𝐑𝐚𝐬𝐭𝐢, 𝐈𝐛𝐮 𝐁𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟏𝟓

 


Jaka yang begitu penasaran, apalagi mendapatkan tantangan dari tedi langsung bergegas, Persetan dengan malu. Nafsu kadung di atas ubun-ubun dan dia ingin segera menuntaskan kerinduan pada tubuh molek Tante Rasti. Setelah sekian lama purnama dia tidak bertemu dengan alasan yang tidak jelas, apa salahnya sekarang dia menuntaskan kerinduan itu.

Kakinya menapak lebar. Melangkah hingga sampai di sudut pintu antara ruang tamu dan juga ruang keluarga. Di sana dia melihat bagaimana Rasti tengah di kerjai oleh dia orang yang mana tengah asik mendesah dan menggesek. Menggali kenikmatan ragawi yang tak pernah mereka dapatkan dari istri mereka masing-masing.

"Oohh... oohhh... oohhh... Shhh..." Desis Tante Resti lembut.

Plok! Plak! Plok! Suara antara paha yang saling beradu menciptakan harmoni yang indah.

Jaka tak menunggu lama, segera dia keluarkan kontol yang sudah tegang. Lalu mulai onami sembari melihat kegiatan tiga orang di sana.

Tante Rasti dengan posisi doggy benar-benar terlihat begitu luar biasa. Tidak ada yang bisa mengalahkan keindahan dan tubuh kencang Tante Rasti.

Aaahh.. aahhh... aaahhh....

Lagi Tante Rasti mendesah indah membuat Jaka makin tak tahan untuk memainkan kontolnya.

Suara desahan dan peraduan kulit paha menjadi suara indah yang menguar dari sofa ruang tamu, yang mana tiga orang sedang berpacu mencapai kenikmati ragawi. Pak Tirta semakin asik memompa tubuh Tante Rasti, sedangkan pan asep mendesah nikmat saat kontolnya menjadi bulan-bulanan Tante rasti. Tubuhnya kelonotam menikmati sensasi luar biasa yang dia berikan.

"Shhh... tir gantian! Bisa jebol lama-lama di sepong nih orang!" Pekiknya sembari melepaskan diri dari hisapan Tante rasti.

"Bentar... sshhh nanggung!" Desis tirta yang sebentar lagi akan sampai, dia tidak memperdulikan pak asep dan terus memompa Tante Rasti dengan berutal.

"Ah... Ah... Ahh..." Tante Rasti menikmati perlakuan itu. Sedangkan pak Asep yang sudah terlanjur kentang. Langsung menggasak payudara Rasti, dengan kedua tangannya dia memeras dan memilin puting Rasti. Menghisap sesekali sembari meminum asi yang keluar.

"Ohh.... cepet pak! Cepet!" Ucap Rasti yang merasa nikmat di beri rangsangan dari dua sisi sekaligus. "Aku keluar pak...!" Pekiknya lagi di sertai goyangan pak Tirta yang juga semakin kencang.

"Aku juga!" Pekik pria itu sembari menyemburkan spermanya di dalam rahim Rasti.

Merasa tak sabar, pak Asep langsung mendorong pak Tirta. "Gantian!" Lalu setelahnya dengan tubuh besar itu dia mengangkat Tante Rasti. Membopong sembari membawa Tante Rasti duduk di atas pangkuannya. Posisi sekarang wot. Tante di atas sedangkan pak Asep berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memek becek Tante Rasti. Tidak peduli jika mani pak Tirta berceceran ke mana-mana.

"Oug! Pelan pak! Nggak muat..." Pekik Rasti saat pak Asep mencoba menusuk memeknya. Rasti yang masih lemas mencoba mengintip ke bawah, lalu matanya membelalak seketika saat melihat ukuran kontol pak Asep. benar saja saat blowjob tadi rasanya begitu sulit. Rasti tidak memperhatikannya tadi karena terlalu nikmat dengan goyangan pak Tirta. Tapi sekarang, melihat dengan jelas kontol berukuran besar itu mencoba memasukinya membuat Rasti sedikit pucat, tapi juga menyimpan rasa penasaran dan senang.

Sudah begitu lama dia tidak dikerjadi dua orang sekaligus seperti ini. Terakhir adalah saat dia menjenguk norman di penjara.
Ah... Mengingat anak itu membuat nafsu Rasti jadi meninggi.

Pak Asep dengan semangat memompa, membuat badan Rasti bergoyang dengan cepat, hentakan demo hentakan membuat desahan Rasti memenuhi ruangan.

Pak Asep dengan semangat, tangannya melingkari pinggang Rasti lalu menggulingkan posisi Rasti, hingga saat ini Rasti berada di atas. Wajahnya merah padam. Napasnya tersengal seolah baru berlari kiloan meter. Sudah cukup lama dia tidak mendapatkan kenikmatan seperti ini, vaginanya seolah penuh dengan kontol penuh urat itu, pak Asep... dia akui, Rasti merindukan batang besar seperti miliknya, sejak tedi melarang dirinya untuk menerima tamu, sejak saat itu juga dia merindukan kontol besar seperti milik pak Asep.

"Ugh...." Lenguh Rasti saat batang milik pak Asep terasa penuh di bagian vaginanya. Dengan posisi dia diatas, Rasti bisa mendapatkan kendali penuh untuk permainan ini.

"Gantian ya non." Ujar pak Asep dengan seringai kecil di wajahnya. Rasti yang sudah kepalang tanggung mau tak mau memenuhi permintaan pak Asep.

