𝐋𝐚𝐮𝐭𝐚𝐧 𝐁𝐢𝐫𝐚𝐡𝐢 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟑

 


"Abi berangkat dulu ya Umi. Umi baik-baik ya di rumah."
"Iya, Abi. Oiya, nanti Umi ijin mau ketemuan sama temen-temen Liqo' Umi ya Abi.", kataku.
"Oh iya Umi. Sama siapa aja janjiannya?" Tanya suamiku.

"Sama Adinda, Hanna, dan Rif'ah aja kok Abi. Mungkin sama Ustadzah Azizah juga", jawabku.

"Oh iya. Yaudah Abi jalan dulu ya, sudah ditunggu mobil jemputan tuh. Assalamu'alaykum..."

"Wa'alaykumussalam, Abi.." jawabku berdiri di depan pintu rumah sambil melepas kepergian suamiku yang akan berangkat kerja keluar kota selama dua hari ke depan. Aku langsung berfikir selama dua hari ini aku bakal rindu belaian suamiku di tempat tidur. Padahal aku sedang ingin diajak berhubungan seks.

Akupun masuk rumah, dan daripada memikirkan hal itu, aku melakukan aktifitasku sehari-hari, seperti beres-beres rumah dan mencuci pakaian. Karena aku hanya tinggal berdua, rumah tinggal kami saat ini juga bukan rumah yang besar, hanya tipe 80 yang terdiri dari tiga kamar. Jadi kegiatan beres-beresku tidak terlalu lama. Aku lalu mengisi waktu dengan senam. Aku rutin melakukan senam sambil berjemur di halaman belakang. Karena di dalam rumah, aku biasanya senam hanya memakai tank top dan hotpants saja. Aktifitas senamku ini Tidak lama, hanya 30 menit saja, tapi sudah membuatku berkeringat banyak.

Selesai semua aktifitas pagiku, kemudian mandi dan bersiap-siap untuk pergi. Aku memilih menggunakan gamis warna hijau tua, dengan hijab warna hijau muda. Aku memang ada janji ketemuan siang ini, tapi bukan dengan teman-teman cewekku melainkan dengan Mas Diki. Kemarin sore aku janji ke Mas Diki kalau aku main ke rumahnya. Rencananya siang ini kami akan makan siang dulu di Mall A****.

Setelah memastikan rumahku terkunci aku jalan ke depan kompleks untuk mencari bis kota. Sambil jalan, aku chat Mas Diki.

Aku: Mas aku ini otw ya, lagi jalan naik Bis...
Mas Diki: Ooh.. iya, Sayang.. mau aku jemput nggak?
Aku: Nggak usah, Mas. Nggak enak kalau kelihatan temen atau tetangga. Ketemu di sana aja ya.
Mas Diki: Okeee.. kamu sih, males belajar naik Motor, jadi susah harus cari bis dulu kan kemana-mana..
Aku: Hihi, iyaaaa...
Mas Diki: Eh, Sayang.... Kamu pakai baju apa ini? Minta selfie mu dong...
Aku: Halah, aneh-aneh aja, wong lagi jalan ini lho. Bentar deh ya.

Akupun kemudian mengambil beberapa gambar dengan mode selfie. Lalu kukirim ke Mas Diki.
Sesampainya di depan kompleks ternyata bis jurusanku sudah datang, aku bergegas naik ke Bis menuju Mall A***
------

"Kenyang nggak kamu, Dek?" Tanya Mas Diki.

"Kenyang Mas. Kenapa emang, Mas?", balasku bertanya.

"Oh.. Iya, baguslah soalnya kan kamu habis ini kerja keras." jawab Mas Diki. Mendengar nya, aku langsung malu

"Apaan sih Mas.. ngawur deh.."kataku

"Eh iya, nggak kerja keras ding, tapi dikerjain dengan yang keras-keras, hahaha... Ayok Dek cabut.." lalu Mas Diki menarik tanganku berjalan keluar dari Mall A*** ini.
Di tengah saat kami sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar seperti namaku dipanggil seseorang.

