𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐤𝐚𝐤𝐤𝐮 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟓

 


"Eh! Adeek! Apa-apaan sih? Bahaya tau! Lagi dijalan nih.."

"Biarin! Lagian kak Alya juga siih.."

"Eh, malah nyalahin kakak, tangan kamu tuh... Dasar, pantesan pengennya duduk di belakang melulu, kakak udah kayak sopir kamu aja tahu nggak!"

"Hehe.. sopir yang cantik dan seksi. Aku bayarnya pake ngecrotin kakak.."
"Ngecrot.. ngecrot.. sembarangan aja. Emangnya kakak toilet apa dipipisin terus pake peju adek? Iya?" tanya kak Alya dengan nada manja dan imutnya.

"Iya kak, mauu.. kakak jadi toilet pribadi adek aja yah? Hehe.." Sambil terus ngajak ngobrol cabul, aku yang suka memilih duduk persis di belakang juga terus bergerilya mencoba menggerepe-gerepe tubuhnya dari belakang. Tanganku yang satunya juga asik masuk ke dalam celanaku mengelus-ngelus si otong.


"Hihihi.. bukannya dari dulu udah memang begitu yah? Makanya, cari pacar donk deek.." ujar kak Alya sambil melepaskan tanganku yang singgah di perutnya. Ya, berkali-kali aku mencoba menggerepe dia, berkali-kali juga dia menepisnya.

"Gak mau.. maunya pacaran sama kakak aja, hehe.." kataku sambil tanganku kali ini memegang buah dadanya yang hanya ditutupi kemeja tanpa dalaman.
"Yee.. masa kakak sendiri dipacarin sih? Lagian kakak kan udah punya pacar dek" dan lagi-lagi dia juga kembali menepis tanganku. Ugh!

"Tapi kak Alyanya juga tega sama pacar kakak.. bisa-bisanya waktu teleponan sama mas Hendi kakak mau aja sambil digerepe-gerepe temen-temenku, malah sampai dicrotin pula"

"Iya juga yah dek, hihih... teman-temanmu sih nakal. Tapi kok kamu gak tolongin kakak sih? Kamu suka ya dek ngelihatnya?" tebaknya.

"Umm.. akuu.."

"Tuh kaan.. adek sukaa kaan?" godanya melirikku dari spion.
"Ah kak Alya!" jeritku malu mengakui. Walau ada perasaan sebal, tapi entah kenapa aku memang malah menikmati pemandangan saat kak Alya diperlakukan seperti itu. Karena seharusnya aku sendirilah yang bisa menikmatii kakak kandungku ini, bukan orang lain, apalagi teman-temanku itu.

Sambil coli dengan sebelah tanganku, tanganku yang lainnya kini mendarat persis di selangkangan kak Alya.
"Aduh, adeek! Tangannya kemana-mana tuuh? Kakak gak suka kalau di jalan adek kayak gini ya!" katanya tegas sambil lagi-lagi menepis tanganku.

"Yaah, kak Alya.."
"Adeek.. ini kan lagi di jalan.. bisa bahaya lho"
"Iya, aku juga tau kaak.."
"Tuh kamu tau juga... Lagian bentar lagi kita sampai rumah kok... Awas jangan coli di mobil! repot bersihinnya..." Duh, kok dia bisa tahu sih aku juga lagi coli di belakangnya!?
"Iya deh iya..." Ugh! Kak Alya ini. Terpaksa kutunda dulu aksiku.

Di sepanjang perjalanan menuju ke rumah aku benar-benar merasakan kentang luar biasa, Kak Alya memang tidak suka apabila sedang membawa kendaraan selalu ku ganggu seperti ini. Tapi siapa yang tahan kalau kak Alya selalu menggoda terus. Dari nada suaranya ketika bicara denganku, sangat berbeda ketika bicara dengan orang lain yang mengenal kakakku dengan sopan dan baik. Kak Alya ketika bicara padaku selalu dengan nada manja dan genit. Walau masih dengan menggunakan pakaian lengkap dan jilbabnya, justru malah menambah keseksiannya ketika menggodaku. Aku jadi ingin terus beronani karena dia. Untung persedian pejuku sangat banyak, kalau tidak aku pasti sudah mati lemas tinggal bersama kakak kandungku yang seksi ini. Tapi aku harap sih aku bisa dikasih lebih dari sekedar hanya beronani. Semoga, hehe.

Kamipun sampai di rumah. Setelah membukakan pagar dan pintu garasi dalam, aku cepat-cepat menutup pagar luar untuk segera memeluk kak Alya. Aku merasa kentang dari tadi. Kakakku ini selalu membuatku kangen setiap saat.

"Kak Alyaa!" aku menghambur memeluknya ketika kak Alya baru masuk dari pintu dapur yang menyambung langsung dengan garasi dalam. Dan yang pasti aku juga menempelkan dan menyelipkan penisku yang sudah menegang sedari tadi ke sela-sela pahanya.

"Iih! Adek.. gak bisa apa biarin kak Alyanya istirahat bentar?" sambil kak Alya melepas jilbabnya berusaha melepas pelukanku dari tubuhnya yang harum. Aku baru sadar kalau kak Alya hari ini harum banget. Biasanya dia juga selalu harum sih.

"Gak mau! Aku gemes sama kak Alya.."
"Hihihi.. gemes liatin kak Alya ngeladenin obrolan penjual ayam bakar tadi yah dek?" godanya padaku mengingatkanku akan adegan tadi. Ketika menjemputku pulang sekolah barusan ini kami memang memesan ayam bakar. Kak Alya lagi-lagi bertingkah nakal dengan membiarkan putingnya yang mengeras tanpa lapisan BH menyetak dari balik kemeja tipisnya sehingga terpampang kemana-mana. Aku dapat melihat mata si penjualnya jelajatan sambil menelan ludah berkali-kali.

"Kakak sih... untung di muka umum, coba ka-"

".. coba kalau cuman berdua yah dek? Bukan cuma ngeladenin aja, malah kakak jadinya ngelayanin nafsunya yang kayaknya udah sampai ke ubun-ubun gitu, hihihi.." potong kakakku ini dengan nada centil. Ya ampun kak Alya ini.

"Iya, kak Alya sih.. jadi kakak tuh nakal banget.. kak Alya perempuan nakal.." ledekku.
"Hush! Enak aja bilang kakak perempuan nakal!"
"Kakak sih... Pake nyuruh kirim ayam bakarnya kerumah lagi.. maksudnya apa coba?"
"Dari pada kelamaan nunggu, mending abangnya di suruh kesini kan dek? Hihihi.."

"Uugh.. kak Alya.." aku hanya bisa menjawab sambil terus menggesek-gesek otongku di sela-sela paha kakakku yang makin menjepitku.

"Adeek.. pelan-pelan donk deek, gak sakit apa burung kamu? Kakak kan masih pake celana jeans?" ujarnya sambil mendorong pelan tubuhku. Ku pikir dia bakalan menyudahi aktifitas cabulku, tapi ternyata tiba-tiba kak Alya melepaskan celana jeans dan membuangnya sembarangan ke lantai. Ugh... melihatnya hanya mengenakan kemeja putih tanpa BH dengan rambut tergerai sedada, celana dalam pink dan masih mengenakan kaos kaki aja membuat penisku makin tak bisa kompromi. Kakakku ini memang baik, tapi... nakal.

Akupun kembali menomplok punggung kakakku hingga kak Alya telungkup tertindih badanku di atas sofa. Akupun melanjutkan kembali kesibukanku yang tertunda barusan. Menggesek-gesekan si otong di selangkangan kakakku. Pokoknya harus sampai ngecrot!

"Kak Alya.."
"Hmm..."
"Kak Alya inget gak kemarin waktu temen-temenku kesini?"
"Iya dek, kenapa emang?" bener-bener deh kakakku ini, santai banget jawabnya, kayak ga ada kejadian yang berarti banget. Padahal mukanya waktu itu udah disemprotin peju. Malah oleh teman-temanku sendiri.

"Kak Alya gak takut apa kalau mereka sampai kebablasan?"
"Ehmm, iya juga sih dek.. lagian adek juga sih pake bawa-bawa mereka kesini.."
"Kak Alya juga sih, nekat nantangin mereka terus.."
"Iya tuh, akhirnya kak Alya mandi peju mereka ya dek? Hihi... kalau sampai kebablasan, kira-kira kak Alya diapain aja yah dek?"

"Kalau sama mereka, aku gak mau ngebayanginnya kak, eneg!"
"Hihihi.. iya dek, jangan dibayangin deh.. apalagi sampai ngebayangin kakakmu ini dientotin sama mereka, terus semua lubang Kak Alya abis dijejalin sama penis hitam temen-temen adek itu.."

"Aku gak mau kak! Ugh.."
"Tapi dek kalau memang kejadian.. Kakak cuma bisa pasrah aja lho, hihihi.."

"Uugh! Stop kak Alya!" semakin berusaha tidak membayangkannya, justru semakin cepat gesekanku pada vagina kak Alya yang masih terbungkus celana dalam. Malah tiba-tiba muncul bayangan kakak kandungku yang sehari-hari cantik dan rapi, dientotin secara brutal oleh ketiga temanku yang jelek nan tidak rupawan alias dekil.

".. Essshh.. Ugh, adek pelan-pelan donk.. kok malah makin ngebut sih?" kak Alya kelihatan bingung denganku yang malah semakin bersemangat menggeseknya. Bagaimana tidak, kak Alya membiarkanku berfantasi dirinya sedang digagahi teman-temanku. Aku memang tidak rela, tapi rasa penasaran ini justru membuatku semakin cenat-cenut atas bawah.

"MISII!" Teng-Teng-Teng.

Astaga! Tukang ayam bakarnya sudah datang! Duh, kentang lagi deh..

"Misii! Ayam bakaar!" teriak si tukang itu lagi dari luar pagar.

"Adeek, abangnya datang tuuh.. Essshh.. Udahan dulu donk.." kata kak Alya sambil berusaha melepaskan diri dariku, tapi ku tahan karena aku masih belum nyampe.
"Yaah, nanggung nih kak, masa aku kentang dua kali sih kak?"
"Terus.. kita ngga makan apa-apa donk siang ini?"
"Biarin! Aku makan kak Alya aja, hehehe.."
"Terus kakak makan apa donk? Makan punya abangnya? Gitu?"
"Hah?!"

"Udah ah! Kasihan tuh abangnya nungguin diluar" Ah, kak Alya, bukannya kasihan padaku yang sudah kentang dua kali, malah kasihan sama si abang itu. Akupun akhirnya nurut saja untuk melepaskan dia dari pelukanku.

Setelah kak Alya melepaskan diri dari pelukanku, diapun langsung beranjak menuju pintu depan. Aku terperanjat melihatnya ketika kak Alya sudah memegang gagang pintu depan. A-apa dia mau menemui tukang ayam bakarnya dengan pakaian seperti itu?
Cuma pakai kemeja dan celana dalam saja!?

"Eh, kak! Tunggu!" panggilku sebelum dia membuka pintu. Dia melirik padaku sambil senyum-senyum. Dia mau menyiksa otongku lagi! Ampun deh kak Alya!

"Adeek.. kira-kira kalo abangnya lihat kak Alya cuman pakai ginian aja gimana yah? Hihihi..."

Belum sempat aku berkomentar tiba-tiba kak Alya sudah membuka pintunya lebar-lebar. Maka tampaklah kondisi kakakku yang berpakaian minim itu oleh orang asing itu. Seorang gadis cantik putih dengan paha terumbar kemana-mana. Aku hanya bisa membayangkan isi kepala si abang yang pasti bakal mesum.

"Bang! Masuk aja, pagarnya ngga dikunci kok.." kak Alya memanggil abang itu dengan gaya imut dan manja. Apa sih maksudnya kak Alya? Gak takut apa? Masa mengajak orang asing itu masuk ke dalam rumah? Dengan busana seperti itu pula.

"Eh! I-iya neng.." Kelihatan banget si abang itu kaget melihat penampilan kak Alya yang tadinya serba tertutup saat membeli ayam, mendadak kini disuguhi pemandangan kak Alya yang seksi dan mengumbar aurat.

"Kak Alya! Ngapain sih nyuruh dia masuk kesini?"
"Umm.. biar adek ga keterusan ngecrotin kakak melulu.."
"Ah, Kak Alya!"

"Hihi.. becanda adeek, lagian kasihan tau dek, abangnya kepanasan di luar, sama kayak adek, tuh.." Kak Alya menunjuk ke arah penisku yang masih menegang dari tadi. Entah karena melihat kak Alya, atau sensasi membayangkan kakakku ini akan dilihat oleh si abang yang akan segera masuk keruang tamu, yang jelas aku sudah mengenakan kembali celanaku. Menghindari si abang melihat otongku yang menegang karena melihat kakakku sendiri.

"A..anu, permisi neng.. ini.. ini ayam bakarnya.. hehe" ujar abang itu saat sudah sampai di depan pintu. Akhirnya dia dapat melihat keadaan kak Alya dari dekat. Si abang udah mulai kelihatan gelagapan melihat kak Alya. Melihat dari tampangnya orang ini sepertinya sudah berumur empat puluhan keatas. Udah tua masih aja jelalatan ngeliatin kakakku.

"Makasih yah, duduk dulu bang, pasti capek yah jauh-jauh kesini? Gak susah kan cari alamatnya?" tanya kak Alya ramah dengan nada imutnya. Lagian kak Alya aneh juga, masa iya pesan ayam bakar yang jauh banget dari rumah, entah apalah maksudnya.

"Yah.. lumayan sih neng jauhnya.."
"Panggil aja Alya.."
"Oh.. I-iya, saya Pak Seno.." sambil menjulurkan tangannya dan bersalaman, mata Pak tua ini terlihat seakan menelanjangi kakakku. Mulai dari rambut, wajah, pentil yang tercetak di balik kemeja kak Alya, lalu pahanya putihnya yang terekpos bebas itu. Sedang aku, hanya pasang wajah tak suka pada orang ini.

"Neng Alya yang pesan tadi kan? Yang pakai mobil putih?"
"Iyah pak.. emang bapak lupa yah? Atauu.. bapak pangling yaah.. hihihi.."
"Hehehe.. beda aja sama yang tadi neng Alya, tadi kan bajunya non tertutup, sekarang terbuka semua gini... hehehe.."

"Iya nih bang, abisnya si adek nih, masa ngebet sama kakak kandungnya sih bang? Sampai Alya harus pelorotin celana dulu, hihihi.."

Hah!? Duh, kak Alya kok malah buka-bukaan sih? Aku kan malu kak...

"Adik? Sama neng Alya?"
"Tiap haari bang, abis nih Alya di disemprotin terus sama pejunya si adik.."
"Hah?? Ehm.. Anu.. gak baik itu dik, jangan sama kakak sendiri.."
"Tuh, dengerin kata sih abang.. masa kakak sendiri dicabulin terus sih, makanya cari pacar sana.."

"Apaan sih kak Alya? Lagian kakak juga kalau pakai baju suka sembarangan.."

"Iya dik, adik cari pacar aja.. biar kakaknya sama yang lain deh, bukan begitu neng Alya? Hehehe..." si abang yang merasa dikasih angin udah mulai kurang ajar nih kayaknya. Ngomongnya udah merembet ke hal-hal yang males kudengar.

