𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐒𝐓𝐖 𝐈𝐝𝐚𝐦𝐚𝐧 (𝐁𝐮 𝐒𝐢𝐬𝐤𝐚 & 𝐁𝐮 𝐇𝐞𝐬𝐭𝐢)

 
Pagi itu, kami terbangun sekitar jam 6.30, itu karena semalam aku dan ibu berangkat tidur lebih awal dari biasanya. Setelah mandi dan mempersiapkan semua barang bawaan, aku turun lebih dahulu ke garasi untuk menyiapkan mobil. Aku dan ibu akan langsung menuju villa di puncak, sementara Bu Hesti sudah sejak kemarin malam ada disana.

Di perjalanan dari Jakarta aku dan Bu Siska tak sabaran ingin cepat-cepat sampai dan langsung melakukan apa yang kami rencanakan. Pikiranku dipenuhi bayangan-bayangan vulgar bagaimana permainan seks segitiga itu nantinya. Ibu juga ternyata sama, seringkali saat melaju di jalan tol, ia meraba-raba permukaan celanaku yang jelas saja sudah tegang sedari tadi. Malah beberapa kali aku harus menghentikan kendaraan kami atas permintaannya untuk sejenak saja beradu lidah atau sekedar meremas tetek besarnya. Ibu memang sengaja hanya mengenakan daster tipis dengan motif bunga tanpa lengan untuk memudahkan aku memegang dan meraba buah dadanya, juga untuk melapangkan jalan tangan kiriku mengobok-obok memeknya yang ternyata sudah sedari bangun tidur pagi tadi becek sangat!

Di sebuah ruas jalan tol yang cukup sepi, ibu malah sempat membuka resluiting celana pendek yang kukenakan lalu dengan gemas langsung mengemut penis tegang itu. Luar biasa ‘panas’ perjalanan ini! Dan nekatnya ibu saat dengan tak sabar, masih ketika aku sedang menyetir dengan pelan di jalur lambat, ia pindah menduduki aku yang sedang mengendara, dengan mengangkangi pahaku, badan setengah dimiringkan ke kiri agar mataku tak terhalang melihat jalan raya, ibu menduduki dan memasukkan kontolku yang tegang super akibat sedotannya tadi kedalam memeknya yang sudah sangat banjir!

“Maaf sayang, ibu gak tahan bayangin mau ngeliatin kamu ngentot si Hesti nanti....” katanya sambil tangan kanannya meraih pundak korsi depan dan tangan kirinya berpegangan di korsi sebelah kiri.

“uuupppsss ibbuuuhhhh.... saya lagi nyetir gini buuuu?” sempat sesaat aku gelagapan, untung mobil mewah itu berkaca gelap dan bertransmisi full automatic! Dan keadaan jalan tol memang agak sepi pagi ini.

“aaaooooohhhhhhh ayo sayang, kamu terus aja nyetirnya pelan, biarin ibuuhh puasin diri... ooohhh ibu gak sabar sayaaang aaahhhhh” jeritnya sangat keras menahan nikmat kontolku yang kini menancap sempurna dalam memeknya.

Ibu mulai menggoyang turun naik, aku tetap menyetir kendaraan dengan pelan di jalur lambat, histeria wanita paruh baya bertubuh tinggi besar itu semakin menjadi dengan jeritan yang memenuhi kabin mobil mewah yang kukendarai...

“Ooooouuhhh yessss yeesss yeessss aaahhhhhh enaaakhhhnyaaah kontoooll kontooollll konthooolll kammuuuhhh sayaaang ooouuhhhh ibu gak tahhaaannnn ooouu hhhhh oouuhhhh ibbuuh kelluaaaarrrr sayaaang aaahhhhhh..... aaahhhh aaahhh oooh yeessssss aaaahhhhhh kelluaaarrrrr sayaaaang oooooohhhhhh,” jeritnya panjang sekali!

“Iyyaaahhh buuuuu ayyoohhh sayang puasin diri ibuuuhhh ambil semua kontol budiiii buuuhhh ooouuhhh ennaaak yesss oouuhhh ibuuuu aaahhhhh!” aku jadi ikutan menikmatinya, tak tahan dengan denyutan vagina Bu Siska yang serasa menyedot keras kontolku dan berkedut di dalam sana.

Sayang memang karena biasanya saat Bu Siska menjelang klimaks seperti ini, aku selalu menghisap puting susu nya untuk menambah kenikmatan orgasme yang sedang menderanya, tentu karena mataku harus tetap menatap ke jalan depan sambil terus menjaga laju kendaraan. Kenikmatan main seks seperti ini ada di teriakan ibu yang lebih seru dan keras dari biasanya, ia berteriak benar-benar sejadi jadinya sambil menekan poros pangkal selangkangannya agar kontolku yang tegang itu semakin dalam masuk ke memeknya. Dan meski belum ejakulasi, tapi aku cukup puas juga melihat ibu yang tampak benar-benar menikmati permainan aneh dalam mobil ini, kali pertama kami melakukannya!

“dapat ide dari mana main dalam mobil yang lagi jalan gini bu? hehehe... asyik banget,” tanyaku pada ibu yang baru saja kembali ke tempat duduknya di samping kiri.

“Hihihiiiiii spontan sayang.... gara-gara sejak pagi jam 5 tadi ibu gak tahan bayangin kamu main sama Hesti...” Jawabnya dengan nafas masih terengah-engah, diambilnya beberapa helai tissue untuk mengeringkan bibir memeknya yang belepotan lendir orgasmenya sendiri.

“Lain waktu kita coba ke jalan yang lebih sepi ya Bu? Mungkin keluar pulau Jawa, atau di jalan-jalan tengah kebun teh yang banyak di daerah Tasikmalaya...” Kataku memberi ide, spontan juga...

“Iya sayang, ibu juga gak nyangka segitu nikmatnya ngentot dalam mobil hihihiiiii...., kamu belum cerita gimana mainnya si Hesti...,” kata ibu sambil meraih 2 helai lagi tissue untuk mengeringkan kontolku yang belepotan cairannya. Masih keras tentunya karena aku belum selesai tadi.

“Gimana memek si Hesti, Bud?” lanjutnya

“Hmmmm, enak lah Bu...” jawabku mantap

“Enak mana sama memek ibu? Ayo jawab jujur...”

“Sama-sama enak Bu, memek Bu Hesti lebih sempit tapi cepat becek, kalau ibu memang gak sesempit punya Bu Hesti tapi masalah kedutan dalam vagina itu memek ibu jauh lebih nikmat, Bu Hesti barangnya gak bisa dicenut-cenutin seperti memek ibu...” jawabku jujur.

“Hihihiii beneran memek ibu sudah longgar gak sesempit memek si Hesti?”

“Yaaah, kan emang memek Bu Hesti sudah lama gak kepake Bu... sementara ini tiap hari gak peduli pagi siang malam dientotin teruuussss” jawabku sambil meraba memek ibu yang kini duduk mengangkang.

“Hehehe, ya juga sih... ayo sayang ngebut ah, ibu jadi makin gak sabaran...

Akupun tancap gas!

Akhirnya kami sampai juga di villa. Langsung masuk ke dalam. Tak ada siapapun disitu, tapi seperti kesepakatan sebelumnya, Bu Hesti sudah menyiapkan segala kebutuhan kami. Aku langsung tertegun melihat penataan ruangan tengah villa ini, sebuah kolam indoor berukuran tak lebih dari 10x20 m penuh dengan bunga berbagai rupa, di sisi kirinya ada sebuah kasur panjang ukuran besar yang ditengahnya telah tersedia beragam buah dan dua botol Martini. Ah, Bu hesti rupanya telah mempersiapkan segalanya!
*******************************************************************
BU HESTI POV...

(*) Sore itu setelah “diembat” habis oleh Budi di Hotel tempat kami janjian sehari sebelum acara di Puncak, aku langsung menuju villa milik Siska yang baru saja ia beli. Besar sekali bangunan itu, tanahnya mungkin saja lebih dari empat hektare. Di ruang tengah Villa induk, ada kolam renang berbentuk segi empat memanjang. Untuk melakukan perawatan bangunan dan isinya saja Siska mempekerjakan sepuluh orang pegawai. Tiga orang lelaki sebagai penjaga keamanan dan tujuh orang perempuan yang kesemuanya dipimpin seorang villa manager . Luar biasa Siska, cukup lama juga aku membayangkan kapan pegawai pemerintah seperti aku ini akan punya duit untuk membeli harta semahal itu. Untungnya Siska teman baikku benar-benar menganggapku seperti saudara sendiri sehingga apapun yang jadi miliknya bisa kami nikmati dan pakai bersama, termasuk anak angkatnya yang huuuuhhhh ‘superman’ itu!

Jam sepuluh malam aku selesai mengawasi para pekerja yang kusuruh menata ruangan tengah tempat kami akan “pesta birahi”. Sebuah kasur empuk King Size bersprei sutra putih kutempatkan persis di sisi kiri pinggiran kolam. Kupesan para pembantu untuk menaburi kolam itu dengan bunga-bunga. Segala jenis buah-buahan segar dan 2 botol Martini juga ada di meja kecil yang kutempatkan ditengah kasur itu. Why Martini? Hehehe… kali aja Siska ingin mabuk dulu buat mengurangi rasa risihnya main bertiga. Dan yang penting, ini surprise untuk mereka berdua, kutempatkan empat buah handycam di sudut-sudut ruangan itu dan menyamarkan posisinya dibalik pot-pot bunga. Aku ingin merekam segala permainan kami!

Pagi hari aku terbangun dan langsung memeriksa persiapan akhir sebelum mereka datang. Dentang jam dinding klasik berbunyi delapan kali, pertanda beberapa menit lagi mereka akan sampai. Aku bersiap di sebuah kamar di lantai dua, dari sini aku bisa dengan leluasa melihat permainan mereka di tepi kolam renang nanti. Semoga saja Siska tak berlama-lama orgasme sehingga aku bisa langsung mendatangi si Budi untuk minta “digarap” dan “menggarapnya”.

Hhhhh! Jantungku berdetak keras saat mereka tiba-tiba masuk sambil berpelukan, duuh merangsangnya pakaian Siska, ia hanya mengenakan daster tanpa lengan dan…wooow! Ia tak lagi mengenakai CD! Ah, pasti dalam perjalanan kemari tadi mereka petting di atas mobil !

Tangan Siska sudah berada dibalik celana anak angkatnya itu, sementara tangan si Budi tak kalah seru meremas buah dada ibu angkatnya. Sambil berciuman. Sejenak mereka memandangi buah buahan di meja kecil itu. Pelukannya terlepas dan kemudian dengan cekatan Budi menuangkan segelas Martini untuk ibunya. Mereka terduduk di pinggiran kasur itu. Pelan dan santai diselingi tegukan demi tegukan minuman mewah itu, Budi melukar pakaian ibunya.

Bagus sekali tubuh Siska, tinggi besar berpayudara jumbo yang proporsional dengan tubuh bongsornya. Ia tak mau kalah, saat Budi melukar daster itu sambil menjilati permukaan buah dadanya, ibu dua anak itu juga dengan cekatan mencomoti semua pelapis tubuh Budi. Kini lengkap sudah mereka telanjang bulat! Huuh melihatnya saja sudah membuat vaginaku banjiiiiir!