"Sellaa.. Sel..."

Ternyata itu Adinda, wah kok bisa ya dia juga disini. Bisa gawat ini kalau aku kepergok Adinda sedang berkholwat bersama lelaki yang bukan muhrim. Bisa-bisa aku diceramahin Ustadzah Azizah tujuh hari tujuh malam, atau malah bisa-bisa aku dilaporkan ke suamiku.

Aku langsung menarik tangan Mas Diki lalu berjalan menjauh. Kami pun bergegas pergi menggunakan motor Mas Diki menuju rumahnya hingga sampailah kami di depan rumahnya. Mas Diki tinggal kontrak di rumah ini karena memang dia bukan asli orang sini. Rumahnya bentuknya seperti rumah petak, dengan dua rumah berdempetan. Kedua rumah ini memiliki satu pintu gerbang yang sama. Ini sebenarnya bukan kali pertama aku menginjakkan kaki disini, sebelumnya aku pernah main ke rumah Mas Diki hanya saja rame-rame bareng teman-temanku yang lain.

Setelah Mas Diki membuka pintu gerbang dan kami masuk di teras, ternyata ada penghuni kontrakan sebelahnya yang kebetulan sedang berdiri di depan pintu yang kuketahui bernama Pak Bejo.

"Wah, baru pulang nih Mas Diki?" Tanya Pak Bejo

"Eh, Pak Bejo. Iya, nih Pak.. habis jalan tadi..." Jawab Mas Diki

"Ini pacar baru lagi nih, Mas Diki?" tanya Pak Bejo sambil terus melihatku dengan tatapan khas lelaki dari ujung atas hijabku sampai ujung bawah gamis hijauku.

"Hehe, bisa aja Pak Bejo. Kenalin, ini Sella, Pak. Anak asli sini, kita temenan dah dari SMA Pak. Sella, kenalin ini Pak Bejo Suharso, penghuni kontrakan sampingku. Oh iya, Bu Alya kemana, Pak? Kok nggak kelihatan?" Tanya Mas Diki, yang kemudian kuketahui Bu Alya adalah istri Pak Bejo.

"Lagi keluar kota, Mas Diki. Ada orderan dari temennya. Jadinya saya sendirian deh ini."

"Oh gitu. Yaudah deh saya masuk dulu ya, Pak.."

"Iya, Mas Diki.. selamat menikmati ya, Mas. Hahaha." Kata Pak Bejo yang diikuti tawa lepasnya. Aku yang mendengarnya sungguh sangat malu. Apalagi kalau dia tahu bahwa aku sebenarnya sudah menjadi istri orang. Aku yang hanya bisa diam mendengarkan percakapan mereka sedari tadi, lalu segera masuk mengikuti Mas Diki.

Di dalam rumah Mas Diki, aku duduk di kursi panjang ruang depan. Mas Diki menawariku minum dan duduk di sebelahku. Kami kemudian ngobrol sana-sini. Karena kami nyambung, sehingga ketika kami saling ngobrol tidak berasa lama.

Entah bagaimana caranya, duduk kami semakin berdekatan, bahkan sedikit menempel. Tiba-tiba Mas Diki mencium bibirku. Aku yang kaget, hanya bisa diam saja. Aku lalu berusaha melepaskan ciumannya.

"Mas kok gini, sih. Aku ini dah punya suami.." kataku.

Tapi Mas Diki malah kembali menciumku sambil memepet tubuhku. Dan sekarang tangannya mencoba meremas-remas tetekku dari luar gamisku. Remasannya lembut tapi kuat dan intens.

Aku yang memang mudah terangsang karena sentuhan di tetekku ini, secara refleks mulai melemahkan perlawananku dan menikmati saja. Bahkan ciuman dari Mas Diki mulai aku balas.