"Maksudnya sama si abang, gitu? Hihihi.. enak aja yah!"
"Eh! Anu.. maksudnya.. gak gitu juga sih neng.."
"Hihihi.. becanda kali bang.. segitunya sampai gelagapan" kata kak Alya sambil tertawa cekikian menutup mulutnya dengan gaya imut. Kakakku ini apa-apaan sih, masa bercandanya begitu! Ugh, kak Alya!

"A-anu neng.. gapapa kok, hehehe.. abang sempat tegang ajah, hehe.."
"Bukannya tegang dari tadi yah bang? Hihihi.."
"Hah!?" aku dan si abang bersuara kaget bersamaan melihat tingkah nakal kak Alya.

Kalau caranya kak Alya memperlakukan tamu seperti ini, siapa juga yang ga betah dan gak mau pulang-pulang. Melihat cara duduk si abang yang udah mulai gak nyaman, seperti ada yang sudah mulai berontak. Sama seperti otongku, yang sudah kentang dua kali. Rasanya ingin segera mengusir si abang ini dan berguling-gulingan dengan kak Alya sampi abis aku crotin semua badannya. Dengan penampilan kak Alya yang hanya mengenakan kemeja, celana dalam pink, dan paha putihnya terpampang kemana-mana, belum lagi gaya manja dan imut kak alya, tidak butuh waktu lama untuk segera meledak dan mengotori badan kakakku seperti biasa.

Namun ditengah-tengah obrolan kak Alya dengan si bandot tua ini, aku seperti mendengar deru mesin mobil yang berhenti tepat di depan rumahku. Saat kuintip dari balik jendela, sepertinya mobil taksi.

"Kak Alya! Kayaknya Papa deh yang datang?" panggilku ke kak Alya karena panik. Soalnya kak Alya hanya mengenakan pakaian seadanya. Mana pernah kak Alya sembarangan berpakaian begitu di depan orangtua kami. Papa Mama mengenal kak Alya selama ini juga sebagai anak perempuan yang baik dan sopan. Belum lagi ada pria setengah tua yang tengah mengobrol di ruang tamu dengan kami. Aku yakin ini bukan pemandangan yang umum buat mereka.

"Oh? Ya udah gih, adek bukain dulu pagarnya.."
"Iya, tapi kak Alyanya ganti baju dulu kek!"
"Iya adeek, masa iya sih kakak ngebiarin Papa ngeliat kak Alya nerima tamu cuman pake ginian, iya gak bang? Hihihi..."

"Eh.. I-iya neng.. apa perlu abang yang milihin bajunya nih neng? Hehehe..."

"Eh? Tuh dek liatin deh, si abang mulai kurang ajar sama kakak, gak sopan tahu! Ada juga Alya yang nawarin ke abang, bukan abang yang nawarin diri, hihihi..." Adduuh! Apa sih maksud kak Alya? Gak takut apa kalau diapa-apain sama orang ini? Udah tampangnya mesum, ngomongnya juga udah mulai berani coba-coba kurang ajar.

"Kak Alya, buruan gih ganti baju!" suruhku lagi.
"Hihihi.. adek apaan sih kayak orang panik begitu. Ya udah, Alya tinggal dulu yah kedalam.."

Sambil menuju keluar aku melihat kak Alya pergi ke dalam kamarnya, dan si abang masih duduk di ruang tamu. Entah bagaimana nanti aku menjelaskan pada Papa, kenapa ada orang tua berkaos dan bercelana lusuh sedang duduk di ruang tamu ini.

Saat aku membukakan pintu pagar, aku lihat Papaku tidak hanya sendirian, tapi juga bersama dengan Mama.

"Motor bebek siapa itu dek?" Papa bertanya padaku setelah keluar dari mobil taksi.

"Ohh.. gak tau juga.. tetangga kali Pa" jawabku sekenanya sambil mencium punggung tangan Papaku. Kak Alya nih, nekat bawa-bawa orang kerumah. Sengaja kali kak Alya, pengen bikin aku tersiksa kayak gini.

"Ooh.. ya udah, bantuin bawain koper Papa sama Mama ya?"

"Kakakmu mana dek? Nih, Mama bawain oleh-oleh buat temen-temennya di kampus.."
"La..lagi dikamar Ma.. abis pulang dari kampus sih tadi.." sambil cium tangan Mamaku, jantungku berdebar tak karuan. Karena kami sedang menuju ruang tamu. Apa kata mereka melihat ada orang tua tengah duduk disana seorang diri?

Setelah menutup pagar dan masuk ke ruang tamu, aku malah lebih kaget lagi. Orang tua itu sudah gak ada di ruang tamu! Pergi kemana dia? Jangan-jangan!

"Mungkin lagi istirahat kali dek.. nanti kasi tau aja ya, Papa sama Mama datang.. Mama mau istirahat dulu yah.."

"Eeh.. iya kali yah Ma.." Entah kenapa aku menjawab Mama dengan nada ragu-ragu.

Sambil melihat mereka pergi ke kamar mereka, Aku mulai membantu membawakan koper-koper Papa dan Mama. Jantungku terus berdebar dengan kencang, bukan karena beratnya bawaan yang dibawa orang tuaku, tapi membayangkan apa yang sebenarnya sedang terjadi di rumah ini. Bila memang si Pak tua tadi berbuat hal-hal yang mesum pada kakakku, apalagi dengan kondisi ada Papa dan Mama di dalam satu rumah, ini benar-benar kelewatan. Dan anehnya membuatku panas dingin membayangkannya.

Cukup lama juga aku membantu membawakan barang-barang sampai ke kamar orang tuaku. Kini Aku harus memastikan betul kalau-kalau yang kutakutkan itu benar-benar tidak terjadi. Walaupun sepertinya hal yang kutakutkan kelihatannya terjadi. Badanku menjadi lemas.

Kak Alya yang terakhir kulihat pergi kekamarnya, dan mendadak Pak Seno yang sudah tidak berada di ruang tamu lagi, aku hanya bisa membayangkan kalau PakSeno ngga mungkin pergi kekamar mandi. Apalagi dalam waktu yang cukup lama dari ketika aku menyambut Papa dan Mama, sampai selesai membawa koper dan membuka kardus berisi oleh-oleh untuk teman-teman kak Alya.

Baru saja sampai di depan pintu kamar kak Alya, tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan, dan si abang tadi melongokkan wajahnya keluar. Ternyata benar orang ini menyusul kak Alya kedalam kamar! Ngapain dia di kamar kak Alya?!Apa yang sudah dia perbuat pada kakakku!

Begitu si abang melihatku, dia malah pasang tampang cengengesan..

"Hehehe.. jangan diambil hati yah dik, si neng juga yang mancing-mancing, hehehe... misi yah" katanya sambil keluar kamar dan berlalu melewatiku tanpa perasaan aneh sedikitpun. Entah kakakku habis diapain aja di dalam dan kini dia mau pergi begitu saja? Tapi aku lebih memikirkan keadaan kakakku sekarang, segera saja aku masuk kedalam untuk melihat kak Alya.

Sesampainya di dalam, aku terpana melihat pemandangan yang tersuguhkan di depan mataku ini. Aku melihat posisi Kak Alya sedang terlentang dengan wajah menoleh ke arahku. Kak Alya masih menggunakan kemeja dengan kancing yang terbuka semuanya, memperlihatkan buah dadanya yang putih terpampang kemana-mana. Sedang celana dalamnya sudah tidak terpakai lagi. Sambil mendekati kak Alya yang rambutnya tampak kusut dan wajahnya merona merah padam, aku lihat kakakku sedang bernapas terengah-engah. Membuatku semakin penasaran apa saja yang terjadi pada kak Alya, terutama saat si Bapak itu bersamanya dalam satu ruangan. Jangan-jangan Kak Alya..

"Kak? Kak Alya?"
"Apa adeek? Hihihi.." tanya kak Alya sambil memutar tubuhnya sehingga kini dia berposisi telungkup. Dia juga memasang wajah imut. Bisa-bisanya dia berekpresi imut begitu, padahal sekarang aku sedang panik bukan main.

"Iih! Kakak kok sempet-sempetnya sih ketawa?" tanyaku sebal.

"Teruus.. kakak harus nangis? Gitu? Ngga ah.." kakakku menjawab sambil bangkit duduk dari tidur telungkupnya. Kak Alya benar-benar seperti menganggap hal ini bukan sesuatu yang besar. Kakakku benar-benar perempuan nakal. Melihat posisi duduknya yang menyamping dan setengah telanjang seperti ini, tiba-tiba pusing kepala bawahku kambuh lagi. Bisa secepat ini kak Alya membuatku tegang? Apalagi dari tadi aku hanya kebagian kentangnya saja.

"Kak Alya abis diapain sih sama bapak itu? Pake masuk kekamar kakak segala.." tanyaku penuh rasa penasaran pada kakakku yang ternyata nakal ini.

"Umm.. kak Alya habis diapain yah sama bapak itu? Menurut adek.. kakak diapain donk?" Kak Alya malah menjawab dengan balik bertanya dengan gaya manja dan imut. Duh, aku benar-benar ga kuat tiap kali kak Alya bergaya seperti ini!

"Jangan-jangan.. kak Alya.."
"Hihihi.. mau kakak ceritain yaah? Adek keluarin aja burungnya, pasti udah gak tahan kan dari tadi?" suruhnya seperti tahu apa yang ingin aku lakukan. Aku pun tidak menunggu lagi untuk mengeluarkan penisku yang sudah poll menegang sejak melihat kak Alya dalam pose awut-awutannya.

"Ayo kaak.. ceritaiin.."
"Hihi.. adek mukanya jelek banget kalo lagi mupeng, mending mupeng sama pacarnya, ini malah sama kakak kandungnya sendiri.."

"Kaak!" hardikku sambil memasang muka super memelas.

"Iya iya.. Adek inget kan waktu kak Alya tinggal ke dalam mau ganti baju, terus adek keluar buat bukain pagar?"

"Iya kak.. adek liat si bapak itu udah ngga ada di ruang tamu, dia nyusul yah? Kurang ajar tuh orang"

"Ummm.. engga juga sih dek, tapi..."
"Tapi apa kak?"
"Tapi kakak yang ngajak dia ngumpet di kamar, hihihi.."
"Hah?! Se..serius kak Alya? Jadi tadi.."
"Iya... Lagian kalau si bapak tadi masih di ruang tamu, adek gimana donk ngejelasinnya sama Papa Mama?"

"Ugh.. Iya sih kak.. tapi bukannya dia malah tambah kurang ajar kak?" dadaku jadi bedebar membayangkan pria tua itu dan kakakku yang cantik berduaan di dalam kamar. Aku penasaran apa saja yang sudah mereka lakukan.

"Iya tuh dek, padahal udah kakak suruh jangan berisik, malah grepe-grepein kakak, tua-tua nakal juga yah tuh bapak.. sama kayak adek, hihihi... gak kebayang deh kalo tuanya adek kayak gitu" Sial nih kak Alya, dulu disamain sama Pak Amin, sekarang sama si bandot tua yang entah siapa namanya tadi sampai lupa aku saking kesalnya. Tapi membayangkan kakakku digerepe-gerepe sama dia itu...

"Aduuh.. kak Alya sih nakal, pake minta dikirim segala ayam bakarnya.. uughh.."
"Hihihi... tapi adek kebayang ga sih? Kak Alya yang hanya berpakaian seperti ini, cuma berduaan dengan bapak tua seperti tadi?"

"Ugh.. iya kaak, si bapak itu pasti cabul terus bawaannya ya?"
"Hihihi.. iya tuh dek, kak Alya dicabulin terus loh dek.. Tahu nggak dek, masa susu kakak diremes-remes.. nakal banget kan dia? Kak Alya padahal udah bilang gak bakal keluar susunya.." sambil kak Alya memegang susunya sendiri yang putih dengan puting coklat kemerahan itu, sungguh pemandangan yang membuat darahku berdesir liar.

"Ah.. serius kaak?"
"Iya loh dek.. juga kalo adek tau nih.. mulut kakak jadi bau rokok, huhuu.."
"Hah? kok bisa gitu sih kak?"
"Mulut kak Alya habis diciumin sama bapak itu dek.. mana giginya kuning-kuning lagi.."

"Terus? Kak alya ladenin gitu aja?"
"Umm.. awalnya sih kakak nolak dek, tapi..."
"Tapi?"

"Tapi lucu juga ngeladenin si abang yang nafsunya udah ke ubun-ubun itu.. rasanya gimana gitu.. hihihi"

Duarr! Aku dibuat jantungan mendengar ucapan kakakku ini. Ternyata kak Alya suka meladeni orang-orang yang ga jelas asal muasalnya, terlebih lagi orang yang berantakan bentuknya. Ugh, kak Alyaku! Aku memang pernah membayangkan kak Alya dientotin sama orang-orang yang ga berkelas sedikitpun. Tapi mendengar kak Alya benar-benar menjalaninya.. Ini benar-benar level baru dalam kehidupanku. Dan aku harus punya ekstra koin untuk terus dapat mengikuti kelanjutannya. Atau aku akan game over di tengah jalan..

"Adeek.. tau gak kakak tadi disuruh apa sama si abang tadi?"
"Hah? kak Alya disuruh apa?"
"Masa kakak disuruh merangkak di atas kasur.. terus kakak disuruh jadi kayak anjing, hihi.."
"Hah!? Kak Alya terus mau-mauan aja?"
"Hihihi.. abis lucu sih.. sekalian aja kakak bilang 'Guk-guk' ke si abang itu.."

"Ugh! Kak Alya tuh nakal banget sih.. aduuuh!" aku malah mempercepat kocokan pada penis ku yang kentang dari tadi. Padahal kak Alya habis dilecehkan sama si bapak tua itu.

"Habis gitu si abang malah kurang ajar tuh dek, manggil kakak jadi 'anjing betina', kalo kak Alya jadi anjing betina.. mungkin anjing betina yang seksi kali yah dek? Hihihi.."

"Kakak jawab apa dipanggil kayak gitu? Kok makin kurang ajar tuh orang?"
"Hihihi.. kakak jawab, 'Guk-guk' lagi deh dek.. hihi.."
"Ugh.. kakak.. anjing betina nih.." ucapku ngeracau sambil makin menjadi-jadi mengocok penisku.

"Terus dek..." kata kak Alya kemudian.

"Terus apa kak?" tanyaku deg-degan menantikan apa yang akan dikatakan kakakku berikutnya.

"Adek mau tau? Tapi jangan marah ya... Habis itu tau-tau kak Alya sama si bapak itu dah kayak anjing lagi kawin deh dek.."

"Hah?! Jadi bener, kak Alya.."
"Ho'oh.. abang itu akhirnya ngen-tot-tin ka-kak..." katanya sambil mengerlingkan matanya dengan nakal.

Arrgh! Hal yang sedari tadi hanya bayangan saja ternyata terjadi sungguhan. Tapi aku masih heran, kok kak Alya mau-mauan aja ngebolehin dirinya dientot sama orang macam bapak tua tadi. Dan seperti biasa, pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di kepala ini selalu dijawab dengan kocokanku yang semakin cepat. Rasanya sudah mau meledak hanya dengan membayangkan kak Alya dientot oleh si bapak tadi.

"Habisnya abang itu maksa sih dek..." ujar kak Alya. Aku pikir kak Alya diperkosa, tapi dari nada dan ekpresi bicaranya jelas bukan. Dia menikmatinya.

"Si abang itu kasar banget loh nggenjotin kakakmu ini.."
"Ugh, kak Alya liar.."
"Tau gak dek.. sambil dientot dari belakang, kakak cuman boleh jawab 'guk-guk' gitu dek"

"Ampun kaak.. ugh.." aku semakin tak kuat membayangkan Kak Alya meniru suara anjing dengan imut. 'Guk-guk' yang disuarakan kak Alya justru membuatku semakin panas dingin mendengarnya.