Sekarang Siska terduduk di pinggiran kasur, kakinya menjulur ke lantai dengan paha yang terbuka lebar, mengapit kepala anak remaja yang berada tepat didepan bibir vaginanya. Uuuhh! Dengan gemasnya si Budi menubrukkan mulutnya ke bibir vagina ibu angkatnya itu. Desahan Siska mulai terdengar pelan dan meningkat, ia seperti mengiringi setiap tarian lidah anak muda itu di permukaan vaginanya yang ditarik kekiri dan kanan oleh tangan Budi.
 
==================
 
BUDI POV...
“Ouuuhhhh… fffffoooouuhh yeeessss aaahhhhh… oooohhhh... mmmmmm,” Bu Siska hanya bisa mendesah merasakan geli nikmat permainan lidahku di permukaan vaginanya.

“mmmmhhhhh…hhhhhhh jilat meeemeeekkkk ibuuuuuhhh saaaayyyy ooohhhh yaang kerasss sssseedoooottt ituuuuhhhh ouuuuhhhhhhhhh,” ia berteriak saat dengan sekali terkam kutomplokkan mulutku disana lalu menyedot keras clitorisnya yang sudah sangat tegang.

Aku yakin, saat ini seseorang sedang menahan birahinya dengan sangat akibat mengintip permaian panas antara aku dan Bu Siska ini. Kuharap, ketegangan itu akan cukup untuk nanti setelah ibu kuselesaikan maka aku tak perlu petting lagi dengannya.



Ibu sepertinya sudah tak sabaran lagi, pengaruh minuman beralkohol itu telah juga membuatnya setengah mabuk, tampak dari matanya yang redup tapi penuh nafsu seolah ingin sesegera mungkin dientot dengan keras!

“Oooooohhhh Buuuuuuddddiiiiiihhhh aaaauuuhhhh ooohhhh ooohh yyeees aahhh uuuhhh seddoot yang kerrasss meemmmeeekk ibbuuuhh buuuddd aahhhh... yesss...” teriaknya sekarang sambil meremasi sendiri payudara berukuran 40B itu!

Mata sayu perempuan berusia lebih tua dari ibu kandungku itu tak lepas memandang kearah daging mentah dan kenyal di pangkal pahanya yang kini tersedot oleh mulutku.

Saat aku mengulum clitorisnya dengan keras, matanya memejam seperti menahan rasa geli yang sangat. Mulutnya semakin keras berteriak histeris...



“Aaaaaaahhhhhhhh yeeeeeessssssssss oooooohhhhh seddoootttt kerraas itil ibbuuuuuuhhhh Buuuuuudddddd aaaahhhhhhh ennaaaakkkkk yessssss seddooottt sedddooottt seddoootttt aaaaaaaaaahhhhhh”



Meski aku sedang asik menservice bagian-bagian sensitif di memek ibu, sudut mataku mencoba menelisik kearah sekitar, dan kulihat samar-samar dibalik jendela kaca lebar kamar di lantai dua bangunan villa itu seraut wajah perempuan paruhbaya lainnya sedang mengintip kegiatan kami...

Matanya tampak terpejam pejam kenikmatan, bibirnya sedikit melongo, dan tangan kanannya meremasi sendiri susu berukuran kira-kira 38 yang selama ini sering kupakai untuk menjepit kontolku!

Hahhaay.... Kuyakin Bu Hesti takkan sanggup menunggu terlalu lama, aku berani bertaruh, dari ekspresi kenikmatan di wajahnya, bu dosen binal yang bermemek masih sempit itu takkan sabar menungguku menyelesaikan orgasme pertama Bu Siska!



“Hhhoooooouuhhhh Buuuuddd cukuuppp suddaaahhh sedot memeknya sayang! Ibu gak tahhaaan.... entot sekarang sayaang....” rengek Bu Siska tiba-tiba.

“Mmmm.... tapi ibu belum mengulum kontol saya....” jawabku lalu menghentikan permainan mulutku di memeknya.



Meski begitu, kuturuti juga kemauannya, kuminta ibu berbaring di kasur besar itu dengan pantat persis dipinggirannya, kakinya menjulur ke lantai berkarpet dan mengangkang sangat lebar, menyebabkan hampir semua celah liang vagina berjembut lebat itu tampak menganga! Ah menantang betul posisi memek ibu angkatku ini!

Aku berdiri tepat menghadapkan penisku yang sudah sangat tegang dan keras itu persis didepan bibir kemaluan Bu Siska, dan dengan sekali tekan amblaslah kontolku masuk ke liang kenikmatan yang selama ini menjadi pemuas sebagian besar birahiku itu. Langsung bergoyang maju mundur dengan badan tegak keatas, wajahku menatap langit-langit villa, kedua tanganku meremas-remas keras susu besar perempuan paruhbaya ibu angkatku itu.



“Aaaaahhhhh iyyyaaahhhh iyyaaahhh yeeesss enttoooottt yang kerrass Buuuuddd oooohhh ooouuhhh ooouuhhh yessss aaahhh....” jeritnya panjang.



Aku berpegangan pada kedua susu besarnya sambil terus menggerakkan pinggulku maju mundur dari pelan, semakin cepat hingga cepat sekali, menimbulkan bunyi becek dari gesekan dua kemaluan berjenis beda yang sama-sama sudah basah.



Plaaakkkk plaakkk plaaakkk creeekkk creeekkk creeek....



“Ouuuhhh Buuudddd..... yeeeessss ooouuhhh yesss entoot terruss entoot memek ibbuuuhhh oouuhhhhh entooottt entooottt oouhh ennaak aahhhh ooohhh kooonntooolll konntooolllmuuuhhhhh ooh kontolmuuhhhh ouuhhhh”

“Yeaaaahhhh buuuhhh ibbuuhhh juggaaahhhhh memmeeknyaaahh ennaak bangggeeeeeettt aaaahhh ahhhhh aaahhhh aaahhh” tak kalah serunya desahanku menikmati keluarmasuknya kontolku di memek Bu Siska.



Tanpa kusadari, karena keasikan menikmati goyanganku di memek Bu Siska, saat mataku yang tadinya terpejam itu agak sedikit membuka, Bu Hesti tiba-tiba sudah berada di kasur, menempatkan pantat besarnya tepat diatas wajah Bu Siska yang sedang kuentot memeknya.

Entah kapan ia berjalan menghampiri kami.

Tanganku yang tadinya meremas remas payudara Bu Siska kini ditarik keatas untuk meremasi susu Bu Hesti yang berbentuk persis pepaya Solo itu!



“Remess susuku ajjaaah Buuuddd aaaaaahhhhhhh, jillaaatt memmek guweehhh Sissssss!!! Aaaaoooohhhhhhh yesssssssss!!!!” teriakannya tak kalah keras dengan keterkejutanku dan Bu Siska yang sama-sama ak menyadari bergabungnya Bu Hesti itu.

“Yesssss mmmmhhhhhhhhhhhh niiihhh gweh seddot memek loooehhhh perempuan binaaaallllllll!!!!” Ujar Bu Siska dibawah sana, hanya dagu dan sedikit bibirnya yang tampak dari sudut pandangku diatas, karena posisi memek dan selangkangan Bu Hesti yang menutupi wajah ibuku.



Aku semakin mempercepat genjotan kontolku pada memek Bu Siska, semakin keras juga kuremas susu Bu Hesti, dan kami beradu mulut diatas, saling menyedot lidah dengan dosenku itu.



“Mmmmmhhh... mmmhhhh... sruuupppp...... mmmmmhhhhh” hanya itu yang terdengar dari mulut kami bertiga yang sibuk saling menyedot.

Aku dan Bu Hesti beradu bibir diatas, Bu Siska asik menyedoti clitoris dan memek Bu Hesti, sementara kontolku terus menghajar kemaluan nikmat yang selalu berdenyut-denyut milik ibu angkatku itu.



Aaaahhhh... inilah surga dunia! Batinku, dimana hampir semua organ tubuh dan sel-sel badanku kebagian nikmat dari birahi membara dua orang perempuan paruhbaya yang sedang bersenggama denganku ini!

Kalau organ-organ tubuh kami ini diibaratkan adalah manusia utuh, mungkin analogi yang tepat adalah mereka semua sedang bergembira di puncak kebahagian hidupnya. Semua sedang menikmati apa yang selama ini paling diinginkan dan disukai oleh semua mahluk hidup di dunia ini!



Sudah 15 menit posisi ini berlalu saat memek Bu Siska kurasakan mulai berdenyut lebih keras, pertanda ia akan segera mengalami orgasme.

“mmmmmmmhhhhh uuuffffff oouuuhhh Buuuudddd.... iibbb iibbuuhh mauh keeeeee llluuuuuuuaaaaaarrrrrr oouuhhhhh aaaaaaaahhhh yessss!!” jeritnya panjang sambil berusaha mengangkat sedikit pantat Bu Hesti yang menempel ketat di wajahnya.

Tubuh ibu angkatku itu menegang, kontraksi keras dinding memeknya terasa seperti meremas kontolku, aku hapal betul gejala itu sehingga dengan satu tekanan kuat kumasukkan batang panjangku sampai mentok kedalam memek hingga dasar rahimnya, kutahan disana sambil menikmati denyuttan orgasme perempuan paruhbaya itu.

Plaaaakkk plaaakkkk plaaaakkkkkk terdengar bunyi tamparan keras tangan Bu Siska pada pantat besar Bu Hesti, aku tak melihatnya karena asik menikmati denyutan memek Bu Siska yang sedang orgasme hebat, bibirku pun semakin kuat menyedot lidah Bu Hesti, sementara tanganku semakin keras meremas susunya!



Tangan Bu Hesti tak kalah keras juga menjulur kebawah, meraih dan meremas sepasang buah dada besar ibu yang tengah dilanda orgasme dahsyat.



Dua menit saja orgasme itu berakhir, tubuh Bu Siska yang tadinya tegang bukan main, kini melemah. Aku mencabut kemaluanku yang masih tegang dari memeknya yang kini banjir sangat. Bu Hesti juga menjauhkan pantatnya dari wajah Bu Siska yang kini tampak lemas tapi penuh senyum kepuasan.



“Haaaahhhhhhh.... gue puass Hessssss.....” ujarnya lemah pada Bu Hesti...

“Iyyah Sis.... giliran gue yang belum say....” jawab Bu Hesti yang tampak juga tak sabaran ingin segera dituntaskan.

Dosen binal bersusu mirip pepaya itu menarik tanganku, memintaku untuk berbaring lurus menghadap atas ditengah kasur berukuran kingsize itu.



Aku menurut, karena tekatku hari ini kedua ratu seks pemuas birahi itu harus kupuaskan sepuas-puasnya sampai mereka tak sanggup lagi menghadapi keperkasaan penis besar dan panjang andalanku ini.

Kubaringkan tubuhku sesuai perintah mereka, lalu dengan cekatan Bu Hesti meraih kontolku untuk dikulumnya sejenak, aku terkejut juga, tak kusangka, Bu Hesti ternyata tak peduli sama sekali kalau penis itu sudah becek berlumur cairan lendir birahi dari dalam memek sahabatnya, Bu Siska. Ia justru dengan antusias menyemot, menyedot, dan membersihkan semua sisa-sisa lendir yang belepotan di sekujur kontolku. Cairan kental dan bening agak putih itu ditelannya habis, ia minum seperti kehausan! Omaygat! Gile bener dosen binalku ini!



Lalu dengan cepat, setelah kontolku agak kesat, ia menempatkan diri berjongkok persis diatas kontolku yang semakin tegak dan keras. Tangannya bertumpu di dadaku, kontolku dimasukkannya sudah dengan tanpa sabar, langsung menggoyang naik turun hingga dari bagian atas tubuhku tampak kontol panjang nan gemuk dan berurat itu persis seperti piston dalam silinder mesin yang turun naik membelah bibir memek dosen cantik bertubuh subur itu.