Lama-kelamaan, gairahku bangkit. Aku sudah tidak memedulikan lagi bahwa lelaki yang sedang berusaha menodai aku ini bukan suamiku. Kami berciuman makin panas, sambil tangan kiri Mas Diki masih terus memainkan tetekku.

Tangan kanan Mas Diki kemudian menarik tanganku dan meletakkannya di atas penisnya yang masih tertutup celana. Kami masih terus berciuman, dan permainan tangan Mas Diki di tetekku makin intens dan ini membuatku makin terangsang. Secara tak sadar aku mulai menggerakkan tanganku mengelus-elus penisnya dari luar celana.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba ciuman dan remasan di tetekku berhenti. Mas Diki kemudian berdiri di hadapanku melepas celananya hingga keluarlah penis coklatnya yang berurat tepat di depan mukaku. Walaupun aku sering melihat penisnya waktu vcs-an, tapi ini kali pertama aku melihat secara langsung penis Mas Diki, dan penis pertama selain suamiku.

"Sayang, sepongin kontolku, dong. Udah keras banget nih, pengen diemut bibirmu yang seksi itu." Sambil menempelkan penisnya di bibirku. Aku yang juga sudah terangsang hanya bisa membuka mulutku, dan sedetik kemudian, kepala penisnya sudah ada di dalam mulutku. Mas Diki menarik pundakku agak ke depan, sehingga kini aku duduk bersimpuh di lantai, dengan penis Mas Diki masih ada di mulutku.

Sejak beberapa Minggu terakhir ini Aku memang suka mengulum penis. Aku banyak belajar dari film bokep yang sering dishare oleh Mas Diki. Kemampuan blow jobku makin hebat. Suamikupun sering memuji keahlianku memanjakan batang penisnya menggunakan mulutku.

"Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.." Aku jilat-jilat batang penis Mas Diki dari atas ke bawah. Aku mainkan bola-bola zakarnya dengan lidahku. Lalu aku emut dan aku hisap kepala penisnya "Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.."

"Uggghhh.. Sayang, enak banget seponganmu.. kamu beneran praktekin film bokep yang aku kasih ya... Ugghhhhh.. terus Sayang.. iyaa, sedot yang kenceng.. ugghhh...." Erang Mas Diki keenakan.

"Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.."
"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Slurpp.. Sluurrppp.." hanya suara itu yang keluar dari mulutku. Aku benar-benar menghayati peranku yang sedang mengoral penis Mas Diki ini. Kadang aku masukkan sampai dalam mulutku, kadang hanya kepala penisnya saja yang ada di mulutku, tapi aku sedot dengan kencang. Mas Diki hanya bisa mengerang keenakan.

Setelah sekitar 20 menit aku mengoral Mas Diki, tiba-tiba Mas Diki memegang kepalaku yang masih berhijab hijau ini. Kepalaku dipegang dengan kuat, sambil pinggul Mas Diki memompa mulutku maju mundur. Aku menebak Mas Diki sebentar lagi akan klimaks.

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.." suara itu yang keluar dari mulutku. Lalu tiba-tiba meledaklah isi penis itu di dalam mulutku. "Cllrrtt.. clrrrttt..." Aku refleks mencoba mengeluarkan penisnya dari mulutku, karena aku tidak biasa merasakan sperma di dalam mutlut, dengan suamikupun bahkan tidak pernah. Tapi tangan Mas Diki menahan kepalaku, aku akhirnya hanya bisa diam saja menunggu. Lalu dia sendiri yang mengeluarkan penisnya dari mulutku. Sperma yang ada di dalam mulutku, aku keluarkan sebisaku, sehingga meleleh di dagu kanan kiriku.
"Crott.. crottt.. crootttt..." Ternyata semburan spermanya belum habis dan mengenai wajah dan hijabku.