"Ya udah.. kakak jawab aja 'guk-guk', apalagi terakhir kak Alya udah ngerasa kontolnya si abang berdenyut-denyut di dalam vagina kakak.."

"Ugh.. kenapa tuh kak?"
"Si abang bilang pengen nyemprotin pajunya di rahim kak Alya.."
"Ugh.. kakak jawab apa..?"
"Sambil kak Alya menoleh ke si abang, dengan senyum kakak jawab.. 'guk', hihihi..." katanya sambil tertawa cekikikan dan tersenyum super manis serta manja padaku.

CROOTTS!
Muncratan pejuku kini akhirnya keluar dari zona kentangnya. Mendarat dengan bebas ke kemeja kak Alya, perutnya dari kancing yang sudah terbuka lebar, dan sisanya di paha putih kak Alya yang seksi.

"Eeww.. kakak dikotorin dua kali dalam sehari.. adek! Kemeja kakak.."
"Iya kakakku sayang, janji deh Aldi cuci.."

"Nah gitu donk.. baru namanya adeknya kak Alya.." kak Alya mulai mengacak-acak rambutku.

"Kak?! Kakak tu habis diperawanin tau sama orang itu? Kakak ga khawatir apa?"
"Umm... Diperawanin sama si abang tadi? Ngga juga sih, hihihi.."
"Hah?! jadi kak Alya udah gak perawan? Ugh! Kakak nakal nih!"
"Hihi.. apaan sih adek nih? Penting ngga sih?"
"Ah, Kak Alya! Jadi udah sama mas Hendi yah?"
"Umm.. tau deh.. hihihi.."
"Iih! Kak Alya nih gangguin aja sukanya!"

Aku langsung melompat dan memeluk kak Alya hingga kami berguling-gulingan di kasurnya yang aku sudah tidak ingat lagi terjadi apa barusan. Aku sebal padanya, tapi aku sangat sayang pada kakakku yang cantik dan seksi ini. Malah akhirnya membuatku gemas.

"Eh! Adeek, hihihi.. geli tau deek!"
"Biarin ah kak! Kak Alya jahat! Aku juga pengen donk ngentotin kak Alya, hehehe..."
"Adek! Lepasin kakak dulu donk deek.. hihihi, geli ah deek.."
"Gak mau ah kak!"
"Adeek.. inget yah.. kita tuh saudara kandung.. jadi pleasee yah? Jangan donk.."
"Iya sih kaak.. tapi aku gak tahan lihat kak Alya kayak begini.."

Sambil melepas pelukanku lagi untuk yang kedua kalinya semenjak siang tadi, Kak Alya dengan senyum manis dan wajah menggoda merangkak menjauhiku lalu tidur telungkup. Apakah kak Alya sengaja membuatku tersiksa lagi?

"Adeek.. kakak lagi capek nih.. kakak tidur dulu yah?"
"Yaah kak! Kok adek ditinggal tidur sih?"
"Makanya cepetan donk.. hihihi.."
"Ugh! Kak Alya nih.. sukanya godain aku melulu.."
"Hihi.. dasar adek, kakak sendiri dicabulin terus.. awas aja kalo ngga cari pacar.."
"Hehehe.. males ah.."

"Aldi! Alya! lagi di kamar yaa?" terdengar suara panggilan dari balik pintu.

Kami saling pandang.
"Mama!"


Read More

𝐏𝐞𝐭𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐤𝐚𝐤𝐤𝐮 𝐄𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 𝟒

Aku kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan PR ku yang hampir selesai. Ternyata tak terasa waktu sudah sore dan hampir gelap. Menyelesaikan PR ini sungguh terasa lama. Bagaimana tidak kalau pikiran melayang kemana-mana mengkhayal tentang kakakku. Yang entah kenapa tiba-tiba aku membayangkan kak Alyaku yang sehari-hari menggunakan jilbab, bersikap sopan, manis, dan cantik, diam-diam suka memamerkan tubuh indahnya pada orang-orang yang tidak dikenalnya. Semakin jauh aku berfantasi tentang kakakku, semakin berontak otong di dalam celanaku.

Aku lalu mendengar langkah kaki dari ruangan dalam. Itu pasti langkah kaki kak Alyaku yang cantik. Aku sangat penasaran bagaimana kakakku akan muncul di hadapan kami kali ini. Baru mendengar langkahnya saja jantungku sudah berdegup kencang, bagaimana dengan melihatnya...

"Adek-adeek.. rajin banget ngerjain PR nyaa? Diminum dulu yaah.." sapa Kak Alya yang menemui kami kembali sambil membawa nampan berisi empat gelas air susu dengan hanya mengenakan.. kaos terusan! Malah dengan potongan bawahan yang lebih pendek dari sebelumnya! Memperlihatkan pahanya yang putih bening. Bahkan potongan bagian lehernya pun yang modelnya lebar. Saking lebarnya sampai menunjukkan pundak dan bahu sebelah kak Alya! Aku setengah berharap kalau kak Alya memakai dalaman. Apa jadinya kalau mereka tahu kak Alya nggak pakai dalaman beha, apalagi dibawahnya.

Dengan rambut digerai bebas dan kaos seksi berwarna kuning kak Alya muncul mendadak. Aurat-auratnya yang indah terumbar kemana-mana membuat kami berempat menelan ludah. Nekat banget kakakku ini! Sungguh berbeda dengan busananya yang sebelumnya yang benar-benar tertutup, sekarang terbuka menggoda.

Kak Alya suka sekali membuat hati kami teraduk-aduk karena dipertontonkan cara berbusananya yang sangat kontras itu. Awal kami pulang tadi busana kak Alya minim seperti ini juga, lalu setelah itu berpakaian tertutup lengkap dengan jilbab, sekarang malah berpakaian yang mengumbar aurat lagi. Kakakku ini sungguh wanita penggoda!

"Wuih kak Alya! Bening beneer!" Bono mulai nyeletuk duluan, sudah gak tahan untuk berbuat cabul rupanya nih anak.
"Waduuh kak Alyaa! Cantik benerr.. Dado jadi pusing nih, hehe.."

"Iya nihh.. gara-gara kalian sih ngotorin baju kakak tadi, jadinya kakak ganti baju lagi deh.."

Hah?? Aku agak kaget dan bingung dengan semua ini. Apakah Kak Alya memang tahu kalau pakaiannya dikotori oleh mereka? Tapi bagaimana bisa? Apa jangan-jangan...

"Diminum yah susu dari kakak.. Jangan disisain, hihi..." kak Alya menaruh gelas dengan posisi menunduk. Sumpah kak Alya bener-bener nekat di depan mereka semua. Pastilah mereka bertiga bisa dengan leluasa melihat buah dada kakakku yang putih itu menggantung dengan bebasnya di balik rongga kerahnya. Aku yang penasaran malah tidak bisa melihatnya karena posisi dudukku menyamping dari kak Alya. Aduh! Nanggung banget sih kak.. aku kan pengen lihat juga..

"Kok pada bengong? Hayoo.. pada mikir jorok ya? Diminum dong susunya..." ujar kak Alya menyadarkan mereka.

"I..iya kak... cuma kebayang aja kalo susunya asli dari kak Alya, hehe.." ujar si Dado mulai berani berkata kurang ajar pada kakakku sambil menyeruput susu buatan kak Alya. Sialnya, aku kok malah ikut ngebayangin hal yang sama dengan si Dado anak setan ini yah?

"Eh, eh... Bilang apa tadi?" tanya kak Alya dengan nada mengintimidasi tapi tetap dengan tersenyum manis, membuat Dado dan yang lainnya salah tingkah karenanya.

"Ng..ngga kak, becanda kok.."

"Kamu tuh aneh deh.. kalo susunya asli dari kakak, ngapain juga kakak taruh ke dalam gelas.. enakan minum langsung dari sumbernya dong... hihihi"

"Hah?!" tidak hanya aku yang kaget dan panas dingin, ketiga temankupun melongo dibuatnya. Omongan kak Alya betul-betul menjurus, memancing teman-temanku untuk semakin giat menggoda kakakku.

"Hehe.. anu.. berarti boleh minum langsung dong kak?" tanya Feri.

"Huu... ya nggak dong, mau kalian peres-peres susu kakak sekuat tenaga juga gak bakal keluar air susunya... hihihi" jawab kak Alya enteng. Kakakku ini berani banget sih nantangin mereka terus!? Makin kesini kak Alya makin kelihatan nakalnya.

"Serius nih kak? Kan belum dicoba..."
"Iya... kalian gak percaya?"

"Nggak percaya kak... mana tau ada isinya looh? Yuk kak kita coba... hehe" tantang balik si Feri. Terlihat seperti bertiga lawan satu. Kakakku sedang dikeroyok! Dan aku seperti tak berdaya berada dalam situasi ini. Antara ingin menghentikan obrolan gila ini tapi juga penasaran sampai dimana ujung tantang menantang ini.

"Hihihi, gitu yah... Dasar kalian ini! Segitu penasarannya sih? Hmm... Coba kakak tanya Aldi dulu yah? Deek.. tuh temen-temen kamu pada mau meresin susu kakak, pengen tau ada isinya apa nggak. Boleh nggak sih dek?"

"Hah? Eh, i..itu... Ja..jangan dong kak! Apa-apaan sih..." tolakku. Tentu saja aku menolak. Tapi entah kenapa aku tadi sempat ragu-ragu menjawabnya. Seperti tidak terima perlakuan mereka yang mulai melecehkan kakakku, tapi juga muncul rasa penasaran seperti apa jadinya jika teman-temanku yang jelek dan dekil ini berani melakukam hal mesum itu pada kak Alya, kakakku yang cantik, putih dan seksi. Uugh, ada apa denganku?

"Yaaahhh... kok gak boleh sih bro?" protes Dado mendengar penolakanku.
"Iya bro... kita kan cuma pengen ngetest aja kakak lo udah bisa ngeluarin susu atau nggak, hehe"

"Ngetest kampret lo!" makiku pada mereka. Sialnya mereka malah tertawa terbahak-bahak mendengar makianku, mana kak Alya juga ikut tertawa pelan juga. Bikin perasaanku jadi tak karuan saja.

"Hihihi... kalian ini... tuh adek kakak jadi marah gitu... Hmm.. gini aja, nanti kalo kakak sudah hamil, susunya kakak bagi-bagi deh buat kalian, mau?" ujar kak Alya kemudian.

"Hah?" kami serempak kaget. Sungguh omongan kakakku ini makin lama makin membuat kami cenat-cenut! Mereka semuapun serempak mengangguk dengan wajah mupeng. Aku sendiri juga ikut mupeng membayangkan bisa meminum susu kakakku suatu hari nanti.

"Yeee! Maunya tuuh.. udah pada jelek, mupeng lagi, hihihi.. kamu kenal mereka dimana sih dek? Pada mesum semua gitu.."

"Tau tuh kak, nemu di jalan.. minta dipungut, tapi gak ada yang mau ambil" ledekku kepada mereka semua. Bukan karena marah, melainkan sebal karena membuat pikiranku menjadi kacau. Aku jadi semakin membayangkan hal yang tidak-tidak pada kak Alya.

"Biar jelek-jelek gini bro, kak Alya mau lho kasiin susunya buat kita, iya nggak kak?" si Dado kelewat pede ngajak-ngajak kak Alya. Gara-gara kak alya juga sih...

"Hmm... kasih nggak yah... Adeek.. kasih gak dek?"

"A..anu kak.. ehmm.. jangan lah.." jawabku pelan dan penuh ragu. Aku benar-benar bingung dengan diriku sendiri.

"Hihihi, adeek... kakak gak kedengeran lho. Kakak tanya sekali lagi yah... Boleh nggak sih dek susu kakak kamu ini diperas-peras sama mereka? Terus air susunya dikasih buat mereka?" tiba-tiba setelah bertanya lagi kak Alya beranjak dari duduknya, dan kini malah pindah dan duduk tepat di antara ketiga teman-temanku! Kak Alya diapit oleh mereka bertiga yang selama ini hanya bisa beronani membayangkan kakakku! Ngapain sih kakakku ini malah duduk disana? Mana saat duduk potongan bawah kaos kak Alya makin tertarik sampai ke pangkal paha. Makin memperlihatkan paha kak Alya yang putih mulus. Bahkan beberapa senti lagi bisa memperlihatkan bagian dalam kak Alya. Tapi malah aku makin tak berdaya. Aku benar-benar tak tertolong!

Sedang ketiga temanku hanya melongo melihat kak Alya yang berpakaian seksi kini duduk di antara mereka. Kakakku yang cantik dan putih diapit cowok-cowok item, jelek, nan dekil.

Sekilas kulihat wajah kak Alya seperti mengedipkan matanya padaku saat ia duduk diantara teman-temanku. Apakah ini yang dimaksud kak Alya ingin menunjukkan sesuatu yang spesial buatku? Tapi apa kak Alya bakal senekat ini untuk sengaja menggodaku dengan menggunakan teman-temanku? Kak Alya benar-benar nakal.

Anehnya kontiku seperti mengiyakan kondisi ini dengan berontak keras. Tapi aku berusaha untuk tetap berakal sehat, entah sampai kapan aku bisa bertahan.

"Jangan donk kak.. Enak aja.. keenakan di mereka dong.." jawabku merana, tapi tidak sekeras sebelumnya.

"Tuuh, dengerin kata Aldi.. nggak boleh. Jadi jangan yah.. Masa kalian mau meras-meras susu kakak teman sendiri sih? Makanya cari pacar... gak laku yah? hihihi" ledek kak Alya pada ketiga temanku ini.

"Biarin gak laku, yang penting kita punya teman yang kakaknya super cantik..." ujar Bono seenaknya. Kampret tuh anak, jangan bilang mereka berteman denganku cuma karena kak Alya! makiku dalam hati.

Sejenak suasana menjadi hening. Teman-temanku diam karena menikmati keberadaan kak Alya di sebelah mereka, mana mereka sudah mengelus-ngelus selangkangan mereka masing-masing pula. Aku juga diam karena mengutuk-ngutuk sendiri dalam hati kenapa aku punya teman seperti mereka.

"Ya udah deh kak.. tapi kakak duduk disini aja ya? Temenin kita-kita ngobrol" kata Dado kemudian membuka suara.

"Iya nih kak, disini aja ya, kita ga bakal ngapa-ngapain kok, hehe.." Feri ikut nyeletuk, tapi tangannya masih ngelus-ngelus selangkangannya sendiri. Sama seperti aku yang juga sudah mengelus selangkanganku. Pemandangan yang ada di depanku, yang mana kakak kandungku yang cantik dengan aurat kemana-mana sedang diapit mereka entah kenapa juga membuat aku horni.

"Iya iya.. kakak temenin deh, tapi inget jangan macem-macem yah? Inget kan kata Aldi tadi?" kak Alya malah mau untuk tetap duduk di sana di sebelah mereka. Entah fantasi setan mana yang merasuk, aku seperti diam saja melihat kondisi ini. Kenapa tiba-tiba kak Alya jadi mau nemenin mereka sih? Apa yakin gak bakal diapa-apain? Tapi kalaupun diapa-apakan, kok aku malah membayangkan seperti apa kira-kira kak Alya diperlakukan? Duh, kakakku yang cantik ini ternyata nakal banget. Mau-mauan aja disuruh duduk nemenin mereka.