Tak tanggung-tanggung, saat ia menurunkan tubuhnya, Bu Hesti menghempas pantat sejadi-jadinya, plaaakkkkk!!! Saat naik, kontol panjangku nyaris terlepas dari jepitan memeknya, sampai sisa kepala kontol itu saja yang masih tertelan, lalu ia menghempas lagi, terus dan terus begitu sambil sesekali tangannya menjambaki rambutnya sendiri yang sebahu. Tangan kiriku meraih susu berbentuk pepaya yang menggandul-gandul seirama goyangan tubuh nya. Sementara tangan kananku meraih buah dada besar Bu Siska yang berbaring masih lemah disisi kananku.

Bu Siska mendekati wajahku, kami berciuman dengan mesra, kadang ibu menjilat sekujur wajah dan leherku, akupun membalasnya. Jadilah aku menikmati empat aktifitas sekaligus, kontolku yang keluar masuk memek Bu Hesti, tangan kiriku merasakan kelembutan susu kiri Bu Hesti, sementara tangan kananku meremas susu Bu Siska yang juga sibuk berciuman bibir denganku.

Tangan kanan Bu Siska pun tak mau kalah, terjulur kearah susu kanan sahabatnya yang sedang asik mencolok-colokkan memek sempitnya dengan kontolku.



Selang 5 menit, Bu Siska bangun, gairah perempuan itu bangkit lagi rupanya, dan tanpa berkata ia langsung menempatkan diri persis diatas wajahku, otomatis pandangan mataku kearah Bu Hesti yang sedang asik menggeol kontolku jadi tertutup oleh pantat dan tubuh Bu Siska yang menyodorkan memek beceknya kearah mulutku. Aku langsung menjilat dan menyedot semua cairan kelamin sisa orgasme ibu angkatku tadi. Bahkan tanpa jijik sedikitpun, lubang pantat Bu Siska yang tak sama sekali berbau itu kujilati juga dengan penuh semangat. Hal yang kemudian membuatnya berteriak histeris.



“Aaaaaaooooowwwwww budddiiiihhhhhh lubbaang anuss ibbuuu diapaiinn sayyaaang aaaaahhhhhh ennaaaaaakkkkkkkkkkkk” teriaknya yang hanya terdengar olehku karena mataku yang tertutup pantat besarnya.

“Ayyooohhh Sissss, remes susu guweeehhhh.... biar nggak kalah besar ama susu elu,” terdengar suara Bu hesti

“Hooohhhhh buddiiihhh enaakkk seddottt lubang pantat ibbuuhh sayaaang yang kerrasssss aaahhhhhhhh..... iyyah Sisssss..... lu jugak remes toked guweehhhh yang kerrassss aaaaaahhhhhhhhhh,” jerit ibu tak kalah kerasnya.



Hmmm... kutebak mereka berdua pasti sedang saling meremas susu sekarang, Bu Siska menikmati jilatanku di memek dan pantatnya, susunya teremas tangan Bu Hesti. Sebaliknya Bu Hesti yang sedang menikmati kontolku di memeknya, juga sedang diremas susunya oleh Bu Siska.



Dan pastinya lagi mereka sedang berciuman dengan seru diatas sana sekarang, karena teriakannya berkurang, berganti suara keciplak mulut mereka yang semakin terdengar intenns! Ohhh, aku semakin semangat membayangkan serunya dua orang perempuan paruh baya berumur 40an tahun itu kini saling memuaskan, menumpahkan semua gelora birahi yang mungkin sudah sekian lama tak mereka dapatkan dari pria pasangannya. Akupun jadi semakin cepat menggoyangkan pinggulku turun naik dengan cara mengangkat-angkat bagian bawah tubuhku menyesuaikan gerakan Bu hesti yang masih berjongkok turun naik diatas kontolku.



Saat ia menarik keatas, menjelang ujung kontolku akan terlepas, aku menghentak naik keatas, demikian pula Bu Hesti, saat kuturunkan pinggulku dan menyisakan kepala kontolku saja di celah memeknya, ia segera menghempaskan pantatnya dengan keras, cepat dan semakin cepat!

Limabelas menit kemudian, terasa berdenyut dinding vagina dosenku yang binal itu, pertanda sejenak lagi ia akan melepas....



“Siskaaaaaaahhhhhhh oooooohhhhhhh guuuwweeehhhh kellluaaaaarrrr ooohhhhh Buddiiiihhhhhh ooouuuhhh kontooolllmuuuhhh ennaaakkkkkk banggeeetttt aaahhhhh aaaaaaaaaaaaaaaahhhh tanteeeee kelluaaarrrr buudddddiiiiiiiiiiiiihhhhh ooooooouuuhhhhhhhhhhhh.” Panjang sekali teriakan bu Hesti melepas puncak birahinya....

Pantatnya ia tekan dengan keras ke pangkal kemaluanku, membuat kontolku terasa mentok bahkan menabrak dinding dasar rahim pemerpuan beranak lima itu! Oh nikmatnya orgasme Bu Hesti, aku sampai menyedot keras clitoris Bu Siska yang juga berteriak keenakan.



“Haddoooouuhhhh Buddiiiiihhhh enaaaaakkkkkk nyaaah sedotan kamuuu di itil ibbuuhhhhhh sayaaang ooouuuhhhhhhhhhhhhhh” jerit Bu Siska bersamaan dengan orgasme Bu Hesti. Ah, tampaknya Bu Siska juga mengalami orgasme akibat sedotanku pada memeknya.



Hanya beberapa menit saja kemudian, dua perempuan paruhbaya itu terkapar lemas di kiri dan kanan tubuhku. Aku memeluk keduanya, kami saling cium sekarang, bergiliran kukecup wajah kening, pipi dan bibir Bu Siska, lalu kuperlakukan sama juga pada Bu Hesti.

Hal yang menjadi kejutan bagiku adalah sesaat setelah menggilir ciuman pada dua perempuan paruhbaya itu, tiba-tiba Bu Hesti mengadu bibir dengan ibu angkatku, aku tertegun sejenak...

Betapa tidak, aku disuguhkan pemandangan erotis hanya beberapa centimeter saja di depan mataku. Mereka saling menyedot lidah, mengulum bibir, menjilat wajah dan sesekali menggigit pelan hidung lawannya! Aaahhhh aku jadi kian bernafsu! Apalagi birahikupun juga belum tuntas!



Segera kuraih payudara Bu Siska dengan mulutku, putingnya kusedot keras, Bu Siska mendesah disela keasikannya beradu bibir dengan Bu Hesti. Lalu tangan kiriku meraih susu dosenku itu, meremas-remas disana, memelintir putingnya hingga pemilikknya menjerit kegelian. Sejurus kemudian mulutku pindah ke susu Bu Hesti, telapak tanganku meremasnya, mulutku menyedot putingnya. Sementara tangan kiriku melipir kebawah tubuh Bu Siska, langsung menuju ke memek tembem ibu angkatku itu, menyentil clitorisnya hingga sang empunya mendesah.

“Ouuhh.... sayang, iyyaaahhh mainin terus itil ibu...” kata Bu Siska sembari meneruskan adu bibir dengan Bu Hesti.

“Sedootttt susu Tante yang kerasss sayaaang ooouuhhhhhh..” Bu Hesti tak kalah serunya.



Belum lagi aku puas mengenyoti buah dada kedua wanita paruhbaya itu secara bergiliran, Bu Hesti meraih kepalaku dan menarik kearah mereka. Jadilah kami saling beradu bibir bertiga. Lidahku diminum Bu Siska, aku minum liur Bu Hesti, dan Bu Hesti menukar liur itu dengan Bu Siska, terus begitu tanpa ada yang mengatur, mengalir secara alami. Kami bertukar liur, mencampurnya, menelannya dan memberikannya pada yang lain. Ahhh nikmatnya kedua perempuan seusia ibuku ini!



“Ayo main lagi...,” ajak Bu Hesti setelah kira-kira 10 menit kami beradu bibir dan menukar liur.

“Sis, lu nungging dong, sini jilatin meki gueh....” kata dosen binal itu sambil membaringkan diri menghadap atas di kasur, ibu angkatku menurut saja, ia langsung mengambil posisi menungging tepat dibawah posisi tubuh Bu Hesti yang mengangkang.

“Ayoooh Budi sayang, entot ibumu dari belakang....” perintah Bu Hesti lagi.

Woowww, aku tak percaya, secepat itu Bu Hesti berubah, dari yang kemarin masih canggung ngomong memek, jadi dengan entengnya bilang entot ibumu dari belakang! Maygaaattt!!!



“Siap Tante dosen binalku!” candaku dengan langsung menempatkan diri persis dibelakang ibu yang menungging. Tanpa menunggu perintah selanjutnya, aku langsung mencoblos memek ibu dari arah bokongnya, ibupun mendesah tapi tertahan aktifitasnya yang sekarang menjilati memek Bu Hesti yang masih becek oleh cairan lendir sisa orgasme tadi.



Aku mulai menggenjot dengan santai sambil menatapi pemandangan erotik yang terhampar di depanku. Ibu bergoyang menikmati memeknya yang dientot dari belakang, sementara Bu Hesti menikmati jilatan dan sedotan mulut ibuku di memeknya.

“Yaaaaahhhhhh buuuuddddd kocoook yang kerass sayaaang.... ibu mau yang cepaaatttt....” pintanya

“Ayyoooh Siiissss sedot itil guweh..... sedooottt yang keraaasss sissss”

“Iyyaaaah Buuuhhhh ooouuhhhh enaknya memek ibu ditunggingin beginihhh aaahhhhh ooouuhhhh yesss yesss yeesss yeesss!!!” Sahutku sambil terus saja menggenjotkan kontol ke memek ibu dengan makin cepat, keras dan bertenaga.



Tanganku menjulur kedepan meraih buah dada besar ibuku yang menganggur bergelantungan, kuremas keras ambil terus menggenjot dengan tempo semakin cepat hingga seluruh penjuru ruangan luas itu seperti riuh dipenuhi suara teriakan dan desah nikmat dari dua orang pemerempuan paruhbaya dan seorang remaja yang sedang menikmati pesta birahi.



Dasar kedua perempuan partner seks tetapku itu memang wanita type multi orgasme, baru sekitar 7 menit saja digenjot dari belakang, ibu sudah menjerit mengalami orgasme yang cukup dahsyat.



“Ooooooooohhhhhhhhh budddiiiiihhhhhh ibbuuu kelluaaarrrrrrrr!!!” teriaknya kerass dengan tubuh yang mengejang kaku. Diraihnya susu Bu Hesti, ia meremas sambil melepas cairan lendir yang hangat didalam lubuk vaginanya, ujung kontolku terasa diterpa cairan hangat itu. Nikmat sekali!

Aku tetap mengocok memek ibu dengan posisi doggy style, hanya saja orgasme itu membuat lubang memeknya terasa terlalu licin sehingga dengan cepat kuraih tissu kering dan sejenak membersihkan cairan kelamin yang meluber sampai keluar bibir memeknya.

“Dilap dulu ya Bu... biar gak kelewat licin...” kataku padanya

“Sini Bud, biar tante aja yang bersihin, jangan pake tissue dulu, Sis giliran gue yang nungging, lu gue jilatin seperti posisi gue tadi...” ajaknya, padahal aku masil ingin memuaskan birahi ibu dengan kocokan kontolku agar ibu benar-benar tak sanggup dientot lagi, maksudku kalau ibu sudah lemas, aku mau tunjukin gimana aku “membantai” Bu Hesti dengan ibu sebagai penonton saja!

