Kulihat Ningsih menangis terisak isak. Tubuhnya berbaring miring menghadap pintu. Kenapa istriku menangis begitu pilu.
"Ningsih kenapa?" tanyaku heran. Aku segera berbaring menghadap Ningsih. Matanya sembab, hidungnya yang mancung menjadi merah.
"Ningsih jahat ya, A? Sudah merebut Aa dari Teh Lilis." Ningsih menatapku sedih.
"Ningsih gak jahat. Justru Ningsih sudah ngebantu Lilis." kataku heran kenapa istriku menangis dan berkata begitu.
"Teh Lilis itu mencintai Aa sejak lama. Tiba tiba Ningsih masuk merebut Aa." kata Ningsih lagi.
"Ning, biarpun Lilis mencintai Aa, Lilis gak akan bisa memiliki Aa. Karna Lilis sudah bersuami. Justru Ningsih yang berhati besar membiarkan Aa berhubungan sex dengan Lilis. Pengorbanan Ningsih sangat besar. Tidak ada istri yang membiarkan suaminya berhubungan sex di depan mata." kataku pilu. Aku baru menyadari pengorbanan istriku yang luar biasa. Kupeluk Ningsih.
"Ningsih pengen Aa puasin?" tanyaku. Kucium mesra Bibirnya yang sensual dan selalu basah.
"Ningsih mau tidur, A!" katanya. Ningsih memelukku, perlahan katanya terpejam. Berangsur angsur napasnya menjadi teratur dan halus.
******
Jam 8 pagi aku berangkat ke kios, hari ini Pak Budi akan mendrop barang barang yang akan aku jual di kios dan menyusun barang bareng tersebut pada tempat yang disediakan. Ternyata tidak semudah yang aku pikirkan. Menyusun barang dagangan tidak hanya asal simpan tapi juga memperhitungkan agar barang yang begitu banyak itu bisa tersusun rapi dengan memanfaatkan ruangan kios seefisien mungkin dan itu tidak bisa aku selesaikan dalam satu hari. Memerlukan waktu beberapa hari.
Aku juga harus menyusun daftar harga dari sekian banyak barang. Dan juga menyusun pembukuan agar semuanya berjalan dengan lancar. Keluar masuknya uang dan barang bisa aku kontrol dengan baik. Berarti paling tidak aku perlu seorang pegawai yang bisa meringankan pekerjaanku.
Ya aku harus mencari pegawai toko yang bisa membantuku melayani pembeli. Aku teringat Lastri, siapa tahu dia mau kerja di tempatku ini dari jam 6 pagi sampai jam 4 sore.
Sekarang jam 2, mudah mudahan Lastri ada di kontrakan. Aku bergegas ke kontrakan Lastri yang tidak begitu jauh dari pasar. Cuma satu kali naik Angkot. Sampai kontrakan Lastri, pintunya tertutup rapat.
"Assalam mu'alaikum!" aku mngetuk pintu sambil mengucapkan salam.
"Wa 'alaikum salam!" terdengar suara Lastri menjawab salamku. Tidak lama kemudian pintu terbuka.
"Ujang...!" Lastri terlihat senang melihatku yang datang. Tangannya menarik tanganku masuk ke dalam.
Aku duduk di atas tikar sementara Lastri membuatkan minuman. Tidak lama Lastri keluar membawa segelas kopi dan air putih yang diletakkan di atas tikar.
"Kirain Lastri kamu bohong mau ke sini." kata Lastri tersenyum senang. Harus kuakui gadis ini cantik walau kulitnya hitam manis.
"Kamu sudah dapet kerja, belom?" tanyaku membuka percakapan.
"Belom, A. Emang kenapa?" tanya Lastri.
"Lastri mau gak kerja sama A Ujang? Bantuin jaga toko sembako dari jam 6 pagi sampe jam 4 sore." tanyaku.
"Beneran, A? Lastri mau, A." Lastri tersenyum senang.
Aku kega mendengar kesanggupan Lastri, jadi aku gak perlu nyari pegawai lagi. Apa lagi aku yakin, Lastri pasti bisa narik pembeli dengan keramah tamahannya dan yang lebih penting dia pernah tinggal di Gunung Kemukus. Otomatis dia mendapat berkah dari Gunung Kemukus. Buktinya sekarang dia bisa jadi mahasiswi yang kuliah malam.
Entah kenapa tiba tiba aku terangsang melihat Lastri, aku teringat betapa aku pernah ngentot beberapa kali dengan Lastri di Gunung Kemukus. Jepitan memeknya sangat terasa.
"Ich, si Aa ngeliatin Lastri sampe begitu. Pengen, ya?" kata Lastri sambil mengedipkan mata kirinya. Aku hanya tertawa salah tingkah.
"Kamu makin cantik saja, Las ! Auramu seperti semakin cerah. Beda banget kalau dibandingkan waktu di Gunung Kemukus." kataku mulai ngegombal.