"Hehe, kak Alya tangannya putih banget, halus lagi bro.." si Dado yang tepat di sebelahnya sengaja menggesek-gesekkan lengannya ke lengan kakakku. Tampak perbedaan warna kulit mereka yang begitu kontras.

"Duh, adeek.. liat nih lengan kakak dipegang-pegang ama si Dado, nakal banget ih temanmu ya?"

"Nggak sengaja kegesek kok bro, hehe.. namanya juga duduk sebelah-sebelahan..."

"Dek, si Bono ikut-ikutan juga tuh deek.. marahin tuh, mana tangannya kasar banget, kayak kulit badak, hihi.." ujar kak Alya lagi ketika Bono ikut-ikutan menjamah kakakku, begitupun Feri. Resmi sudah kak Alya jadi bulan-bulanan mereka. Tapi ku lihat kakakku ini hanya tertawa geli mendapat perlakuan tak senonoh dari ketiga temanku.

Aku yang masih terpana dengan suasana yang sepertinya hampir di luar kendali ini dikagetkan dengan suara nada dering HP kak Alya dari kamarnya.

"Kak Alya! Ada telpon tuh!" panggilku.

"Umm.. Adeek, kakak minta tolong boleh? Ambilin HP kakak yah... Please..."

"Yaah, kak Alya.. kok aku siih, nanggung.." aku seperti tak percaya barusan bilang seperti itu. Aku seperti tidak rela pergi dari adegan yang bikin aku panas dingin ini.

"Hihihi.. adek takut ketinggalan yah?" tebak kak Alya menggodaku. Aku hanya diam karena malu mengakuinya.
"Makanya dek, cepetan ambilin HP kakak dong..." ujar kak Alya lagi. Akhirnya ku turuti juga perkataannya, walaupun jadinya seperti orang bodoh. Segera ku berlari menuju kamar kak Alya dengan harapan cepat mengambil HP nya dan kembali keruang tamu.

Sesampainya di kamar aku melihat HP yang baru saja berhenti berbunyi. Belum sempat kulihat siapa yang misscall kakakku, HP itu sudah berbunyi lagi. Terlihat nama "Mas Hendi" tertera di layar, Mas Hendi pacarnya! Aku jadi bingung mau memberikan HP ini atau membiarkannya saja. Mana kak Alya lagi dimesumin sama temen-temenku di ruang depan. Saking bingungnya aku, HP yang terlalu lama kubiarkan mendadak mati lagi.

Saat aku mau kembali ke depan sambil membawa HP kak Alya, Hp itu mulai berbunyi lagi untuk yang ketiga kalinya. Akupun memutuskan untuk langsung menerimanya.

"Halo.. mas Hendi ya? .. Ada kok mas.. umm, itu.. kak Alya lagi ada di ruang tamu sama temen-temen Aldi.. bentar yah.." Tanpa menunda lagi aku bawa HP ini ke kak Alya. Kakakku yang sedang dijamah-jamah berjamaah, tiba-tiba ditelepon pacarnya. Aku penasaran apa yang akan dilakukan kak Alya.

Sambil menuju ke ruang tamu aku sedikit mendengar suara kak Alya sebelum aku sampai kesana, dan menghentikan langkahku untuk menguping..

"Pelan-pelan donk Do, sakit tau.. Aduuh si Bono tangan kakak jangan taruh disana.. bandel amat sih dibilangin.. Gak geli apa? Hihihi"

"Diem napa kak? Entar kita keluarin nih ya?"

"Tau nih.. bawel amat! Bilang aja kakak suka kan? Hehehe.."

"Aduuh.. jadi kebablasan deh semuanya.. kakak pergi nih yaa?"

"Yaah.. jangan dong kak! Nanggung nih!"

Aku mulai panas dingin medengarnya. Entah apa saja yang sudah terlewati. Akupun langsung muncul dan menemui mereka untuk memberikan HP itu pada kakakku.

"Kak Alya, nih HP nya.. Hah?" aku terpana melihat kondisi kak Alya yang baru saja kutinggal sebentar. Kaos bagian bawah sudah tersingkap sampai memperlihatkan pingganya, tapi karena posisi duduk kak Alya yang kakinya rapat, jadi selangkangannya tidak terlihat, melainkan hanya jembut halusnya yang mengintip dari kedua paha putihnya yang mengatup rapat. Sedang kerahnya sudah melebar turun dari pundak sampai ke lengan. Buah dada sebelah kak Alya yang putih dan padat mengkal itu hampir kelihatan semuanya. Dan apa itu? Seperti bercak merah buah dada kak Alya. Apakah susu kakakku baru saja diremas-remas? Sungguh pelecehan! Tapi kak Alya tampak seperti tidak terganggu sama sekali dengan kondisi ini. Kini kontiku resmi sudah tak ada ruang lagi untuk berontak.

"Hihihi.. makasih ya deek.. siapa yang telpon?" tanya kak Alya yang masih menampakkan wajah senyum manisnya walau tengah digerepe-gerepe oleh teman-temanku seperti itu.

"Mas Hendi!" seruku dengan suara kecil ke kak Alya.

"Oh? Mas Hendi? Haloo.." heran aku melihat kak Alya justru dengan tenang menerima panggilan dari cowoknya. Padahal kondisinya sangat menegangkan dan kak Alya tetap tidak beranjak dari sana. Dia menerima telepon dari cowoknya sambil tengah digerepe-gerepe teman-temanku! Kakakku sungguh nakal!

"Iyaa, maaf ya mas.. Alya lagi nemenin Aldi dan temen-temennya di sini.."

Posisi tangan Dado kini sedang memegang-megang tangan kak Alya. Sedangkan Bono semakin menjadi-jadi menggesek-gesekan tangannya ke paha putih mulus kakakku. Feri sendiri lagi sibuk pegang-pegang leher kak Alya sambil mencium bau harum tengkuk kakakku. Aku? Kenapa aku tetap diam dan malah menikmati pemandangan ini!? Wanita yang sedang dilecehkan ini adalah kak Alya! Kakak kandungku! Aku memaki diriku sendiri.

"Iya nih mas, lagi pada makan.. temen-temennya lagi menikmati suguhan Alya.. kayaknya pada suka semua deh, abisnya minta terus, hihihi.." jawab kak Alya. Kalau dibilang berbohong sih tidak, apa yang diucapkan kak Alya memang benar, hanya saja tentu maksudnya yang berbeda. Uugh, kak Alya memang nakal. Kak Alya cewek penggoda. Nakal abis. Aku tak tahu lagi harus memberi sebutan apa pada kakakku ini. Yang pasti kontiku sudah tidak tahan lagi.

Tiba-tiba kak Alya menutup microphone HP nya.

"Eh! Jangan kebawah-bawah ya..! Nanti gak kakak terusin nih... Tuh dek, lihat teman-temanmu nih, nakalnya gak ketulungan!" ujar kak Alya pura-pura mengancam tapi tetap memasang senyum manisnya. Bikin kami semua jadi tambah gregetan!

"Aduh kak Alya.. gua ga tahan lagi.." ujar Dado yang kemudian... membuka resleting celana dan membebaskan kontolnya yang hitam dari dalam celananya! Sungguh cabul! Belum selesai kagetku melihat kelakuakn si Dado, mendadak Bono dan Feri seperti terprovokasi akhirnya ikutan juga mengeluarkan kontol-kontol mereka. Apa-apaan ini!?

Wajah kak Alya tampak sedikit kaget melihat mereka semua sudah mengeluarkan kontolnya sambil dikocok-kocok. Mungkin kakakku tidak mengira mereka bakal senekat itu. Kak Alya sih....

Hanya sebentar ku lihat kak Alya dengan wajah kagetnya, tapi tak lama kemudian dia asik lagi teleponan.

"Uugh.. Udah kak, ngobrol aja lagi.. entar ketahuan lho" si Dado seperti mengingatkan kak Alya, walau ia sendiri tampak tak peduli ketahuan atau tidak. Justru aku yang panas dingin melihat situasi sekarang. Apa jadinya kalau sampai ketahuan oleh pacarnya!? Anehnya akupun kini justru ikut mengeluarkan kontolku yang sejak tadi ingin dibebaskan. Aku tak berdaya melihat pemandangan ini.

"Eh.. iya mas.. maaf, Alya juga lagii.. lagi makan.. iya maas.. tadi Alya bikin lontong mas.. emm, lontong sayur tuh.." kak Alya mulai tidak jelas ngomongnya, seperti cari-cari alasan supaya tidak ketahuan. Kelakuannya itu justru membuatnya terlihat semakin nakal. Uugh, aku mulai mengocok kontiku dengan cepat.

Kulihat Dado mulai meracau dan mempercepat kocokannya sambil tangannya bergerilya ke paha, leher, pinggang, dan tangan kak Alya. Dan kakakku terlihat menahan geli! Ooh, kakakku nakal.

".. Sssshhh.. Ooh, kak.. kak Alya..." si Dado mulai sembarangan bersuara.

".. apa mas? Ooh, itu mas.. Alya bikin lontong sayurnya pedes banget deh kayaknya.. makanya pada bersuara gak jelas gitu deeh.. ampe merem melek.."

Suara desah-mendesah teman-temanku semakin menjadi-jadi, begitu juga kocokan mereka. Kak Alya seperti tidak ada pilihan kecuali hanya diam dan berusaha meladeni cowoknya melalui HP dan juga teman-temanku yang semakin brutal memainkan tangannya pada tubuhnya, membiarkan teman-temanku ini meraba-raba auratnya yang biasa ia tutupi.

"Iya nih mas.. masih banyak lontongnya.. si adek juga suka tuh.. suka yah dek? Ini buatan spesial dari kak Alya buat adek.. hihihi.." lirik kak Alya nakal sambil tersenyum manis padaku. Sungguh aku ingin muncrat dibuatnya!

Tapi tiba-tiba Dado bangkit dari duduknya dan naik keatas sofa ruang tamu tempat mereka duduk berempat. Mau apa dia? Tanpa dikomandoi kedua temanku yang lainnya juga ikut berdiri mengelilingi kak Alya yang sedang duduk.

".. Uugh kaak.. Eegh.." erang Dado makin keras sambil kocokan tangannya juga semakin cepat. Tiba-tiba dengan kurang ajarnya dia pegang dan tarik rambut belakang kak Alya hingga wajah kak Alya jadi tengadah di bawah kontol teman-temanku. Jangan bilang kalau kakakku akan di...

"Croooooottttttt!"

"..Aarghh! Kaak!" Peju teman-temanku muncrat tidak karuan menghiasi wajah kak alya, kakak kandungku!

".. Iiiiih!" kak Alya kaget dan menjerit sambil memejamkan matanya. Siraman pejuh temanku menghiasi rambut, wajah, bahkan HP kak Alya sendiri yang masih teleponan dengan cowoknya itu juga tak luput dari semprotan teman-temanku.

Melihat kondisi kak Alya yang sedang kaget belepotan sperma di muka dan rambutnya membuatku semakin terangsang. Akupun akhirnya juga menumpahkan pejuhku yang hanya mengenai meja tamu saja. Bahkan tidak mengenai kak Alya sama sekali. Tidak seberuntung teman-temanku yang dapat dengan nikmatnya menyemprot wajah cantik mulus kakakku ini.

Aku bersandar lemas pada kursi. Begitu juga ketiga temanku yang langsung ambruk di sofa. Hanya kak Alya yang masih duduk tegak memegang HP, dimana cowoknya memanggil-manggil tanpa ada jawaban dari kak Alya.

".. I-iya mas.. maaf... itu.. tadi Alya teriak.. ternyata kuah lontongnya pedes banget.. trus temen-temen Aldi jejeritan pada minta minum.. hihihi, padahal udah Alya suguhin susu.. salah sendiri engga diminum.. ya udah mas yah.. Alya mau mandi lag- eh! Mau mandi dulu.. hihihi.. daagh mas.."

"Uugh.. kak Alya.." panggilku lemas kearahnya yang kini sudah beranjak dari duduknya dan pindah mendekatiku.

"Apa adeek? Kak Alya nakal yah? Hihihi.. tapi adek suka kaan?" kak Alya menggodaku dengan suara pelan.

"Siapa juga yang suka.." jawabku menyangkal hasrat terdalamku tentang kebinalan kak Alya.

"Hihihi.. adek nih. Ya udah, kakak tinggal ke dalam dulu yah.. mau bersih-bersih dulu.."

Melihat kak Alya pergi sambil tersenyum manis ke arahku dan penuh dengan hiasan peju di wajah dan rambutnya serasa akan membangkitkan si otong lagi. Kak Alya terlihat begitu seksi dan nakal dengan penampilan seperti itu. Persis seperti dalam khayalanku setiap kali aku onani, hanya saja tentunya bukan hasil dari teman-temanku. Mengingat ini ulah dari teman-temanku, aku merasa sebal dan ingin segera mengusir mereka. Cukup sudah dalam sehari mereka merasakan kepuasan dalam melecehkan kakakku.

"Woi, udah gelap nih! Pada balik deh lo semua!" teriakku pada mereka. Kesadaranku terkumpul lagi untuk mengusir teman-temanku. Kesadaran yang tadi sempat dikalahkan oleh nafsu. Tepatnya, nafsu pada kakakku.

"Oiya, udah gelap nih.. gue balik deh bro, tapi boleh kan main kesini lagi? Hehe.. ngerjain PR broo.." si Dado seperti ingin meyakinkanku bahwa tiap kemari untuk mengerjakan tugas sekolah, padahal aku yakin bukan itu tujuannya.

"Ah kampret lo! Akhirnya kakak gua juga yang lo kerjain. Sono-sono.. eneg gua liat lo pada!" Aku terus mengusir mereka supaya cepat-cepat pergi bukan karena aku marah. Walau sebenarnya perasaanku agak terganggu dengan kejadian barusan, tapi aku ingin berduaan lagi dengan kakakku yang entah akan ku apakan kakakku di sisa waktu yang sudah mulai gelap ini.

"Iya-iya.. ini juga mau balik. Kak Alyaaaaa.... Kami balik dulu yah...." teriak Dado dan yang lainnya.
"Iya... rajin-rajin main ke sini yah..." sahut kak Alya dari arah belakang.

"Tuh, kakak lo aja gak masalah kita main-main ke sini lagi, hehe..." ujar Bono cengengesan. Aku sungguh kesal mendengarnya. Kak Alya ini ngapain juga sih nawarin mereka untuk sering main ke sini!?

Akhirnya merekapun pergi dengan motor masing-masing. Setelah puas mencabuli kakakku seharian akhirnya mereka pulang dengan wajah cengengesan kesenangan. Seharusnya cuma akulah satu-satunya tadi yang mencabuli kakakkku, bukan mereka. Huh! Jadi panas hati ini mengingat aku hanya diam saja tak berdaya melihat kak Alya diperlakukan tidak senonoh seperti tadi.

Kak Alyaku yang cantik dan seksi. Dengan busana minim kaos yang serba terbuka terlihat pasrah menerima semprotan peju yang menodai wajah cantiknya. Wajah seorang gadis yang selama ini memakai jilbab, bersikap santun dan jauh dari bayangan negatif. Ufft! Otongku mulai menegang lagi. Ini saat yang tepat untuk menyusul kak Alya ke dalam rumah karena akhirnya cuma tinggal kami berdua di rumah.

"Kak Alyaaa!" aku jejeritan seperti orang gila sambil menghambur masuk ke dalam rumah.