 


Tapi sudahlah, kalau memang itu yang bu Hesti mau, aku nurut saja. Sekarang Bu Hesti yang nungging di pinggiran kasur, aku berdiri di lantai karpet, ibu berbaring tepat dibawah wajah Bu Hesti yang langsung melumat vagina ibu angkatku itu dengan penuh semangat.

Aku menggenjot Bu Hesti dari belakang, kali ini susunya kubiarkan gondal gandul akibat gerakan tubuhnya yang dihantam pangkal pahaku dari belakang.

Pantat semok nan besar itu jadi sasaran tanganku, telapak kiri dan kananku menampar pantat Bu Hesti bergiliran, dengan keras tentunya!



“Aaaawwww Budddiiiihhhhh enaaakkkkkk oouhhhh tampar terus pantat tanteeeee aaahhhhhh entooottt terusss memek tanteeeeee aaahhhhhh Siskaaaaaaa tolong remeesss susu gueeeehhhhh saaaayyyaaaang ooouuh yesssss aaahhhhhh aaahhhhh yessss entoootttt tante entoot yang kerrassss yang keraass oouuuhhhhh!!!” Jerit Bu Hesti

“Lu juggaaaahhh sedooottt memeek gueeehhh Hessssss ooouuhhhh yess yeeesssss ennaaakkkk sedotaan luuuu di memek gueeehhhh aaahhhhh,”



Hampir satu jam sudah permainan itu, empat kali kami ganti gaya, aku menggilir mereka, mereka juga menggilirku sampai tak sempat lagi kuhitung berapa kali mereka kubuat orgasme. Aku sendiri belum ejakulasi, dan kupikir sudah saatnya karena melihat kondisi kedua ibu paruhbaya itu mulai melemah setelah berkali-kali memuncak dalam berbagai gaya.



Kuminta mereka mengambil posisi 69 dimana Bu Hesti di bawah dan ibuku diatas, jadi posisi ibuku menungging dan menunduk sambil menjilati memek Bu Hesti, sementara Bu Hesti telentang dengan wajah menghadap memek Bu Siska. Mereka mulai saling menjilat, aku awalnya hanya menyaksikan dari samping, memilih mana yang akan kucoblos duluan, ibuku atau Bu Hesti, kondisi mereka sama-sama sudah orgasme berkali kali sebenarnya....



“Bu, Tante, spermaku dimasukin ke siapa?” Tanyaku pada mereka yang baru saja mulai saling menjilat kemaluan itu.

“Ke ibu aja sayang....,” ujar ibuku, kutatap Bu Hesti yang menoleh kearahku.

“Gimana Tante?”

“Iya Bud, ke ibumu aja, hamilin sekalian...hihihi....” jawabnya santai, mungkin Bu Hesti bercanda, tapi aku menanggapinya serius...



Hmmm, benar juga, aku baru ingat kalau sudah 4 bulan sejak pertama menggauli ibu aku tak pernah tanya apakah beliau masih pakai kontrasepsi, karena usia ibu yang saat itu 45 tahun tentu masih memungkinkan untuk hamil, ah kenapa tidak! Batinku berkata. Belakangan aku baru diberitahu ibu bahwa sejak 2 minggu lalu melepas alat kontrasepsi nya. Artinya ibu memang ingin dihamili olehku...

Kupandangi ibu dengan tatapan seolah meminta konfirmasi...



“Iya sayang, ibu mau dihamili... nanti kita bicarakan, maaf selama 2 minggu ini ibu lupa kasihtau kamu..., sekarang ayo lanjutin....” ujar ibu dengan senyum yang manis sekali.... oh tuhaaan, cantiknya ibu angkatku!



“Baiklah Bu, mulai sekarang Budi akan hamili ibu...” kataku dengan bersemangat, langsung kutempatkan diri dibelakang ibu yang nungging, kumasukkan kontolku ke memek itu yang juga sedang dijilati oleh Bu Hesti dari arah bawah.

Asiknya, beberapa detik sebelum kulesakkan penis besar itu, Bu Hesti sempat menyedotnya lalu dengan tangan halusnya membantu mengarahkan kontolku kedepan bibir memek ibu. Aku langsung mencoblos santai dan pelan....

Kenapa santai dan pelan? Karena aku ingin segera menumpahkan spermaku dalam rahim ibu, aku ingin “bercinta” bukan sekedar “ngentot”, meski disitu juga ada Bu Hesti yang aku “entot”, tapi untuk ibuku kali ini aku harus “bercinta”!



Maka mulailah kugoyang maju mundur dengan mesra, kulihat kebawah sesekali tampak wajah Bu Hesti dengan lidah yang menjilat-jilat batang kontolku saat berada diluar memek ibu, saat masuk ia menyedot biji telorku, aku merasa semakin nikmat saja!

Beberapa saat, agar adil, aku pindah ke memek Bu Hesti yang ada di bawah wajah ibu, kucoblos dengan nafsu, ini “ngentot”! Tadi itu “bercinta”! Plok plok plok plok suara terdengar saat aku langsung menggenjot bernafsu. Ibu Mengangkat badannya, kami berciuman, kontolku mengentot memek Bu Hesti, bibirku bercinta dengan ibu, tanganku yang kiri meremas susu Bu hesti di bawah, tangan kananku membelai susu ibu diatas. Hehehe.... sejak itu aku ngerti apa bedanya bercinta dengan ngentot!

Aku terus menggoyang Bu Hesti sampai sekiranya 8 menit saja, ia orgasme lagi, berkedut di dalam memeknya, mulutnya menyedot keras memek ibu sampai ibuku berteriak keenakan.

“Aaaaaaahhhhhhh Hestiiiiiiiiiii lu apaain itil guwweeehhhhhhh,” jerit ibu kegirangan...

“Aaaaaaaiiiihhhhhhhh oooooooooooooooouuuuuuhhhhhhhhhhh guwweh kelluaaaarrrrrrr Siiiiisssssssssss!!!! Buddiiiihhhhh tanteeeeeee kelluaar sayaaanggggg oooouuuhhhhhh!!!!” Terasa vaginanya meremas batang kontoolku.



Kutancapkan senjata andalanku itu sedalam-dalamnya agar Bu Hesti puas maksimal. Lalu beberapa saat tubuhnya melemas. Ibu dan aku saling berpandangan, puas menyaksikan guratan wajah bahagia Bu hesti yang ada di bawah kami, akupun mencabut gigitan memeknya pada kontolku lalu menarik ibu kesamping.

Kubaringkan Bu Siska, ia telentang pasrah, aku menindih, gaya konvensional, misionaris.... karena kami ingin bercinta dan aku ingin menghamili ibu...



Lalu mulailah kami bercinta, sambil berciuman mesra, aku menindih, kontolku keluar masuk dengan pelan dan santai, ibu memeluk dengan mesra, hidung mancungnya kujilati sampai sekujur wajahnya basah oleh air liurku, susunya kuremas pelan, putingnya kupelintir untuk menambah intensitas kenikmatan hubungan kelamin itu.

Lima menit kemudian ibu balik posisi, dia diatas, menindihku, buah dada besarnya menghimpit atas dadaku karena ibu memang lebih tinggi dariku. Aku langsung meneteki susu besar itu, menggilirnya kiri kanan, pantat ibu menggeol pelan, desahannya mulai patah-patah... tapi mesra sekali....



“Ouuuhhhh sayaaang.... ayo hamili ibu..... ibu pengin punya anak dari kamuuuh ooouuhhhh ibu sayang kamuuu... ibu cinta kamuuuu....”

“Ouuhhh ibuuuu.... Budi juga sayang ibu... Budi cinta ibu.... budi bahagia kalau ibu bisa hamil anak kita bu....” Jawabku.... tak kuingat sama sekali tentang fakta bahwa Rani adalah calon istriku dan perempuan yang ingin kuhamili ini adalah calon ibu mertuaku....

“Iya sayaaaang ooouuuhhhh.... ayoo sayaaang hamili ibu sayaaang oouuuh ibu pengen ngandung anak kamu sayaaang oouuhhhhhh... Buddiiiiiihh cintakuuuhhhh cintanya ibuuuu oouuhhhhhhh... ibu keluar sayaaang ibu mau keluaaarrrr ouuuhhhh ayooo sayang keluar barengan sayaaang oouu hhhh ibu mau keluar sayaang sebentar lagi sayaang oouuhhhhh,”



Aku berusaha berkonsentrasi dan tampaknya berhasil, kupercepat gerakanku, kubalik posisi ibu jadi dibawah lagi, karena kupikir kalau ibu diatas, spermaku bisa keluar lagi dari liang rahimnya.

“Oouuuhhh iyaaa buuuu.... Bu di juga sayang ibuuu... budi mau keluar sekarang buuuuuu oouuhhh kita keluar sama-sama buuu ooouuhhhh iyaah iyaaah iyaahhh iyaaahhhhh...” akhirnya aku melepas banyak sekali.... kuhitung seingatku mungkin 12 kali kusemburkan sperma ke dasar liang rahim ibu. Ia pun demikian, ibu mendekapku erat dengan tangannya, badan kami menyatu, kakinya menjepit bagian bawah tubuhku seolah tak mau dipisahkan, membuat kontolku terasa benar-benar nempel dalam rahimnya....

“Iya sayaaang ayo sayaaaang keluarin yang banyaaak, ibu lagi masa subur sayang... ouuuuhhh ibu juga keluaaarrrrrrr aaaaaahhhhhhhhh.......” jerit ibu panjang.



3 menit lamanya kontraksi orgasme kami, tapi aku dan ibu masih berpelukan, sengaja begitu agar semua sel telur dari dalam rahim ibu bertemu dengan jutaan spermatozoa dari kontolku...

Kami sampai hampir lupa di sebelah ada Bu Hesti yang sampai terbengong-bengong menyaksikan perubahan suasana dari ngentot ke bercinta itu.....



“Luaaaarrrr biassaaahhhh kalian! Hebat kamu Bud....” ujarnya membuka pembicaraan setelah 5 menit klimaks ku tadi. Perlahan kulepas tautan memek BuSiska dari kontolku, aku berbaring lagi telentang diantara mereka. Kukecup kening dan bibir Bu Siska, sambil kubelai susu Bu Hesti. Dosenku itu lalu mencium kami berdua.... beda dengan ciuman-ciuman sebelumnya, kali ini Bu Hesti mencium sambil memejamkan mata.



“Semoga kita terus bisa begini ya.... Sis... gue bahagia banget... makasih ya Bud... tante benar-benar bahagia...”

“Iya Hes.... lu bahagia, gue juga bahagia...” jawab ibuku sambil membuka mata, dibalasnya ciuman bu hesti dengan kecupan di bibirnya.

Akupun ikut dikecup dengan mesra...

Sesi pertama acara 3some itu berakhir, jam baru menunjukkan pukul 12.30 siang, kami masih punya banyak waktu hari ini, dan yang jelas 6 hari totalnya kami akan menghabiskan waktu untuk mengumbar birahi kami bertiga di villa yang baru sebulan ini dibeli oleh ibu.

Menghabiskan jutaan kalori untuk bersenggama itu benar-benar membuat kami lapar, di bagian lain ruangan itu sudah tersedia berbagai makanan bergizi, ada seafood, chinese food, olahan daging dan semua makanan berprotein tinggi yang sengaja disiapkan oleh Bu Hesti untuk kami konsumsi agar benar-benar kuat menghabiskan waktu kami untuk mengumbar birahi sepuas puasnya!
 