"Waktu di Gunung Kemukus kan Lastri jadi lonte. Sekarang Lastri bisa hidup normal. Bisa punya cita cita. Berani bermimpi." mata Lastri menerawang jauh mengingat masa lalunya yang suram. Yanpa disadarinya, matanya berkaca kaca.
Aku menarik pundak Lastri, kudekap kepalanya ke dadaku.
"Terima kasih, A.!" Lastri berkata lirih.
"Terima kasih untuk apa?" tanyaku heran.
"Karna A Ujang, Lastri berani bermimpi." kata Lastri menatapku.
Aku terdiam tidak menyangka kehadiranku bisa membuat seseorang yang sudah hancur kembali bangkit dan berani mempunyai cita cita yang sempat hilang dalam hidupnya. Wanita yang kuanggap lemah dan hina ternyata mempunyai kekuatan yang tidak aku miliki.
Tiba tiba Lastri mencium bibirku dengan mesra, membuatku tersihir. Aku membalasnya dengan sepenuh hati. Lama kami saling berciuman.
"Buka bajunya, A Jang. Lastri kangen pengen berbagi kenikmatan dengan A Ujang. Walau Las gak bisa memiliki A Ujang sepenuhnya. Biarkan Las memiliki A Ujang walau hanya sesaat." Lastri duduk di pangkuanku, tangannya membuka kancing kemejaku satu demi satu.
Lastri .mencium keherku, menggelitik dengan lidahnya membuat bulu kudukku merinding nikmat.
"Geli Las..!" kataku sambil menggerakkan leherku berusaha menghindar. Lastri tertawa kecil.
Sekarang puting dadaku jadi sasaran jilannya diselingi hisapan lembut. Tubuhku merinding nikmat. Birahiku semakin memuncak, kontolku ngaceng maksimal, membuatku harus membetulkan celanaku agar kontolku tidak tertekuk.
"Kontolnya sudah ngaceng ya, A?" Lastri menggodaku. Tanganya mengelus kontolku dari luas celana.
"Di kamarku aja, yuk!" Lastri menarik tanganku, mengajakku masuk kamarnya. Tidak ada ranjang, cuma ada kasur yang digelar di lantai.
Lastri berjingkok membuka celanaku dengan tergesa gesa. Aku lega saat celanaku terlepas dan kontolku dapat berdiri tegak dengan bebasnya.
"A, kontolnya gede banget, urat uratnya keras. !" kata Lastri, tangannya membelai kontolku dengan mesra. Perlahan Lastri menjilati pangkal kontolku yang menyambung dengan kantung pelerku. Nikmat sekali rasanya. Lidah Lastri menjilati setiap bagian kontolku, memperlakukannya dengan sepenuh hati. Perlahan Lastri memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Lalu mengulumnya dengan tehnik yang dikuasai
"Udah Las, aku gak kuat...." kataku menahan kepalanya agar menjauh dari kontolku.
Lastri tersenyum genit. Dia membuka bajunya perlahan menggodaku. BHnya pun dilepas hingga teteknya yang mungil terlihat menggemaskan.
Lastri merebahkan tubuhnya sambil membuka celana dalamnya, terlihatlah memeknya yang gundul dan mungil has memek gadis ABG. Kakinya mengangkang menggodaku.
Aku membungkuk ke arah memeknya yang menggoda. Tapi Lastri menutupi memeknya dengan ke dua tangannya.
"A, jangan dijilat. Memek Lastri sudah kebanyakan dientot. Sudah puluhan kontol yang pernah masuk memek Lastri. Langsung masukin aja kontol A Ujang." kata Lastri memohon.
Ahirnya aku merangkak di atas tubuh mungil Lastri. Lastri menuntun kontolku tepat di lobang memeknya yang mungil. Perlahan aku mendorongnya, memek Lastri masih kering. Jadi aku hanya memasukkan kepala kontolku dan menariknya lagi. Lalu kembali kudorong perlahan hingga memek Lastri menjadi basah dan kontolku dengan mudah dapat masuk seluruhnya ke dalam memek Lastri.
"A, kontolnya sudah masuk semua, ennak banget. Makasih ya A!" kata Lastri sambil membelai pipiku.
"Kok makasih lagi?" tanyaku sambil mengocok memek mungil Lastri.
"A Ujang masukin kontolnya pelan pelan, kalau orang langsung masukin aja. Padahal memek Lastri Masih kering. Sakit banget rasanya." kata Lastri.
Aku mencium bibir Lastri dengan mesra, agar dia tidak meneruskan ucapannya. Pinggulku semakin cepat memompa memeknya yang mungil dan rapat, nikmat sekali rasanya. Apalagi memek Lastri semakin basah membuat kontolku semakin bebas bergerak memompa memeknya.
"Ennnnak amat, A. A Ujang ngentotnya pinter." Lastri memelukku erat. Pinggulnya bergerak naik turun menyambut hujaman kontolku.
"Aduhhhhh A, kontol kamu ennnnak banget, Lastri kelllluarrrrr...." Lastri memelukku erat, kakinya mengunci pinggangku hingga tidak bisa bergerak.