"Apa sih deek? Teriak-teriak kayak orang gila?" kak Alya yang terakhir kulihat masuk ke dalam sudah kembali ke ruang tengah sambil nonton acara TV. Pakaiannya kal ini juga mengenakan baju kaos, tapi sekarang dia sudah mengenakan celana legging pendek. Dan bekas-bekas semprotan teman-temanku sudah tidak terlihat lagi. Sepertinya sudah dibersihkan oleh kakakku. Semprotan orang-orang dekil!

Aku yang bergaya seperti orang ngambek berjalan malas mendekatinya dan duduk di sampingnya. Masih dengan pasang wajah jutek, moga-moga aja dia tahu kalau aku tidak terima dengan kejadian tadi. Aku yang diam saja malah ditanggapi hal yang sama dengan kakakku. Dia malah asyik nonton terus tanpa memperdulikan aku yang pura-puta ngambek di sampingnya. Bener-bener deh nih kak Alya!

"Kak.."
"Hmm.."
"Kak Alya!"
"Iya..."
"Kakak!"
"Apa sih deek? Kakak lagi nonton nih..." ujarnya tetap cuek memandang lurus ke layar tv. Bikin kesal aja!

Timbul niatanku untuk mengisenginya karena dari tadi hanya menjawabku sekenanya saja. Lagi pula, salah siapa dia bertingkah nakal seharian, sekalian saja aku cabuli. Biar tau rasa kakakku ini!

"Kak Alyaa!" aku langsung memeluk tubuh kak Alya tanpa aba-aba.

"Aduh adek! Apaan sih? Main peluk-peluk aja ih!" kakakku yang kaget kupeluk langsung ambruk badannya karena tertimpa badanku yang menindihnya.

"Habis, kak Alya bikin aku gemes.."

"Hihihi.. gara-gara lihat yang tadi yah dek?" tanya kakakku dengan tatapan menggoda.

"Kak Alya nakal. Kok mau-maunya sih digituin sama mereka?"

"Temen-temen kamu tuh yang nakal, baru lihat kakak kayak gini aja udah pada pipis sembarangan. Gimana kalau kakak gak pake apa-apa, kira-kira kakak bakal diapain yah dek sama mereka?" Duh, kakakku ini.

"Kakak gak takut diperkosa apa sama mereka?" tanyaku sedikit menggerutu.

".. Ehmm.. takut sih dek, apalagi temen adek tuh.. udah pada item-item, bau keringat, dekil lagi.. gak kebayang tuh dek kalo kakak diperkosa sama mereka, hihihi. Apa jangan-jangan.. adek penasaran yah seperti apa kalo kakak kandung adek ini diperkosa sama mereka? Hihihi... hayoo ngaku!"

"Eh! Ehmm.. anu.. aku nggak rela lah kak!" jawabku ragu. Tebakan kak Alya benar-benar mengena. Karena memang dalam setiap onaniku aku sering menghayal kalau kak Alyaku yang cantik yang selalu berpakaian tertutup ini diperkosa oleh orang-orang dekil dan jorok, mungkin seperti teman-temanku ini. Tapi tentunya tidak pernah terbayangkan kalau hal itu benar terjadi. Aku tentu saja tidak rela.

"Nggak rela apa nggak rela?" tanya kakakku dengan nada manja menggoda. Sepertinya kakakku ini tahu betul kalau aku lagi ragu akan jawabanku sendiri.

"Tapi nggak temen-temenku juga kali kak.." jawabku polos. Masa bodohlah kalau kak Alya marah atau tidak dengan khayalanku tentang dirinya.

"Hah? Berarti kalo dengan orang lain boleh? Gitu yah dek?" kak Alya memberi respon terkejut.

"Yaa.. ngga juga sih kak, hehe.."

"Yakin? Ntar kalau beneran terjadi pasti kamunya liatin terus sambil coli... iya kan?"

"Ng..nggak lah..." jawabku lagi-lagi ragu. Kak Alya tertawa mendengar jawabanku yang ragu-ragu itu.

"Aduuh! Adek kakak ini suka fantasiin kakak apa aja siih? Pantesan kamu bawaannya pusing melulu.. ayo lepasin kakak!" suruh kak Alya sambil terus menepis tanganku yang masih memeluknya.

"Ngga mau kak!"

"Adek! Hihihi.. geli tau dek! Hmm.. gini deh, kalau kamu mau lepasin kakak, nanti kakak kasih sesuatu yang spesial deh, masih mau kan?"

"Hah? Kasih apaan kak? Mau donk... Hehe.." terhipnotis seperti biasanya oleh kakakku yang cantik ini, aku mulai mengendorkan pelukanku di tubuh ramping kakakku ini.

"Hihihi, dengar mau kakak kasih sesuatu langsung tanggap, dasar! Gak jadi ah..."

"Ah kak Alya! Aku peluk lagi nih yaa?" ancamku sambil pasang gaya mau menomplok kembali kakakku ini.

"Adek! Udahan! Iya iya... kakak kasih tapi ada syaratnya.. adek gak boleh pegang-pegang kakak yah"

"Hah? terus adek pegang apa donk kak?" tanyaku bingung, apa sih permainan kak Alya kali ini?

"Hihihi.. pegang burung kamu sendiri... kasian tuh, kejepit dari tadi." tawa renyahnya meledekku.

"Yaah.. kakak..." aku seperti penonton kecewa yang gagal mendapatkan permen gratis. Permen itu tak lain adalah kak Alya sendiri.

"Janji dulu adeek.."

"Iya iya.. janji.." jawabku terpaksa.

"Yakin nih adek gak mau keluarin burungnya sekarang? Hihi.. Adek liat yah! Kakak kasih sesuatu yang spesial buat adek.." tiba-tiba kak Alya menarik gesperku dan meloloskannya dari pinggang celana sekolahku. Awalnya aku berpikir kak Alya mau memelorotkan celanaku, dan memang dia tidak melakukannya. Aku masih tak mengerti apa yang sedang kak Alya lakukan, sampai akhirnya kak Alya selesai melakukan semuanya, dan menyerahkan sesuatu kepadaku.

"Adeek.. pegangin donk talinya, biar kakaknya gak kemana-kemana, hihihi.." kak Alya menyerahkan ujung gesper kepadaku.

Aku terpaku dan terpana melihat pemandangan ini. Bagaimana tidak, kak Alya membuat ikatan gesper dan mengalungkannya pada lehernya sendiri yang jenjang dan putih itu. Lalu menyuruhku memegang ujung sisi lainnya seolah aku seperti sedang memegang seekor ternak! Kakakku yang cantik dan seksi sedang berpura-pura menjadi seekor sapi betina untukku! Uugh kak Alya!

Mungkin inilah yang dimaksud dengan sesuatu yang spesial yang ingin kak Alya tunjukkan padaku tadi siang. Entahlah yang mana sebenarnya yang ingin kak Alya tunjukkan padaku, terlalu banyak hal yang buatku sangat spesial dari kak Alya. Tapi menjadi sapi yang seksi dengan tali gesper di lehernya buatku sangat seksi. Kak Alya benar-benar seksi. Otongku langsung mengeras, dan benar seperti kata kak Alya, seharusnya aku tadi mengeluarkan kontiku karena penisku sangat tersiksa di dalam celana. Segera ku keluarkan penisku yang sudah menegak dengan kerasnya di hadapan kak Alya.

"Uugh kak Alya.. nakal banget, suka godain aku.." keluhku tak karuan karena membayangkan kakakku menjadi sapi peliharaanku betul-betul membuat kontiku terasa keras dan sakit.

"Hihihi.. ayo adeek, semangat kocoknya.."

"Kak Alya nakal.. uugh.. kak Alya sapi betina yang nakal.." sambil melihat tingkah manja kak Alya yang terus memandangku dengan sayu membuat kocokanku makin kuat dan cepat.

"Adeek.. liat deh.." tiba-tiba kak Alya mengangkat kaosnya sampai keleher hingga memperlihatkan buah dada putih dan mengkal kak Alya. Pentilnya yang coklat kemerahan terlihat mancung mengeras. Kak Alya benar-benar menyiksaku!

"Kak.. boleh pegang yah kak?"

"jangan donk adeek, janjinya tadi apaa?"

"Hehe.. dikit aja kaak, pleasee.." aku memohon supaya diijinkan memegangnya. Dan mungkin sedikit memerasnya.

"Dasar... tapi jangan keras-keras yah pegangnya..." mendengar jawaban kak Alya membuatku seperti mendapatkan hadiah yang tiada duanya. Walau aku pernah memegangnya sebelumnya, kali ini kak Alya memberikannya dengan suka rela. Kak Alya bahkan meminta dengan lembut agar aku tidak memerasnya terlalu keras. Dan yang lebih membuatku antusias karena kondisi kak Alya yang sekarang seperti sapi betina!

Sambil terus mengocok kontiku, Aku mulai membelai-belai buah dada kak Alya sambil terkadang memerasnya sekali-sekali. Sungguh gemas melihat kak Alya yang cantik, sedang mengenakan tali gesper di lehernya. Kak Alya kelihatan binal banget. Kakak kandungku sendiri, memperlakukan dirinya seperti hewan ternak yang susunya seperti mau dipersembahkan kepada siapa saja yang mau menyusuinya. Uugh, Kak Alya nakal sekali!

"Adeek... Kebayang gak sih kalo ada dua anak sapi item yang jelek nyusu di tetek kakak?"

"Dikenyot kuat-kuat donk kak?" jawabku terus mengocok sambil membayangkan dua anak sapi itu. Entah kenapa aku malah membayangkan dua temanku yang datang tadi siang.

"Terus sambil nyusu, datang si papah sapi.. langsung naik ke punggung mamah sapi ini dek.." suara kak Alya makin mendesah. Aku makin tak kuat mendengar suara menggoda kak Alyaku yang makin nakal ini.

"... Uugh.. kakak nakal, nih... kak Alya sapi binal.." aku mulai mengatai kakak kandungku yang tidak-tidak. Kontiku sudah mau meledak, dan remasanku mulai mengeras di dada kak Alya.

"Tau nggak papah sapi bilang apa dek? Katanya, 'sini, mamah sapi papah entotin dulu, biar hamil terus toket mamah yang penuh susu bisa dikenyot sama sapi mana aja yang mau ngenyot' Hihihi.." ujarnya manja. Aku tidak kuat lagi!

"Aarghh! Kak Alya pereek!" Aku berteriak sembarangan. Kontiku yang berdenyut-denyut kuarahkan ke kak Alya dan semprotannya membasahi kursi sofa dan paha putih kakakku yang cantik ini.

Aku dan otongku terkulai lemas. Dua kali kami berjibaku menghadapi kak Alyaku yang suka menggoda itu. Tapi rasanya aku selalu tidak pernah bosan untuk terus beronani dan membuang pejuku di depan kakakku yang seksi ini.

"Uuhh.. tiga kali deh kak Alya disemprot. Masa kakak mandi tiga kali sih dalam sehari? Pusing punya adek mesum.. hihihi.."

"Hah?! tiga kali?"

"Iyaaa... tiga" kata kak Alya mengedipkan matanya. Ta..tapi kapan yang satu lagi?
"Hihihi.. ya udah... kakak mandi dulu yah?" ujarnya kemudian meninggalkan aku sendiri.

"Kak Alya!"

***


Read More

𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐃𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚 - 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟓𝟐 | 𝐎𝐡𝐡... 𝐂𝐥𝐚𝐫𝐚𝐤𝐮 𝐒𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠

 


“Syukurlah…. Kamu udah bangun Mas…” Ucap Citra khawatir
“Errggghhhh…. “ Erang Mike kesakitan. Mendekap perut kirinya

“Lambungmu robek…”
“Uuughhh… “

“Di dua tempat…” Jelas Citra, “Tapi untung… Masa kritisnya sudah lewat….”
“Ssshh…. Uuuggghhh….”

Citra menatap lekat kearah lelaki yang sedang terbaring tak berdaya di hadapannya. Berulangkali, ia menatap perban luka yang melilit di perut suaminya sambil sedikit mengusapnya pelan.

“Sial….” Geram Mike sambil memegangi perban diperutnya, “Andai aku lebih waspada… Pasti kakek tua itu gak akan bisa menusukku semudah ini….”
“Tenang Mas…” Kata Citra menenangkan,”Emosinya nanti saja… Setelah kamu sembuh…”
“Hhmmmm… “

“Berapa lama aku tak sadarkan diri Dek…?” Tanya Mike
“Delapan hari Mas….” Jawab Citra
“Haaahh…? Delapan hari….?” Heran Mike, “Lebih dari seminggu…. Hmmm… Lama juga ya….”
“Karena selain luka di perut… Tubuhmu mengalami memar di begitu banyak tempat… “
“Uuuhhhh….” Lenguh Mike tiba-tiba ketika ia mencoba duduk.
“Tulang igamu retak di beberapa ruas… Dan tubuhmu juga banyak mengalami kehilangan darah… Sehingga itu yang mungkin membuatmu pingsan cukup lama….”

“Ssssshhhh… Uuuuhhhh…..” Erang Mike terus berusaha.
“Jangan banyak gerak dulu Mas…. Nanti lukanya kebuka….”
“Aku bisa Dek….” Balas Mike bersikeras, “Ini bukan luka serius…”

Melihat kegigihan Mike, Citra pun akhirnya turut membantu Mike untuk duduk.
“Dek… “ Panggil Mike sambil menatap ke arah wajah cantik Citra,”Aku….. “
“Ceritanya nanti saja Mas….” Balas Citra seolah tahu arah pembicaraan Mike, “Adek juga punya ratusan pertanyaan buat Mas…”

“Bukan itu Dek…” Jawab Mike mencoba mengalihkan pembicaraan, “Aku… Haus ….”
“Ooohhh….” Jawab Citra dengan nada datar. Setelah itu wanita anggun itu menekan tombol panggilan perawat yang ada disamping tempat tidur Mike.


CKLEK
Sesosok wanita mungil muncul dari balik pintu.

“Ibu memanggil saya…?” Tanya suster berparas manis itu
“Iya Sus… “ Jawab Citra, “Ini suami saya mau minum…. Apakah sudah diperbolehkan…?”

Beberapa saat kemudian, suster bertubuh mungil itu memerika kondisi Mike.
“Bapak sudah bisa buang angin…?” Tanya suster itu lembut.
“Kentut…?” Balas Mike
“Iya pak… Apa sudah bisa…?”
“Hmmmm…..”

“Bisa Sus….” Sahut Citra, “Tadi sewaktu bapak tidur….. Sudah beberapa kali Bapak buang anginnya…”
“Baik kalo misal sudah bisa… Bapak boleh minum air…” Jelas suster mungil itu, “Hanya saja jangan terlalu banyak ya Buu…”
“Oke…. Terimakasih Sus…..”

Sepeninggalan suster itu. Citra kemudian mengambil gelas di tepi tempat tidur Mike, dan menyuguhkan ke suaminya. Sebelum itu, ia memberikan sedotan guna mempermudah Mike menyedot cairan minumnya

“Aaaahh….” Lega Mike begitu tenggorokannya terbasahi. Sekali lagi Mike menyedot minuman dalam gelas. Melirik ke arah istri tercintanya yang dengan telaten memegangi gelas minum Mike.

Citra menatap wajah suaminya yang baru saja tersadar dari pingsannya. Tampak raut wajah yang begitu letih di rupa wanita cantik yang sudah menemani Mike selama belasan tahun itu.

