𝐒𝐢𝐬𝐤𝐚 𝐌𝐞𝐫𝐭𝐮𝐚𝐤𝐮 𝐁𝐚𝐠. 𝟐

 


Sisca Wardiana namanya. Ibu dari 2 putri yang salah satunya menjadi istriku saat ini. Perempuan yang menjadi panutan bagi istriku sekarang sedang berpagutan dengan suami dari anaknya sendiri.

Sekilas tepi ranjang jati tempat kucumbu mertua saat ini menimbulkan imajinasi dipikiranku. Aku bertanya bagaimana bunyinya ketika diguncangkan oleh sepasang manusia berlainan usia di atasnya beberapa saat nanti.

Ranjang dingin yang sudah bertahun-tahun tidak dihangatkan oleh hubungan panas suami istri. Ranjang yang menjadi peneman kesepian Mama Sisca seorang diri.
Aku bertekat untuk kembali menjadi bara bagi kebekuan sukma wanita yang lama menunggu kembali suaminya.

Penyesalan demi penyesalan menghantuiku disela sela ciuman dan rabaan ku ke payudara perempuan ini.

Mengapa aku harus memperlakukan dia seperti ini?
Mengapa Mama Sisca tidak kutaklukan secara alami?
Mengapa aku harus takut dengan caraku sebagai lelaki dalam mendekati wanita?

Seharusnya aku tahu jika perempuan haus akan kasih sayang setelah sekian lama tidak bersama dengan pasangannya.

Mengapa dan mengapa tidak akan ada habisnya.

Pikiranku tersadar ketika cengkraman kurasakan di kont#l ku secara tiba-tiba. Cengkraman itu terjadi bersamaan dengan lidah Mama Sisca yang menjulur memenuhi mulutku.
Pasti Ibu Mertua sedang dilanda birahi semakin hebat.
Aku yang memulai , tugasku untuk menuntaskan.

Kuhentikan pagutanku, dan kuajak Mama Sisca berdiri. Tiada kata, hanya nafas yang terdengar diantara kami. Aku tarik ke atas daster Mama Sisca. Dia hanya mengangkat tangannya seperti anak kecil yang ingin dimandikan. Seperti wanita yang mendambakan siraman sperma dari seorang lelaki.

Seketika terlihat dihadapanku payudara khas setengah baya ditutupi beha krem senada dengan celana dalam yang akrab kujumpai sebagai pelampiasan ditempat pakaian kotor.

Aku berinisiatif memeluk dan mencium Mama Sisca

"mppphhhuahhhh...mmmummm, ahhhkkhhh" suara yang selalu berulang disertai suara bergetar.

Sambil ku cium leher nya ku gendong Mama Sisca dengan kuangkat pahanya, sambil berciuman, ku baringkan dia kembali ke tempat tidur.
Kami langsung berpagutan dengan liar. Tangannya Ibu Mertuaku memeluk leher kepalaku seakan tidak ingin terpisahkan lagi.
Kepalaku beringsut turun mencari payudara Mama Sisca. Ku buka cup BHnya dan menyembulah tetek yang cukup besar.
Mama Sisca ternyata apik menyamarkan kemontokan payudaranya dengan menggunakan BH yang cukup ketat.
Aku takjub dengan perawatan yang dia lakukan, belum tampak kerutan disekitar payudara Mama Sisca. Ukuran payudara Mama sekitar 34D, aerola dan puting bewarna coklat muda yang pasti sanggup merangsang pria yang menatapnya.

Ku hirup bau khas aroma parfum yang biasa Ibu Mertua ku ini gunakan. Aroma Eau de toilette. Parfum yang sama digunakan oleh istriku juga.
Kudengar ceritanya ayah mertua selepas pulang berlayar dari luar negeri selalu membawakan parfum ini. Itulah mengapa wangi khas ini diwariskan kepada istriku kemudian.

Kutatap ke wajah Mama, dia hanya memandang ke langit-langit seperti menunggu apa yang akan dilakukan menantu kesayangannya kepada payudaranya. Payudara yang memberi susu kepada kedua putrinya. Kepada istriku dahulu kala.

Kujilat perlahan payudara Mama Sisca bergantian dari kiri ke kanan. Intensitas kunaikan dengan berfokus kepada payudara kanan sementara jari memilin-milin puting sebelah kanan. Gerakan mengemut, menjilat, memilin puting bergantian kulakukan dari kiri dan kanan.

"akhhhhh achhhh,ahhhh,hhh..." Nafas tersengal sengal mulai kudengar dari Mama Sisca seiring dengan perlakuanku pada payudaranya.

Tangannya memeluk dan meremas kepalaku tanda rasa nikmat yang teramat sangat.

Kupeluk Mama Sisca dan kulepas pengait BHnya yang sudah tidak karuan bentuknya. Terlepaslah BH Mama Sisca.

Kulemparkan BHnya kesamping, tanpa basa basi, aku tarik celana dalam Mama Sisca.

