𝐂𝐈𝐍𝐓𝐀 𝐏𝐔𝐓𝐈𝐇 𝐄𝐏𝐈𝐒𝐎𝐃𝐄 𝟒 : [ 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝐄 𝐃𝐀𝐍…. ]

 


POV YOGA
[Juli 2021 – Mei 2022]

Waktu 10 bulan ini, lagi-lagi aku disibukkan dengan pekerjaanku. Aku harus menyelesaikan tanggung jawab pekerjaanku karena tanggal 29 Mei nanti, aku sudah harus terbang ke UK. Ya, jadwalnya sudah ada!!! Bahkan kemungkinan besar aku akan berpindah pekerjaan ke Perusahaan M setelah menyelesaikan program beasiswaku, bisa jadi terus di Inggris atau negara lainnya… yang pasti penempatannya bukan di Indonesia. Jadi saat ini aku harus memberikan yang terbaik untuk perusahaan lamaku, jangan sampai aku meninggalkan utang pekerjaan dan citra yang buruk.

Dibalik semangat kerjaku, dibalik rasa sayangku pada istriku yang semakin hari semakin bertambah besar, aku dihadapkan kenyataan pahit, Mila berselingkuh lagi!

Ini perselingkuhannya yang kedua, setelah yang pertama dengan Andre, kali ini dengan Dani. Eh, atau tiga kali ya dengan kejadian ‘pemerkosaan’ di resto itu?

Jika kejadian ini terjadi di 2 atau 3 tahun awal pernikahanku, aku tak akan ragu-ragu untuk meninggalkannya, aku akan tega mengatakan kata ‘CERAI’ pada istriku yang tega mengkhianatiku berkali-kali, tapi untuk saat ini sepertinya hatiku berat untuk melakukan hal itu, aku sudah terlanjur mencintainya… aku tak ingin kehilangannya, memang terdengar klise, tapi begitulah kenyataannya. Kejadian ini bahkan kuanggap sebagai balasan atas perbuatanku dulu di awal pernikahan yang juga mengkhianatinya.

Memang di periode 10 bulan ini istriku dan Dani tidak saling bertemu, karena Dani sedang berlayar. Tapi mereka selama 10 bulan ini selalu berhubungan melalui chat atau telepon. Untungnya istriku tidak mau sampai melakukan video call atau mengirimkan foto-foto telanjangnya meskipun berulang kali Dani memintanya. Tapi tetap saja, kedekatan mereka begitu terasa mesra.. memang terkadang mereka seolah memposisikan sebagai kakak-adik, tapi menurutku ucapan yang tertulis dalam chat terkadang terlalu liar jika hanya sekedar hubungan kakak-adik.

Bahkan melalui chat mereka, yang lagi-lagi selalu kupantau dari aplikasi kloningan, aku tahu kalau mereka pernah sekali melakukan hubungan badan!!! Hancur hati dan perasaanku, luluh lantak hidupku begitu mereka membahas tentang kejadian yang pernah mereka lakukan.

Marah dan cemburu sudah pasti ada… dan itu sangat besar, tapi di sisi lain fantasiku masih terus merongrongku untuk tetap membiarkan hubungan mereka berlanjut. Aku sedang tak mau ada peperangan dalam batinku, jadi aku biarkan mereka dan mencoba menikmatinya. Aku juga belum sanggup untuk mengatakan yang sesungguhnya kurasakan tentang fantasiku ini pada Mila, sekarang aku hanya ingin konsentrasi pada pekerjaanku, aku tak mau fokusku terpecah… biarlah untuk sementara rasa ini kuabaikan walau kadang terasa sakit serta aneh dan tak wajar dengan sikapku selama ini.

[Jumat, 6 Mei 2022]

Ada kabar baik, mulai hari ini aku sudah bebas tugas dari kantor… tidak diiliburkan secara resmi sih, tapi seluruh pekerjaanku sudah kuselesaikan dan atasanku memberikan kesempatan untukku untuk mulai mempersiapkan keberangkatan ke Inggris tanggal 29 Mei nanti.

Sebelum waktu pulang kerja, notifikasi dari aplikasi kloningan muncul. Dani menghubungi istriku, aku amati percakapan itu sambil merapikan kertas-kertas kerjaku.

“Kak, aku udah sampe Jakarta…”, ucap Dani menyapa istriku.

“Iya? Beneran, Dan? Bo’ong ah, katanya kemaren baru nyampe hari Minggu…”, tanya istriku seolah tak percaya.