“Kamu beruntung Mas….” Ucap Citra lagi
“Beruntung….?” Tanya Mike
“Iya Mas… Beruntung….”
“Ngggg….”
“Untung saja Clara langsung membawamu kesini…” Cerita Citra lagi

“Clara….?”
“Iya… Clara membawamu kesini…. Dengan tanpa sehelai pakaian yang menempel di tubuhnya….”
“Hah…?”
“Iya… Clara mencari bantuan untukmu dalam kondisi bugil…”

“Ngggg… Buu… Gil….?” Leher Mike serasa tercekik mendengar penjelasan istrinya.
“Iya… Dia Bugil… Ga pake baju sama sekali….”
“Kok…?”
“Kok Bisa…?” Potong Citra, “Justru itu yang sebenernya Adek pengen tanyain ke Mas…”
“.…..”
“Kenapa Clara bisa-bisanya membawa Mas kesini dengan kondisi seperti itu…?”

“Berarti….”
“Iya….” Potong Citra lagi, “Semua mata yang ada dirumah sakit ini ngelihat ketelanjangan tubuh putri kandung kita….”

“Sekurity… Tukang Parkir… Penjaga Pintu… Petugas Lobby… Hingga Cleaning Service…”
“.…..”
“Semua ngelihatnya…..”

“Untung aja ada ibu-ibu baik yang memberi Clara pakaian Mas…” Ucap Citra lirih, “Kalo nggak… Mungkin dia dikira cewek gila yang perlu ditangkap dan dikendalikan di ruang rehabilitasi…”
“Ohhh…. “
“Datang ke rumah sakit dalam kondisi panik… Berlarian kesana kemari dengan telanjang bulat…. Menangis tak henti-hentinya… Sambil menarik-narik petugas ICU dari ruangannya untuk dapat segera menolongmu Mas….”

“Ohh Clara….” Ucap Mike pelan
“Entah apa yang terjadi padamu Mas…” Tatap Citra dengan mata penuh rasa curiga, “Tapi yang jelas… Kamu harus berterima kasih…. Benar-benar berterimakasih kepada anak gadismu Mas…”
“Ngggg…..”
“Kalau tak ada Claraku… Mungkin sekarang aku sudah meratapi dirimu dan batu nisanmu….”

“Lalu…. Uuuggghhh….. Sekarang Clara…Dimana….?” Tanya Mike mencoba mendudukkan diri di kasur rawatnya.
“Udah… Mas…. Jangan bangun dulu… “ Larang Citra, “Kamu baru aja selesai menjalani operasi….”
“Mas pengen… Uuuhhhh…. Ngelihat putriku Dek….”

Citra pun membuka tirai penutup area tidur Mike dan menyibakkannya kesamping.
Dan dibalik tirai itu, terlihat Clara yang duduk didekat tembok dengan wajah yang sembab.

Walau alis, mata dan hidungnya merah, wajah sayu Clara masih terlihat begitu menawan. Rambutnya diikat keatas, memperlihatkan tulang rahang yang ramping dan batang lehernya yang panjang. Ditambah sinar matahari yang menimpa pipi mulusnya, semakin menambah aura seksi Clara.

Balutan sweater katun berwarna hijau daun pisang yang kebesaran membuat pundak putih dan belahan dada besarnya begitu menggoda. Ditunjang sendal jepit dan kaki jenjang mulusnya yang polos, makin membuat gadis SMA itu terlihat matang.

“Ohhh Clara… Cantiknya Papa….” Ingatan kejadian mesum kemarin, sekelebat melintas di pikirian Mike. Membuat desir darah birahinya sedikit terpompa batang penisnya. Menegang dibalik jubah rumah sakitnya yang tipis.

“Clara… “ Panggil Mike pelan
“.……..” Clara tak menjawab. Ia hanya duduk termenung menatap ponsel pintar ditangannya.

“Clara…” Panggil Mike lagi.
Gadis manis itu hanya melihat ke arah Mike tanpa berkata-kata.
“Sini sayang….” Ajak Mike mendekat sambil melambai-lambaikan tangannya

“Ngggg…..” Jawab Clara menatap Citra. Ada sedikit keraguan ketika akan menjawab permintaan Mike

“Dia masih trauma Mas…” Jelas Citra
“Haahh…? Trauma…?” Tanya Mike
“Iya….. “ Balas Citra lirih, “Putri kita trauma….” Sambung Citra yang dengan pandangan tajam. Menatap kedua bola mata Mike lekat-lekat. Seolah ingin mengulik alasan trauma Clara.

Perlahan wajah Citra mendekat. Kearah telinga Mike. Dan berkata…

“Clara… Putri kandung kita….Mengalami trauma Mas… “ Bisik Citra yang sengaja memenggal-penggal kalimatnya, “Karena perbuatanmu bangsatmu…. Kelakuan anehmu…. Dan KONTOL BEJATmu….” Tambah Citra sambil meremas buah peler Mike keras-keras

“Eeeee.. EeEh…? Aduuuhhh… Aduuhh… “ Erang Mike kesakitan, “Aduh… Sakit Dek…. Sakit…”

“CUIIIH….. Dasar Anjingg BEJAT… Lelaki dengan kontol yang gak tau diri….” Ejak Citra dengan nada geli karena jijik. Bahkan saking jijiknya, Citra sampai tega meludahi wajah lelalki yang sudah menenami pernikahannya selama belasan tahun.

“Baru ngelihat putriku sebentar saja…. Kontol mesummu itu udah mulai mengeras begini….” Seru Citra yang makin meremas biji peler Mike keras.

“Aawww….Aawww….Aawww…. Sakit Deekk…” Erang Mike yang mencoba melepaskan cengkraman tangan Citra dari biji kelaminnya, “Aduh.. Ampun Dek… Sakit….. Uuuhhh….” Lenguh Mike karena luka operasinya belum sembuh sepenuhnya,

“Lelaki menjijikkan….” Ungkap Citra yang kemudian melempar remasan tangannya dari kedua biji peler Mike. Membuat Mike seketika itu dapat bernafas lega.
“Uuuuhhhh… Huuuhhhh……Sakit tahu Dekkk….”

“Itu belum seberapa Mas….” Sungut Citra, “Adek bisa melakukan hal yang lebih pedih daripada tadi…”
“Jangan Dek…. Ini barang kebanggaan Mas…”

“Barang kebanggaan yang sama sekali tak bisa dibanggakan….” Sambung Citra dengan nada penuh emosi.
“Aku khilaf Dekk….”

“CUIH….” Kata Citra yang lagi-lagi meludahi wajah suaminya. “Karena tingkah kontolmu yang tak tahu diri itu… Clara sampe harus kudu Adek bawa ke psikiater…”
“Heehh…? Serius Dek….?”
“Ibu mana yang ga khawatir kalo setiap malam… Putri kandungnya selalu mengigau…. “
“Mengenai kebejatan ayah kandungnya dan perkosaan yang barus saja ia alami…?”

“Perkosaan….?”
“Gausah mungkir ya Mas….”
“Astaga… Maaf Dek…. Mas… Mas nggak bakalan tahu… Kalo akan jadi seperti ini….”
“Kalo mau nidurin Clara… Minta baek-baek Mas…” Ucap Citra memberi saran, “Jangan maksa… Apalagi sampe memperkosa…”

“NGERTI….!!!”
Bentak Citra pelan dengan wajah super serius dan beberapa kali pukulan super kencang ke selangkangan Mike.
BUUUGGGGG
BUUUGGGGG

“Uuuhhh… ADUUUHHH…. Berhenti Sayang… Maap… Aku minta maap….” Erang Mike yang tak mampu menahan emosi dan amarah istri tercintanya.

BUUUGGGGG
BUUUGGGGG
Citra terus terusan menghajar selangkangan Mike hingga suaminya itu tak mampu berbuat banyak karena rasa ngilunya yang amat sangat.

“Mamaaaa… Sudah cukup Maa….” Jerit Clara yang tiba-tiba merangkul tubuh ibu kandungnya. Dan menyeretnya menjauh dari Mike
“Iya Dek… Ma’aff….“ Jawab Mike yang seketika itu mencengkram batang penisnya erat-erat, guna mengurangi rasa sakit pada area selangkangannya,

“AAAARRRGGGGHHHH…..” Raung Citra kesal.
“Sudah Maa.. Sudah…. Kasihan Papa Maaa… Papa masih sakit….”
“Mama kesal banget ama nih lelaki Sayang….” Ucap Citra penuh emosi, “Gara-gara kelakuan Papamu itu… Kamu jadi seperti ini….”
“Clara baik-baik saja Maa…”
“Kamu jadi stresss…. Jadi banyak pikiran….”
“Clara udah mendingan kok Maaaa….”

“Kasihan kamu Sayang….” Ucap Citra yang kemudian membalikkan tubuhnya dan memeluk putri kandungnya erat-erat.
“Khan ada Kak Ciello juga yang selalu ngebantu therapy Clara Ma…”

“Biar Clara ga gampang takut lagi….”
“Biar Clara ga ngigau lagi…”
“Biar Clara tenang… “
“Dan ngerasa enak…”

“Enak….?” Tanya Mike dalam hati.

“MIKE SUHENDAR….” Panggil Citra dengan nada tegas.
“I… Iyaa Dek…?”
“Sepertinya…. Bakal ada banyak hal yang perlu kita obrolin setelah ini…”
“Ngggg…”
“Setelah kamu udah agak mendingan….” Tutup Citra yang kemudian beranjak dari posisi duduknya dan berjalan keluar ruangan. Meninggalkan Clara berdua dengan ayah kandungnya.

CKLEK… JBLAAMMM
Suara pintu kamar tertutup kencang.

Sepeninggalan Citra, suasana didalam ruang rawat itu mendadak hening. Hanya ada suara TV yang menampilkan acara tanpa suara. Dengan satu gerakan ringan, Clara menarik kursi yang sebelumnya diduduki Citra. Mundur menjauh dari posisi Mike berada.

KLIK KLIK KLIK
Beberapa kali, Clara memindahkan chanel TV. Mencari-cari acara yang sekiranya menarik untuk ia tonton.

“Clara….” ucap Mike lirih.
Tak menjawab, gadis cantik itu terus memindah-mindahkan chanel TVnya.

“Makasih ya Sayang…”
Masih tak menjawab. Clara hanya menatap ke arah TV yang ada dihadapan tempat tidur Mike.

“Papa nggak tahu kalo semua bakalan jadi seperti ini…”
Clara terus diam. Terpaku menatap ke arah TV. Walau matanya melek, akan tetapi padangan mata Clara seolah kosong. Gelap. Sepertinya ada banyak sekali hal yang ada di pikirannya.

“Clara sayang Papa….” Panggil Mike dengan nada yang lebih tinggi. Sekedar mencoba mengalihkan perhatian putri kandungnya.

Tetap saja, gadis mungil itu membatu.

“Kak Ciello….” Ucap Clara tiba-tiba dengan nada yang cukup pelan. Kepalanya miring namun dengan tatapan kosong kearah TV.
“Kak Ciello….”
“Clara kangen…”
“Clara pengen dipeluk Kakak…”
“CLara pengen dicium Kakak…”

“Clara….?” Panggil Mike lagi, “Clara Sayang….?”

Melihat kegalauan Clara, Mike berusaha dengan susah payah bangkit dari tempat tidurnya. Beranjak bangun dan berjalan dengan tertatih-tatih ke arah Clara duduk.

“Therapy Clara lagi yuk Kak…”
“Sembuhin Clara…”
“Biar Clara ga stress kaya gini…”
“Bikin Clara ketawa…”
“Bikin Clara enak…”

“Iya… Enak…”
“Hihihihi….”
“Kakak nakal…”
“Hihihi…”

“Clara…?” Panggil Mike lagi sambil melambai-lambaikan tangannya diwajah Clara.

Namun alih-alih sadar, Clara malah mengigaukan kalimat yang membuat Mike benar-benar kaget setengah mati. Ditengah ketidaksadarannya, gadis manis itu juga membuka kedua pahanya, dan mengusap area selangkangannya pelan.

“Kak… Ciello….”
“Nanti….”
“Sepulang Clara dari sini…”
“Kakak…”
“Entotin memek Clara ya Kak….”
“Hihihi….”

“Iya kak… Entotin memek Clara…”
“Pake kontol besar Kakak….”
“Entotin memek Clara terus ya Kak…”
“Memek Clara selalu gatel ama kontol Kakak…”
“Hihihihi….”

Melihat kondisi Clara yang seperti itu, Mike jadi benar-benar merasa bersalah. Ia tak pernah tahu jika keisengannya beberapa waktu kemarin bakal membuat putri kesayangannya depresi seperti itu.

“Ohhh.. Claraku Sayang…. “ Peluk Mike yang saat itu juga langsung menjatuhkan diri disamping Clara. Berlutut dan mendekap kepala putri kandungnya erat-erat, “ Maafin Papa ya Sayang….”
“Papa benar-benar minta maaf….”

Tanpa mempedulikan rasa sakit yang ada di tubuhnya, Mike terus memeluk kepala Clara. Mengusapi rambut panjangnya dengan rasa penuh sayang. Mengecup ubun-ubun putri kandungnya sejenak sebelum kembali memeluknya erat.

“Kamu harus sembuh Sayang….” Kata Mike dalam hati
“Kamu harus sehat kembali….”
“Jangan seperti ini Sayang…”
“Papa akan ngelakuin segalanya biar kamu bisa ceria kembali….”
“Papa Sayang Clara… CUUUPPP…..”Kecup Mike sembari mendekap kepala Clara lebih erat lagi.

Walau tak dapat merespon segala ucapan dan perlakuan Mike, ada setitik air mata yang menggenang di sudut mata Clara. Makin lama makin banyak. Hingga akhirnya menetes membasa hipipi bulat Clara


KLAAANG….
Suara tiang infus jatuh dan berdentangan dilantai. Mike tak sadar, jika dekapan tangannya ke Clara membuat selang infus ditangannya tertarik. Walhasil, tiang infus disamping tempat tidurnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.


“Ehhh… Kok gelap….?” Tanya Clara gelagepan. Berusaha mendorong tubuh Mike menjauh
“Aaaww.. Aww…” Erang Mike yang mendapati tangan Clara ketika menekan luka di perutnya.
“Aduh berat tahuuuu….” Sewot Clara yang tak tahu apa yang ia dorong,
“Aaaww.. Aww… “

“Loohh…? Ehhh… Papa…?” Kaget Clara yang begitu tahu ada sosok Mike didekatnya, buru-buru gadis cantik itu mundur menjauh dan memasang posisi siaga, “Papa mau ngapain…?”
“Ga ngapa-ngapain Sayang….” Jawab Mike mencoba menenangkan, “Papa cuman mau peluk kamu….”

“Ooohhh….”

“Papa gamau nyakitin Clara kok….”
“Papa cuman kangen Clara….”
“Papa pengen peluk kamu erat Sayang……”

Melihat posisi tiang infus yang terguling, Clara mendekat kearah Mike. Lalu ia menegakkan kembali posisi tiang itu sebelum kembali ke posisi siaganya kembali

“Gausah jauh-jauh gitu dong Sayang… Sini…. “ Pinta Mike melambaikan tangannya.
“Nggggg……” Jawab Clara dengan wajah ragu.

“Sini Sayang… Hhhh…. Hhhh…. Papa pengen deket kamu….” Ajak Mike sambil melambaikan tangan ke arah Clara.

