𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐆𝐮𝐧𝐮𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐦𝐮𝐤𝐮𝐬 (𝐁𝐚𝐠.𝟐𝟖 : 𝐑𝐢𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐁𝐢 𝐍𝐚𝐫𝐬𝐢𝐡 )


"Ayo, hamilin aku, sudah 5 tahun nikah belom juga punya anak padahal suamiku rajin ngentotin aku." Kata Heny sambil membuka BH dan celana dalamnya.

Aku terpana melihat tubuh bugil Heny, teteknya yang berukuran sedang mempunyai puting sebesar kelereng dan bulatan hitamya agak lebar. Memeknya berbulu lebat melebihi jembut bi Narsih.

Heny mendorongku masuk kamar Lastri. Tanganya dengan cekatan membuka kemejaku dan celanaku hingga bugil.

"Waduh, Jang. Belom ngaceng aja udah gede apa lagi ngaceng." Hent takjub melihat kontolku yang masih tertidur. Apa lagi rasa kagetku belum lagi hilang sehingga kontolku belum menunjukkan reaksinya melihat tubuh bugil Heny.

Tangan Heny membelai pangkal pelerku yang berbatasan dengan anus membuatku merinding nikmat. Heny ternyata tahu cara menemukan titik sensitif yang membangkitkan birahiku Perlahan kontolku mulai bangkit.

Heny menjilati batang kontolku dari bawah ke atas menyentuh kepala kontolku dengan lembut. Menjilatinya berulang ulang membangunkan kontolku yang tertidur, hingga ahirnya kontolku berdiri dengan gagahnya siap maju ke medan perang.

"Wow, kontol kamu panjang banget, hampir menyentuh pusarmu." Heny memandang takjub kontol yang baru saja memporak porandakan memek Lastri adiknya.

Heny melahap kontolku yang berdiri gagah, berharap agar kontolku dapat membuahi rahimnya. Heny begitu piawai memanjakan kontolku dengan hisapan hisapan yang diselingi lidahnya menggelitik kepala kontolku. Kalau saja pejuhku belum keluar, mungkin aku sudah ngecrot saat ini.

"Ampum, sudah Heny, nanti aku malah ngecrot" kataku menyerah.

"Payah, baru diisep pake mulut udah mau ngecrot. Apalagi dijepit memek gue. Gantian nih kenyot memek gue
!" Heny rebah di kasur, pahanya mengangkang lebar dan tangannya membuka belahan memeknya yang ternyata bagian dalamnya sangat merah kontras dengan permukaanya yang berbulu lebat.

Aku membungkuk mencium bau memek Heny yang menyengat. Tapi aku tidak terganggu dengan baunya, justru gairahku semakin bertambah. Kujulurkan lidahku menyapu memeknya yang sudah sangat basah. Pinggulnya terangkat naik menyambut lidahku. Lidahku menusuk masuk memeknya menari di dalamnya

"Ennnak Jang memek gue dijilat." Heny menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke memeknya. Lidahku semakin liar menjilati lobangnya yang semakin basah. Kusedot itilnya yang menonjol.

"Aduh, Jang. Gue kelllluarrrrr, ennnak banget.!" pantatnya terangkat semakin tinggi mendapatkan orgasme pertamanya.

"Baru aku jilatin memeknya, udah keluar. Apa lagi kalau aku entot." kataku menggoda Heny yang terkapar.

"Jangan banyak omong, buruan entot memek gue!" Heny menyuruhku agar mulai proses selanjutnya.

Aku menindih Heny yang langsung mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Heny yang selama ini sering jadi bahan hayalan tan temanku sesama penjual mi ayam sekarang bisa kuentot. Harus kuakui wajah wanita yang sedang kuentot ini cantik. Apa lagi bentuk bibirnya yang tipis sangat sensual.

"Gla, kontol kamu gede amat, memek gue sampe mekar.." matanya mendelik merasakan kontolku yang menerobos masuk memeknya.

Memek Heny tetasa hangat, aku langsung menggenjotnya perlahan agar memeknya terbiasa dengan ukuran kontolku yang jumbo.