“Iya bener… ini baru turun.. hehehe”, jawab Dani bahagia dan sepertinya istriku lah orang pertama yang dia hubungi ketika dia turun dari kapal.

“Kapan berangkat lagi?”, tanya istriku lagi.

“Widih ngusir, baru juga dateng hahaha… ntar Kak bulan depan berangkat lagi… pengen kangen-kangenan dulu sama Kakak..”, jawab Dani mulai menggoda.

* Emoticon cium dari Dani.

“Kakak Cuma nanya doang, Sayaaaang”, jawab istriku yang lagi-lagi setiap chat dengan Dani selalu ada saja terselip sebutan ‘Sayang’.

* Emoticon menjulurkan lidah dari istriku.

“Besok ketemu ya Kakak Sayaang….”, ucap Dani penuh harap.

“Mmmm, ga tau deh… emang kamu mau kesini?”, tanya istriku yang tampaknya sedang kebingungan.

“Boleh ke rumah kan Kak..? hehehe”, tanya Dani lagi.

“Boleh sih… tapi ada suami Kakak..”, tukas istriku seperti yang tak ingin hubungannya dengan Dani diketahui olehku.

“Oh iya, Bapak libur ya kalau Sabtu…. Kita ketemuan di luar aja yuk… di hotel… hehehe”, kata Dani mulai frontal.

“Ish… nakal ah…”, balas istriku.

“Mau ga, Kak? Emangnya Kakak ga mau ngeliat kontol aku?”, ucap Dani mulai kurang ajar dan menjurus ke perbincangan intim.

“Mauuuuuu”, jawab istriku cepat.

DEGGGG….. Jantungku berdegup kencang, istriku nakal sekali dan tega sekali dia mengkhianatiku.

“Jadi besok ketemuan di Hotel aja ya?”, Dani seperti memaksa.

“Jangan week-end, Sayaaang… kan ada suami aku…, kan bisa Senin atau Selasa….”, ucap istriku yang ternyata masih ingat aku walaupun sudah terang-terangan akan berselingkuh.

“Minggu aku mau ke Solo dulu, Kak…. Semingguan… udah janji, mau ketemu sama Ibu”, jawab Dani mencoba memberi alasan.

“Oh ya udah…. Paling juga nanti di Solo kamu dijodohin…”, ucap istriku enteng.

“Iiiih Kakak cemburuuu, ngga lah…. Aku cuma sayang sama Kakak, Dani pengen nikah sama Kakak”, balas Dani semakin kurang ajar.

“Huss ah, Kakak udah punya suami juga, sana cari yang muda lah..”, ujar istriku menyarankan.

“Ga mau, pokoknya tunggu aku berlayar tiga kali lagi, aku janji mau nikahin Kakak…”, kata Dani tetap pada pendiriannya.

“Dan…..!!!”, ucap Mila.

“Apa calon istrikuuu…?”, jawab Dani cuek.

“Udah ah makin ngaco! kalo mau ketemu besok siang aja ya ke rumah… jangan macem-macem loh di depan suami Kakak..”, ucap Mila memperingatkan.

Sepertinya itu percakapan mereka yang terakhir, karena Dani mengirimkan beberapa pesan lagi tapi istriku tak membalasnya, sepertinya Mila sedang memasak untuk makan malamku.

--+++--​

Saat menikmati makan malam, keceritakan mengenai kabar bahwa aku sudah bebas tugas sampai keberangkatan nanti ke Inggris.

“Jadi selama sebulan ini Papah ga akan ke kantor lagi?”, tanya istriku penasaran, dari raut wajahnya seperti ada rona kecewa ketika mendapatkan kabar yang seharusnya membahagiakannya ini. Hmmm… aku tahu mengapa dia seperti ini.

“Ya..”, jawabku singkat dan sangat puas, aku seperti memenangkan pertempuran melawan hasrat perselingkuhan istriku.

“Ooh..”, balas istriku dengan perkataan yang tak jelas ini tampaknya ia masih kecewa, tapi kali ini dia memelukku seolah-olah dia bahagia mendengar kabar ini.

“Ke kamar yuk, Sayang… ada yang mau Papah obrolin”, ucapku setelah menyelesaikan makan malamku.

Di dalam kamar, di atas ranjang aku mulai mengutarakan maksudku. Terus terang aku baru sadar jika usia istriku kini sudah menginjak 34 tahun, itu berarti tinggal satu tahun lagi kesempatan bagi kami untuk mendapatkan anak. Mengapa demikian? Karena aku dan istriku dulu pernah baca-baca artikel yang mengatakan mulai usia 35 tahun, bagi perempuan sudah termasuk beresiko untuk hamil. Apalagi istriku ini memiliki riwayat hipertensi, meskipun selama ini masih terkontrol dan tensinya tidak pernah sampai terlalu tinggi, sekitar 145 atau 150/90 saja. Tapi ya tetap saja, bagiku itu sudah beresiko bagi istriku dan janinnya… dan aku tak mau itu terjadi pada orang-orang kesayanganku.