"Uggghhh.. banyak banget pejuhku Dek.. kamu makin cantik kalau mulutmu penuh pejuh gitu, mukamu juga... Ugghhh,"
"Bersihin paka mulutmu dong, Sayang." Pinta Mas Diki.
Aku lalu menjilati batang penisnya, buah zakarnya. Ujung penis nya Aku hisap-hisap, dan lubangnya aku jilatin.

Mas Diki kemudian menarikku ke dalam kamarnya.

"Sayang, aku kan sudah keluar, sekarang giliranku yang puasin kamu ya. Sebagai ganti yang tadi..." Aku masih ragu dan bimbang. Di satu sisi, gairahku sudah sangat tinggi ingin rasanya aku juga mendapat klimaks. Di sisi lain aku masih ingat aku ini istri Mas Bagas.

"Mas mau apa? Aku sudah bersuami, Mas" kataku berargumen tapi tanpa perlawanan sedikitpun.

"Aku mau jilatin memekmu, Dek. Aku janji aku nggak akan minta masukkin kontolku ke memekmu. Kamu pakai hijab dan baju gamismu gitu aja, dalamannya aja yang dilepas." Mas Diki kemudian mendekatiku, mengangkat gamisku hingga sepinggang lalu menurunkan celana panjang dalamanku sekaligus celana dalamku. Aku hanya bisa diam dan pasrah. Mas Diki kemudian mendudukkanku di pinggir kasurnya, lalu mulai menciumi ujung kakiku dan mengelus-elus betisku..

"Hmmmpphh... Ahhh.." tak sadar akupun merintih antara geli dan nikmat.

Ciuman dan rabaan Mas Diki makinn ke atas mendekati vaginaku.
"Memekmu wangi dan indah, Dek.. Sempurna.." lalu diciuminya vaginaku itu, sambil diusap-usap menggunakan jarinya.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhhh..." Usapan, ciuman dan jilatan Mas Diki benar-benar nikmat. Dia tidak menyisakan satu sentipun untuk tidak dijilat dan dimainkan. Ketika lidahnya menggelitik klitorisku sambil jarinya mengusap-usap bibir vaginaku begitu terasa nikmat.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhhh... Ayanggg.." vaginaku saat ini sudah benar-benar becek dan basah tapi tampaknya Mas Diki malah makin menjadi-jadi memainkan vaginaku. Salah satu jarinya bahkan mulai mencolok-colok lubang vaginaku.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh..." Aku hanya bisa mendesah menikmati permainannya di bawah sana..
"Ohh... Cloppp.. Slurppp.." salah satu jari Mas Diki diarahkan ke bibirku, lalu aku refleks menghisap-hisap nya. Rasanya familiar, ya ini adalah cairan vaginaku sendiri. Selama beberapa menit aku menikmati menghisap-hisap jarinya, sambil vaginaku dimainkan oleh mulut Mas Diki.

Mas Diki kemudian bangkit lalu merebahkan dirinya di kasur. "Kontolku dah ngaceng lagi nih, Dek.. kamu diatas ya, aku jilatin memekmu, kamu sepongin kontolku." Aku hanya menurut saja dan memosisikan diriku di atasnya bersiap-siap mengoralnya lagi.

"Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.."
"Hmmmppphhh.." suara desahan dari bibirku yang tersumpal penisnya. Aku kurang bisa maksimal memberikan service orallku ke penis Mas Diki karena dibawah sana aku sedang dikerjain habis-habisan dan ini terasa nikmat sekali. Aku merasa tidak lama lagi aku akan mencapai klimaks.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh... Ayaaangg.. aku mau sampaaiii..." ketika hampir di ujung orgasmeku, Mas Diki menghentikan jilatannya di memekku.
"Ohh.. kok berhenti, Mas.." kataku

"Aku masih mau nikmatin Memekmu, Dek. Aku kan janji nggak akan minta masukin kontolku ke sini, jadi aku harus puasin jilat-jilat memekmu ini."

Setelah rasa ingin orgasmeku mereda Mas Diki melanjutkan lagi rangsangannya di vaginaku.