===================
 
BU SISKA POV
(#) Huff faaahhhh.... tuntas sudah sesi pertama permainan seks segitiga yang telah seminggu ini kami rencanakan, baru sesi pertama lho....hehehe....

Seketika sesi itu berakhir, aku adalah orang pertama yang paling mersakan perut keroncongan, karena sejak pagi belum sebutirpun makanan yang masuk ke perutku, dari subuh sebelum berangkat kesini aku memang tak sempat sarapan, meski menyuapi Budi pagi tadi, aku sendiri lupa makan, saking nafsunya pengen buru-buru main bertiga itu.

Jadilah aku yang pertama menuju meja makan yang tak jauh dari tempat kami bersenggama di ruang tengah villa yang luas dan berkolam renang ini. Tak kupedulikan Budi dan Hesti yang rupanya masih saling cium dan saling belai di tempat tidur samping kolam itu, dari meja makan, sambil menyantap hidangan berupa seafood yang lezat kupandangi anak angkatku meneteki susu Hesti, sahabatku yang juga dosennya itu. Aku makan dengan lahap, sembari menikmati pemandangan mereka yang mulai saling pagut bibir, Hesti sudah menggenggam kontol Budi yang tak cukup ia lingkari dengan telapak tangannya, berusaha mengocok kontol yang mulai bangun lagi dan tegang itu, sementara Budi anakku asik menetek di susu kanan Hesti.

“Heeessssss!” panggilku....
“Yaaaahhh,” meski tak menoleh ia menyahut...
“Kgak laper lu?” tanyaku lagi
“Gak ah, gue sarapan banyak tadi pagi...” jawabnya lalu lanjut mengocok kontol Budi sembari membelai kepala anakku yang sedang meneteki susunya.

Beberapa potong udang windu dimasak dengan saus tiram sudah habis kusantap. Ingin juga sih aku segera bergabung dengan mereka, tapi selangkanganku rasanya masih kesemutan gegara ngentot sejak tadi malam sampai yang barusan. Tak kuingat berapa kali sudah aku orgasme dibuatnya, mungkin pagi ini saja sejak berangkat dari rumah tadi sudah 10 kali aku ngecrot didalam rahimku akibat hantaman kontol Budi yang bertubi-tubi dan teramat lezatnya.



Aah, kini Budi bersandar di dinding atas tempat tidur berbahan jati kokoh itu, dengan santainya ia menikmati service emutan mulut Hesti di kontolnya yang sudah sangat keras dan tegak. Beberapa saat kemudian Budi pindah duduk di sofa panjang, masih dekat kolam renang itu, kakinya mengangkang dan menjuntai kebawah, sementara Hesti bersimbah didepannya dan masih saja belum puas mengulum dan mengocok kontol Budi. Saking nafsunya si Hesti, suara decakan keciplak mulutnya yang mengenyoti kontol itu terdengar sampai ke tempatku makan. Creek creeettt creekkk creeekkk....

“Hooohhh ayo terus tante sedottt yang kerasss oooohhh....” desah Budi keenakan.

Mulut Hesti tampak sekali tak cukup untuk menampung separuh saja penis besar itu. Beberapa saat kemudian, mungkin Hesti tak tahan ingin segera dientot.

Budi masih tetap diposisi yang sama, duduk berselonjor dengan kaki mengangkang kearah bawah, Hesti lalu berdiri setengah membungkuk membelakangi Budi dan dengan pelan ia mengarahkan pantatnya menuju persis didepan kontol besar dan panjang milik Budi yang sudah tegang tampak keras sekali.

Blessss dan Hesti pun mulai mendesah kerasss



“Aaaahhhhh yessssss duuuhhh enaknyaaaahhhhh,” desah Hesti sambil memaju mundurkan badannya di depan Budi yang duduk santai dibelakangnya, sesekali ditamparnya pantat semok dosen akuntansinya itu.

“Iyyaaah Tanteee ooohhhh ayyooohhh tanteee ooouuhhh memek tante jepit tanteeee ennaaaakkkkkk” jerit Budi tak kalah seru.

Segelas susu dan sepiring irisan buah pencuci mulut sudah habis dihadapanku. Aku melangkah ke wastafel sambil terus melirik permainan anak angkatku dan Hesti. Kusikat gigi untuk menghilangkan bau makanan di mulut, lalu dengan segera setelah itu dengan tak sabar pula aku bergabung mendekati mereka. Memekku berasa cenat cenut tak tahan menyaksikan ekspresi wajah Hesti yang seperti orang gila menghempas hempas keras pantatnya kearah kontol Budi.

“Stop sebentar sayang.... ibu mau ikutan, boleh?” tanyaku menyela keasikan mereka.

“Boleh dong ibuku sayang....” kata Budi sambil menahan laju pantat Hesti.

Posisi mereka masih tetap, Hesti setengah berdiri membungkuk kedepan, membelakangi Budi dengan memek yang masih tertancap oleh kontol anakku. Kuminta Budi bersandar di sandaran sofa, otomatis posisi nya jadi agak berbaring dengan kepala menghadap atas. Lalu aku naik ke sofa besar itu dan mengangkang tepat diatas kepala Budi, ia mengerti lalu memegang pinggulku dan menarik sedikit kebawah untuk memposisikan vaginaku menghadap persis ke mulutnya. Baru sekarang kutahu kalau posisi itu namanya facesitting dimana wanita menjejalkan kemaluannya di wajah lawan mainnya untuk dijilat, disedot atau diobok obok! Hehehe...



Budi langsung menyambar dan menyedot bibir memekku, aku mendesah, Hesti pun mulai lagi bergoyang maju mundur mengeluar masukkan kontol Budi dari arah belakang tubuhnya.

Tanganku bertumpu di dinding belakang sofa, sementara dari posisi ini tampak jelas Budi dengan antusias menjilat dan menyedoti memekku. Kutoleh ke belakang bawah, Hesti tak kalah seru maju mundur mengentotkan kontol Budi dalam memeknya.

“Aaaaaaahhhhh yessss aaaahhhh yesss yeeesss yesss yeesss oouhhh Budiiiihhhhh tante sebentar lagiiiiih keluaaarrrrrrr” teriak Hesti.

“Ayo tante keluarin yang banyak tante ayooohhh ooouuhhhh yesss”

“Ooouuuhhhh Budiiihhhh sedot memek ibbuuhhhhh buuuddddd,” teriakku tak kalah seru menikmati mulut Budi yang mempermainkan clitorisku.


Tak lama kemudian Hesti pun ambruk, orgasme yg entah keberapa belas kali itu membuatnya menggelosor ke bawah dan langsung terduduk di karpet tebal disana. Tapi Hesti tak serta merta lemas terkapar, masih dengan terduduk di karpet tebal itu ia membalik arah jadi tepat menghadap kontol Budi yang belepotan lendir memek hasil siraman banjir orgasmenya tadi.



Tak kubiarkan Budi beristirahat, segera kulepaskan vaginaku dari pagutan mulutnya dan menurunkan pinggangku jadi menunggangi pangkal pahanya. Ia paham, seketika diraihnya pinggulku, lalu saat tanganku sudah mengarahkan kontolnya kedepan memekku, Budi mengangkat pinggulnya dan blessss! Kontolnya menerobos memekku yang sudah becek itu dengan lancar! Sementara Hesti masih diposisi yang sama, kini jadi menghadap tepat kearah pertemuan memekku dan kontol Budi. Lidah sahabatku itu terasa menjilat-jilat dengan sangat eksotis di permukaan pantatku, lalu menuju pangkal paha Budi serta alat kelamin kami yang sedang bertaut erat.

Akupun mulai bergoyang menaik turunkan pantat menuntun kontol besar anakku menusuk-nusuk relung kewanitaanku yang tak jemu-jemunya dientot.

“Iyyaah iyyaah iyyaahh iyyahhh iyyahh oouuhhh ooowww ooohh” hanya itu yang mampu terucap dari mulutku menikmati keluar masuknya kontol Budi.

Kuteruskan entotantu sampai kira-kira 5 menit saja kemudian aku orgasme lagi! Mungkin kelewat nafsuan gara-gara menyaksikan Budi mengentoti Hesti saat aku makan tadi.

Kutekan keras pantatku agar kontol Budi makin melesak ke dasar vaginaku. Kutarik rambut dan menekan kepalanya agar ia semakin kuat menghisap puting susuku.

Disaat puncak orgasme seperti ini Budi memang sudah hafal benar kalau aku selalu ingin ia menyedot keras puting susu kiriku. Dengan begitu, orgasmeku jadi benar-benar maksimal!

“Haaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh yessssssss ibu kelluaaarrrrrrrr” teriakku mengakhirinya.

Budi tersenyum puas beberapa saat setelah menyaksikan aku muncrat, lendirku sampai terasa meleleh keluar memekku dan mengalir lewat pahaku kebawah. Aku menyingkir kesampingnya dan terduduk bersandar di sofa, lalu kucium bibir Budi dengan masih nafsu yang tersisa.

“Mau lanjut Bu?” tawarnya lagi, karena jelas kontolnya masih “belum apa-apa”.

“Tapi kamu belum makan, ibu ambilin ya?” tanyaku.

“Boleh, kalau ibu gak cape....”

“Gak say, ibu harus puasin kamu sekarang....” jawabku kemudian melangkah ke meja dan mengambil makanan untuk kusuapi pada Budi.

Hesti mengikutiku dari belakang, ia juga ingin makan rupanya, tapi hanya mengambil beberapa potong buah segar yang ia taruh diatas piring.

“Gimana rasa lendir memek gue tadi say?” tanyaku pada Hesti saat kami berjalan sambil berpelukan menuju meja makan.

“Enak, rada asin dikit, memek lu bentuknya bagus, kgak gelambir kayak memek gue....”

“Hmmm itu karena lu lebih sering ngelahirin bayi, lagian gue kan selalu operasi cesar, makanya memek gue utuh.... hihihi.... anyway, kata si Budi memek lu lebih njepit dari memek gue, artinya gak penting bagian luar memek lu bergelambir gitu, yang penting dalemnya masih oke sempit!” aku memuji memek Hesti yang memang diakui Budi lebih sempit dibanding memekku.

“Hahahah, tapi memek gue nggak bisa cenat cenut empot empot ayam kek memek lu Sis, itu juga kata Budi, memek lu tuh luar biasanya bisa empot-empot kek pantat ayam yang cenut cenut seperti ngeremes kontol yang lagi dijepit hehehe...”

Kami saling tertawa, Hesti menyempatkan menyedot pentil payudaraku gara-gara ia gemes melihat ukuran buah dadaku yang sangat disukai Budi itu.

Kami berdua kembali kearah Budi dan langsung menduduki pangkal pahanya seperti posisi senggama kami tadi. Budi mengarahkan kontolnya, setelah tepat, aku menurunkan pantat, kontol Budi masuk dan aku duduk, tidak goyang seperti lagi ngentot, tapi “merendam” kontol Budi dalam memekku.



Dengan posisi ini, aku leluasa menyuapi Budi makanannya, sesekali kugerakkan pinggulku untuk menjaga ketegangan kontol Budi, sementara tangannya sibuk membelai dan meremas susu besarku, kadang juga memelintir puting-puting susuku yang sensitif sekali.

