𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟒 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐁​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ 𝐓𝐀𝐏𝐈….. ]

POV YOG
[Minggu, 13 Juni 2021]

Keesokan harinya, aku dan istriku dari pukul 5 pagi sudah berada di halaman depan. Aku hanya duduk-duduk di kursi teras sambil minum teh hangat, memperhatikan istriku yang sedang menata tanaman-tanaman di taman kecil. Memindahkan dari polybag ke pot plastik yang ukurannya lebih besar, istriku ini memang hobi melakukan pembibitan tanaman.

Tak lama kemudian tampak Dani melintas rumah kami, rupanya dia sedang lari pagi. Begitu melihat kami berada di depan rumah dia menghentikan sejenak larinya untuk menyapa.

“Pagi, Pak..”, ucapnya setelah melihatku yang sedang duduk.

“Rajin amat, Dan..”, jawabku.

“Iya Pak.. hehehe… eh Ibu, maaf tadi ga keliatan”, ucap Dani ternyata baru melihat istriku yang ada di taman karena pandangan dari jalan ke arah taman tertutup oleh tanaman pucuk merah yang rapat berjajar sebagai pagar rumah kami.

Istriku hanya tersenyum mengangguk, Dani pun pamit untuk melanjutkan lari paginya. Setelah 2 kali Dani melintas ke rumahku, istriku kemudian berkata… “Tuh, Pah liat orang lain rajin olahraga…”, ucap istriku menyindirku yang memang tidak pernah melakukan olahraga.

“Papah juga mau ah…”, jawabku yang tiba-tiba ingin lari pagi di suasana perumahan yang menyegarkan ini.

“Beneran?”, ujar istriku seolah tak percaya dengan jawabanku.

“Iya.. mau, ambilin sepatunya dong…”, balasku sambil tersenyum.

Istriku langsung berlari ke dalam rumah mengambil sepatu sport ku yang dari awal aku beli belum pernah sekalipun dipakai. Istriku pun duduk di sebelahku begitu antusias memakai sepatu olahraganya.

“Emang Mamah mau ikut lari juga?”, tanyaku heran.

“Iya lah..”, jawab Mila singkat.

Aku sudah bersiap, dengan pakaian yang sekedarnya… hanya mengenakan t-shirt dan celana pendek alakadarnya yang sudah dipakai untuk tidur semalam. Sementara istriku memang sudah siap dengan pakaian olahraganya, sport bra dengan potongan dada yang rendah sehingga payudaranya yang putih itu seolah mencuat seakan mau tumpah, sementara untuk celananya menggunakan legging ketat sepanjang ¾ berwarna hitam.

Istriku berpakaian seperti itu memang rencana awalnya setelah mengurus tanaman akan senam di dalam rumah, minggu kemarin dia baru membeli paket video senam lantai, sehingga hal itu menjadi kebiasaan rutin setiap paginya.

Kami pun mulai melakukan lari pagi dengan santai, aku yang baru berlari melewati tiga rumah saja sudah lumayan ngos-ngosan. Istriku tampaknya lebih kuat mungkin karena dia rajin senam atau saat mudanya dulu sering volley di kampungnya.

Menyelesaikan satu putaran di jalan perumahan, aku sudah sangat kepayahan, mata mulai berkunang-kunang, nafas sudah tak bisa diajak kompromi. Saat melewati rumah, aku sudah berniat untuk berhenti tapi istriku tetap memaksa sambil bercanda meledek staminaku, akhirnya aku paksakan… tapi setelah melewati 2 rumah lagi, tepatnya di gazebo yang berada di tengah hutan mini, aku memutuskan untuk berhenti. Aku beristirahat di bangunan yang terbuat dari kayu tersebut. Sambil mengatur nafas aku duduk di tepiannya. Sementara istriku masih berdiri dan masih terus membujukku untuk melanjutkan, sepertinya dia masih bersemangat untuk berolahraga. Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan mulut ternganga mencoba menghirup oksigen banyak-banyak. Aku mempersilahkan istriku untuk melanjutkan, dia pun akhirnya lari pagi tanpaku.

Tak lama kemudian, tampak Dani melewati gazebo, sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku. Entah sudah berapa putaran dia lakukan pagi ini, saat aku melakukan satu putaran tadi, dia sempat over lap mendahuluiku dengan kecepatan lari yang lebih cepat. Aku pun membaringkan tubuhku di lantai gazebo yang terbuat dari papan dengan kaki masih menjuntai ke tanah.