“Besok kita ke dokter ya Sayang, mumpung sekarang Papah punya banyak waktu luang…. kita periksa kesuburan kita masing-masing.. Sekalian juga Papah juga mau ngobatin masalah ‘punyanya’ Papah yang susah berdiri sama terlalu cepet keluar…”, ucapku.

“Beneran, Pah?”, tanya Istriku antusias.

“Iya, Sayang…”, jawabku. Mila langsung memelukku, tampak bola matanya berkaca-kaca. Astaga, ternyata selama ini dia sudah menantikan moment ini, tapi aku begitu sibuk dengan pekerjaanku.

“Maafin Papah ya, Sayang…. harusnya ini dari dulu, tapi Papah terlalu sibuk sama pekerjaan… mudah-mudahan ini belum terlambat….”, ucapku lagi.

“Eh, Pah… tapi besok Dani, Satpam yang dulu mau kesini… tadi dia telepon..”, Kata Mila yang sepertinya rencana ke dokter ini bentrok dengan kedatangan Dani.

“Mau ngapain? Bukannya dia lagi di laut?”, tanyaku cemburu dan pura-pura tidak tahu.

“Mau silaturahmi aja katanya, Pah… mumpung lagi balik lagi ke Jakarta”, jawab istriku memberi alasan.

“Oh, ya suruh bentar aja lah… kan besok kita ada yang lebih penting”, jawabku tegas. Tampak istriku diam tak merespon apa-apa tapi dia seperti memikirkan sesuatu.



[Sabtu, 7 Mei 2022]

Sejak pukul 10 pagi, aku sudah bersiap untuk ke dokter, begitu juga istriku yang begitu melihat aku begitu antusias akhirnya dia pun ikut bersiap, walau sangat tampak dia sangat berat melakukannya.

Sekarang aku sudah siap untuk memeriksakan kepayahan alat reproduksi-ku, dan juga sudah siap dengan segala kemungkinan apabila ternyata diantara kami berdua ada yang bermasalah dengan kesuburan. Tapi untuk masalah fantasiku yang sebenarnya harus ditangani oleh pihak yang profesional, aku belum siap dan masih merasa malu untuk mengungkapkan pada orang lain.

Sambil menunggu istriku berdandan di dalam kamar, aku duduk santai di depan TV. Tiba-tiba notifikasi di ponselku berbunyi ada aktifitas di ponsel istriku. Ternyata istriku melakukan panggilan telepon pada Dani, dia menceritakan kalau hari ini akan pergi denganku dan menyuruh Dani untuk cepat datang ke rumah. Hmmm… ngapain sih istriku ini? Sepertinya memang sangat ingin sekali bertemu dengan ‘adik selingkuhannya’ itu!!!

Lima belas menit kemudian, saat istriku masih berdandan terdengar pintu rumah diketuk. Aku membukanya dan tampak seorang pemuda tegap dengan kaos putih ketatnya tersenyum dan mengangguk kepadaku. Dani sekarang tampak berbeda, wajahnya sudah tampak lebih bersih.

“Dan…. masuk”, ucapku dengan nada datar.

“Gimana kabarnya, Pak?”, tanya Dani basa-basi setelah duduk di ruang tamu.

Aku hanya mengangguk saja, memang sengaja aku tak memberinya perlakuan ramah, bagaimana aku bisa ramah pada lelaki yang berniat menyetubuhi bahkan menikahi istriku ini? Tapi kali ini aku tidak akan se-emosi seperti dulu saat memergoki istriku dengan Andre, walau apa yang telah Dani lakukan pada istriku sudah melebihi apa yang telah Andre lakukan pada istriku.

Sebenarnya 2 lelaki itu sama-sama menjadi korban fantasiku, aku memiliki andil yang besar untuk mempersilahkan istriku dekat dengan mereka, dan aku pun juga ikut menikmati sensasinya. Anggap saja dulu Andre lagi apes dibandingkan Dani yang tak ada niat untuk kusiksa, entahlah esok jika dia masih bersikap kurang ajar dan perasaanku sedang tak bagus.

“Kapan ke laut lagi?”, tanyaku basa-basi mencari topik karena ada suasana canggung diantara kami, padahal sikapku dulu pada Dani biasa-biasa saja.