"Entot gue yang kencang, Jang. Hamilin gue. Udah 5 tahun gue nikah belom juga hamil." kata Heny memohon.

Kupercepat kocokanku seperti keinginan Heny. Kucium bibir tipisnya yang sensual dengan bernafsu sementara kocokanku semakin cepat memompa memeknya yang semakin banjir sehingga menimbulkan bunyi keciplak yang terdengar merdu.

"Aduh Jang, Gue kelllluarrrrr, ennnnak banget?" Heny memelukku, tubuhnya mengejang meraih orgasme keduanya.

Melihat Heny yang sedang orgasme aku malah semakin mempercepat kocokanku membuat wanita itu berteriak nikmat, matanya menatapku binal.

"Iyaaaa gituuuuu entot terussss memek gueeeee ennnak banget." Heny menggerakkan pinggulnya naek turun menyambut hentakan kontolku yang bertenaga.

Pinggulku sudah mulai yerasa pegal memompa memek Heny, sudah cukup lama aku memompa memeknya dengan posisi yang tidak berubah dan sudah dua kali Heny mendapatkan orgasme sementara aku belum juga mendapatkan orgasme.

"Heny, gantian kamu yang di atas, ya?" aku mengajak Heny berganti posisis.

"Gak mau, Jang. Gue sama suami ge gak pernah ganti posisi." Heny keberatan kalu harus berganti posisi.

Mau tidak mau aku terima nasib memompa memek Heny semakin cepat agar pejuhku muncrat secepatnya. Belum pernah aku ngentot tanpa berganti posisi.

"Gueeee keluar lagi, Jang....!" kembali Heny meraih orgasme. Tibuhnya mengejang nilmat.

Akupun mulai merasakan pejuhku hampir muncrat membuatku semakin bersemangat memompa memek Heny, bahkan pompaanku cenderung kasar. Tapi masa bodoh, yang penting secepatnya aku ngecrot.

"Akuuuu kelllluarrrrr, ampun ennnak banget....!" aku mengeram menembakkan pejuhku ke bagian terdalam memek Heny.

"Akuuuu kelllluarrrrr lagi, Jang. " Heny menjerit tertahan.

"Makasih ya, Jang. Kamu hebat bikin aku beberapa kali orgasme. Mudah mudahan pejuh kamu bisa bikin aku hamil. Biar aku gak dibilang mandul oleh mertuaku.


*******

Ternyata aku tidak salah memilih Lastri jadi pegawaiku di toko. Dia begitu terampil menyusun barang barang dan juga menempatkannya pada posisi yang mudah diingat berdasarkan jenis barang. Dia juga yang menyusun daftar harga dan juga pembukuan.

"Mamah di rumah punya warung sembako, jadi Lastri tau cara nyusun barang dan bikin daftar harga." kata Lastri yang melihatku menatapnya kagum.

Sekarang aku bisa fokus Ritual di Gunung Kemukus. Masalah mistery kematian ayahku kadang kadang masih menggangguku. Tapi itu bisa aku tunda hingga ritual di Gunung Kemukus telah aku sempurnakan. Walau tidak mudah melupakan mimpiku tentang kematian Ayah dan juga verita Mang Udin bekas anak buah ayahku.

Bisa saja aku mengorek keterangan dari Bi Narsih tentang tragedi penyebab kematian ayahku, pasti aku akan medapat jawaban yang sama yang sudah sering aku dengar dari Ibu, Bi Narsih dan orang orang di kampungku bahwa ayahku meninggal karna terjatuh di sungai yang sedang banjir. Mayatnya di temukan 2 hari kemudian tersangkut di batu.

Hari ini aku akan berangkat ke Gunung Kemukus berempat dengan Bi Narsih, Mbak Wati dan Didin naik bis. Rencananya seminggu aku di Gunung Kemukus dengan Bi Narsih sesuai dengan saran Pak Budi.

Berat sekali meninggalkan Ningsih selama 10 hari. Perlahan lahan aku mulai mencintainya. Mungkin karna caranya memperlakukanku yang begitu lembut dan sabar walau tidak menghilangkan sifat manjanya.