“ASTAGA…. “ Panik Clara, “Jarum Infus di tangan Papa berdarah tuh…. “
“Hehehe. Iya… Tadi gara-gara meluk kamu…” Ucap Mike yang juga baru sadar. Ia melihat tetesan darah dilantai, namun ia abaikan.
“Clara panggilin suster ya…”
“Gausah Sayang… Ntar juga berenti sendiri…”

“Sini Sayang… Papa mau ngomong sesuatu ke kamu….”
“Papa Janji… “
“Papa ga bakal buat Clara sedih lagi…”

Mendapat permintaan tulus Mike, perasaan was-was Clara pun merena. Walau tak sepenuhnya sirna, ia menggeser tempat duduknya mendekat ke arah ayah kandungnya.

“Maafin Papa ya Sayang…. “ Ulang Mike masih dalam posisi berlutut. Digenggamnya kedua tangan mungil Clara sambil terus mencoba meminta maaf.
“Papa bener-bener minta maaf…”

Tetap.
Clara tak bergerak atau mengucapkan sepatah katapun.
Walau tatapannya mengarah ke posisi Mike berada, akan tetapi matanya kembali kosong.

“Clara Sayang….?” Panggil Mike sedikit menghentakkan tangan Clara, “Clara…?”
“Ehhh….?” Kaget Clara kembali tersadar.

“Clara… Mau khan…? Maafin Papa…?” Pinta Mike yang kali ini mengusap pipi gadis cantik itu. Sekedar menyeka bekas tetesan air mata di wajahnya.
“.……….”
“Ayolah Sayang… Tolong…. Maafin Papa….” Kata Mike pelan penuh harap.

Mendengar nada melas Mike , Clara melihat adanya rasa penyesalan dari ayah kandungnya yang begitu besar kepada dirinya. Clara tahu, kejadian kemarin tuh sama sekali bukan niatan Mike. Itu adalah sebuah ketidak sengajaan.
Yang walau dari ketidak sengajaan itu, Mike membuat Clara menjadi trauma akan proses pelepasan keperawanan dirinya. Trauma akan perkosaan yang didapatnya dari Tamin dan Babon. Dan trauma akan penusukan kepada ayah kandungnya.

“Kemarin…. Papa khilaf Sayang… Papa ga ada maksud sampe membuatmu jadi seperti itu….”
“Maafin Papa ya Sayang….”
“Maaaf bangett…”
“Papa janji… “
“Papa nggak bakalan ngelakuin hal seperti itu lagi….”

“I…. Iya Pa….” Bisik Clara pelan.
Walau singkat, namun hal itu berarti banget buat Mike.

“Beneran Sayang…? Clara maafin Papa…?”
Clara tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepala.

“Waaahh…. Makasih Sayang….” Girang Mike.
“Papa janji… Papa ga ngebuat Clara bersedih lagi…” Sambung Mike sambil memeluk tubuh mungil putri kandungnya erat-erat.

Clara mengangguk. Lalu tersenyum dan mengusap rambut Mike.

“Sakit tau Paaa…” Bisik Clara lirih, “Sampe memek Clara berdarah-darah…. Amis darah perawan Clara… Kaya bau ikan yang mau dipotong-potong…..”
“Hahahaha…. “ Tawa Mike pecah sejadi-jadinya.

Mendengar celetukan Clara, Mike sadar dengan pembawaan pribadi putri kandungnya. Walau Clara sedang dalam kondisi depresi berat, ia tetap saja berusaha menampilkan sosok ceria. Berusaha menyembunyikan beban pikirannya sebaik mungkin.

“Ihhhss… Malah ketawa….” Ketus Clara yang tiba-tiba memukul perban di perut Mike.
“AAAWWWWWW…. Sakit Sayang…..” Teriak Mike.
“Bodo….”
“Hahahaha…..” Untuk beberapa saat. Suasana tegang antara Mike dan Clara sedikit mencair. Dan Mike pun merasa bersyukur ketika raut wajah Clara yang murung perlahan mulai kembali ceria

“Maapin Papa ya Sayang…” Kata Mike sambil mengamit tangan putri kandungnya, “Papa benar-benar khilaf….” Sambung Mike lagi lalu mengecup punggung tangan Clara.
“Sakit tau Paa….” Rengek Clara.
“Harusnya sih… Kemarin tak sesakit itu….” Jawab Mike mencoba bercanda
“Iya…. Tapi nyatanya kemarin bener-bener sakit….”

“Gara-gara Papa…. Mama sampai panik…” Sambung Clara.
“Clara sampe dibawa Mama periksa kedokter….”

“Periksa…? Ngapain….?” Tanya Mike.
“Clara di-visum….” Jawab Clara
“Visum…? Apanya…?”

Clara tak menjawab. Ia hanya menunjuk area selangkangannya dengan mulutnya.

“Ohhh gitu… Terus….? Hasilnya gimana….? Tanya Mike lagi.
“Ngggg……”
“Clara masih perawan…?” Tanya Mike tak sabaran, “Atau udah engga…?”

Lagi-lagi, Clara tak menjawab. Ia hanya mengusap sambil menepuk-nepuk selangkangannya pelan.
“Memek Clara…. Sakit tau Paaa…”

“Tapi masih perawan khan…?” Cecar Mike.

“Hhhhhhh…..” Clara mengambil nafas panjang.
“Pas therapy…. Clara disuruh buka celana dalem Clara…”
“Rebahan di meja periksa…”
“Trus Clara diminta buka paha lebar-lebar….”
“Mirip orang mau lahiran….”

“Trus selaput dara Clara sobek nggak…?” Tanya Mike tak memberi jeda.

Clara menatap wajah penasaran Mike. Ia tahu, betapa ayah kandungnya itu ingin mendapatkan informasi mengenai kondisi keperawanannya.

Sekelebatan pikiran kotor, tiba-tiba menyeruak masuk ke pikiran Clara. Memenuhi otak Clara dengan berbagai keseruan cabul. Entah itu efek trauma karena perkosaan dan sisa-sisa obat perangsang yang melekat di tubuhnya kemarin. Atau itu murni dari pembawaan dirinya yang suka menggoda oranglain.

Yang jelas, sekelebatan rasa itu membuat Clara yang semula murung, mendadak ceria.
Depresi yang semula ada, mendadak sirna.
Berubah menjadi rasa ingin menggoda papa kandungnya lagi.

“Selaput dara Clara…Sakit banget….. Perih… Pedes… Kayanya… Kemaren udah robek kena sodokan kepala kontol Papa…” Kata Clara pelan, sengaja memotong kalimatnya.
“Yaahh… Berarti Clara udah….” Mata Mike yang semula berkobar karena rasa penasarannya, tiba-tiba meredup. “Maafin Clara ya Sayang….”
“Papa udah ngebuat kamu nggak perawan lagi….”

“Hihihihi….” Kekeh Clara sambil menutup mulutnya. Ia tak dapat menutupi perasaan senangnya karena berhasil mengelabui Mike.

“Kok kamu ketawa Sayang…?” Tanya Mike.
“Hihihihihi…” Kekeh Clara tak mampu menahan geli melihat wajah bingung Mike. Hingga akhirnya. “Hahahaha….” Tawanya terpingkal-pingkal.

Dengan tertawa, ada sedikit rasa lega dihati Clara. Walau ia tahu, nanti ketika sendiri, rasa depresi itu pasti akan datang lagi. Namun, biarlah. Untuk sementara ia ingin menikmati kesenangan singkat itu, dengan ngerjain ayah kandungnya.

“Hhhhhhhhh…..” Dalam satu tarikan nafas, Clara menghentikan tawanya.
“Fuuuhhh…..” Tarik nafasnya lagi.
Clara kemudian mentatap kedua mata Mike dalam-dalam. Lalu ia memansang wajah muram.

“Loohh… Ada apa Sayang…? Kok kamu jadi sedih lagi …?” Bingung Mike melihat perubahan emosi Clara yang naik turun seperti ini. Bingung. Mike benar-benar bingung.

“Sini deh Paa…” kata Clara pelan.
“Kenapa Sayang…?” Tanya Mike memajukan tubuhnya.

Dengan memasang wajah ragu, Clara lalu membisikkan sesuatu di telingan kanan Mike.
“Walau memek Clara kemarin udah Papa sodok ama kontol ini…” Bisik Clara sembari melirik tipis kearah selangkangan ayah kandungnya.
“Ehhh…?” Kaget Mike

“Disodok kenceng ama kontol Papa….Sampe berdarah-darah…” Bisik Clara dengan nada imutnya.
“Tapi…. “
“Kalo dari feeling Clara…. “
“Selaput dara Clara sih…..”
“Sepertinya…. Masih utuh…”
“Haaaaahhhh….?” Kaget Mike sekaligus girang, “Serius Sayang…?”

Clara mengangguk.
“Tapi…Rasanya…. Sakit banget…. Gara-gara kontol Papa… Ini…. ” Bisik Clara yang tiba-tiba menggoda Mike dengan cara mengusap selangkangannya.

“Eeehhhh….?” Merasakan usapan lembut tangan Clara kearah selangkangannya, otak kotor Mike kembali mengirim ingatan-ingatan mesum dari kejadian beberapa waktu lalu. Membuat sinyal birahi sedikit demi sedikit terbawa di aliran darahnya. Bergerak cepat menuju area selangkangan dan memompa batang penisnya pelan.

“Jadi Clara masih perawan…?” Tanya Mike lagi.
“Hihihi… Kalo itu sih Clara ga tau juga Pa…”
“Emang hasil visum Clara kemarin gimana…?”
“Kalo hasil visum….” Jeda Clara lagi, “Papa tanya Mama aja yaaa… Hihihihi….”
“Aaahh… Sayang… Ayolah… Kasih tau Papa…”
“Lha ini Clara sedang kasih tau…Hehehe….” Jawab Clara dengan senyum lebarnya.
“Tapi khan…”
“Ehhh… Bentar-bentar…. Emang Papa kenapa…? Kok penasaran banget ama keperawanan Clara…?”

“Nggg… Itu…. Papa khan pengen tahu Sayang….” Jawab Mike ngeles.
“Pengen tahu…? Apa pengen nganu…? Hihihi….” Goda Clara sambil makin intens mengusap selangkangan Mike lagi jemari lentiknya.
“Yaa… Kalo Clara ngijinin sih… Papa nggak bakalan nolak…”
“Yeeeee….. Pengennyaaaa….”
“Hahahahaha….”

Melihat senyum ceria Clara kembali muncul, Mike cukup bersyukur lega. Baginya, tak perlulah ia terus mengorek keterangan dari mulut Clara lagi. Selagi ia tahu selaput dara putrinya utuh, masih ada kesempatan baginya untuk mencoba menjebolnya kembali.

“DASAR AYAH BEJAT…. !!! Baru saja menyesal dan minta maaf… Udah punya niatan busuk lagi….” Kekeh Mike dalam hati.

“Clara lanjutin lagi ceritanya ya Paaa…” Kata Clara membuyarkan lamunan cabul Mike. Gadis cantik itu kemudian duduk kembali ke kursinya. Menyandarkan diri dan bersiap-siap bercerita kembali.
“Eehh…. Iya sayang…”

“Gausah tegang ya Clara… Kata Dokternya gitu….” Sambung Clara lagi. Berusaha menceritakan sedetail mungkin apa yang terjadi pada dirinya ketika sedang menjalani visum.

“Gimana nggak tegang… Kalo memek Clara dilihat ama orang lain….”
“Keluarga bukan… Sodara bukan… Teman juga bukan…”
“Tapi…” Sela Mike ditengah-tengah cerita, “Waktu kemarin ama tuh kakek-kakek sialan… “
“Sssssttt… Jangan potong cerita Clara dongg Paaa…”
“Eh Iya iya….”
“Kalo Ini beda Paaa…. Clara kemarin mau kaya gitu khan karena pengaruh obat perangsang…”

“Nah.. Pas visum kemarin… Clara sadar Paaa… Sesadar-sadarnya…”
“Clara ngangkang di depan orang lain… “
“Ini bener-bener ngasih liat aurat Clara keorang lain….”
“Ngasih liat lubang peranakan Clara….!!!”

Mendengar penjelasan Clara yang begitu detail mengenai proses pemeriksaan vaginanya, membuat penis Mike akhirnya benar-benar tegang. Hingga secara tak sadar, Mike mulai meraba dan mengusap-usap batang beruratnya itu.

“Uuuhhh.. Nikmat sekali rasanya….” Erang Mike ketika merasakan remasan pelan di penisnya.

“Hihihi…Papa sange yaaaa…?” Tanya Clara genit pura-pura tidak tau penderitaan penis Mike.
“Ehhh… Anu….” Baru kali itu, Mike gugup menghadapi pertanyaan Clara.
“Hihihi… Pantes bawahan baju rawat Papa sampe keliatan nyut-nyutan gitu…”
“Hehehe… Iya Sayang… Abisan cerita kamu seru banget…” Kekeh Mike berusaha menahan malu, “Terus-terus… Setelah itu… Gimana kelanjutannya….?”

“Iya Pa… “ Lanjut Clara meneruskan ceritanya, “Pelan-pelan…. Dokter itu lalu ngusap-usap paha Clara….”
“Clara tau sih… Tuh Dokter berusaha membuat Clara santai….”
“Tapi khan Papa tahu… Kalo paha Clara diusap-usap... Yang ada birahi Clara malah jadi adem panas…”
“Apalagi tuh Dokter ngusapnya sampe ke paha dalem Clara….”
“Uhhh…. Sumpah geli banget Paaa…..”
“Sampe bikin buluk kuduk Clara merinding tauk….”
“Iiihhhsss…. Nih lihat Pa… Clara jadi merinding juga kalo nginget-ngingetnya….” Ucap Clara sambil memperlihatkan bulu kuduknya yang berdiri kepada Mike, “Sampe kaki-kaki segala merindingnya…”

Tanpa aba-aba, Clara menaikkan sweater hijaunya tinggi-tinggi. Memperlihatkan bulu-bulu rambut halusnya yang ikut berdiri di kaki jenjangnya.

“Ooohhh… Claraaa….” Lenguh Mike yang ketika melihat kemulusan kaki putri kandungnya, langsung kembali membayangkan perkosaannya kemarin. Betisnya yang bulat tanpa luka. Lututnya yang berwarna cerah. Pahanya yang mulus. Hingga ke ujung selangkangannya yang tertutup celana dalam mini berwarna merah muda.

NYUT NYUT NYUT
Denyut birahi di batang penis Mike semakin menjadi-jadi. Ditambah rasa ngilu di kedua biji pelernya akibat pukulan beruntun Citra tadi, membuat sensasi ereksi yang ia rasakan saat itu benar-benar beda dari sebelumnya. Sakit. Ngilu. Nikmat.

“Ooohhhh…. Clara….” Mendengar cerita-cerita mesum Clara, nafsu birahi Mike kepada putrinya pun perlahan kembali. Niatan mesum terhadap Clara yang baru saja ingin ia hilangkan, pun muncul kembali.

Tak ada rasa bersalah. Tak ada rasa menyesal.
Yang ada, hanya rasa birahi yang begitu menggebu.
Untuk dapat segera dituntaskan.

