperma kan?" ucap reni.

"hmm itu.." vivi nunduk.

"lo abis layanin ben?" tanyanya lagi.

"........" vivi tertunduk.

"lo bilang aja gpp kok, gue bisa jaga rahasia" ucap reni sambil pegang pundak vivi.

"iaah, gue abiss gituan sama ben" ucap vivi pelan.

"tapi itu demi rendra biar gak di hajar lagi sama ben.." sambungnya berusaha tersenyum.

"haaa?" reni terkejut sampai menutup mulutnya.

"vi,,, bearti virgin lo ilang sama ben.." ucap reni yang masih terkejut.

"iah reni... gpp kok.. demi rendra hmm.." ucap vivi sambil masuk ke kamar mandi membersihkan memeknya.

"kok bisa lo kepikiran gitu sih" gerutu reni.

"gak ada cara lain reni.. gue gak bisa pikir panjang liat rendra udah pingsan, gue cuman kepikiran rendra aja.."ucap vivi dari kamar mandi.

"maaf ya vi, harusnya gue ikut sama lo, terus kenapa lo gak teriak?" ucap reni memelas dan di peluknya vivi saat keluar dari kamar mandi.

"otak gue serasa berhenti berpikir reni.. gue gak tau harus gimana.. " vivi kembali lesu

"terus di ben keluarin di dalem?" ucapnya

"iaah..." vivi sambil cuci tangan.

"lo gak subur kan?" reni terus bertanya.

"subur kok,, kenapa?" ucap vivi kebingungan.

"vi.. gue takut lo hamil abis di gituin ben.." ucap reni dengan wajah lesu.

"gpp kok reni.. gue jamin gue kenapa-kenapa" ucap vivi tersenyum untuk tidak membuat sahabatnya itu kwahtir akan hamil.


***
vivi dan reni pun segera kembali ke ruang tunggu, disana udah ada tante nia lagi ngobrol dengan om hen. Terlihat sangat jelas kepanikan mereka terhadap rendra.

"vii.. vii.. kok bisa rendra seperti ini, jelasin ke tante yang detail" pinta tante nia sambil ajak duduk dekat om hen.

"kalauu ituu" vivi pun menceritakan apa yang terjadi, tetapi tidak apa yang terjadi dirinya. Terliha tante nia seperti ingin marah tetapi air matanya kembali ingin melihat kondisi rendra secara langsung.

"ini udah kelewatan paa.. mama bakal laporin ke pihak yang berwajib" ucap tante nia sambil mengusap air matanya.

"iah ma... tunggu kabar dulu dari dokter dulu" om hen mencoba menangkan tante nia. cukup lama dokter yang menangani rendra pun keluar dari UGD dengan beberapa suster.

"Gimana dokk anak sayaa?" ucap tante niaa

"ada kabar buruk dan baik, kabar buruknya anak ibu masih belum sadar, tapi kami udah melakukan yang terbaik karena luka di kepala cukup keras dan mengalami gegar otak lumayan serius, oh ia ada kabar baiknya bahu anak ibu yang patah tidak terlalu parah tidak butuh tindakan operasi karena otot bahu anak ibu cukup keras " jelas dokter itu.

"tapi dok.. kapan anak saya sadar? Dan bahunya ?" ucap tante hen di pelukan om hen yang terkejut mendengar rendra belum sadar.

"itu saya gak menjamin kapan, kita doakan secepatnya ya. Untuk bahu hanya tulangnya bergeser dan agak retak dan orang umum bilang itu patah tulang" jelasnya mendetail dokter yang terlihat ramah itu.

"makasih dok.." ucap om hen, karena tante nia kembali menangis.

"ia sama-sama, anak ibu seger a masuk ke kamar perawatan sebentar lagi. Silahkan tunggu" ucap dokter lagi sambil berjalan meninggalan mereka berempat. keluar lah rendra dengan selang infuse, kepalanya juga di perban dan begitu juga tangannya teringat kembali saat tanganya di perban lagi seperti dulu. Di dorongnya ranjang itu oleh beberapa suster ke ruangan VVIP yang di pesan khusus oleh tante nia dan om hen. Vivi dan reni pun ikut masuk keruangan itu. Megah kesan awal karena terdapat sofa, tv dan extra bed, ac juga semua fasilitas sangat lengkap.

"vi.. ini baju lo tadi suster kasih" ucap reni kasih baju seragam vivi yang berlumuran darah.

"eh iaa.. makasih ren" ucap vivi sambil mencari kantung plastic.