“Bulan depan, Pak”, jawab Dani. Sesekali dia mengamati rumahku, pasti dia sedang mencari keberadaan istriku yang tak kunjung keluar, aku pun sengaja tak memanggil istriku itu.

“Kapal tanker ya? Jalur mana?”, tanyaku lagi.

“Dari Malaysia ke India, Pak..”, jawabnya yang kemudian matanya langsung berbinar ketika melihat istriku keluar dari kamar dengan dandanan yang sangat cantik dan baju yang cukup sexy.

“Eh, Dan…”, ucap istriku sambil menghampiri dan tersenyum ke arah Dani.

“Bu…”, jawab Dani dengan tatapan matanya yang tak lepas seperti mengagumi kecantikan istriku.

Saat mereka bersalaman aku menyelanya, “Bulan depan masih di jalur itu?”, tanyaku dengan suara yang tiba-tiba tinggi dan membuat Dani serta istriku kaget melepaskan tangannya tiba-tiba.

“Eh.. iya, Pak… masih, Pak… sama”, jawab Dani gelagapan.

Ketika istriku mau duduk dan belum terucap sepatah katapun dari mulutnya, aku langsung berkata, “Ayo, Mah berangkat sekarang… keburu siang..”.

Istriku tampak bingung dan matanya sesekali melirik ke arah Dani, sepertinya dia tidak enak hati dengan ucapanku yang seolah mengusir dengan halus tamunya ini.

“Oh, mau pergi ya, Pak?”, tanya Dani tampak salah tingkah.

“Iya Dan…”, jawabku tegas sambil berdiri tanpa basa-basi.

Dani pun kemudian ikut berdiri dan ketika dia hendak bersalaman denganku aku berpikir pasti dia dan istriku akan bersalaman lagi, tak akan kubiarkan itu terjadi.

“Mah, tolong ambilin HP sama brosur klinik di ruang kerja Papah…”, perintahku pada istriku, aku menyalami Dani sambil langkah kakiku mengarahkannya untuk keluar rumah. Istriku yang sempat berdiri mematung, setelah tak mendapat kesempatan akhirnya bergegas ke ruang kerjaku.

Di depan pintu tampak Dani seperti ragu-ragu untuk pulang.

“Ya udah, Dan…”, ucapku mengusirnya dengan halus.

“Belum pamit sama Ibu….”, jawabnya seperti berharap.

“Ga apa-apa, nanti saya sampaikan”, balasku yang memaksanya untuk segera pergi dari rumahku.

Istriku tampak cepat-cepat kembali ke arah depan seolah yang tak ingin ketinggalan moment. Aku sudah duduk lagi di ruang tamu dan pintunya sudah kututup.

“Mmh.. Dani udah pulang, Pah?”, tanyanya kebingungan.

“Udah..”, jawabku cepat.

[Sabtu, 7 Mei 2022]

Di perjalanan menuju dokter, tampak istriku sibuk dengan ponselnya, sepertinya dia saling berbalas pesan dengan Dani, aku belum bisa memantaunya karena sedang sibuk menyetir.

“Ck… maen HP terus ah!”, kataku kesal dengan suara yang agak tinggi.

“Eh, maaf Pah… ini bales chat dulu dari Bi Ami di Sukabumi..”, jawab istriku yang entah benar atau tidak. Kemudian dengan cepat ponselnya dimasukkan ke dalam tas. Sementara ponselku yang kusimpan di celana terus bergetar, sepertinya notifikasi dari aktifitas ponsel istriku yang terus mendapatkan pesan.

Begitu sampai di dokter, untuk pemeriksaan sperma ternyata ada persyaratan yaitu harus dalam keadaan fit dan selama 3 hari terakhir tidak melakukan ejakulasi. Karena aku tidak yakin dengan pola tidurku beberapa hari terakhir maka dokter menyarankan khusus kepadaku baru bisa periksa kesuburan di hari Rabu dengan menjaga pola makan dan pola tidur. Sementara untuk istriku pemeriksaannya berbeda sehingga bisa hari ini juga dilakukan pemeriksaan melalui metode HSG.

Di hari ini aku hanya bisa memeriksakan masalah kemampuan ereksi dan ejakulasi. Hasilnya aku memang sudah dinyatakan mengalami disfungsi ereksi dan ejakulasi dini, setelah melalui rangkaian pertanyaan dari dokter, aku juga harus melakukan beberapa cek darah untuk diketahui penyebab dari kedua kondisi tersebut.