"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh..." desahku. Aku juga makin cepat mengulum dan menghisap penisnya di mulutku. "Hmmmpph... Hmmpphh... Clop.. Cloppp.. Hmmmppph.." Setelah dirangsang selama beberapa menit, aku merasakan sensasi di ujung orgasmeku kembali.
"Hmmmmppppphh... Ohhh... Ahhh.. Ahhhhh... Mhhaaaassss..." Tiba-tiba Mas Diki menghentikan lagi rangsangannya.
"Maaas, kok berhenti lagi sih.. hmmppph.. aku kan dah mau nyampe. Nanggung nih." kataku sambil memegang penisnya yang terlepas dari mulutku.

"Aku masih belum puas Dek jilatin memekmu. Kalau kamu mau dapet klimaks, kamu boleh kok pakai kontolku buat puasin memekmu, asal kamunya yang minta." kata Mas Diki.

"Hmmppph.. Iya, Mas.. aku mmhhauu.." kataku yang sudah tidak memedulikan yang lain bahwa aku adalah seorang istri shalihah yang menjaga adab dan perilaku sehari-hari. Saat ini yang ada di pikiranku hanya bagaimana caranya aku bisa orgasme.

"Bilang yang jelas dong, Sayang.." kata Mas Diki.

"Hmmppph.. Aku mau penismu Mas.." kataku sambil memegang penis Mas Diki.

"Itu bukan penis. Minta yang bener coba.."

"Aku mau kontol, Mas.. Aku mau kontolmu dimasukkin ke memekku.. hmmppph... " kataku yang diambang birahi tinggi.

"Oke, Sayang.. Kamu yang minta ya.. Karena aku di bawah berarti yang di atas kamu ya.."

Tanpa berkata-kata lagi, aku langsung memutar tubuhku. Aku angkat gamisku. Aku posisi kan selangkanganku di atas penis Mas Diki. Perlahan aku turunkan pantatku hingga bibir vaginaku bergesekan dengan kepala penisnya.
"Hmmppph.. ohhhh... Ahhh.." aku turunkan pelan-pelan tubuhku, hingga aku rasakan kepala penisnya sudah memasuki liang vaginaku..
"Ohh..ohhhh... Ahhh.." lalu aku turunkan tubuhku hingga pantatku menempel paha Mas Diki.
"Oooh.. Hmmmpphhhhh... Ahhh..." Rasanya penuh sekali penis Mas Diki mengisi vaginaku.

Tangan Mas Diki diarahkan ke tetekku, dan mulai bermain-main dengan tetekku dari luar gamisku.
"Oooh.. Hmmmpphhhhh... Ahhh...Maasss.." dengan masih mendiamkan penisnya di vaginaku, rasa ingin orgasme yang tadi hilang tiba-tiba kembali lagi.

"Ohhh.. Maaasss.. Aku kelluuuaarr..." Kataku
"Crtttt.. crtttt..."

Mas Diki menarik tubuhku hingga menempel ke badannya lalu mencium ku sambil memelukku. Pantatnya di tekan ke atas sehingga makin mendesak penisnya di vaginaku. Karena masih dalam rangkaian orgasme, Akupun hanya bisa melolong panjang keenakan.
"Ooohhh.. ooohh.... Hmmmmppppphh.. aaahhh....."
Mas Diki mendiamkan diriku beberapa saat, membiarkanku menikmati momen orgasmeku yang kudapat dari penis lelaki lain selain suami sahku.

Setelah beberapa menit kemudian Mas Diki melepaskanku dari pelukannya yang otomatis membuat penisnya lepas dari vaginaku lalu membaringkanku di sebelahnya. Aku hanya terbaring pasrah dengan masih memakai gamis hijau tua yang sudah terlihat kusut dan hijab yang berlumuran sperma yang sudah mengering.

"Dek, sudah sore nih, kamu mau tak antar pulang atau gimana.?" tanya Mas Diki.

"Nggak tau, Mas.. Aku capek banget nih ini.." jawabku.