***

"kringgg kringggg" hp reni berbunyi,,

"halooo" ucap reni.

"beb,, ini aku jerry" ucap jerry

"hmm kok no beda, oh ia.. kamu kok gak kesni lagi dimana?" cerocos reni.

"iahh aku ada di kantor polisi xxx beb, aku nabrak mobil ben sampai mobilnya nabrak tiang reklame dan buruknya mobil aku masuk parit dan aku jadi tersangka kasus kecelekaan ini karena dengan sengaja nabrakin mobil, bend an kawan-kawanya juga masuk rs sayang." jelas nya

" ya ampunn.. terus gimana.. kamu dah bilang ke orang tua kamu?" ucap reni kaget.

"hehe.. gak beb.. mana peduli mereka" ucap jerry

"terus gimana?" mata reni berkaca-kaca.

"ya mau gimana lagi.. salam aja buat rendra ya syang. Waktunya udah abis hehe.. love u" ucap jerry sambil menutup telepon. Dan reni duduk terdiam, vivi pun mendekati reni.

"ren lo kenapa?" ucap vivi

"jerry vi... jerry di kantor polisi" ucap reni tak tahan isak tangisnya.

"kok bisa kenapa?" ucap vivi, dan reni pun menceritakan ke vivi. Di peluknya tubuh reni. om hen yang menguping sedikit obrolan vivi dan reni. Dan mengetahui ternyata temannya bernama jerry begitu peduli sama rendra.

"tak taakk.takk.." lang om hen mendekati mereka.

"vi,, om tadi gak sengaja dengar obrolan kalian, om pengen tahu teman rendra yang namanya jerry di kantor polisi mana?" ucap om hen pensaran.
"hmm..di kantor polisi xxx om.." ucap reni sambil menarik nafas.

"ouhh.. ya udah.. kalian berdua pulang gih, di antar pak agus. Dan nanti pagi om sama kalian kita kantor polisi besok ya" ucap om hen menangkan reni dan vivi.
"tapi om.. tante nia sama om sendiri?" ucap vivi

"nanti, mau temenin tante dulu, kalian liat sendiri tante nia shock banget kan. Tapi om janji besok jam 10an kita ke kantor polisi" di usapnya rambut vivi dan reni.

"iah omm" jawab reni gembira dan berharap om hen mau bantuin jerry. vivi dan reni pun segera pulang dengan pak agus yang sudah mununggu di parkiran Rumah Sakit. Om hen dan tante nia masih di RS menemani rendra yang belum sadar. Vivi dan reni pun sudah sampai di rumah masing-masing. Se sampainya di rumah bi inah sudah mengetahui kejadian yang menimpa rendra dan segera menyiapkan makan malam yang terlewat, bi inah tidak berani tanya secara detail kejadianya melihat vivi yang sangat lesu. Selesai vivi pun segera mandi, dan kali ini vivi tidur di kamar rendra, di peluknya guling. Teringat kembali kejadian tadi, vivi pun kembali menteskan air mata melihat rendra babak belur seperti, cukup lama menangis vivi pun tertidur.


***

( pagi hari )

"non.. non vivi bangun.." ucap bi inah mencoba membangunkan vivi.

"ngghh bi inah.." ucap vivi sambil kucek-kucek mata.

"capek banget ya non.. " bi inah membuka gorden kamar rendra.

"hehe ia.. jam berapa bi?" ucap vivi sambil bangun dari tempat tidur.

" jam 8an non.. pules banget tidur sih tidurnya" ucap bi inah merapihkan tempat tidur rendra.

"hmm.. vivi mandi dulu ya..oh ia om hen sama tante nia. Udah pulang" tanya vivi.

"bapak aja yang pulang tadi jam 3 pagi, bawa pakaian ibu ke RS lagi, oh ia sarapan udah ada ya non.." ucap bi inah.

Vivi pun segera pergi ke kamarnya untuk mandi, vivi terlihat lebih segar dan langkahnya pun menuju ruang tengah yang ternyata reni sudah datang lebih awal. Waktu pun berlali om hen datang dengan pak agus, reni dan vivi pun segera langsung masuk mobil menuju kantor polisi.

"pak agus.. tunggu gak lama kok" ucap om hen setelah sampai di kantor polisi, om hen, vivi dan reni segera bagian informasi mengenai nama jerry. Tak lama setelah itu petugas menyuruh ke ruang besuk dan hanya 1 orang yang di perbolehkan menemui jerry.

"kamu jerry?" ucap om hen sambil duduk di depannya.

"iah... saya tau om papanya rendra" jerry berusaha mengatur nafasnya.