Tak mampu menahan nafsu, otak Mike kembali khilaf. Memerintah tangannya untuk kembali berbuat cabul. Ayah kandung Clara itu pun kemudian mulai menggesek batang penisnya secara terang-terangan. Walau masih sedikit tertutup oleh bawahan baju rawatnya, akan tetapi gerakan tangannya terlihat begitu jelas dihadapan putri tercintanya

SREK SREK SREK

“Ngedengerin cerita kamu… Papa makin nggak kuat Sayang…” Ujar Mike yang kemudian mengangkat bawahan baju rawatnya dan mulai mengusap penisnya secara terang-terangan didepan putri kandungnya, “Maap ya cantik… Kalo Papa jadi ngaceng begini…”

“Hihihi… Masa denger cerita Clara aja bisa sange gitu Pa…?” Kekeh Clara.
“Jangankan dengerin cerita kamu Sayang… Liat senyum ceria kamu aja… Papa jadi pengen ngo…”
“Ngocok…??” Tembak Clara menebak kalimat Mike.
“Iya Sayang… Tau aja… ”
“Hihihihi…. Kocok aja Pa… Kalo emang Papa pengen ngocok… ”
“Ngggg…. Clara mau ngebantuin…?”
“Bantuin apa Paa…?”
“Ngocokin kontol Papa…?”

“Hihihihi…. Papa kocok aja sendiri dulu ya Paaa…” Tolak Clara sambil tersenyum manis. “Clara khawatir nanti kalo Clara bantuin Papa ngocokin kontol… Papa malah jadi khilaf kaya kemaren… Hihihihi...”

“Hmmm.. Baeklah….” Maklum Mike mendengar penolakan dari putrinya. Mungkin terlalu cepat bagi Clara, untuk dapat diajak bermesum-mesum ria.

Bagi Mike, bisa beronani di depan Clara tanpa membuatnya takut adalah sebuah kemajuan yang sangat berarti. Terlebih bisa melihat Clara terus ceria dan bercerita cabul tanpa ada rasa malu, adalah lebih dari cukup.

Tanpa menunggu waktu lama, Mike segera meraih batang penisnya yang sudah begitu tegang. Mencekik leher kelaminnya kuat-kuat, lalu menggerakkan tangannya maju mundur. Menyentak-nyentak kulit penisnya dengan penuh semangat.

TEK TEK TEK
Suara betotan kulit penis Mike kasar. Membuat kepala kemaluan Mike seketika memerah karena tekanan tarikan tangannya.

“Emang…. Kalo Papa onani sekarang…. Badan Papa nggak sakit…?” Tanya Clara ketika melihat Papanya beronani dihadapannya, “Khan luka Papa belom sembuh bener…”
“Sssshhh….Harus dibiasain Sayang…” Jelas Mike, “Malahan… Kalo peju Papa nggak segera dikeluarin… Bisa bikin mood Papa jadi tambah kacau…”
“Ooohhh…. Gitu….”
“Terus Sayang….? Abis tuh Dokter ngusap-usap paha kamu…. Apa yang dia lakuin…?” Tanya Mike yang meminta Clara bercerita lebih lanjut.

TEK TEK TEK

“Oh iya… Abis itu… Tuh Dokter narik lampu operasi Pa… Diarahinnya tepat diselangkangan Clara…” Jelas Clara, “Jadinya… Memek Clara keliatan terang benderang…. ”
“Saking terangnya… Clara ga bisa liat… Tuh Dokter ngapain aja didepan selangkangan Clara…”
“Tau-tau… Memek Clara ada di layar TV…”
“Tenyata.. Tuh Dokter punya pulpen ya ada cameranya Paa..”
“Jadi bisa ngelihat daleman memek Clara gitu….”
“Gilaa…. Jelas banget gambarnya…. Sampe pori-pori memek Clara keliatan semua…”
“Untung…. Jembut di memek Clara belum numbuh terlalu banyak… Jadi keliatan bersih… “
“Khan ga malu-maluin banget kalo memek Clara dizoom gitu…”

TEK TEK TEK TEK
Suara betotan penis Mike makin terdengar nyaring. Membuat Clara sesekali melirik kearah mulut penis ayah kandungnya yang sudah mengeluarkan precumnya.

TEK TEK TEK TEK TEK
Clara Lalu menarik nafas panjang. Sebelum akhirnya melanjutkan ceritanya kembali.

“Setelah itu… Memek Clara dipegang-pegang ama tuh Dokter…” Jelas Clara sambil mengamati raut wajah Mike yang makin birahi karena termakan cerita erotisnya
“Bibir memek Clara dibuka… Sedikit demi sedikit…”
“Sampai lubang memek Clara menganga gitu…”
“Uhhhh….. Mana dokter itu megangnya ga pake sarung tangan….”

TEK TEK TEK TEK TEK TEK

“Malu tau Paaa…”
“Saking malunya…. Lendir memek Clara sampe terus-terusan keluar… “
“Ngebuat memek Clara jadi bener-bener basah….”
“Dan licin…”

“Apalagi ketika jari-jari tuh Dokter membuka liang memek Clara…Dia meniup-niupin memek Clara Pa…”
“Ga tau tujuannya ngapain…”
“Yang jelas… Memek Clara makin banjir…”
“Sampe Clara bisa ngerasain… Kalo lendir memek Clara mengalir sampe lubang anus…”
“Sumpah… Clara jadi berasa kaya cewek murahan Paaa…”
“Baru disenggol dikit aja… Memek Clara banjir ga karu-karuan…”

“Tenang ya Clara… Santai aja…. Gausah Tegang… Kata Dokternya gitu…”
“Sambil terus membuka lubang memek Clara lebih lebar lagi….”

“Sumpah… Rasanya Clara pengen pulang aja Paa… Malu banget … Apalagi pas Clara liat di layar TV… Lendir memek Clara sampe keliatan bececeran di ranjang periksa.… Saking banyaknya yang keluar…”

TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK

“Trus… Ketika pulpen camera tuh Dokter menyorot ke lubang memek Clara… “
“Tuh Dokter…Gatau sengaja apa enggak… Nyenggol-nyenggolin ujung pulpennya ke itil Clara…”
“Uuuuhhhh… Paaaa… Gelinyaaaaaa….”
“Berasa sampe ke ubun-ubun…”

TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
Kocokan tangan Mike makin kencang. Membetotin batang kelaminnya kencang-kencang sembari terus mendengar cerita mesum putri kandungnya.

“Sekali… Dua kali… Tiga kali…. Tuh ujung pulpen ga berenti nyenggol itil Clara…”
“Sampe-sampe… Tangan tuh Dokter tau-tau ngusap itil Clara….”
“Uuuuuhhhh… Geli banget Paaa…”
“Badan Clara sampe menggeliat-geliat… Ngerasain itil Clara… Secara sadar… Diusap-usap ama tangan orang yang ga Clara kenal…”

“Beberapa kali tuh Dokter menatap memek Clara dari deket…. Mentowel-towel itil Clara seolah-olah pengen tahu reaksi Clara…”
“Ohhh… Sialan… “
“Dokter itu bener-bener ngebuat Clara kelimpungan tau Paaa…”
“Satu sisi Clara pengen gebukin tuh Dokter… Sisi lainnya Clara pengen teriakin biar dia cepet-cepet ngisep memek gatel Clara… Hihihi….”

TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
“Ooohhh.. Claraaa…. Kenapa kamu begitu menggairahkan begitu sih Sayaaang…” Erang Mike yang terus mengocok batang penisnya kuat-kuat.

“Vagina kamu bagus Clara…. Kata Dokter itu gitu Pa…”
“Wangi…. Sambungnya lagi…. Sambil menghirup dalem-dalam aroma memek Clara”
“Pokoknya mesum Dah… “
“Tuh Dokter ga brenti muji-muji memek Clara terus….”

”Sampe-sampe… Ada satu kejadian…”
“Tuh Dokter abis nowel itil Clara pake jarinya…. Jarinya langsung diisep Paaa… Dijilat dan dicicipin…”
“GILA… Kalo kaya gitu… Itu Dokter cabul khan ya Paa namanya….”
“Uuuhhh… Clara bener-bener kelojotan Paaa…”
“Rasa lendir memek Clara gurih… Kata Dokter itu lagi…”

“Terus… Abis nyicipin jari yang abis nowel memek Clara… Dokter itu malah bilang…. ”
Clara tak meneruskan ceritanya. Ia melihat reaksi Mike lebih lanjut.

“Bilang apa Sayang…?”
“Dokter itu bilang….”
Lagi-lagi Clara tak meneruskan kalimatnya. Ia benar-benar suka melihat reaksi Mike yang mupeng.

“Aaahhh…. Clara…. Dokter itu bilang apaaann…?”

“Hihihihi…. Papa ganteng ya kalo sange….” Goda Clara yang entah mendapat tehnik komunikasi darimana. Yang jelas ia senang karena bisa membuat Mike benar-benar penasaran.

“Buat bahan uji laboratorium… Saya perlu mengambil sample lendir vagina Clara ya….”
“Karena Clara pengen cepet-cepet selesai… Clara ijinin aja permintaan aneh Dokter itu…”
“Tapi… Papa tau nggak… Abis gitu dokter itu ngapain…?”

“Dokter itu tau-tau nusuk memek Clara pake ujung jarinya Paaa…”
“Emang sih… Tuh Dokter ngorek-ngorek lendir memek Clara…”
“Tapi khan… Clara jadi kegelian Paaa…”
“Ke-enakan…. Lebih tepatnya….”

“Makin lama… Korekan jari Dokter itu makin dalem…”
“Terus ngorek sampe setengah jari tangannya masuk ke memek Clara…”
“Sumpaaaahh… Clara bisa ngerasain tuh jari ga cuman ngorek memek Clara…”
“Tapi pengen ngebuat Clara ngecrit….”

“Dan pas memek Clara udah ngerasa kelojotan karena keenakan dikorek-korek…”
“Tuh Dokter tau-tau…”

“NGEJILAT MEMEK CLARA PAAAAA…..”

TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
“Papa ga kuat Sayang… Denger cerita kamu.. Papa jadi pengen cepet-cepet ngecrot….”


CKLEEK
Sebelum Mike bisa menuntaskan rasa ingin ejakulasinya. Pintu kamar rawatnya tiba-tiba terbuka.

“Clara…Ayo pulang….”Ucap Citra singkat dari balik tirai tempat tidur.
“Ehh.. Ada mama Pa…” Bisik Clara pelan. Mencoba memperingatkan Mike.

“Aaaahh… Siaalll….” Tak ingin memperkeruh situasi tegang yang sedang terjadi antara dirinya dan Citra, Mike buru-buru menghentikan kocokan penisnya. Ia juga langsung menurunkan bawahan baju rawatnya. Menyembunyikan batang penisnya yang sudah berkedut hebat. Tanda akan ejakulasi.

Setibanya Citra di dekat tempat tidur Mike, ia mengamati gerak-gerika suami dan putri kandungnya. Seolah tahu jika baru saja ada perbuatan mesum yang terjadi disana.
“Kamu ngapain disini Sayang…?” Tanya Citra singkat. Walau ia bertanya kepada Clara, akan tetapi matanya menatap tajam kearah Mike.

“Ehh ini Ma… Infusan Papa berdarah…” Ucap Clara berpura-pura membetulkan perban Mike yang bercucuran darah.
“Owwhhh…. “ Jawab Citra cuek, “Gausah terlalu perhatian ama Papamu Sayang… Ntar tuman…”
“Kasihan Maaa…”
“Suruh Suster aja buat ngerawat luka Papamu…”

“Pulang yuk Sayang…. Mama Bete disini…” Celetuk Citra yang terus menatap Mike tajam, “Mama pengen seneng-seneng bareng Kakakmu…”
“Seneng-seneng…?” Tanya Mike mencoba bersuara.

“Yuk Sayang…Jangan kelamaan…” Ajak Citra tanpa menjawab pertanyaan Mike, “Sekalian kita lanjutin therapy enak bareng Kakakmu…”
“Ehhh… Sekarang Ma…?” Tanya Clara yang begitu mendengar kata therapy enak, mood cerianya makin berubag.

“Ya Nanti… Nunggu kita sampe rumah dulu dong…” Jawab Citra tersenyum penuh arti kearah Mike.
“Mama udah kabarin Kak Ciello kalo sesampainya kita dirumah… Kita lanjut kelevel selanjutnya…”

“Waaah… Level selanjutnya…?” Girang Clara, “Berarti udah boleh masukin ‘itu’ ya Ma…?”
“Iya…” Jawab Clara singkat sambil mengusap rambut panjang Clara, “Kamu udah siap khan…?”
“Hihihi… Siaplah….” Balas Clara sumringah, “Khan itu emang udah Clara tunggu-tunggu….”
“Yaudah… Kalo gitu… Beresin semua barang-barangmu gih…”
“Aseeekkk….”

Sepeninggalan Clara, Citra mendekat ke arah Mike. Mengamati luka ditangan suaminya kemudian menekan tombol panggilan perawat.

“Adek pulang ya Mas….” Pamit Citra pelan, “Kamu istirahat aja dulu disini…”
“Eh.. I.. Iya Dek…”
“Inget Mas… Is… Ti… Ra… Hat… “ Ucap Citra ketus sambil tiba-tiba mencengkram pangkal batang penis Mike yang masih begitu tegang beserta kedua biji pelernya.

“Loh…? Kok kontokmu ngaceng…?” Tanya Citra dengan tatapan serius, “Kamu habis ngapain tadi bareng Clara…?” Tanya Citra sambil langsung meremas keras area kelamin suaminya.
“Aawww…Aawww… Aduh… Engga…”
“Enggak gimana….? Ini kontol kamu ngaceng Mas… Kamu abis ngapain ama Clara…?” Tanya Citra sambil memutar pangkal batang penis dan biji peler Mike kekiri dan kekanan. Mirip banget seperti sedang memotek buah yang siap dipanen.
“Itu… Anu… Aduuhh… “ Mike tak mampu berkata apa-apa, “Awww… Awww… Sakit Dek…”

“Awas ya Mas… Jangan pernah kamu maen-maenin kontolmu ini bareng Clara dibelakang Adek… “
“Aduh… Iya Dek… “ Erang Mike menahan sakit sampai telapak kakinya berjingkat-jingkat, “Enggak… Mas nggak maen-maen kok…”

“Sampe Mas ketahuan ada apa-apa ama Clara setelah ini…. Mas bakalan tahu akibatnya….”
“I… Iya Sayang…”

TOK TOK TOK
Terdengar suara ketukan di pintu kamar. Tanda perawat panggilan barusan telah tiba.

“Clara… Udah beres-beresnya…?” Panggil Clara segera melepas cengkraman tangannya dari kelamin Mike lalu berjalan keluar.
“Fiuuuhhh…” Lega Mike begitu penisnya terlepas dari cengkraman maut Citra.

“Yuk Sayang… Kita pulang…” Ajak Citra yang kemudian berjalan duluan keluar kamar.
“Oke Maaa…” Jawab Clara begitu ceria, “Paaa.. Clara pulang dulu yaaa…” Sambung Clara yang kemudian mengamit tangan Mike. Menciumnya lalu pamit.
“Ehh... Iya Sayang…”

“Papa nanti harus baik-baik disini ya Paaa…” ucap Clara dengan senyum lebarnya.
”Banyak-banyak istirahat… Dan… “

“Hihihi…” Clara tiba-tiba tersenyum. Dan tanpa aba-aba, menaikkan bawahan baju rawat Mike hingga sebatas pusar. Setelah itu ia mengecup kepala penis Mike dan menjilat cairan precum yang sudah keluar di mulut kelaminnya dengan genitnya.

“Awas yaaa… .Jangan NAKAL…Hihihihi….” Tawa renyah Clara yang kemudian berlari meninggalkan Mike. Menyusul Citra yang sudah meninggalkan mereka berdua terlebih dahulu.

"Ooohhhh Claraku Sayaaaannggg..... Kamu bener-bener streeeesss...."
Jerit Mike yang tak berhasil mendapatkan kesenangan pagiharinya.



Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com