[Rabu, 11 Mei 2022]

Aku melakukan pemeriksaan kesuburan sperma, selain itu aku dan Mila pun berkonsultasi mengenai resiko kehamilan bagi istriku. Jawaban dokter ternyata sama dengan pendapatku, dokter menyarankan agar tahun ini menjadi tahun terakhir untuk mencoba kehamilan mengingat riwayat hipertensi yang dimiliki oleh istriku. Tapi dokter juga membuka harapan bahwa banyak juga perempuan diatas 35 tahun masih bisa hamil sampai melahirkan, dengan catatan hipertensinya harus benar-benar terkontrol dan melalui pemeriksaan berkala selama kehamilan.

Sebenarnya untuk hasil pemeriksaan kesuburan istriku dan hasil laboratoriumku yang diambil di hari Sabtu kemarin sudah ada hasilnya, akan tetapi kami ingin hasil tersebut dibacakan nanti sekalian dengan hasil kesuburan sperma di hari Sabtu.

Di rumah aku dan istriku berkomitmen untuk mengikuti anjuran dokter setelah mendengar penjelasan secara langsung dari dokter tersebut mengenai resiko kehamilan. Jika memang rezeki, semoga saja di tahun ini bisa hamil. Tapi jika tidak, maka kami akan sepenuh hati menerima dan tidak akan memaksakan istriku untuk hamil di atas 35 tahun.

[Sabtu, 14 Mei 2022]

Aku dan istriku berada di hadapan dokter dengan perasaan tegang. Dokter masih memeriksa dengan seksama lembaran hasil laboratorium dan juga semacam foto rontgen untuk pemeriksaan istriku.

“Untuk.. Ibu… Mila.. ya….. selamat Bu, untuk kesuburannya masih sangat baik terlebih lagi untuk kondisi rahimnya pun baik dan tidak ada sesuatu apapun yang perlu dikhawatirkan… hanya saja untuk hipertensinya tetap harus dijaga ya Bu… tapi untuk saat ini masih bisa dikatakan normal..”, ucap dokter perempuan tua itu dengan ramah memberikan kabar gembira untuk istriku.

Kemudian dokter tersebut menyisihkan beberapa lembar kertas dan beralih pada kertas lainnya, sepertinya itu hasil pemeriksaanku. Dokter tersebut tampak mengerutkan keningnya. Aku dan istriku yang berpegangan tangan terasa sekali kalau telapak tangan Mila begitu dingin, sepertinya istriku lebih tegang saat mendengarkan hasilku dibandingkan hasilnya tadi.

“Bapak Yoga…. Untuk sperma sebernarnya kualitasnya baik… tapi produksi spermanya memang sedikit dibawah normal sehingga terkadang tidak mencukupi untuk pembuahan… hanya saja kalau melihat dari hasil lab yang tidak ada penyakit serius, jadi sepertinya itu hanya karena pola makan, jadi cukup itu yang diperbaiki… dan juga untuk frekuensi berhubungan lebih ditingkatkan lagi, Pak… saya sarankan 2 hari sekali”, kata sang dokter membuatku lega.

Aku dan istriku berpandangan sambil tersenyum, tampak mata istriku berkaca-kaca saking bahagianya.

“Begitu juga dengan masalah disfungsi ereksi dan ejakulasi dini, hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya gangguan dari penyakit apapun, karena itu saya kasih rujukan ke psikolog… kemungkinan besar dikarenakan faktor psikis.. mungkin Bapak ada stress dengan pekerjaan... Tapi untuk menunjang stamina, tetap kami beri obat-obatan dan vitamin serta harus ada keinginan kuat di diri Bapak agar menjaga pola makan dan tidur yang baik…”, beber Dokter menjelaskan.

“Berapa lama kira-kira pengobatan yang harus saya jalani sampai saya benar-benar bisa kembali normal, dok?”, tanyaku yang sepertinya ini pertanyaan bodoh, tapi saat ini aku benar-benar dituntut untuk tahu karena waktu untuk kehamilan istriku tak lagi banyak.

“Ya tergantung nanti hasil diagnosanya, Pak… semua harus bertahap dan benar-benar runut untuk dicari akar permasalahannya…. Ya mudah-mudahan saja dalam waktu 6-12 bulan masalah yang Bapak hadapi dapat diselesaikan”, ucap sang dokter.

Aku berpikir keras, apakah waktu perkiraan si dokter tersebut tepat? Kalaupun iya, sepertinya semuanya sudah terlambat!!!!​


Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Categories

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.
You will be redirected to the script in

seconds

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Cerita Panas | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com