Entah aku tidur atau melamun yang pasti tiba-tiba dikagetkan oleh suara istriku… “Ayo Pah, udah istirahatnya…”, seru istriku yang ternyata sudah menyelesaikan satu putaran lagi dan berhenti di depan gazebo. Aku sempat bangkit.. masih dengan mata berkunang-kunang kini kulihat istriku sudah bersama dengan Dani.

Aku tetap menggelengkan kepala tanpa suara, aku sudah lelah dan menyerah. Istriku pun melanjutkan lagi berlari bersama Dani yang tampaknya kali ini dia menurunkan kecepatannya untuk mengikuti kecepatan istriku. Aku pandangi mereka yang menjauh, penisku mulai mengeras….

Aku kembali berbaring namun kali ini telungkup, mataku diarahkan ke jalan di belakang jajaran rumahku. Jarak dari gazebo ke jalan belakang mungkin sekitar 50 meter, terhalang rimbunnya pepohonan jati dan cemara. Aku ingin melihat ketika istriku dan Dani melintas di sana. Tak lama kemudian tampak mereka lewat di jalan itu masih beriringan dan terlihat mulai akrab, mengobrol sambil berlari santai.

Begitulah terus kegiatan olahragaku di pagi ini, hanya memperhatikan mereka sambil rebahan tak berdaya.. setiap istriku melintas di depan gazebo dia selalu mengajakku lagi tapi aku tetap pada pendirianku, daripada pingsan! Istriku bersama Dani mungkin sudah menyelesaikan 7 putaran dan nafasku masih belum normal, istriku juga tampaknya sudah mulai kelelahan dengan keringat yang membasahi wajah dan tubuhnya, tapi dia tetap memaksakan.

Di putaran ke 8 itu aku melihat di jalan belakang mereka sudah berjalan dan sempat berhenti. Istriku tampak jongkok sementara Dani memperhatikan istriku sambil berdiri di hadapannya. Mereka tampak berbicara namun tak kudengar percakapannya. Dani kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu istriku bangkit, istriku lalu berdiri sambil memegangi lengan kekar Dani. Setelah berdiri tampak istriku masih sedikit oleng sehingga kedua tangannya direntangkan ke depan sambil memegangi pundak Dani dari belakang, mereka pun berjalan lagi tampak seperti anak kecil yang bermain kereta-keretaan.

Cukup lama aku menunggu istriku lewat ke gazebo ini, tapi…... dia tak lewat juga… sepertinya istriku kini menyelesaikan putarannya dengan berjalan, mungkin staminanya sudah benar-benar habis. Tak lama kemudian Dani tampak menghampiri gazebo masih dengan berlari tapi kali ini dia hanya sendiri.

“Pak, itu Ibu sudah ada di rumah…”, ucap Dani menginformasikan tentang istriku.

Akupun mengangguk dan Dani pun melanjutkan olahraganya. Aku bangkit dan dengan berjalan tertatih-tatih aku pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, tak kudapati istriku di ruang tengah, ternyata dia sedang berbaring tak berdaya penuh peluh di atas kasur masih dengan pakaian sport-nya. Tampak sepatu olahraga sudah dia buka dan tergeletak di samping tempat tidur, tak seperti kebiasaannya yang selalu rapi dan membuka sepatunya sejak dari teras depan rumah.

Melihat dia berkeringat dengan pakaian sexy, ditambah dengan rangsangan yang aku terima saat tadi dia berlari beriringan dengan Dani, juga tangannya yang bersentuhan dengan tangan dan tubuh lelaki lain, aku langsung membuka celana dan terlihat penisku sudah tegak berdiri, tumben!

Aku langsung melorotkan legging istriku, tampaknya Mila pun memiliki gairah yang cukup tinggi setelah berolahraga, dia ikut membantu membuka celananya. Tak diduga ternyata dia tidak memakai celana dalam, sehingga aku langsung mengarahkan batang kemaluanku ini ke mulut vaginanya. Bagian selangkangan termasuk paha dan vaginanya sudah basah oleh keringat, aku semakin bersemangat. BLEEESSSHH…. Batang kemaluanku pun tertancap di vagina istriku.