Perlahan dia mulai naik turun, mencari tempo dan posisi yang tepat untuk dirinya. Perlahan tapi pasti dia mulai mendapatkan kenikmatan yang dia inginkan, kenikmatan yang membawa dirinya ke puncak. Seringai centil dan lenguhan panjang membuat pak Asep semakin semangat, kedua tangannya memainkan kedua gundukan indah yang masih mengeluarkan susu. Tak ingin menyia-nyiakan kan, pak Asep dengan cepat menyesap dengan lahap.

Pantat montoknya bergerak naik turun dengan lancarnya di atas penis pak asep Remasan-remasan tangan pak Asep pada pantatnya membuat rangsangan menaik turunkan makin cepat yang mana sesekali bibir pak Asep mengemut silih berganti dengan gemasnya kedua payudara milik sandra hingga bercak-bercak merah tertinggal di payudaranya.

Oohh... oohhh... oohhh...

Aaahh.. aahhh... aaahhh....

“aku mau keluar pak....” desis Rasti di sela-sela ambang orgasmenya. Napasnya tersengal, goyangannya makin cepat, otot vagina bermain dengan bakal membuat pak Asep tak mampu menahan dirinya.

"Ohhh... Mhhhh bareng non!"

Rasti bergerak dengan binal, hingga lolongan panjang keluar dari mulutnya. Tubuhnya mengejang tanda dia telah mencapai puncaknya.

"Ohhhhh!!!!" Rasti mendengus pelan, tubuhnya terkulai lemas di atas tubuh pak Asep yang sedang menikmati orgasmenya.

Pak Asep memejamkan matanya, tangannya mengelus-elus punggung sandra sembari penisnya merasakan remas-remasan lembut dari otot vagina Rasti yang sedang mengalami orgasme.

“lanjut non...?” bisik pak Asep dengan seringai di wajahnya, seolah tak ingin memberikan kesempatan untuk Rasti mengambil napas.

Pak Asep melirik pak Tirta yang sudah terkapar dengan tubuh telanjang di sana. Sudut bibirnya tertarik. "Dasar Lemah..." ucapannya pelan. Lalu fokus dengan Rasti yang masih tersengal di atasnya sembari membalik posisi mereka.

“barang bagus kok di sia-siakan...” ujar pak Asep sembari memandangi Rasti yang sedang di tindihnya. Wanita yang sudah dia inginkan sejak lama. Wanita yang di gadang-gadang menjadi wanita premium dengan tarif harga yang tak bisa dia capai. Dan kini benar adanya, apa yang mereka bicarakan tentang Rasti memang nyata seperti itu. Rasti dengan tubuh indah, kulit halus, payudara besar dan sekal, vagina bersih tanpa bulu yang terasa sesak di penisnya.

Pak Asep begitu tergila-gila dengan tubuh montok ini... Membayangkan dirinya sedang menindih wanita premium membuat pak Asep kian semangat.

“aaahhhhh.. pak .. “ erangan Rasti yang merasakan pinggul pak Asep mulai bergoyang dengan kasar. Bahkan sesekali pak Asep memutar pinggulnya membuat sensasi tersendiri dirasakan oleh Rasti.

Pinggul pak Asep dengan pasti bergerak dengan irama memasukan dan mengeluarkan penisnya sembari menikmati lorong sempit milik Rasti yang mana masih terasa sempit walau telah beberapa kali melahirkan anak.

Kini tangan Rasti yang sudah melingkar di leher yang di ikuti kakinya bersanding di punggung belakang pak Asep. wajah Rasti yang juga menikmati persetubuhan ini hanya bisa terus mendesah dan merem melek dibuatnya.

“memek non memang luar biasa.... Ughhh...” bisik pak pasep di sela-sela goyangannya.

“kontol pak assheeepp... Besaarr... membuat memekku terasa penuh... Ohhhh...” balas Rasti sekali-sekali meremas lembut penis pak asep dengan otot vaginanya.

“oooohhhhh.....lebih daaaalam pakkk......” teriak tertahan dari bibir Rasti.

Pinggul Rasti pun sudah mengikuti goyangan pinggul pak Asep yang mana terlihat sudah mempercepat goyangannya. Penisnya sudah keluar masuk dengan cepat di dalam vagina Rasti, terlihat penis itu semakin basah dengan bermandikan cairan memek yang hampir mencapai puncaknya.

“aaakuu... keluaaaar lagiiiii.. pakkkk” teriakan tertahan Rasti sembari mencakar punggung pak Asep.

Tubuh Rasti melengkung ke atas sembari pinggulnya mengangkat ke atas menjemput hujaman penis pak Asep yang di ikuti kakinya menekan punggung pak Asep untuk menahan penisnya lebih lama. Tubuh Rasti terkulai lemas di bawah tindihan pak Asep dengan seringai di wajahnya.

Dia hampir sampai, untuk itu dia tidak memberikan jeda untuk Rasti. Perlahan pak Asep mulai menggerakkan pinggulnya. Membuat rasa ngilu itu menjalar di vagina Rasti.

"Ughhh,,, pelannn pakk..." Desis Rasti.

"Sebentar lagi non!"

Rasanya tidak ingin menyudahi permainan ini. Tapi apa daya, pak Asep sudah tak mampu menahannya lebih lama. Terlebih otot vagina Rasti tak memberinya kesempatan untuk sekedar bernapas bagi penisnya.

Hingga pada akhirnya pak Asep menyemburkan air maninya di dalam tubuh Rasti dan ambruk di atas tubuh wanita itu.


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com