Jadi dalam setiap kali suapan makanan ke mulut Budi aku menggoyang atau naik turunkan memekku satu kali juga. Di waktu yang sama dengan goyangan itu, Budi mengimbangi dengan cara memelintir puting susuku. Hesti tampak geleng-geleng dengan tingkah kami...



“Damn! Gue gak pernah bayangin lu bedua bisa sehebat gini mainnya... ide darimana Sis?” Katanya sambil mengunyah buah-buahan.

“Pokoknya lu nikmatin aja.....” jawabku sekenanya. Sambil menahan gelinya kontol Budi yang mengganjal dalam memekku, serta remasan tangannya pada buah dadaku.



Seketika Hesti pindah duduk disamping Budi, diciumnya pipi anakku itu sambil sesekali ikut memainkan payudara besarku yang diremas-remas Budi, Hesti malah mengulum puting susuku, awalnya sih lembut, agak kencang, semakin kencang dan menyedot keras hingga aku histeris keenakan.

“oouufffff...... enaaaakkhh Hess.... terusiiinnnnn,” desahku sambil terus menyuapi makanan pada Budi.

Tangan anak itu pun kini jadi punya kegiatan lain, meremas dan membelai susuku dan susu Hesti.

“Sampai kapanpun Budi gak akan bosan sama memek dan susu ibu berdua...” katanya di sela-sela mengunyah makanan yang kusuapi.

“Makasih Bud, tante bener-bener ngerasa ini sorga! Puas puas puas super puas ama kontol kamu, main kamu, gak nyangka tante bakal dapat rejeki kontol segede ini, main sekuat ini, ihhhhh” ungkap Hesti memujinya. Sesaat kemudian, Hesti meraih tangan Budi yang tadinya membelai susuku itu dan menariknya kearah selangkangannya yang belum lagi kering dari lendir orgasmenya.



Mendengar pengakuan tulus Hesti, akupun merasa bahagia, karena saat ini sudah berhasil membahagiakan sahabat sejatiku, yang benar-benar kuanggap sebagai saudara kandungku itu.

Hesti yang dulunya menyimpan masalah berat akibat tak dapat menyalurkan kebutuhan biologisnya kini sudah bisa tersenyum bahagia, ia kuberi kebebasan ‘memakai’ Budi kapanpun ia mau.

Bagiku, membahagiakan Hesti juga adalah hal terpenting dalam hidupku, karena tanpa sahabatku ini mungkin aku takkan pernah sadar selama puluhan tahun dipermainkan oleh mantan suamiku. Tak hanya itu, Hesti juga sangat berperan dalam membantu aku mendidik anak-anakku hingga tumbuh jadi anak-anak yang cerdas, tentu karena Hesti adalah seorang pendidik.



Ada banyak rahasia-rahasia terpendam antara aku dan Hesti yang nanti akan secara bertahap kuceritakan dalam kisah ini, mungkin dalam chapter dan judul yang berbeda. Cerita ini akan jadi sangat panjang dan tak hanya mengisahkan petualangan seks Budi, aku dan Hesti, tapi juga banyak tokoh lain yang akan menyusul pada seri-seri selanjutnya.



“Semangka Sis....” kata Hesti sembari menjulurkan mulutnya yang menggigit sepotong irisan buah itu, aku menyambut dengan mulutku juga, kami jadi seperti berciuman membagi potongan semangka dengan bibir kami. Kulihat dari sudut mataku Budi melotot menyaksikan ‘atraksi’ itu. Atraksi? Ya karena tak sekedar berbagi semangka, setelah itu kami berpagutan bibir, Hesti kembali menyedot puting susuku, tangan kirinya menjulurkan jari untuk mengorek memekku yang masih ditancapi kontol Budi. Kurasakan salahsatu jemari Hesti mencoel-coel clitorisku yang terasa kian sensitif saja.



“Uuuuhhhhh eksotis bener tante....” ujar Budi yang dilanjutkan dengan meremas susu Hesti, memelintir puting payudaranya cukup keras.

“Auuuhhhh geliiiiiiii” jerit Hesti

“Habisin dulu makannya sayang....” kataku saat Budi ingin lanjut mengobok-obok memek Hesti dengan jari-jari tangannya.



“Hehehe....iya Bu, abis terangsang banget sama tingkah ibu berdua..”

“Kamu suka sayang?” tanya Hesti padanya

“Iya tentu tante, Budi mau selamanya kita bisa begini...” kata Budi sesaat sebelum melahap sesendok terakhir makanan yang kusuapi.

Habis sudah makan siang Budi, Hesti mengambilkan segelas air minum dan tissue untuknya agar Budi tak perlu mencabut kontolnya dari memekku. Ia juga membawa piring kotor bekas makan Budi itu ke meja makan.



Aku kembali bergoyang, kontol Budi masih saja tegang dan keras, aku turun naik diatas pahanya, ia pasif saja dan hanya menyusu di tokedku sambil sesekali meremas.

Hesti datang lagi mendekati kami dan minta jatah, lalu dengan tenangnya meniru gaya facesitting-ku tadi saat ia main dengan gaya yang sama dengan Budi. Dikangkanginya wajah anak itu lalu menjejalkan memeknya kearah mulut Budi. Awalnya anakku menjilat, lalu menyedot dan akhirnya menghisap cukup keras clitoris di memek Hesti yang membuatnya berteriak keenakan. Jadilah kami main lagi sampai 10 menit saja kemudian aku kembali orgasme.



“aaaahhhhh Budii sayaaang, ibu keluaaarrrrrrrrr!!!!” teriakku melepas nikmat puncak yang entah keberapa puluh kali ini.

“Sini sis, gue bersihin meki lu....” kata hesti setelah kucabut tautan kontol Budi dari memekku.

Posisi berubah, Hesti berbaring di sofa panjang, kakinya sebelah naik ke sandaran sofa, yang sebelah lagi selonjoran ke bawah, otomatis pahanya jadi mengangkang lebar memberi ruang yang cukup untuk badan anakku yang segera menindihnya. Dengan kepala disandarkan pada senderan tangan sofa itu, dengan antusias Hesti menyambut Budi yang langsung menempatkan diri menindihnya, sementara di waktu yang hampir bersamaan aku mengangkangi wajahnya untuk facesitting dengan posisi tubuhku berhadapan dengan Budi.

“Heeehhhhhh ayo Buuddd goyang yang kuat, entot tanteee ooouuhhh yessss” jeritan nikmat Hesti mulai terdengar sebelum kemudian kubungkam dengan menempelkan memek dan pantatku ke wajahnya. Terasa lidah Hesti menjilat-jilat vaginaku dan menyedot lubang memekku.

Budi dengan santai mulai mengocok memek Hesti dengan kontolnya, sementara tangannya kiri dan kanan berpegang sambil meremas kedua buah dadaku.



“Hooohhhh ayoooohh hessss lu abisin memek guwweeehhh jillaaattt sedoott aaaahhhhhh.... ayoohh buuudd remmess susu ibbuuhhhh aaahhh ssshhhh ouuuhhhh nikmatnyaaah sayaaaaang ooouuuhhhhh....” cerocos mulutku tak tahan merasakan nikmatnya remasan tangan Budi pada buah dadaku dan sedotan bibir Hesti pada memekku.



“Iyyaaahhh Buuuhhhh memmeeekk tante Hestiii juggah ennaakkk, sussuuuu ibbuh juggaaak lezzaaatttt, buddiii sennang banget ngentootttin ibu berduaaahhhh aaahhh ahhh aaahhh yesss...” suara budi setengah mendesah diiringi bunyi becek memek Hesti yang dicekoki kontolnya.

Permainan sesi kedua itu benar-benar panjang, 2 jam kami digarap dan menggarap Budi! Aku terkapar KO di kasur, sementara Hesti disikatnya habis di sofa panjang itu. Dan seperti ronde sebelumnya, Budi menyemprotkan sperma kedalam rahimku, meski entotan terakhirnya ada di memek Hesti, tapi menjelang keluar ngecrot, Budi pindah dan langsung menancapkan kontol ke memekku. Tumpahlah sperma nya dalam liang rahimku, rasanya penuh sekali! Harapanku, Budi dan juga Hesti, aku akan hamil dan mengandung anaknya!!! Yesssss!!!



Aku dan Hesti punya ciri khas sama dalam bersenggama, kami berdua adalah type perempuan multi orgasme, aku bisa klimaks berulang ulang dalam 1 sesi permainan Budi yang biasanya berdurasi minimal 45 menit. Demikian juga dengan Hesti, kalau orgasme pertama kami tercapai dalam 15 menit, maka orgasme berikutnya semakin cepat, 10, 7 atau bahkan lima menit saja.

Sebaliknya dengan Budi, setelah klimaks pertama menumpahkan spermanya, permainan Budi selanjutnya bisa sampai 1,5 jam! Dan disitulah aku biasanya kelabakan, memekku rasanya kesemutan akibat menahan geli yang kadang kualami jika Budi tak kunjung menghentikan entotannya di memekku pasca orgasme. Dua tiga hingga 4 kali aku memang sanggup menahannya, itupun jika Budi melambatkan ritme kocokan kontolnya, tapi aku akan benar-benar tak tahan jika sudah sampai 6, 7, 8 kali orgasme! Memekku rasanya seperti keram! Pegal pegal, meskipun nikmatnya sangat!!! Demikian halnya dengan Hesti yang lebih sering minta ampun ketika sudah 5 kali orgasme dan Budi tetap memompakan kontolnya tanpa peduli!

Ini hari pertama aku dan Hesti benar-benar merasa sebagai budak seks pria muda, remaja perkasa berumur 18 tahun yang juga anak angkat serta calon menantuku itu!!! Yah! Kami memang budak seks nya! Tapi sebaliknya Budi pun mengakui kalau ia adalah budak seks kami!

Ini adalah pengalaman 3some kami yang pertama, dari sini juga tampak aku dan hesti masih saja tetap tak sanggup menghadapi keperkasaan anak angkatku itu. Buktinya, sejak awal tadi ketika kami berdua sudah terkapar lemas mengalami masing-masing 6-9 kali orgasme, Budi justru belum apa-apa. Yang ronde kedua lebih parah! Memek Hesti sampai terasa perih karena lecet akibat gesekan yang terlalu lama dengan kontol besar si Budi. Sementara aku sudah tak sanggup lagi karena telah 9 kali sudah memuncak! Solusinya apalagi kalau bukan menjepit kontol besar Budi dengan susu Hesti yang panjang bak pepaya itu!

Jam menunjukkan pukul 15.30 menjelang sore ketika Budi mencapai klimaksnya yang kedua hari ini, spermanya memang terus dimasukkan dalam memekku, untuk menghamili. Tapi sebelum itu Budi menjepitkannya di memek dan buah dada Hesti. Aku langsung terkapar tergolek lemas diatas tempat tidur, hesti pun demikian, ia tergolek tak berdaya di dekatku setelah diembat habis di sofa dan pinggir kolam renang. Kami berdua benar-benar KO !!!

Kulihat ia menceburkan diri ke kolam renang setelah membuat kami terkapar. Budi rupanya ingin menjaga kesegaran badannya yang tadi penuh keringat setelah bertempur menghabisi kami berdua. Tak mengenakan apa-apa tentunya sehingga bayangan kontol besar dan panjang itu tampak samar-samar terlihat dari luar air kolam.

Hesti hanya bisa geleng-geleng melihat Budi yang dengan tenangnya seperti ‘belum apa-apa’ dengan 3some berdurasi hampir 4jam itu! Dengan semangat ia berenang berkeliling pinggiran kolam sambil sesekali melirik kearah kami berdua yang tergolek lemas.