Mila pun menjerit dan melenguh seperti menahan nikmat, rasanya sangat jarang dia melakukan hal ini ketika bersetubuh denganku. Aku pun langsung melumat bibirnya dan kami berciuman dengan liar sambil gerakan pinggulku yang mulai turun naik tepat di atas vaginanya.

“Sssshhh aahhh… Papah.. Sayyang… ini ennaak… oough… ab..bis olahrag…ga gini…. enak bangettt”, desah istriku yang tumben-tumbenan penuh hasrat melakukan persetubuhan denganku.

“Iya enak banget Sayang….”, jawabku yang antusias karena merasa dihargai saat berhubungan, hal yang jarang aku terima.

“Giliran entotin aku, Papah kuattt…. Disur..ruh lari… ga kuattt…”, ucap istriku dengan ucapan yang kotor, lagi-lagi ini diluar kebiasaannya. Ah tapi aku suka sekali mendengar istriku yang lugu ini berkata kotor seperti itu.

Aku semakin liar menciuminya lagi, setelah beradu lidah.. lidahku kemudian menjalar ke bagian leher dan dadanya, tapi…… DEGGGG. Aku mencium bau yang berbeda di tubuh istriku ini. Istriku ini memang sangat berkeringat, namun aku sangat hafal dengan aroma tubuhnya saat berkeringat, bagaimana tidak… 9 tahun kami sudah menikah, segala tentangnya aku sudah mengenalnya. Sementara bau yang kuhirup dari tubuhnya kini jelas sangat berbeda, seperti pekat kuat dan bau keringat laki-laki… apakah tadi istriku berpelukan dengan Dani? Atau jangan-jangan mereka telah… ah tapi tidak mungkin kalau sampai berhubungan, waktu mereka sangat sempit sekali tadi.

Apapun yang tadi istriku lakukan, justru membuat aku semakin bergairah, kupompa penisku semakin cepat, istriku bergelinjangan menahan kenikmatan.

“Ouuughh PAAAAH… aku.. keluarrrr Sayaaang… PAPAAAAH…. oough… AAAAGGGHHHH”, jerit istriku yang mendapatkan orgasmenya disusul hanya dengan dua genjotan lagi aku pun mengalami ejakulasi di dalam vaginanya.

Setelah itu kami berpelukan erat, di sisa-sisa kenikmatan… aku masih memikirkan apa yang tadi sudah istriku lakukan.

“Kita sering-sering lari pagi yuk, Pah… jadi enak kaan?”, ucap istriku yang sepertinya puas dengan persetubuhan yang walaupun masih dengan durasi singkat, tapi dia bisa mencapai orgasme di pagi ini.

“Iya, Sayang..”, jawabku pendek. Istriku kemudian bangkit dan berjalan gontai, sepertinya dia akan mandi. Sementara aku menatapnya dengan pandangan nanar, masih bertanya-tanya tentang bau itu.

[Rabu, 23 Juni 2021]

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-37, karena akhir-akhir ini sudah banyak pengeluaran saat membeli rumah dan sebagainya, ditambah lagi harus mulai menabung untuk bekal berangkat ke Inggris tahun depan, akhirnya ulang tahunku saat ini tidak membuat acara seperti liburan yang biasanya dilakukan setiap tahun. Di tahun ini istriku hanya membuat nasi kuning yang sudah siap saat aku akan berangkat ke kantor.

Aku bermanja-manja dengan istriku di pagi ini, istriku duduk di pangkuanku sambil menyuapiku makan. Pikiranku juga melayang saat kemarin malam aku sengaja mencari tahu dari layar ponselku rekaman video dari kamera pengintai di hari Minggu pagi kemarin, ternyata istriku dibopong oleh Dani sampai dibaringkan ke dalam kamar, memang tidak terjadi apa-apa diantara mereka… tapi tetap saja hal itu membuatku terkejut, istriku ternyata mau bersentuhan dengan lelaki lain bahkan digendong walau mungkin alasannya karena kelelahan… dari rekaman video itu juga aku tahu darimana asal muasal bau yang berbeda di tubuh istriku waktu itu. Ya, saat istriku digendong di punggung Dani, terlihat tubuh istriku begitu rapat menempel. Penisku mengeras lagi walau hanya membayangkan kejadian di tiga hari yang lalu itu.