"Aa berangkat dulu ya, Sayang.!" Ningsih mencium tanganku saat aku berpamitan.

Aku menunduk mencium bibirnya yang tipis dan mungil, kami berciuman cukup lama. Enggan rasanya meninggalkan istriku yang cantik ini.

"Iya, A. Hati hati ya ! Ingat ada Ningsih yang selalu nunggu A Ujang pulang dengan selamat.." aku bisa melihat kekhawatiran tergambar jelas di matanya yang bulat jernih begitu indah.

"Lis, Ujang berangkat dulu, ya!" akupun berpamitan ke Lilis. Saat aku akan mencium tangannya, Lilis menolaknya, dia mencium tanganku lebih dahulu.

Lilis menarik leherku agar merundik dan dia mencium bibirku dengan mesra, lama dia seperti tidak rela melepasku pergi.

"Hati hati ya, Jang ! Lilis akan selalu menunggu Ujang pulang dengan selamat." Lilis tersenyum berusaha menyembunyikan kekhawatirannya.

Sesampainya di terminal bis sudah ada Bi Narsih, Mbak Wati dan Didin di ruang tunggu. Berarti aku yang datang terahir.

*******



Sepanjang perjalanan aku tidur sehingga waktu 12 jam tidak terasa. Aku bangun ketika bis sudah masuk Solo. Di terminal berganti mobil jrusan Gunung Kemukus.

Sampai di Gunung Kemukus Bi Narsih mengajakku berganti tempat penginapan yang berdekatan dengan Makam Pangeran Samudra. Kamarnya lebih bersih dan ada jendelanya sehingga sirkulasi udaranya lancar. Letaknya yang agak tinggi membuatku bisa melihat bangunan di bawahnya.

Sampai kamar aku langsung memeluk Bi Narsih, kangen rasanya dengan pelukan hangat Bi Narsih yang lembut dan keibuan. Aku mencium pipinya dengan mesra.

"Kamu maen peluk aja. Mandi duli sana, bau.!" kata Bi Narsih sambil mencubit pelan pipiku.

"Mandiin, Bi!" kataku manja.

"Kita langsung ke Sendang Ontrowulan saja, y ! Baru istirahat." kata Bi Narsih. Aku mengangguk setuju.

Bi narish mengetuk kamar sebelah yang bersekat triplek. Ternyata Mbak Wati langsung tidur kelelahan, ahirnya kami berdua ke Sendang Ontrowulan.

Sesampainya di sendang Ontrowulan Bi Narsih bukannya langsung ke kamar mandi Sendang Ontrowulan, tapi mengajakku ke kamar sebelah Sendang Ontrowulan, aku sendiri belum pernah masuk ke dalamnya.

Ternyata di dalamnya ada kuncen yang membakar menyan. Suasana mistik terasa sangat kental diperkuat oleh bau menyan. Seluruh tubuhku merinding, nafasku agak sesak.oleh bau menyan. Setelah prosesi pembacaan mantra oleh kuncen, kami pindah ke bilik mandi sendang Ontrowulan.

Bi Narsih segera membuka seluruh pakaiannya, aku melakukan hal yang sama. Lalu aku menimba air mengisi ember hingga penuh. Bi Narsih menaburkan bunga di atas air dan beberapa tetes minyak mawar yang dibawa dari rumah.

"Jang, sini bibi bangunin kontol kamu dulu." kata bi Narsih berjongkok mengjadap kontolku. Perlahan Bi Narsih mengelus elus kontolku agar tegak berdiri. Dengan lembut Bi Narsih menghisap kontolku agar bangkit dari tidur.

"Duduk, Jang !" kata Bi Narsih setelah kontolku benar benar ngaceng.

Aku duduk dengan kaki selonjor di lantai kamar mandi. Bi Narsih meraih kontolku dan mengarahkan ke memeknya. Perlahan Bi Narsih menekan pinggulnya ke bawah. Memeknya masih kering sehingga agak kontolku agak sulit masuk.



Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

POP ADS

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com