"sebelumnya om minta maaf ya karena om pikir dulu-dulu rendra berperilaku liar di sekolah dan semena-mena karena pengaruh teman-temannya tetapi om udah denger dari vivi sama reni kamu masuk sini karena peduli sama rendra. Om hargai itu, oia orang tua kamu dimana ?" om hen sambil memperhatikan jerry yang terduduk lesu.

"Soal ituu, saya sengaja gak kasih tau om karena suatu alasan om" ucap jerry menunduk.

"om tau, karena mereka terlalu sibuk kan..." ucap om hen sambil menaruh siku di meja.

"iah... om.." jawab jerry singkat

"1 hal yang mau om tanya lagi jerr.. kenapa kamu mau temenan sama rendra?" om hen penasaran dengan jerry.

"kalau itu, ada 1 hal saya sama rendra yaitu, sama –sama gak ngerasain kedekatan sama orang tuanya sendiri. dan waktu SMP rendra orang pertama yang mau temenan sama saya. Karena waktu SMP saya suka berdiam diri, iri dengan orang lain terutama ke orang tuanya. Seiring waktu ternyata rendra juga ngerasain apa yang saya rasain. Sejak itu saya anggap rendra sebagai saudara sendiri, tetapi rendra sekarang lebih beruntung karena papa mama nya mulai peduli sama dia. Tapi senang rasanya liat rendra gak kayak dulu om" jerry menceritakan dengan penuh kenangan bersama rendra, tingkah konyol, mesum, berkuasa sampai boroknya rendra jerry pun tau.

"beruntung yah rendra punya teman seperti kamu" om hen menghela nafas.

" bukan om, saya yang beruntung punya teman kayak rendra " sambung jerry dengan semangat.

"kalau gitu, om bantuin kamu bebas" om hen berdiri sambil meninggalkan ruangan itu, om hen pun langsung mengurus untuk jadi jaminan jerry untuk bebas, hal itu pun berhasil om hen membesakan jerry bersyarat.


***

Jerry dan om hen pun berjalan keluar ruangan menemui vivi dan reni yang sudah lama menunggu di ruang tunggu kantor polisi.

"jeerrryy.." reni berlari dan sambil memeluk kekasihnya itu, di peluknya eratt.

"udah beres vi, kita ke rumah sakit langsung ya," ucap om hen dengan senyumnya, mereka berempat pun langsung masuk ke mobil, reni yang sangat gembira melihat jerry bebas membuat vivi ikut senang. Mobil pun melaju ke RS rendra di rawat, Di RS ternyata sudah ada raka dan indra, tak menyangka jerry bisa bebas sangat cepat. Mereka pun menunggu sampai tepat jam besuk tiba, mereka bertiga hanya terdiam melihat kondisi rendra yang masih belum sadar juga.


***

Hari ini vivi pun menjaga rendra dan menunggu rendra tersadar, om dan tante pulang duluan untuk memberesakan pekerjaan yang tertunda.
"huuaaaaaaamm" hawa ngantuk yang menyerang karena siaran di TV sangat membosankan, vivi yang duduk di samping rendra pun meletakan kepalanya beralaskan tanganya sendiri.

"nggh.." rendra mulai siuman, matanya mulai terbuka sedikit. Cahaya lampu di kamar membuat sangat silau.

"hm viiv?" rendra menggerakan badanya, kepalanya masih terasa pusing. Di elusnya rambut vivi yang tertidur di sampingnya, teringat kembali sebelum ia pingsan di ikut rasa nyilu di kepalanya.

"awwhh.." rendra pun memegang kepala yang terasa nyut-nyutan, membuat vivi yang di sampingnya mulai terbangun.

"rendra..." ucap vivi sangat senang, di pegangnya tanganya rendra erat. Bibir vivi mulai mendekati rendra, tetapi rendra menghindar ketika bibirnya mau tercium.

"kenapaaa?" vivi terkejut sikap rendra seperti itu.

"aku mau tanya dulu.. kamu lakuin gitu sama ben?" tatap rendra sangat tajam ke vivi.

"kamu baru siuman ren, nanti aku jelasin ya kamu istirahat dulu" vivi pun harus bilang gimana ke rendra soal ini.

"gak.. jawab dulu" nada rendra meninggi, vivi terdiam sejenak.

"kenapa diam.. jawab vi... " di pegangnya pundak vivi..

"iiiaah, tapi ini demi kamu renn.." ucap vivi langsung berusaha menjelasankan,.

"Kecewa vi, kecewa bangettt tau gak.. perihh disinii vii,,," ucap rendra menepuk dadanya.