“ampun Sis.... gue gak sanggup deh... kuat banget si Budi....” kata Hesti membuka pembicaraan saat nafas kami sudah mulai tenang pasca permainan sesi kedua tadi.

“Iya... gue juga heran, kok bisa gitu.... dibikin dari apa tuh kontol sudah 2 kali ngecrot tapi masih aja keras yak?” sahutku sambil geleng-geleng heran.
******************************************************************
Hari ini kami cukupkan dengan 2 ronde permainan tadi, Budi kulihat masih berenang saat aku dan Hesti akhirnya tertidur lelap kelelahan. Kupeluk tubuh sahabatku itu, dan kami tertidur cukup lama akibat tenaga yang terkuras habis pertempuran birahi segitiga yang teramat dahsyatnya.



Cahaya matahari sudah tak tampak saat kami terbangun, ternyata sudah pukul 20.00, artinya aku tertidur sampai 5 jam! Kudapati Budi juga masih terlelap disampingku, diapit oleh Hesti yang juga masih belum bangun. Entah kapan Budi menyelinap diantara kami, padahal tadi seingatku, aku tidur dengan memeluk tubuh Hesti yang masih telanjang bulat. Aku sendiri sudah mengenakan baju tidur sutra tipis model babydoll berwarna merah muda. Budi Cuma memakai celana dalam.

Segera aku bangun dan menuju bagian belakang villa, disitu ada dapur yang terpisah dari bangunan induk tempat kami pesta seks tadi. Lokasinya cukup jauh, sekitar 25 meter dari teras belakang bangunan utama. Disitulah para pekerja villa itu tinggal, ada mang Darja dan istrinya, siti yang kubawa dari rumah di Jakarta, dan mbak Anah juru masak asli villa itu. Aku memanggilnya mbak Anah karena usianya lebih tua dariku, aku tak mau memanggilnya dengan panggilan bibi atau mbok seperti kebanyakan orang memperlakukan pembantunya, bagiku pembantu rumah tangga harus selalu dihormati karena mereka juga sama sepertiku, bekerja untuk mendapatkan nafkah yang halal. Jadi, baik Siti, Mang Darja, Mbak Anah atau siapapun yg bekerja di rumah dan villa ku, harus diperperlakukan dengan terhormat, memarahi mereka pun aku tak pernah, selalu kutegur dengan halus dan kuajak bicara dari hati-ke hati jika ada persoalan. Karena itulah, mereka jadi sangat betah bekerja denganku. Rata-rata pembantu dan sopirku sudah bekerja di keluargaku lebih dari 15 tahun!

“Mbak Anaaaaaaah.....” panggilku lewat intercom yang menghubungkan bangunan utama dengan dapur di belakang villa.

“Iya Nyaaaa....” dari kejauhan terdengar jawabannya, pekerja disini memang memanggilku dengan sebutan Nyonya.

“Kemari Mbak.... siapin makan di teras belakang ya?” lanjutku

“Injih baik Nyonya...” Jawabnya halus.



Aku kembali ke ruang utama tempat Budi dan Hesti masih tidur tadi. Kulihat Hesti sudah bangun, dan wow.... ia tengah asik membelai belai kontol anakku yang masih tidur. Hihihi... kontol Budi memang besar, masih ‘tidur’ saja ukurannya segitu! Apalagi kalau sudah bangun dan tegang!

“Heeeh non! Udah, nanti dimainin lagi, makan dulu... Bangunin tuh si pangeran....” Kataku pada Hesti.

“Huaaaahhhhaammmmmm..... iya baik ndoro putri....” jawabnya bercanda, bibirnya dimonyongin sambil melirik kearah kontol Budi.

“dasar lu gak bisa kurang ngentot!”

“Huahahahahaha! Bukannya elu yang hiper?! Heeehhh Bud bangun yuk sayang...” Hesti menggoyang-goyangkan badan Budi.

Aku berlalu kembali ke teras belakang sambil membawa beberapa kertas kerja yang harus ditandatangani. Walau sedang berada di villa untuk liburan dan berpesta seks seperti ini, tanggungjawabku sebagai CEO di perusahaan tak pernah kuabaikan.

Sembari menunggu makanan disiapkan oleh mbak Anah dan Siti, aku pun tenggelam dalam keseriusan memeriksa beberapa dokumen yang ada di tas kerjaku.
 
 =============
 
Mataku masih belum terbuka benar saat samar-samar kulihat seorang perempuan paruh baya bersusu mirip pepaya Solo itu tengah asik mengulum kontolku yang ternyata sudah mulai tegang.

Kucoba mengingat dimana aku saat ini,... aah iya, ini di villa milik ibu, dan aku tadi tertidur cukup nyenyak dan sangat lelap akibat kelelahan melayani dua orang perempuan berumur lebih tua ibu kandungku, Bu Siska yang kini jadi ibuku, calon ibu mertuaku dan Bu Hesti yang juga dosenku. Pelan-pelan aku tersadar dan membuka mata penuh, Bu Hesti adalah perempuan paruh baya yang kini sedang asik menyemoti, mengulum dan menyedot kontolku, matanya melirik kearah wajahku, segurat senyum nakal dari dosen binal itu tampak saat menyadari aku sudah terbangun dan membuka mata. Kutoleh sejenak keliling ruangan, tak ada Bu Siska, kemanakah gerangan ibu angkatku yang bersusu gede itu?

“Ibu kemana tante?” tanyaku sambil membelai rambut Bu Hesti yang tengah asik mengulum kontolku. Sejenak ia melepaskan kulumannya dan menjawab...

“Eh... sudah bangun kamu rupanya, tadinya tante mau perkosa kamu yang lagi tidur! Hihihi.... gagal deech.... tuh ibumu di teras belakang, nungguin kita, mau makan malam katanya....”

“Oooooh.... tante mau lagi?”

“Iya nih Bud, boleh kan? Waktu bangun tadi tante lihat kontolmu setengah ngaceng, tante jadi horni, boleh ya? Paling juga 5 menit aja tante sudah keluar...” pintanya sedikit memelas setelah melihat kontolku yang kini jadi super keras!

“Boleeeehhhh” jawabku singkat dan langsung menunggingkan pantat Bu Hesti, kutempatkan diri dibelakangnya dan tanpa perlu menjilat memeknya aku langsung mencoblos. Benar dugaanku, memek dosen akuntansi itu memang sudah becek, seperti biasa kalau ia sudah horni ingin dientot, memeknya pasti basah sangat! Hehehe...

Segera kuberi genjotan yang awalnya pelan, tambah kecepatan, tepuk pantatnya, kocok makin cepat, tekan lebih kuat saat kontolku menusuk sampai mentok ke dasar rahimnya, dan yesss!!!

“Aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh Budiiiiiiiiiiiiiiiiiihhh Tante kelluaaar akkuuhhh ngecroootttttt aaaahhhhhhhh ennaaaaaaaaaakkkkk!!!” Teriaknya panjang lalu tersungkur ambruk di kasur itu.

“Heeeehhhh kalian pada belum laper?” suara ibu tiba-tiba terdengar dari arah belakangku.

“Hihihiiiii, sorry sis... maklum penganten baru.... pengennya ngeweeek teruuussss” Bu Hesti yang menyahut

“Hahahah lu udah bisa ngomong ngewek! Ngentooootttttt noon!”

“Iya ngentot, ngewek, memek gue gatheeellllll!!! Pengen dientot!! Mau diewek terusss ama kontol anak lu!!!”

Ibu rupanya jadi ikutan horny, kelihatan dari matanya yang memelototi kontolku yang masih saja gaceng! Dia mendekati kami, sampai di pinggir tempat tidur, masih dalam keadaan berdiri, ibu menaikkan 1 kakinya, ujung bawah lingerie nya otomatis terangkat dan menunjukkan pemandangan seronok berupa memek berjembut itu kepadaku!

“Giliran ibu nih yang minta diservice kamu sayang” pintanya padaku. Tentu aku juga senang, dengan cepat aku berdiri di hadapan ibu, tangan kiriku memegang ujung kontol, kutempelkan ujungnya persis di bibir memek ibu yang sudah siap menerima masuknya kontol besarku.

Aku mendorong, sreeepppp blessss!!!

“Ahhhhhh!” jerit ibu yang langsung membekap kepalaku diantara buah dada besarnya.

Aku langsung mengocok maju mundur, mulutku sibuk menyedot susu besarnya, tanganku merangkul bahu dan pinggangnya, berpegangan agar posisi tubuhku tetap mantap bisa memaju mundurkan pinggul untuk mencolok-colok memek ibu dengan kontolku. Sama dengan Bu Hesti, 7 menit saja ibu sudah melepas....

“Aaaaaauuuuuhhhhhh ibu keluaaarrrrr keluaaarrrr keluaaarrr oouh yesssss.... sayaaang!” teriaknya mengakhiri sesi ‘ngentot dadakan’ itu.

Segera setelah membersihkan kontol yang belepotan lendir Bu Hesti dan ibuku, aku memakai celana kolor pendek, tanpa celana dalam, tanpa baju. Kuikuti langkah ibu yang dengan gontai menuju bagian belakang villa yang luasnya minta ampun.

Bu Hesti sudah disana, memakai lingerie tipis berwarna putih susu, transparan, hingga tampak samar-samar puting payudara dan memek membayang dibalik busana seksi yang ia kenakan. Demikian pula dengan ibu, lingerie berukuran mini itu seperti tak sanggup menampung ukuran buah dada dan kemontokan tubuhnya.

Kamipun makan dengan lahap, kusantap hampir semua hidangan yang dimasak oleh Bude Anah, demikian aku memanggil chef (kepala juru masak) villa itu, karena ia lebih tua dari ibuku, Bu Siska. Meski kami bertiga makan dengan lahap, tapi suasana makan malam itu tampak riang dan sangat meriah, terbalik dari tema dekorasi lilin yang menghiasi meja makan besar itu yang cocoknya untuk sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Tapi kami bertiga malah makan sambil tertawa-tawa bercanda ngolor ngidul, ibu bercerita tentang hal hal lucu di kantor, aku dan Bu Hesti juga begitu, kadang ibu yang ngakak habis mendengar penuturan Bu Hesti yang menceritakan kekonyolan kami saat horny dan main di toilet tempat parkir kampus, dimana saat itu kami hampir terpergok Dekanku bernama Bu Farida yang curiga melihat pintu mobil Bu Hesti yang terbuka sementara tak ada orang di dalamnya. Untung waktu itu Bu Hesti cepat orgasme dan segera merapikan pakaiannya sebelum keluar dari toilet dengan nafas sedikit ngoos-ngosan. Aku deg-degan menunggu di dalam toilet sambil berharap Bu Farida tidak bermaksud masuk ke toilet juga karena itu toilet wanita!



Selesai makan malam aku menuju kolam renang diluar halaman belakang villa, kolam itu berbentuk laguna yang luasnya tak kurang dari 700 meter persegi. Aku menceburkan diri disana dan mulai berenang. Awalnya cuma aku sendiri yang berenang, tapi kemudian tak lama setelah itu Bu Hesti dan ibuku muncul dengan cuma mengenakan handuk.

Betapa kagetnya aku saat mereka melepas handuk yang membelit tubuhnya, ternyata ibu dan Bu Hesti tak mengenakan apa-apa lagi, mereka berenang dengan bugil!!!