Kubiarkan Lastri menikmati puncak kenikmatannya hingga tuntas. Kucium bibirnya dengan lembut. Lastri membalasnya dengan mesra.
"A, gantian Lastri yang di atas, y!" kata Lastri. Aku hanya mengangguk.
Kami berganti posisi, Lastri berjongkok memasukkan kontolku Ke lobang memeknya yang semakin basah. Tanpa halangan, kontolku menerobos masuk diiringi rintihan nikmat Lastri.
"Aaaa, nikmat banget kontol kamu." Lastri tersenyum bahagia. Lastri memompa kontolku dengan cepat dan berirama.
"Ennnak banget memek kamu, Las!" kataku sambil meremas pantatnya yang kecil. Baru aku sadar, tubuh Lastri langsing benar,
"Aduh, A.! Kontol Aa gede banget. Tapi ennak.!" kata Lastri. Gadis ini begitu menikmati sodokan kontolku.
Makin lama goyangan Lastri semakin cepat dan tidak beraturan. Hingga ahirnya tubuh gadis cantik itu mengejang mendapatkan orgasmenya kembali. Tangannya mencengkeram dadaku.
"Aa, Lassssss kelllluarrrrr lagiiii, ennnak banget, A!" wajahnya terlihat semakin cantik saat sedang orgasme.
"A Ujang belum keluar? Lastri di bawah lagi ya!" kata Lastri mengangkat pinggulnya perlahan lahan, wajahnya terlihat meringis nikmat saat kontolku keluar pelan pelan dari memeknya.
"Nungging aja, aku pengen ngentotin kamu dari belakang." Lastri menuruti kemauanku menungging.
Langsung kumasukkan kontolku ke memek Lastri yang menungging. Memek Lastri yang basah membuat kontolku masuk dengan mudah tanpa hambatan sama sekali hingga kontolku amblas selururuhnya. Dengan posisi Lastri menungging membuar memeknya terasa lebih sempit. Nikmat sekali rasanya.
"Ennnak banget memek Lastri kamu entot, A." Tubuh Lastri terguncang guncang oleh sodokanku yang cukup bertenaga. Aku memegang pinggang Lastri agar tidak terjatuh.
"Memek kamu enak banget, sempit." kataku menikmati jepitan memek Lastri yang menggigit.
"Las, aku kelllluarrrrr, gak kuat....!" aku mengera nikmat memintahkan pejuhku ke dasar terdalam memek Lastri.
"Akuuuu juga kelllluarrrrr, !" lastri mengeram dihantam badai biirahi yang dahsyat..
Nafas kami tersengal sengal seperti habis berlari jauh. Setelah nafasku kembali normal, aku mencabut kontolku dari memek Lastri, kulihat pejuhku keluar dari memek Lastri.
Aku merebahkan tubuhku dikasur menikmati sisa sisa orgasmeku. Lastri memelukku mesra.
"Buruan pake baju, A. Nanti Mbak Heny keburu dateng." Lastri buru buru memakai pakaiannya. Dua lupa sebentar lagi kakaknya pulang kerja. Tanpa mencuci memeknya yang dipenuhi pejuhku Lastri memakai celana dalamnya.
Aku bergegas memakai pakaianku dan keluar kamar. Mukaku langsung pucat melihat Heny sudah duduk di depan sambil membaca tabloid.
"Mbak Heny !" wajah Lastri pucat melihat kakaknya sudah ada di dalam rumah. Pasti dia tahu kelakuan adiknya.
"Kamu gak kapok kapok, sudah pernah hamil masih saja ngulang kesalahan yang sama. Kamu juga, Jang. Masih pengantin baru, istri cantik masih juga selingkuh
Coba kalau Lastri hamil, kamu mau bertanggung jawab?" Mbak Heny menatapku sinis. Aku hanya menunduk, tidak berani menatap wajah Mbak Heny.
"Maa, maaf Mbak. " Lastri menunduk ketakutan.
"Percuma kamu minta maaf setelah pejuh Ujang masuk memek kamu. Kanu juga, Jang. Kalau kamu mau ngehamilin cewek, cari cewek yang pengen hamil." kata Heny lagi dengan ketus.
"Iiiyya, Mbak...!" kataku gugup.
"Jangan cuma bilang iya, nih kalo kamu mau ngehamilin, hamilin aku kalau berani!" kata Heny berdiri bertolak pinggang.
Aku kaget mendengar tantangan Heny. Jangan jangan ini hanya jebakan, bisa celaka aku kalau ini hanya sebuah jebakan. Aku melirik Lastri yang menunduk gelisah.
"Kok diem aja? Takut? Apa aku krang cantik dan sexy?" dan Heny tiba tiba membuka pakaiannya menyisakan BH dan Celana dalamnya yang berwarna putih. Tubuhnya proposional dengan tetek berukuran sedang, pinggangnya ramping dan pinggul agak lebar bila dibandingkan pinggul Lastri, tubuhnya lebih berisi.
********