"ren... tapi.." ucapan vivi terhenti.
"Keluarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr...." Bentakk rendra kerass. Dan terasa sakit kembali kepala rendra, vivi pun mencoba menangkannya kasih air putih yang ada di sampingnya.
"trangggg..." suara pecahan gelas yang di lempar rendra saat vivi ingin kasihgelas itu ke rendra.

"guaaa bilang lo keluarrrrrrrrrrrrrrrr.." ucap lagi dengan emosi yang tak terkendali sambil memegang kepalanya.

"ren..." tak sadar vivi menitikan air mata liat sikap rendra seperti itu, vivi menatap matanya rendra, tetapi tatapannya sekarang sama seperti pertama bertemu, kekecawaan dan tindakan ceroboh vivi tergambar dri sorot matanya menatap vivi.

" rendra.. kamu apa-apaan sih.. udah sadar langsung marah-marah gini" ucap om hen yang mendengar kegaduhan saat mau memasuki kamar.

"cepetttt suruh dia keluarr.. gua gak mau liat lagiiiiii!" teriaknya sambil tunjuk-tunjuk vivi dan memegang kepalanya lagi yang terasa sakit.
Vivi pun langsung berlari meninggalkan ruangan dengan air mata menetes seiring dengan langkahnya, tak sadar ia pun berhenti di halaman parkir, vivi duduk di bangku dekat parkir, tatapan matanya serasa kosong, kepala tertunduk mengingat kembali perkataan rendra yang sangat menusuk.

"renn... maaffff.." ucap vivi dalam hati, air matanya pun kembali keluar , membasahi pipinya.


***
Vivi cukup lama terduduk disana, terdengar langkah tante nia mendekati vivi setelah om hen menceritakan apa yang terjadi oleh rendra lakukan ke vivi.

"vi,,," di elusnya rambut vivi.

"nggh,, tante." Vivi kaget sambil mengelap air matanya.

"emosi rendra masih kurang stabil vi, kamu pulang duluan ya sama pak agus.... biar tante sama om yang tenangin rendra dulu ." Ucap tante nia mencoba menangkan.

"iah tante, vivi udah udah buat rendra kecewa, kesalahan besar yang pernah vivi lakuin. " ucap vivi dengan wajah penyesalan.

"tante boleh tau, tante pasti dengerin kok" ucapnya tersenyum manis.

"vivi udah begituan sama orang yang keroyok rendra, tapi vivi lakuin biar rendra gak di hajar lagi tante. Vivi panik saat itu gak tau harus gimana" ucap vivi menjelaskan secara detail ke tante nia, tanggap tante awalnya sangat terkejut karena vivi ML dengan orang lain, tante nia juga agak kecewa, tetapi ia menempatkan dirinya di posisi netral.

Ini merupakan kesalah terbodoh yang vivi lakuin menurut dirinya, berupaya demi orang yang sayangi, tetapi terlihat rendahan di mata orang lain. vivi pun pulang ke rumah, persaaanya sangat kacau hari ini. sesampainya vivi pun langsung berbaring, mengingat kembali ucapan rendra, terasa sakit di hati rendra ngomong seperti itu, di pandanginya langit-langit rumah dengan tatapan kosong.

"Gue udah buat semua orang kecewa.. gue lebih pulang kekampung, bantuin enyak babeh lagi kayak dulu" gumam vivi dalam hati, di tulisnya permintaan maaf di selembar kertas dan vivi mengambil tas yang sudah kusam, tas yang di bawanya saat dulu. Di masukannya baju-baju yang sudah lusuh, baju yang pertama di bawanya ke rumah ini. vivi pun ganti pakiannya dengan pakaianya yang dulu sering di pakainya.

"huffff" hembusan panjangnya, vivi sudah bertekad balik ke kampung malam ini juga karena perkataan rendra benar-benar vivi merasa bersalah besar, vivi pun melangkah keluar kamarnya dan berhenti sejenak di depan kamar rendra. Vivi kembali menarik nafas panjang dan melanjutkan langkahnya untuk pulang ke kampung tanpa sepengatahuan bi inah dan juga pak agus. Vivi pun berhasil keluar diam-diam, di lihatnya dengan seksama rumah yang ia tumpangi selama ini.

"maaf untuk semuanya, dan terima kasih untuk semuanya", ucap vivi dalam hatinya, dan melangkah meninggalkan rumah ini, berat rasanya tapi harus. vivi sudah mengecewakan banyak orang terutama rendra,

To Be Continue

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com