Mama Sisca hanya membantu dengan mengangkat pantatnya dan menekukan lututnya bekerjasama denganku untuk mempermudah persetubuhan kami.

Sudah tidak ada rasa malu diwajahnya. Wajahnya hanya terpancar hasrat ingin dipuaskan.

Celana dalam mama ku hirup sambil aku menatap wajah Mama Sisca. Mata Mama Sisca menatap dalam ke arahku memainkan celana dalamnya.
Kuletakan celana dalam Mama ditempat tidur, kemudian aku tarik kaki Mama agar menjuntai ke lantai.
Aku berlutut dikaki Mama.
Teringat ketika memohon restu untuk mendapatkan anaknya pada pernikahanku dengan Smita dahulu.

Kali ini Aku memohon restu untuk mendapatkan Memek Mama Mertua.

Memek dengan bulu yang cukup banyak terpampang di hadapanku. Meskipun bulunya tidak terlalu rapi namun beraroma wangi sabun yang diagunakan sehabis mandi tadi. Wajar dia tidak terlalu merapikan bulunya pikirku. Pasti dengan tidak adanya Bapak mertua membuat Mama Sisca tidak terlalu menghiraukan kepada siapa lagi benda berharga miliknya akan dia tunjukan.

Aku cium paha Mama Sisca dari kiri ke kanan sambil berlutut. Cimanku ku intensifkan dengan perasaan. Ku lebarkan paha Mama Sisca. Terbukalah labirin kemaluan Mama Mertuaku ini. Labirin vagina yang menjadi kenikmatannya selalu menjadi misteri bagiku sampai hari ini.

Kamera pengintai hanya membuatku mendapat pemandangan dari luar memek Mama istriku. Kali ini aku mendapat akses membuka semua bagian terdalam liang senggama Mama Sisca.
Lidahku kuarahkan ke tengah labirin surga. Terasa agak asin, dan seperti basah dengan cairan agak bening. Sepertinya Mama sangat bernafsu. Aku jilat dalam dalam menemui klitoris Mama Sisca.

Kisap dan kusedot membuat Mama berteriakkk dan memohonnn "Akkhhhhh Ale, pelannn pelannn Nakkk..."

Aku tersadar , dan ku hisap kembali, agak pelan kali ini. Desahan Mama semakin tidak karuan seraya menyebut namaku "Akhhhh, Ale ahhhhh..."

Tanganku ku arahkan ke payudara Mama Sisca, kali ini kaki Mama Sisca merangkul ke pundak ku sambil tangannya menjambak kepala, dan bergantian menarik-nari seprei ranjang peraduan ini.

Selang beberapa saat aku melihat Mama Sisca mengangkat pantatnya menyodorkan sedalam-dalamnya ke mulutku, dan meledaklah cairan hangat langsung kedalam mulut menantunya sendiri.

Kejangan Mama berlangsung sekitar 3 kali, tanda kenikmatan sangat tengah melanda.

Aku telan semua cairan yang keluar dari vagina Ibu Mertuaku sebagai tanda bakti, menantu yang dilanda birahi kepada mertuanya sendiri.

Kubiarkan Mama Sisca menikmati sisa sisa orgasmenya kali ini.

Setelah tenang agak tenang aku rebahan bersama dia di tempat tidur.

Dia berinisiatif menggeser tubuhnya memberikan tempat untuk pengganti suaminya kali ini.
Seperti wanita yang menanti pasangannya datang.

Aku berbaring dan Mama Sisca seketika memeluk tubuhku meminta untuk dirangkul dengan mesra.

Meskipun aku juga masih dilanda nafsu,namun aku menikmati tiap detik kebersamaan dengan Ibu Mertuaku ini.

"Mama sudah lama gak ngerasain begini Le" ujar Mama Sisca

"Iya Mama, apapun akan aku lakukan buat Mama"

"Kok, kita bisa jadi begini ya..." Mama seakan bertanya kepadaku seakan tanpa meminta jawaban, aku hanya menanggapi dengan senyuman.

Mama menatap ke konto# ku yang masih menegang sempurna.

Mama kemudian bertanya "Kamu masih mau?"

"Mau apa Ma?" ujarku polos.

Mama seperti agak gemas dengan jawabanku, langsung berlutut mengangkangi kelamin ku.

Mama Sisca sambil berlutut mengarahkan memeknya ke kontol suami dari anaknya sendiri.

Mama sedikit kesulitan memasukan kelaminku ke dalam kelamin Mama Sisca. Sengaja aku tidak bergerak, supaya ini terjadi karena inisiatif Mama Sisca.

Dimainkan pala kontolku ke bibir rahim Mama Sisca.

Aku hanya sedikit tersenyum melihat Ibu Mertua mencari-cari posisi lubang yang tepat.

Mama SIska tidak menggubris senyumanku padanya. Dia hanya berusaha supaya batang kejantanan suami putrinya sendiri lekas masuk memenuhi liang senggamanya.