“Haaahhhhh tante??? Ibbuuuhhh??? Kan ada Bude Anah, gak takut dilihat?” Kataku setengah berbisik sambil berenang mendekati ibu, aku memeluknya dari belakang dan meraih kedua buah dadanya. Tentu di dalam air. Namun meski begitu tetap saja orang akan melihat dengan jelas kalau kami telanjang bulat karena lampu kolam itu cukup terang menyinari bawah air. Bude Anah dan siti tampak sedang sibuk membersihkan meja makan di teras belakang itu. Jaraknya cuma sekitar 15 meter dari kolam renang ini!!!

Aku baru sadar kalau ini agak aneh, bukankah waktu kami makan malam tadi Bude Anah dan Siti serta seorang lagi pembantu di villa itu membersihkan ‘sisa-sisa’ pesta seks kami di ruang tengah? Apakah ibu tak khawatir mereka akan tahu apa yang kami lakukan? Hei, celana dalam, tissue bekas sperma, sprei yang penuh bercak lendir kelamin tercecer disana sini juga! Apa tante dan Bu Hesti tak malu kalau ketahuan para pembantu nya? Ahhh... aku bingung! Tapi sudahlah! Kenapa harus repot memikirkan itu? Jawabnya baru keesokan hari kemudian aku tahu dari bu Hesti dan ibuku!

Batinku... lebih baik aku nikmati dua tubuh bugil yang saat ini sedang kukorek-korek memeknya, kami berhadap-hadapan, tangan kiriku mengorek memek Bu Hesti, tangan kananku mencolok colok memek ibu. Sementara mereka saling sedot lidah di depanku! Tangan-tangan mereka berebut menggenggam dan mengocok-ngocok kontolku dibawah sana, seret.... karena dilakukan dalam air, jadi tangan-tangan berjemari lentik milik kedua perempuan paruh baya itu cuma bisa menggenggam dan sesekali membelai halus permukaan batang penisku yang tentu saja masih tegang karena sejak bangun tidur tadi memang belum sempat orgasme meski telah ngentotin dua memek itu bergiliran.

Bu Hesti melepaskan jari telunjukku dari jepitan memeknya lalu berenang menjauh dari aku dan ibu. Rupanya ia ingin mengitari pinggiran kolam.

“Ibu ada ide Bud...,” ujar Bu Siska menatapku

“Gimana kalau kontolmu masukin ke memek ibu diluar air dulu, setelah masuk, kamu gendong ibu dalam air lagi,” lanjutnya

“Boleh juga Bu, tapi kan seret gak bisa digenjot...”

“Ya jangan digoyangin, biarin aja kontolmu didalam sini, kita main di bagian atas...” lanjutnya lagi kemudian ia berenang kearah pinggir kolam sambil menarik tanganku kesana.

Di pinggir kolam memang tak terlalu dalam, airnya cuma sebatas persis dibawah memek ibu, aku mengerti apa yang diinginkannya. Segera kutempatkan diri persis berhadapan dengan ibu, ia lalu mengangkat sebelah kakinya, tangannya meraih kontolku untuk ia masukkan ke memeknya yang otomatis menganga lebar akibat kakinya yang mengangkang sebelah keatas. Dan saat kontolku sudah masuk dengan sempurna kedalam memeknya, dengan sedikit agak meloncat kecil ibu membelit pinggangku dengan kedua paha dan kakinya. Posisiku jadi seperti menggendong, dengan kontol yang menancap erat di memeknya, tidak berat karena di dalam air. Dimintanya aku berjalan agak ke bagian tengah kolam hingga sekarang permukaan air sudah jadi sedikit dibawah susu ibu.

Kami berciuman, tanganku memeluk punggung ibu lewat bawah ketiaknya, wajah kami yang berhadapan itu memungkinkan ibu melumat bibirku. Mulailah kami berciuman dengan ganas tanpa menggerakkan alat kelamin kami yang bertaut di dalam air.

“Wooowwwww kereeeennnnn!” ujar Bu Hesti menyaksikan adegan kami itu. Seketika ia berenang mendekat ke arah kami yang sedang asik mengadu bibir, saling sedot lidah dengan sesekali aku turun menjilati leher jenjang ibu.

Bu Hesti tiba di belakangku dan langsung menjilat leherku dari bagian samping, mengarah ke titik pertemuan bibirku dan Bu Siska, lalu tangannya memeluk kami berdua. Tangan kananku jadi bebas dan berusaha ke bawah menuju memek Bu Hesti, mencolok langsung lubang nikmat itu dan mengocoknya.

“Aaaaaaaahhhhhhhhhh! Enaaaaaakkk Buuudddd!” Jeritnya ditengah keasikan kami saling mengadu bibir di bagian atas. Jari tengah dan telunjukku mengocok-ngocok memeknya dibawah sana.

“memek tante masih aja banjir.....” ujarku ditengah keasikan itu karena merasakan meski didalam air, jemariku yang keluar masuk memek Bu Hesti masih terasa licin.

“Iya Bud.... tante terangsang ama gaya bercinta kalian ini, mirip pasangan bulan madu.... hihihiiii”

“Lu mau nyobain Hes?” kata Bu Siska kemudian menawarkan tukar posisi.

“Boleh boleh....” sahut Bu Hesti kegirangan. Ia lalu menuju pinggiran kolam yang dangkal itu, kususul dibelakangnya, kemudian kami melakukan yang persis seperti tadi aku dengan ibu. Bu Hesti kini sudah kugendong dengan paha dan kaki melingkari pinggangku, kontolku tentu saja menancap penuh di memeknya yang sempit itu. Setelah sempurna, kami kembali kearah ibu dengan posisi aku menggendong Bu Hesti, berjalan dalam air dengan kontol menancap di memek dosen binal itu.

Beda dengan Bu Hesti, ibu tak bergabung berebut bibirku dan bibir bu Hesti seperti yang tadi, tapi ia lebih suka meremas susu dosenku itu dengan tangan kiri, dan menyedot puting susu Bu Hesti dengan mulutnya. Kembali kujulurkan tangan kanan meraih memek ibu yang langsung kucolok colok dengan jari tengah dan telunjuk. Ibu mendesis nikmat. Aku dan Bu Hesti asik saling sedot lidah.

Kami melakukan adegan itu cukup lama, sekitar 15 menit sampai kemudian ibu meminta untuk dientot di pinggir kolam. Kami bergerak menuju ke sebuah sisi kolam yang sudah digelari handuk oleh Bu Hesti. Ibu menempatkan diri berbaring telentang menghadap atas dialasi handuk tebal, kakinya masih berada dalam air, pantatnya persis di pinggir kolam dengan paha yang tebuka mengangkang, menunjukkan lubang kemaluannya yang tampak merah. Bu Hesti berjongkok persis diatas wajah ibu dan aku berdiri di dasar kolam yang cukup dangkal, airnya cuma sebatas lututku, dengan posisi kontol yang tepat di depan memek ibu otomatis aku dengan mudah langsung mendorong masuk dan mengocok, tanganku kedepan meraih susu Bu Hesti yang menduduki wajah ibu dibawahnya, ibu menjilat memek Bu Hesti dan tangan bu Hesti ke bawah memainkan kedua buah dada ibuku.

Puas dengan posisi itu, 10 menit kemudian, setelah ibu meraih orgasmenya, Bu Hesti berbalik posisi jadi menungging diatas tubuh ibuku, memeknya di dekatkan kearah kontolku, segera kucabut dari memek ibu dan pindah mencoblos memek Bu Hesti. Aku mengocok lagi sambil menampar nampar pantat basah milik ibu dosen binal itu, ia berteriak histeris seperti biasa, menyebut kata-kata kotor yang kini teramat fasih keluar dari mulutnya yang biasa bicara tentang teori ekonomi!

“Ooooooohhhh yeeesss yeeeesss yeeessss yeesssss aaahhh aahhh entooootttt entttoootttt enttoott yang keraaassss Buuuddddd aaahh yang kenceeeng sayaaang aaahhhh yesssss” teriaknya ketika tanpa jeda kugenjotkan kontol besarku keluar masuk memeknya dari belakang. Plaaakkk plaaakkk plaaakkkk, bunyi tamparan tanganku bertubi-tubi di permukaan pantatnya yang lebar dan mulus itu hingga warnanya yang tadinya putih bersih jadi memerah bahkan kebiruan.

Persis dibawah tubuh Bu Hesti, ibuku yang tadinya orgasme rupanya sudah mulai pulih dan bergairah lagi, mereka berciuman dengan ganas sementara aku semakin kencang mengocok memek bu Hesti. Sayup-sayup disela suara keciplakan pantat bu hesti yang tertampar pangkal pahaku, terdengar bunyi bibir mereka yang saling beradu, bercampur desah keenakan.

“mmmmhhh mmmhhhhh...mmmhhhh ooofffff ssshhhhhhh” entah itu desah siapa aku tak peduli. Sudah 10 menit sejak pertama ngentotin Bu Hesti di posisi ini tadi, tiba-tiba terasa denyutan dalam memeknya, pertanda wanita paruhbaya itu menjelang orgasme, semakin keras denyutannya semakin kuat pula kutusukkan kontolku kedalam memeknya, dan seketika terdengar mulut mereka terlepas lalu suara bu hesti berteriak panjang untuk kesekian kalinya, aku menancapkan kontolku sedalam mungkin dan membiarkannya, kutarik kuat pinggul ibu 5 anak itu kearah pahaku agar kenikmatan orgasme yang tengah diraihnya jadi benar-benar maksimal.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh gueeehh kelluaaarrrrr ennaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkk yessssssssssss!!!!” jeritnya panjang sebelum kemudian melemah dan menindih tubuh ibuku dibawahnya.

Segera kupindahkan kontolku ke memek Bu Siska, persis dibawah memek Bu Hesti, aku sudah merasa akan orgasme, kucoba berkonsentrasi agar semakin cepat meraihnya bersamaan dengan Bu Siska. Agar spermaku semaksimal mungkin masuk ke rahimnya dan bertemu sel telur ibu untuk jadi bayi kami!

“Ayyoohhh buuuhhh keluaariiinnn samaaahhhh sammaahhhh” desahku bersemangat.

Ibu mengerti dan mempercepat goyang pinggulnya kiri kanan agar aku semakin merasakan gesekan dinding memeknya.

“Iyyaahhh sayang ayyoohhh keluar samaaaannn ibbuuh hampir sayaang hampiiirrr hampiiirr hammpiiirrr aaaaaaahhh yessssssss”

“Yesssssss buuuhhhh Budii keluaaarrrrrr aaaaaaaahhh aaahhh ahh aahhh aaahhh ahhhhhh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh” teriakku melepas sperma yang ketiga kalinya hari itu dalam rahim ibu. Bersamaan dengan semburan cairan orgasmenya yang terasa memenuhi rongga kemaluan calon ibu mertuaku itu.

Maka ambruklah juga tubuhku disamping tubuh dua perempuan paruh baya bersusu dan pantat besar itu. Kucium bu Hesti dan ibu bergiliran. Kami semua mengambil rehat sejenak, menarik nafas dalam sambil saling mencium mesra sekali.


Sudah jam 23.00, sudah cukup larut, dan tenaga kami terasa sekali habis terkuras permainan segitiga yang super duper nikmat ini. Setelah membilas dan mengeringkan badan, kami menuju salah satu dari 6 kamar tidur utama di villa itu. Masih tanpa seutas benangpun melapisi tubuh kami bertiga. Aku tertidur diapit dua bidadari setengah baya bertubuh menggiurkan ini. Bibirku mengulum puting susu Bu Hesti... paha ibu menindih bagian bawah tubuhku, dan kami pun larut ke alam mimpi....
 
.. TAMAT ..

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com