“Sayang, kan bikin nasi kuningnya banyak… nanti Papah suruh Dani kesini ya buat ambil nasi”, ucapku seolah memiliki ide baru untuk memuaskan fantasiku lagi.

“Nanti aja sore Pah, pas Papah udah pulang kerja”, jawab istriku seperti tak mau kedatangan tamu.

“Kelamaan, Sayang…. kan lumayan buat dia sarapan sama makan siang”, balasku seperti memaksakan ide liarku.

Fantasi yang baru-baru ini kembali datang memaksaku untuk melakukan tindakan yang cukup beresiko. Bagaimana pun Dani ini pernah mengintip istriku mandi, matanya selalu jelalatan kalau melihat istriku, kemudian tampaknya mereka pun sudah akrab ketika lari pagi bahkan sampai menggendongnya, dan sekarang aku akan menyuruhnya untuk datang ke rumah saat aku tak ada…. Hmmmm ini sesuatu yang sangat gila tapi aku sangat ingin melakukannya, aku ingin mengetes kesetiaan istriku lagi dan memanfaatkan fungsi spy-cam yang sudah terpasang di rumah ini.

“Oh iya Pah…. Dani bilang hari Jumat ini mau keluar, katanya mau kerja di pelayaran awal bulan depan”, ucap istriku.

“Kok Mamah bisa tau?”, tanyaku penasaran.

“Pas lari pagi waktu hari Minggu itu.. dia sempet cerita gitu”, jawab istriku.

Aku pun mengangguk sambil berpikir, sepertinya harus segera dibicarakan dulu dengan penghuni lainnya untuk bersiap mencari pengganti security baru. Setelah sarapanku selesai aku pun berangkat ke kantor, dan setiba di pos Satpam aku sempat menghentikan motorku.

“Dan, nanti ambil nasi kuning ke rumah… minta aja sama Ibu”, ucapku.

“Oh, Siap Pak.. makasih”, jawab Dani.

Begitu sampai di kantor, ponselku mengeluarkan notifikasi dari CCTV depan kalau ada pergerakan di depan rumah, saat kulihat ternyata itu Dani dengan sepedanya. Untuk CCTV yang terpasang di luar ini menyediakan fitur suara, sementara untuk mini spy-cam yang di dalam rumah hanya menghasilkan gambar saja.

Kamera CCTV mengikuti pergerakan Dani yang seperti biasanya memakai baju kutung, kini sedang mengetuk pintu.

“Permisi….. Kak…. Kak Milaa…”, teriak Dani.

Hah? ‘Kak’? ‘Kak Mila’? sejak kapan dia memanggil istriku dengan sebutan ‘Kakak’, perasaan kalau di depanku dia menyebut istriku dengan sebutan ‘Ibu’.

Istriku kemudian membuka pintu, tampak istriku sudah berganti pakaian dengan setelan sport bra yang memperlihatkan perut dan legging ketat berwarna krem, sepertinya saat Dani datang istriku sedang senam.

“Kebetulan, Dan… tolong pindahin 2 pot ini ke taman belakang ya..”, ujar istriku sambil melangkah ke arah taman sambil menunjuk dua pot berisi tanaman berukuran besar.

“Siap Kak…”, jawab Dani dengan mata seperti biasanya jelalatan melihat tubuh sexy istriku yang berpakaian ketat.

Ketika istriku berada di area taman itulah, CCTV bisa men-zoom. Aku lihat dengan jelas belahan vagina istriku dibalik celana leggingnya itu, hmmm… tampaknya istriku tidak pernah mengenakan celana dalam saat memakai legging. Pantas saja tadi mata Dani lebih banyak melihat ke arah bawah daripada melihat ke arah dada Mila yang sebetulnya tampak menonjol dan menggemaskan.

Istriku masih berada di teras depan ketika Dani sudah menyelesaikan menggotong kedua buah pot itu.

“Ada lagi, Kak?”, tanya Dani.

“Udah.. sekarang makan dulu ya… Kakak bikin nasi kuning, kebetulan suami Kakak lagi ulang tahun…”, ucap Mila.

“Siap Kak, tadi Bapak ga bilang lagi ulang tahun…. Kalo tau tadi ngucapin selamat…. Hehehe”, ucap Dani sambil melangkah mengikuti istriku masuk ke dalam rumah.