Setelah beberapa saat, Mama agak berteriak "AkKKhhhKKhhhhh... Alee sakittt Ale"
Aku berinisiatif merangsang dengan memainkan payudara Mama. Supaya cairan pelicin kembali keluar untuk mempermudah penestrasi ke Mama Mertua.

Lambat laun aku merasa kontolku menembus ruang empuk dan licin dan menjepit di dalam sana.

Cukup ketat lubang Mama Sisca kurasakan. Aku tidak menyangka memeknya masih seketat ini. Luar biasa pikirku.


Mama hanya menatap ke atas menikmati peristiwa ini, kemudian perlahan mulai memaju mundurkan pantatnya seperti menunggangi kuda jantan.

Suara kamar terasa merdu terdengar suara perempuan paruh baya yang dilanda kenikmatan birahi teramat sangat, suara-suara teriakan, dan rintihan-rintihan kecil diselingi bunyi nafas memburu, menderu, bagai angin muson barat yang merubah musim panas menjadi hujan.

Aku berusaha mengimbangi dengan mengatur nafas dan mulai menggoyang dari bawah dengan pola sekali-sekali, namun memasukan sedalam-dalamnya.
Teriakan Mama Sisca, akan bertambah keras setiap aku menghujam kemaluanku dalam-dalam ke kemaluan Mama Sisca.

Setelah sekitar 5 menit kurasakan kejangan kejangan pada pinggul Mama Sisca.

Tanda orgasme akan segera melanda kurasakan menanti di depan Mama.

Aku berinisitaif ingin merasakan kenikmatan dengan Mertuaku ini. Dengan segera aku angkat tubuh Mama SIsca.
Perlakuan tiba tiba ini agak mengganggu Mama Sisca yang orgasmenya tiba-tiba batal.

"Ahhhh Ale kamu mau ngapain sayanggg?" kata Mama Sisca sambil terlihat agak kesal , kali ini kata sayang terlontar tiba-tiba dari mulut mertua.


"Ale mau Mama Sisca dibawah Ma"

Sambil berpelukan aku balik badan Mama Mertuaku ini di bawah. Mama memeluk leherku agar tidak terjatuh.

Selepas Mama dibawah langsung aku masukan kembali kontolku ke memek Mama Mertua.

Di serang serangan bertubi-tubi Mama Sisca hanya bisa menikmati sambil meracu tak karuan "Akhhhhhh, akhhhhhhh...pelan-pelan sayanggg"

Aku tidak menggubrisnya, aku berpacu mengejar kenikmatan bersama Mama Sisca.

Bunyi ranjang berguncang-guncang menjawab rasa penasaranku kali ini. Klak klo klak klok diringi rintihan dua insan yang dilanda birahi di atasnya.

Ranjang yang akan sering berbunyi setiap kali ada kesempatan, pikir ku.


Sekilas dapat kulihat mata Mama Sisca hanya terlihat warna putih, dan meram melek tanda dia sangat menikmati persenggamaan ini.

Selang beberapa saat kurasakan calon bakal anak ku ingin keluar dari sarangnya mencari liang senggama milik neneknya.

"Mah aku mau keluar..."

TIdak kusangkan Mama Mertua justru yang berteriak terlebih dahulu,
"Akkkhhhhhhhhh..." Jerit Mama Sisca ,

tanda dia mencapai klimaks tanpa mempedulikan ucapanku.

Aku yang tidak mau ketinggalan juga ikut mengejar mengejar, dan berhasil keluar ditengah momen orgasme Mama Sisca.

'Akhhhhhhhhhh Siscaaaa...Aku keluar sayangggg"

Mama Sisca "Akhhhhhhhhh, akhhhhhhhhhh...Mama jhuuugaaa..."



Jutaan sperma masuk menerobos ke rahim Mama Sisca. Membanjiri setiap rongga kering yang sudah tidak pernah dihampiri milik lelaki setelah sekian tahun.

Yang teringat hanya nikmat dan basah yang sangat dikemaluan Mama Sisca...

"Aleee...banyak sekali kamu keluarnya..." ujar Mama Sisca.

Kutatap Ibu Mertuaku, "Mama enak Ma?"

Mama Sisca menarik wajahku dan menciumnya dalam dalam. Kubalas dengan menyedot tanpa sungkan. Tiada batas dan perasaan nervous sama sekali. Kali ini hanya ada kejujuran, Aku nafsu dengan mama mertuaku sendiri.

Nafsu yang salah, Nafsu yang berbalas.

"selama beberapa saat, hanya nafas menderu, keringat mertua dan menantu bercampur menjadi satu sebagai keringat sepasang kekasih kali ini.

Hanya relax dan ketenangan. Tiada yang lain.

Tidak berpikir apa yang akan terjadi kemudian. Nanti biarlah nanti...

"Hanya saat ini, kenikmatan ini..."


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com