"Kamu mandi aja dulu Dek, biar segeran. Habis itu tak anter pulang. Kasihan kamu kamu kalau pulang malam-malam terus dilihatin tetangga nanti." kata Mas Diki menawarkan.

"Iya Deh, Mas.." aku yang masih lemas ini lalu berdiri berjalan ke dalam kamar mandi. Aku lepas semua pakaianku lalu aku mulai menyirami badanku. Setelah bermain penuh nafsu sejak tadi siang dengan tetap memakai baju membuat keringatku menumpuk lalu tersiram air mandi, segar rasanya.

Saat sedang mandi aku mulai tersadar apa yang telah aku lakukan ini salah. Air mataku pun perlahan mulai menetes. Aku sudah mengucap janji suci kepada penghulu, bahwa aku akan setia dengan Mas Bagas sebagai kunci surgaku. Yang aku kecewakan lagi adalah aku menikmati permainan dari Mas Diki barusan. Aku sangat kecewa pada diriku saat ini.

Ketika sedang menggayung air, tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang yang pastilah ini Mas Diki. Tangannya kemudian meremas kedua tetekku. Berputar memijat-mijat, dan memilin putingku. Aku merasakan tengkukku dijilat-jilat oleh permainan lidahnya.
"Ohhh... Ahhh... Maasss... Udahhh, Mass... Aku ini istri oranggg.. oooohhhh... Ahhhh....." desahku yang sebisa mungkin menolak dengan kata-kata walaupun tanpa ada aksi penolakan sama sekali. Mas Diki yang juga tanpa sehelai pakaian ini terus saja memainkan tetekku bergantian sambil memelukku dari belakang.

"Aku masih belum puas sama tubuhmu, Dek.. lagian aku juga belum keluar..." Kurasakan lidahnya menjalar naik ke belakang telingaku. Ini membuatku menggelinjang dan tak bisa untuk tak mendesah.

"Ohhhh... Ahhh.... Maasss... " Aku akhirnya hanya bisa pasrah dan mendesah menikmati rangsangan lidahnya dan tangannya di tetekku.
Tangan kiri Mas Diki perlahan turun ke arah perutku, mengusap-usap disekitar pusarku kemudian turun ke arah vaginaku. Dengan jari-jarinya digesek-geseklah bibir vaginaku tak luput klitorisku juga dirangsang.
"Hmmmmppppphh.. ooohhh... Hmmmpph..."

Aku merasakan penis keras Mas Diki sudah menempel di pantatku. Pundakku didorong agak membungkuk, sehingga kini tanganku bertumpu pada pinggir bak mandi. Posisi ini memudahkan penisnya tepat berada di depan lubang vaginaku. Kurasakan perlahan kepala penis itu masuk makin ke dalam..
"Ohhhh... Ahhhh.." hanya desahan yang keluar dari mulutku sembari penis keras Mas Diki makin masuk mengisi vaginaku. Mas Diki lalu mulai memompa pelan-pelan penisnya keluar masuk vaginaku..

"Ceplakk... Ceplakk.." suara tumbukkan antara selangkangan Mas Diki dan pantatku begitu nyaring menggema di kamar mandi ini.
"Uggghhh... Memekmu enak banget Dek.. Ughhh... Sempit dan njepit tenannn.. Beruntung banget suamimu.. ugghhh.. kalau kamu jadi istriku bakalan tak entotin setiap saat kamu, Dek..."
"Ceplakk... Ceplakk.."

Tangan Mas Diki lalu meraih tetekku yang berayun-ayun ini, dimainkan dan diremas-remasnya.
"Ohhh..ahhhhh.... Ohhh...." Digenjot dari belakang dan dirangsang seperti ini membuatku mendesah tak karuan..

Setelah beberapa saat penis Mas Diki memompa vaginaku dari belakang, aku merasakan akan mencapai klimaks.
"Ooohh... Ahhh... Massa.. terusss, Mas.. sodok teruss, Mass.. ooogghh.. aahhh.."