Ini diluar dugaanku, aku tidak menyangka kalau Mila akan mengajak Dani untuk makan di rumah, aku berpikirnya Mila hanya akan memberikan bungkusan saja.

Kamera beralih pada tampilan dari spy-cam. Mereka melangkah menuju dapur atau meja makan yang memang bersebelahan. Sayangnya di spot itu tidak terjangkau oleh kamera.

Sekitar 2 atau 3 menit kemudian, Mila melangkah ke ruang tengah, di depan TV yang menampilkan video senam, sudah terhampar matras. Mila pun kembali memutar videonya dan mengikuti setiap gerakan yang diarahkan oleh instruktur di video tersebut di atas matrasnya. Aku tidak melihat Dani, sepertinya dia sedang makan di meja makan. Dari arah meja makan ke depan TV itu berhadap-hadapan dan hanya terhalang sandaran sofa yang pendek, sehingga Dani sepertinya saat sedang makan bisa jelas melihat gerakan istriku di atas matras.

Tujuh menit kemudian tampak istriku berdiri dan memandang ke arah meja makan, tampak dia mengatakan sesuatu yang tentunya tak bisa aku dengar apapun dari video ini. Kemudian terlihat Dani menghampiri istriku. Mila lalu terbaring di atas matras, sementara Dani masih berdiri memperhatikan istriku dari arah atas…. Dani akan jelas sekali melihat belahan payudara istriku dan juga belahan vaginanya. Darahku berdesir….

Istriku melakukan gerakan sit-up, kemudian Dani berjongkok di depan ujung kaki istriku. Dani mengatakan sesuatu, istriku menghentikan sit-up-nya kemudian sambil duduk ada tawa kecil dari istriku dengan mata bulatnya yang menggemaskan, entah apa yang mereka perbincangkan.

Kini tampak tangan kiri Dani memegangi kedua pergelangan kaki Mila, kemudian satu jari tangannya seperti menunjuk tapi merayap ke betis, lutut kemudian paha istriku. Mila terkejut dan bangkit sepertinya dari gerakan mulutnya ia berteriak atau menjerit mendapatkan sentuhan itu, kemudian istriku tertawa sambil memukul-mukul bahu satpam perumahan itu.

Mila pun kembali melakukan sit-up dengan kedua pergelangan kakinya dipegangi oleh Dani, ketika tubuhnya naik jarak antara kepala Mila dan Dani cukup dekat, tapi…. justru aku begitu menikmatinya.

Setelah beberapa lama, Dani melepaskan pegangan di kaki istriku, posisinya bergeser ke arah samping Mila yang tetap melakukan sit-up. Dani seperti mengatakan sesuatu sambil sesekali memegang atau mengelus kulit perut Mila yang tanpa penghalang kain apapun. Dani seperti sedang menerangkan sesuatu tentang perut, entahlah, Mila tampak tertawa seperti kegelian tapi sambil terus melanjutkan sit-up.

Sampai akhirnya Mila menyelesaikan gerakannya itu. Sambil duduk istriku itu mendongakkan kepalanya yang memperlihatkan leher jenjang mulusnya itu. Dani tampak menelan ludah menyaksikan pemandangan indah dari jarak dekat di depan matanya itu.

Kemudian mereka tampak berbincang lagi, Dani seperti menunjuk ke arah vagina istriku yang saat itu dari celana kremnya tampak sudah berubah warna menjadi gelap mungkin karena keringat. Istriku kemudian memukul-mukul dada Dani sambil tertawa kemudian menutupi vagina dengan tangannya seperti malu. Mereka pun bangkit.

Aku lihat kemudian Mila berlari ke arah dapur, Dani tampak berdiri mematung melihat Mila dari arah ruang tengah sampai akhirnya Dani pun menghampiri istriku. Kamera tak menjangkaunya saat mereka berada di dapur atau meja makan, cukup lama mungkin sekitar 5 menit lebih.

Setelah itu tampak Dani melangkah menuju pintu depan disusul oleh istriku, kamera berganti ke CCTV depan.

“Besok beneran ya, Dan…”, ucap istriku.

“Ya, pasti lah… hehehe”, jawab Dani menuju sepedanya kemudian pergi.

Besok? Mau ada rencana apa mereka di esok hari?​


 


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com