"Ughhh.. ughhh... Ini namanya ngentot, Dek.. bilang yang Bener.. Ugghhh.."

"Oooggghhh.. iyyaa, Massshh.. Ngentot Mas... Entotin aku terus pakai kontolmu, Mas... Oogghhh.. agghhhhh... Ooohh...."

"Ugghhh.. dasar akhwat binal kamu, Dek.. uuggghh.. dah punya suami tapi masih minta kontol lainn... uggghhh... nih rasain kontolku.. Ugghhh..."

"Hmmmmppppphh... Ooohhh... Teruss, Mass.. Aggghhh.. Ohhh... aku mau nyampe Mass.. ooohhh... Aggghhhh..."

"Ugghhh.. Kamu boleh keluar asal keluarnya bareng sama aku, Dek.. Uggghhh.. aku juga sebentar lagi keluar... Tapi kamu harus terima pejuhku di dalam memekmu.. uughhhh..." kata Mas Diki sambil mulutnya memainkan telingaku. Aku yang juga di ambang klimaks tak mampu mengiyakan namun juga tak mampu untuk menolak. Aku hanya membalasnya dengan desahan-desahanku yang makin kencang..

"Aaagghhh.. Ooohhh... Maasss... Aku nyampe, Mass.. pipis aku ,Mass... Ooogghhhhh... Aahhhhh..."

"Uggghhh ahhh... Terima pejuhku ini, Dek... dasar akhwat binal kamu... Uggghhh..." Aku merasakan sperma hangat Mas Diki menyemprot dinding rahimku beberapa kali.

Beberapa saat kemudian aku yang lemas ini tak kuasa menahan tubuhku hingga terjatuh bersimpuh bersandar di samping bak Mandi. Penis Mas Diki terlepas dari vaginaku.
Mas Diki lalu melanjutkan mandi membasuh badan kami berdua. Aku hanya pasrah saja ketika dimandikan Mas Diki. Guyuran air segar ini membuat energi ku kembali perlahan-lahan. Aku pun mampu bangkit berdiri sendiri sambil terus melanjutkan mandi kami. Penis Mas Diki yang beberapa kali menyenggol tubuhku kurasakan mengeras lagi.

"Iihh, Mas.. kok kontolnya gede lagi siihh?" Kataku.

"Iyalah Dek, ada kamu telanjang gini mana bisa kontolku tidur. Seponging dong sini, Dek.." minta Mas Diki. Aku yang belum menjawab apa-apa langsung didorong duduk bersimpuh di lantai kamar mandi ini. Mas Diki mengusap-usapkan ujung kepala penisnya ke bibirku.
"Uuughhh.. bibirmu seksi banget, Dek. Apalagi basah-basah gitu.. Ugghhh.." Mas Diki lalu memasukkan penisnya ke mulutku yang langsung aku sambut. Aku hisap-hisap dan aku mainkan penis yang sudah membuat aku orgasme dua kali ini. Tangan Mas Diki memegang rambut panjangku dan menahan kepalaku. Lalu memompa penisnya di dalam mulutku.
"Cloppp.. Clopp.. Slurpp... Clopp.. Cloppp..."
"Uggghhhh Dekkk... Nikmat banget seponganmu.. Ughhh... Akhwat doyan kontol kamu ya.. Ugghhh..." Mendengar perkataan seperti itu malah membuat ku bergairah. Tak sadar akupun memainkan jari-jariku di vaginaku. Menggesek-gesekkan jariku di bibir vaginaku dan klitorisku.

Tiba-tiba Mas Diki menghentikan pompaanya di mulutku. "Ayo ke kasur Dek, biar lebih puas aku mainin mulutmu sama badanmu." Mas Diki lalu menarik tanganku keluar kamar mandi dan merebahkanku di atas kasur. Kami melanjutkan pergumulan kami di atas tempat tidur.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com